Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS (PPOK)

Oleh :

SINDY FAJRINA

113121044

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP
TAHUN PELAJARAN 2021
A. DEFINISI

Penyakit paru obstruksi kronis adalah suatu penyakit yang


dikarakteristikkan oleh adanya hambatan aliran udara secara kronis dan
perubahan-perubahan patologi pada paru, dimana hambatan aliran udara
saluran nafas bersifat progresif dan tidak sepenunya reversibel dan
berhubungan dengan respon inflamasi yang abnormal dari paru-paru
terhadap gas atau partikel yang berbahaya ( Hariman, 2015)
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan
aliran udara di saluran nafas yang bersifat progresif non reversibel atau
reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emifiesema atau
gabungan dari keduanya (perhimpunan dokter paru indonesia, 2013 ).

B. ETIOLOGI
1. Asap rokok
a. Perokok aktif.
b. Perokok pasif.
2. Polusi udara
a. Polusi di dalam ruangan- asap rokok - asap kompor.
b. Polusi di luar ruangan- gas buang kendaraan bermotor, debu
jalanan.
3. Polusi di tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun)
a. Infeksi saluran nafas bawah berulang.

C. TANDA DAN GEJALA


1. Batuk produktif (dahak kekuningan, darah) maupun tidak produktif.
2. Sesak napas.
3. Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi.
4. Mengi atau wheezing.
5. Ekspirasi yang memanjang.
6. Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut.
7. Penggunaan otot bantu pernapasan.
8. Kelemahan badan.
9. Edema kaki, asites dan jari tabuh.
10. Kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan.
11. Anemia.
12. Mengurangi kapasitas untuk aktivitas fisik.
13. Suara napas melemah.
14. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal.

D. KLASIFIKASI
1. Bronkitis kronik
Bronchitis Kronis merupakan gangguan klinis yang ditandai dengan
pembentukan mucus yang  berlebihan dalam bronkus dan
termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum
selama 3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun berturut-turut
(Bruner & Suddarth, 2012).

2. Emfisiema paru
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding
alveolus, duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar (Bruner &
Suddarth, 2012).

3. Asma bronchial
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat
dari trachea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan
manifestasi berupa kesukaran bernafas yang disebabkan oleh
peyempitan yang menyeluruh dari saluran nafas (Bruner & Suddarth,
2012).

E. PATOFISIOLOGI
Pada Bronkitis Kronik terjadi penyempitan saluran nafas,
penyempitan ini dapat mengakibatkan Obstruksi jalan nafas dan
menimbulkan sesak. Pada Bronkitis Kronik, saluran pernafasan kecil yang
berdiameter kurang dari 2 mm menjadi lebih sempit. Berkelok-kelok, dan
berobliterasi. Penyempitan ini terjadi karena Metaplasisel goblet. Saluran
nafas besar juga menyempit karena Hipertropi dan Hiperplasi kelenjar
mukus.
Pada Emfisema paru penyempitan saluran nafas disebabkan oleh
berkurangnya elastisitas paru-paru. Pada Emfisema beberapa faktor
penyebab Obstruksi jalan nafas yaitu: Inflamasi dan pembengkakan
Bronki, produksi lendir yang 10 berlebihan, kehilangan rekoil elastik jalan
nafas, dan Kolaps Bronkiolus serta redistribusi udara alkeoli yang
berfungsi. Karena dinding alveoli mengalami kerusakan, area permukaan
alveolar yang kontak langsung dengan kapiler paru secara kontinu
berkurang mengakibatkan kerusakan difusi oksigen. Kerusakan difusi
oksigen mengakibatkan Hipoksemia.
Pada tahap akhir, eliminasi karbondioksida mengalami kerusakan
mengakibatkan peningkatan tekanan karbon dalam darah arteri
(Hiperkapnia) dan menyebabkan asidosis respirastorius individu dengan
Emfisema mengalami Obstruksi Kronik kealiran masuk dan kealiran
keluar dari paru. Untuk mengalirkan udara ke dalam dan keluar paru-paru,
dibutuhkan tekanan negatif selama inspirasi dan tekanan positip dalam
tingkat yang adekuat harus dicapai dan dipertahan selama ekspirasi.
F. PATHWAY

Pencetus (asma, bronkitiskronis, emfisema)

PPOK Nyeri dada

Perubahan anatomis parenkim paru


Nyeri akut

Pembesaran alveoli

Hipertropi kelenjar mukosa


Penyempitan saluran udara secara periodik

Ekspansi paru menurun

Suplai oksigen tidak


adekuat ke seluruh tubuh Mual, muntah

Hipoksia Penurunan
nafsu makan

Sesak
Devicit Nutrisi
Pola napas tidak
efektif
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Anamnesis
a. Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala
pernapasan.
b. Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja.
c. Riwayat penyakit emfisema pada keluarga .
d. Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, misalnya berat
badan lahir rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang,
lingkungan asap rokok dan polusi udara.
e. Batuk berulang dengan atau tanpa bunyi mengi.
2. Pemeriksaan fisik.
3. Foto Torak PA dan Lateral
Foto torak PA dan Lateral berguna untuk menyingkirkan
kemungkinan penyakit paru lain. Pada penderita emfisema dominan
didapatkan gambaran hiperinflasi, yaitu diafragma rendah dan rata,
hiperlusensi, ruang retrosternal melebar, diafragma mendatar, dan
jantung yang menggantung/penduler (memanjang tipis vertikal).
Sedangkan pada penderita bronkitis kronis dominan hasil foto thoraks
dapat menunjukkan hasil yang normal ataupun dapat terlihat corakan
bronkovaskuler yang meningkat disertai sebagian bagian yang
hiperlusen.
4. Analisa Gas Darah(AGD)
Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul
sianosis, terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan
eritropoesis. Hipoksia yang kronik merangsang pembentukan
eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia. Pada kondisi umur 55-
60 tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih
berat dan merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.
5. Pemeriksaan Sputum
Untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.
6. Pemeriksaan Darah Rutin.
7. Pemeriksaan Electrocardiogram (EKG).
H. PENATALAKSANAAN
1. Menghentikan merokok, menghindari polusi udara.
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi
antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat
sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji
sensitivitas atau pengobatan empirik.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan
kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih
controversial.
5. Pengobatan simtomatik.
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan
dengan aliran lambat 1 – 2 liter/menit

Tindakan rehabilitasi yang meliputi :

1. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret


bronkus.
2. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan
pernapasan efektif
3. Latihan dengan beban olah raga tertentu, dengan tujuan untuk
memulihkan kesegaran jasmani.
4. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita
dapat kembali mengerjakan pekerjaan semula.
5. Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesuaian diri
penderita dengan penyakit yang dideritanya

I. PENGKAJIAN
Data Subjektif dan Data Objektif yang biasanya ditemukan pada pasien
PPOK yaitu:
1. Data Subyektif
a. Batuk tidak efektif atau tidak batuk.
b. Nafas terasa berat, dalam, dan lambat.
c. Badan lemas disertai pusing.
d. Kurang nafsu makan dan berat badan turun.
e. Selalu terjaga pada malam hari.
2. Data Objektif
a. Pernafasan dilakukan dengan usaha dan tampak adanya bantuan
otot-otot pernafasan.
b. Dispneu, takipneu.
c. Batuk nonproduktif ataupun produktif disertai sputum kental.
d. Sianosis, takikardi, gelisah, pulse paradoksus.
e. Kelainan pada bentuk dada.
f. Fase ekspirasi memanjang.
g. Bendungan vena jugularis.
h. Suara nafas ronchii atau wheezing.
i. Klien tampak kepayahan, gelisah.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi
2. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya napas
3. Devicit nutrisi b.d factor psikologis (keengganan makan)
K. INTERVENSI KEPERAWATAN

No SDKI SLKI SIKI


.
1. Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Penyebab : Ekspektasi : Observasi :
 Agen pencedera Menurun - Identifikasilokasi,
fisiologi Indikator IR ER karakteristik,
Keluhan durasi, frekuensi,
 Agen pencedera
nyeri kualitas, intensitas
kimiawi
Meringis
 Agen pencedera Gelisah nyeri
Kualitas - Identifikasi skala
fisik
tidur nyeri
1 : Meningkat - Identifikasi respon
2 : Cukup meningkat nyeri non verbal
3 : Sedang - Identifikasi
4 : Cukup menurun pengaruh nyeri
5 : Menurun terhadap kualitas
tidur
- Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik :
- Berikan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa
nyeri
- Fasilitasi istirahat
tidur
Edukasi ;
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan teknik
non farmakologi
untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi ;
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Pola napas tidak efektif Pola napas Manajemen jalan nafas
Penyebab : Ekspektasi : Observasi :
 Hambatan upaya Menurun 1. Monitor pola nafas.
napas. Kriteria I ER 2. Monitor sputum,
 Depresi pusat hasil R jumlah, warna.
Dispnea
pernapasan. Penggunaan Terapeutik :
 Deformitas dinding otot bantu 1. Posisikan pasien semi
dada. napas fowler.
Keterangan : 2. Memberikan pasien
1. Menungkat minuman hangat.
2. Cukup 3. Memberikan oksigen.
meningkat
Edukasi :
3. Sedang
1. Mengajarkan teknik
4. Cukup
batuk efektif.
menurun
5. Menurun
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
3. Devicit nutrisi Status nutris Manajemen Nutrisi
Penyebab : Ekspektasi : Observasi :
 Ketidakmampuan Meningkat - Identifikasi status
menelan makanan Indikator IR ER nutrisi
Porsi - Identifikasi alergi
 Ketidakmampuan
makan dan intoleransi
mencerna makanan
yang makanan
 Ketidakmampuan
dihabiskan - Monitor asupan
mengabsorbsi Frekuensi
nutrient makanan
makan
 Peningkatan Nafsu - Monitor berat

kebutuhan makan badan

metabolisme - Monitor hasil


Keterangan : pemeriksaan
 Factor ekonomi
1. Menurun laboratorium
 Factor psikologis
2. Cukup menurun Terapeutik :
3. Sedang - Berikan makanan
4. Cukup meningkat tinggi serat untuk
5. Meningkat mencegah
konstipasi
- Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
Edukasi :
- Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang
di programkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
DAFTAR ISI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2020), Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia (SDKI), Edisi 12, Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2020), Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI), Edisi 12, Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2020), Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI), Edisi 12, Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia
https://www.scribd.com/document/382909242/LP-PPOK-doc
https://www.academia.edu/37784564/LP_PPOK

Anda mungkin juga menyukai