Anda di halaman 1dari 14

Edukasi Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Ibu

dalam Pencegahan Kejang Demam Berulang

Jayanti Dwi Puspitasari1,2,*, Nani Nurhaeni3, Allenidekania3


1
Program Studi Magister Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat-16424
2
RSUD Dr. R. Soedjati Soemodiardjo, Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah, Indonesia
3
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat-16424
*E-mail: jayantipuspitasari@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang: Kejang demam yang terjadi berulang akan mengakibatkan efek yang buruk bagi anak, terutama
untuk kecerdasan dan perkembangan otak. Salah satu cara untuk mencegah kejang demam berulang adalah dengan
memberikan edukasi kesehatan kepada ibu. Edukasi kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan ibu, sehingga sikap ibu
akan berubah kearah positif. Tujuan: untuk mengetahui pengaruh edukasi kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap ibu
dalam pencegahan kejang demam berulang. Metode: Desain penelitian ini adalah Quasi Experiment dengan teknik pre
test and post test nonequevalent control group pada 58 responden (kelompok intervensi=29 dan kelompok kontrol=29).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner A, B, C dan media audiovisual. Responden adalah ibu
yang memiliki balita pernah mengalami kejang demam dan pernah dirawat di rumah sakit. Kelompok intervensi diberikan
edukasi kesehatan tentang pencegahan kejang demam berulang dengan media video, sedangkan kelompok kontrol tidak
diberikan intervensi. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis bivariat dengan uji paired t-test dan
independent t-test dan multivariate dengan MANCOVA. Hasil: ada pengaruh edukasi kesehatan terhadap pengetahuan
(p=0,001) dan sikap (p=0,001). Kesimpulan: Edukasi dapat dimasukkan ke dalam rencana asuhan keperawatan ketika
anak pertama kali dirawat di rumah sakit karena kejang demam, karena terbukti dapat meningkatkan pengetahuan ibu
sehingga ibu dapat mengambil sikap yang positif untuk pencegahan terjadinya kejang demam berulang.
Kata kunci: edukasi kesehatan, pengetahuan, sikap, kejang, demam

The Effect of Health Education on Knowledge and Attitude of Mothers in Preventing the
Recurrent Febrile Seizures
Abstract
The Recurrent Febrile Seizures (RFS) could affect the children intelligence and their brain development. Health education
is one of the ways in order to prevent the RFS. By providing health education among mothers, it might increase their
knowledge and could lead to a positive attitude in preventing the RFS. Aim: This study was aimed at investigating the
effect of health education on knowledge and attitude of mothers in preventing the RFS among hospitalized children.
Method: This was a quasi-experimental study with pre- and post-test nonequivalent control group with total sample
was 58 respondents (intervention group, n=29, and control group, n=29). The instruments used in this study were
questionnaire A, B, C and audiovisual media. Respondents in this determination are mothers who have children who have
experienced febrile seizures and have been hospitalized. The video guidelines on RFS prevention was performed in the
intervention group, while there was no intervention performed in the control group.Data was analysed with univariate
(paired t-test and unpaired t-test) and multivariate with MANCOVA. Result: There was a significant effect of health
education on knowledge (p=0.001), and attitude (p=0.001). Conclusion: Health education should be included in the
nursing care plan when the children with RFS were admitted to the hospital.
Keywords: Health education, knowledge, attitude, febrile, seizures.
Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Pencegahan Kejang Demam

PENDAHULUAN 74 orang dan pada tahun 2017 sebanyak


Kejang demam adalah kejang yang 130 orang meningkat sebesar 75,68%.
terjadi akibat adanya kenaikan suhu lebih Deliana (2002) menjelaskan tujuan
dari 38 0 C (Sadleir & Scheffer, 2007). perawatan kejang demam yaitu mencegah
Sedangkan The International League kejang demam berulang. Mencegah kejang
Against Epilepsy (ILAE) dalam Patel, dkk demam berulang dapat dilakukan dengan
(2015) mendefinisikan kejang demam cara memberikan pendidikan kesehatan
sebagai kejang yang terjadi pada usia di pada orang tua. Pemberian pendidikan
atas 1 bulan yang berkaitan dengan demam kesehatan pada ibu merupakan bagian
bukan disebabkan oleh infeksi dari sistem dari prinsip perawatan yang berfokus pada
saraf pusat, tanpa kejang neonatal atau keluarga serta merupakan peran perawat
kejang tak beralasan sebelumnya. Kejang profesional sebagai pemberi penyuluhan
demam dapat mengakibatkan gangguan kesehatan (Hockenberry & Wilson, 2009).
tingkah laku, penurunan intelegensi dan M e n u r u t K i z i l a y, d k k ( 2 0 1 7 ) ,
pencapaian tingkat akademik yang menurun. memberikan informasi kepada orang tua
Beberapa hasil penelitian mengatakan tentang efek kejang demam itu sangat
penurunan intelegensi berbeda pada setiap penting. Ketidaktahuan orang tua akan
anak (Kalalang, Masloman, & Manoppo, menimbulkan kecemasan. Ketika cemas
2016). Patel, dkk (2015) mengatakan anak orang tua cenderung protektif sehingga
yang mengalami kejang demam berulang dapat menghambat perkembangan anak.
dan komplek memengaruhi kecerdasan, Sedangkan Najimi, dkk (2013) mengatakan
perkembangan bahasa dan gangguan bahwa pendidikan kesehatan terbukti efektif
memori. Sedangkan Najimi, dkk (2013) dalam meningkatkan pengetahuan, sikap
menjelaskan komplikasi dari kejang dan praktek ibu tentang pencegahan kejang
demam meliputi: perkembangan saraf yang demam pada anak.
tertunda (20%), cacat neurologi (10%) dan Najimi, dkk (2013) mengatakan bahwa
ketidakmampuan belajar (5%). pendidikan kesehatan terbukti efektif
Kejang demam merupakan salah dalam meningkatkan pengetahuan, sikap
satu masalah yang banyak terjadi hampir dan praktek ibu tentang pencegahan
di seluruh dunia. Hampir 10% anak- kejang demam pada anak. Sejalan dengan
anak pernah mengalami kejang demam penelitian Soundari, Kokilavani, dan Kumar
(Soundari, Kokilavani & Kumar, 2014). (2014) yang menjelaskan bahwa orang tua
Insiden kejang demam di beberapa negara yang telah diberikan pendidikan kesehatan,
berbeda-beda. Insiden di Amerika dan akan mengalami peningkatan pengetahuan
Eropa Barat sekitar 2-5%, Sedangkan di dan sikap dalam merawat anak dengan
Asia seperti India berkisar 5-10%, Jepang kejang.
berkisar 6-9%. Prevalensi tertinggi di Notoatmodjo (2005) mengatakan peng­
negara Guam yaitu 14% (Paul, Blaikley, gunaan media bukanlah sesuatu yang utama
& Chinthapalli, 2012). Berdasarkan hasil dalam promosi kesehatan, akan tetapi
Survey Demografi Kesehatan Indonesia promosi kesehatan tidak dapat dipisahkan
(SDKI) tahun 2007, pada tahun 2005-2006 dari penggunaan media. Sejalan dengan
angka kejang demam di Indonesia mencapai Arsyad (2013) yang mengatakan pemilihan
2-4%, di propinsi Jawa Tengah mencapai media yang tepat pada pendidikan kesehatan
2-5%. Sedangkan di RSUD Grobogan angka menjadi penting karena media berperan
kejang demam pada tahun 2016 sebanyak sebagai perantara dalam memperjelas dan

125
JPPNI Vol. 04/no.03/Desember 2019-Maret 2020

mengurangi kesalahan transfer informasi. Metode


Notoatmodjo (2012) mengatakan Penelitian ini merupakan penelitian
beberapa penelitian para ahli menyebutkan kuan­ t itatif, menggunakan desain kuasi
bahwa indera penglihatan (mata) paling eksperimen dengan teknik pre test and
besar menyampaikan pengetahuan ke post test nonequivalent control group untuk
otak, yaitu 75%-87%. Pengetahuan yang membandingkan tindakan yang dilakukan
disalurkan oleh indera yang lain hanya sebelum dan sesudah intervensi. Teknik
13%-25%. Dengan demikian apabila pengambilan sampel dengan consecutive
dikombinasikan, maka pengetahuan yang sampling sebanyak 58 responden, dibagi
diserap akan semakin banyak. Sejalan menjadi 29 responden pada kelompok
dengan Penelitan Lenzowski, dkk (2017) kontrol dan 29 responden pada kelompok
yang mengemukakan bahwa media intervensi. Penelitian ini di suatu komunitas
audiovisual lebih disukai karena dilengkapi di wilayah Kabupaten Grobogan. Penelitian
dengan gambar sehingga responden bisa ini dilakukan pada bulan April sampai Mei
tahu dan faham dengan jelas. 2018.
Berdasarkan studi lapangan yang Peneliti memilih calon responden sesuai
dilakukan di beberapa Rumah Sakit di kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria iklusi
Kabupaten Grobogan didapatkan hasil pada penelitian ini ada ibu yang memiliki
angka kejang demam di RSUD Grobogan balita pernah mengalami kejang demam
paling tinggi yaitu 130 anak. Hasil wawan­ dan pernah dirawat di rumah sakit, ibu dapat
cara yang dilakukan pada 4 orang tua yang berkomunikasi dengan baik. Sedangkan
anaknya sedang dirawat karena kejang kriteria eksklusi ibu yang sedang sakit
demam, didapatkan 3 orang tua tidak dan dirawat di Rumah Sakit, anak yang
memiliki pengetahuan dan sikap yang cukup mengalami kejang demam yang disebabkan
tentang kejang demam terutama tentang infeksi yang berhubungan dengan sitem
bagaimana cara mencegah kejang demam saraf pusat. Pada tahap pertama peneliti
berulang. Paul, Rogers dan Wilkinson (2015) terlebih dahulu mengumpulkan responden
mengatakan sepertiga anak-anak (30%) kelompok kontrol sampai jumlahnya
akan mengalami kejang demam berulang. terpenuhi. Responden yang masuk kriteria
Dari data di atas dapat disimpulkan inklusi diberikan penjelasan tentang tujuan,
bahwa edukasi diperlukan untuk mening­ manfaat serta risiko penelitian kemudian
katkan pengetahuan dan sikap ibu agar jika bersedia diminta persetujuannya
kejang demam tidak berulang. Edukasi untuk berpartisipasi dalam penelitian dan
kesehatan dengan menggunakan media menandatangani surat persetujuan.
audiovisual juga belum pernah dilaku­kan. Pemberian edukasi pada penelitian ini
Hal ini membuat peneliti ingin menerap­ dilakukan oleh peneliti atau asisten peneliti.
kan sistem edukasi yang berbeda dan Pemberian edukasi diberikan sendiri-sendiri
mendukung tugas perawat sebagai care pada setiap responden. Pembuatan video
giver dan tujuan akhirnya untuk mengurangi diawali dengan pembuatan konsep materi
angka kejadian kejang demam berulang. dengan merujuk pada buku keperawatan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeta­ anak dan jurnal terkait. Setelah konsep
hui pengaruh edukasi terhadap peningkatan selesai, lalu melakukan konsul kepada
pengetahuan dan sikap ibu dalam pakar. Setelah materi disetujui selanjutnya
pencegahan kejang demam berulang. dilakukan pembuatan video.

126
Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Pencegahan Kejang Demam

Instrumen yang digunakan untuk meng­ berulang (video) berisi pengertian kejang
ukur pengetahuan ibu adalah kuesioner demam, penyebab tanda gejala, faktor
B yang terdiri dari 27 pertanyaan. Sistem resiko, komplikasi, penatalaksanana dan
skoring yang digunakan yaitu diberikan perawatan serta pencegahan kejang demam
skor 1 jika jawaban benar dan skor 0 jika berulang. Setelah pengumpulan responden
jawaban salah. Sedangkan instrumen yang kelompok kontrol selesai, selanjutkan
digunakan untuk mengukur sikap ibu adalah mengumpulkan responden kelompok
kuesioner C yang terdiri dari 22 pernyataan, intervensi.
9 pernyataan positif dan 13 pernyataan Pada kelompok intervensi dilakukan
negatif. Kedua instrumen telah dilakukan uji pre test utuk mengetahui pengetahuan
validitas dan reliabilitas pada 30 ibu yang dan sikap ibu dalam penanganan kejang
mempunyai balita yang anaknya pertama demam berulang menggunakan kuesioner.
kali dirawat di rumah sakit karena kejang Setelah itu diberikan edukasi menggunakan
demam. media video selama 30 menit tentang faktor
Hasil uji validitas kuesioner pengetahuan resiko, komplikasi, penatalaksanaan dan
ada 2 pertanyaan yang tidak valid sehingga perawatan serta pencegahan kejang demam
pertanyaan menjadi 20 pertanyaan dengan berulang. Pada hari ke-7 setelah pemberian
r per item antara 0,406 sampai 0,818, edukasi diukur kembali pengetahuan dan
sedangkan pada kuesioner sikap ada sikap responden dalam pencegahan kejang
2 pertanyaan yang tidak valid sehingga demam berulang.
menjadi 20 pernyataan dengan r per item Data hasil pre test dan post test kedua
0,428 sampai 0,833. Hasil uji reliabilitas kelompok diolah dan dianalisis. Analisis data
kuesioner pengetahuan didapatkan nilai pada penelitian ini menggunakan analisis
Cronbach’s alpha 0,924 sehingga kuesioner univariat, bivariat dan dan multivariat.
pengetahuan dikatakan reliabel. Sedangkan Analisis univariat untuk menjelaskan dan
hasil uji kuesioner sikap didapatkan nilai mendiskripsikan karakteristik setiap variabel
Cronbach’s alpha 0,918 sehingga kuesioner penelitian. Analisis bivariat yang digunakan
sikap dikatakan reliabel. adalah analisis variabel independen (paired
Tahap selanjutnya melakukan pre test t-test), analisis variabel independen dan
pada kelompok kontrol untuk mengetahui dependen (independent t-test). Analisis
pengetahuan dan sikap ibu dalam pena­ multivariat yang digunakan adalah uji
nganan kejang demam berulang dengan MANCOVA. Penelitian ini telah mendapatkan
menggunakan kuesioner. Post test pada ijin etik dari komite etik Fakultas Ilmu
kelompok kontrol dilakukan pada hari ke- Keperawatan Universitas Indonesia dengan
7. Setelah itu kelompok kontrol diberikan No.107/UN2.F12.D/HKP.02.04/2018.
edukasi pencegahan kejang demam

127
JPPNI Vol. 04/no.03/Desember 2019-Maret 2020

HASIL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan, Penghasilan,


Keterpaparan Informasi, Usia anak dan Jenis Kelamin di RSUD Grobogan
April-Mei 2018 (n=58)

Intervensi Kontrol
Total p value
Variabel (n = 29) (n = 29)

n % n % n %

Karakteristik Ibu

Pendidikan

Pendidikan Dasar 21 72,4% 20 69,0% 41 70,7 %

Pendidikan 5 17,2% 7 24,1% 12 20,7 % 0,844


Menengah

Pendidikan Tinggi 3 10,3% 2 6,9% 5 8,6 %

Total 29 100% 29 100% 58 100%

Penghasilan

< 1,6 juta 16 55,2% 23 79,3% 39 67,2 % 0,64

≥ 1,6 juta 13 44,8% 6 20,7% 19 32,8 %

Total 29 100% 29 100% 58 100%

Keterpaparan Informasi

Tidak Pernah 16 55,2% 15 51,7% 31 53,4% 0,681

Pernah 13 44,8% 14 48,3% 27 46,6%

Total 29 100% 29 100% 58 100%

Karakteristik Anak

Usia 1,000
≤ 60 bulan 29 100% 29 100% 58 100%
> 60 bulan 0 0% 0 0% 0 0%

Total 29 100% 29 100% 58 100%

Jenis Kelamin

Laki-laki 16 55,2% 14 48,3% 30 51,7% 0,397

Perempuan 13 44,8% 15 51,7% 28 48,3%

Total 29 100% 29 100% 58 100%

128
Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Pencegahan Kejang Demam

Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas pernah terpapar informasi tentang kejang


ibu berpendidikan dasar, mempunyai demam. Kejang demam lebih banyak dialami
penghasilan <Rp.1.600.000,- dan belum oleh anak laki-laki.

Tabel 2. Rata-Rata Perbedaan Skor Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Pencegahan kejang
demam Berulang Sebelum dan Setelah diberikan Edukasi Kesehatan pada kelompok
Kontrol dan Intervensi di RSUD Grobogan April-Mei 2018 (n=58)

Kelompok Variabel Pengukuran Mean SD p value

Kontrol Pengetahuan Sebelum 56,28 7,923 0,057

Sesudah 57,66 7,598

Sikap Sebelum 67,52 6,300 0,804

Sesudah 72,62 6,085

Intervensi Pengetahuan Sebelum 58,62 8,300 <0,001*

Sesudah 71,45 8,798

Sikap Sebelum 67,2 5,209 <0,001*

Sesudah 75,76 5,104

Keterangan: *bermakna α <0,05

Tabel 2 menunjukkan perbedaan rerata tidak ada perbedaan dengan p value 0,057
skor pengetahuan dan sikap ibu sebelum dan 0,804. Sedangkan rerata pengetahuan
dan sesudah diberikan edukasi pada dan sikap ibu sebelum dan sesudah edukasi
kelompok kontrol dan kelompok intervensi. pada kelompok intervensi menunjukkan
Rerata pengetahuan dan sikap ibu sebelum adanya perbedaan dengan p value <0,001.
dan sesudah edukasi pada kelompok kontrol

129
JPPNI Vol. 04/no.03/Desember 2019-Maret 2020

Tabel 3. Rata-rata Perbedaan Skor Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam


Pencegahan Kejang Demam Berulang Setelah diberikan Edukasi
Kesehatan pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
di RSUD Grobogan April-Mei 2018 (n=58)

Selisih
Variabel Kelompok n Mean SD p value
mean

Pengetahuan Intervensi 29 71,45 8,798 0,001* 13,85

Kontrol 29 57,66 7,598

Sikap Intervensi 29 75,76 5,104 0,001* 8,14

Kontrol 29 67,62 6,085

Keterangan: *bermakna α <0,05

Tabel 3 menunjukkan perbedaan rerata diberikan edukasi kesehatan. Beda mean


pengetahuan ibu setelah pemberian edukasi sikap setelah pemberian edukasi pada
pada kelompok intervensi dan kelompok kelompok intervensi dan kelompok kontrol
kontrol dengan beda mean 13,85 dan nilai adalah 8,14 dengan nilai p=0,001. Hal
p=0,001 (p<0,05). Hal ini membuktikan ini menunjukkan bahwa kelompok yang
bahwa kelompok yang diberikan edukasi diberikan edukasi mempunyai peningkatan
kesehatan pengetahuannya lebih meningkat sikap yang lebih baik dibandingkan dengan
dibandingkan dengan kelompok yang tidak kelompok kontrol.

130
Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Pencegahan Kejang Demam

Tabel 4. Analisis Mancova Efektivitas Pemberian Edukasi Terhadap Pengetahuan dan Sikap
Ibu dengan Variabel Perancu dalam Pencegahan Kejang Demam (n=58)

Dependent Partial Eta


Source f Sig.
Variabel Squared

Corrected Model Sikap 11,06 0,000 0,747

Pengetahuan 10,49 0,000 0,737

Intercept Sikap 2803,90 0,000 0,984

Pengetahuan 1007,88 0,000 0,957

Usia Ibu Sikap 2,29 0,137 0,048

Pengetahuan 0,14 0,703 0,003

Tingkat Pendidikan Sikap 10,09 0,001 0,310

Pengetahuan 11,65 0,001 0,341

Penghasilan Sikap 1,40 0,242 0,030

Pengetahuan 2,65 0,110 0,056

Keterpaparan Sikap 5,62 0,022 0,111


Informasi
Pengetahuan 0,001 0,110 0,000

Riwayat Kejang Sikap 1,43 0,245 0,087


Anak
Pengetahuan 0,78 0,511 0,049

Riwayat Dirawat Sikap 0,59 0,625 0,038


karena Kejang
Pengetahuan 0,23 0,870 0,016

Jenis kelamin Sikap 0,533 0,469 0,152

Pengetahuan 1,335 0,254 0,084

Usia Anak Sikap 0,234 0,631 0,023

Pengetahuan 0,007 0,936 0,054

Pemberian Sikap 41,07 0,001 0,984


Edukasi
Pengetahuan 46,18 0,001 0,957

131
JPPNI Vol. 04/no.03/Desember 2019-Maret 2020

Hasil analisis pada Tabel 4 menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara jenis
bahwa terdapat hubungan yang signifikan kelamin dengan kejang pada anak (p=0,024;
antara pemberian edukasi dengan p<0,05).
pengetahuan dan sikap ibu dalam pence­ Karakteristik ibu yang dikaji dalam
gahan kejang demam berulang setelah penelitian adalah usia ibu, pendidikan dan
dikontrol oleh variabel perancu dengan nilai penghasilan keluarga dan keterpaparan
p=0,001 (p<0,05). Hasil ini menunjukkan informasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel perancu tidak memengaruhi bahwa mayoritas ibu berusia 31 tahun.
pengetahuan. Namun ada dua variabel Menurut Wawan & Dewi (2010), usia tiga
perancu yang memengaruhi walaupun puluhan adalah usia yang dianggap matang
telah dikontrol yaitu tingkat pendidikan dan untuk menerima dan memutuskan suatu
keterpaparan informasi. tindakan yang tepat. Hal ini sejalan dengan
penelitian Santoso & Ismail (2009) yang
DISKUSI mengatakan bahwa semakin bertambahnya
Gambaran umum karakteristik anak umur seseorang maka kematangan dalam
yang diteliti pada penelitian ini adalah umur berpikir semakin baik, sehingga akan
anak, jenis kelamin, riwayat anak kejang cepat dalam pengambilan suatu keputusan
dan riwayat anak dirawat karena kejang. misalnya ketika anak demam akan segera
Dari segi usia penelitian ini menunjukkan diatasi agar tidak terjadi kejang demam
bahwa anak yang mengalami kejang berulang.
demam terbanyak berusia <32 bulan. Hal Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
ini sesuai oleh teori yang dijelaskan oleh mayoritas sebagian besar ibu berpendidikan
Kyle & Carman (2017) bahwa usia kurang dasar, yaitu 41 responden (70,7%). Menurut
dari 2 tahun perkembangan otak anak Maryati & Septikasari (2009), pendidikan
belum matang, sehingga anak lebih rentan seseorang secara tidak langsung dapat
mengalami kejang. berpengaruh terhadap kesehatan. Tingkat
Menurut hasil penelitian Patel, dkk pendidikan dasar termasuk level yang belum
(2015), anak yang berusia di bawah 2 tahun mampu bersikap secara cepat dan tanggap
lebih banyak yang mengalami kejang demam untuk mencari pertolongan dan pergi ke
dibandingkan anak yang berusia lebih dari fasilitas kesehatan. Tingkat pendidikan perlu
dua tahun. Sejalan dengan penelitian Najimi, diidentifikasi karena beberapa penelitian
dkk (2013) yang menjelaskan bahwa kejang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
demam terbanyak terjadi pada usia kurang berpengaruh secara signifikan terhadap
dari 2 tahun. Dari beberapa hasil penelitian tingkat pengetahuan dan sikap orang tua.
di atas dapat disimpulkan bahwa semakin Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hanafi,
muda usia anak, akan semakin berisiko dkk (2014) yang menjelaskan bahwa ada
mengalami kejang demam. hubungan yang bermakna antara pendidikan
Penelitian ini menemukan kejang ibu tehadap peningkatan pengetahuan,
demam lebih banyak terjadi pada anak laki- sikap dan ketrampilan ibu dalam pemberian
laki. Penelitian yang dilakukan Eskandarifar, ASI eksklusif.
dkk (2017) juga menemukan bahwa anak Hasil penelitian menunjukkan bahwa
laki-laki lebih banyak mengalami kejang mayoritas keluarga berpenghasilan kurang
demam dibandingkan dengan anak dari UMR yaitu 39 responden (67,2%).
perempuan. Hasil ini sesuai hasil penelitian Guttmacher (2005) menjelaskan bahwa
Onji, dkk (2009) yang menemukan bahwa penghasilan dapat mengukur masalah

132
Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Pencegahan Kejang Demam

kesehatan keluarga. Penghasilan perlu p<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pen-
diperhatikan karena pada level penghasilan didikan kesehatan secara bermakna dapat
lebih tinggi orang tua mampu mengakses merubah pengetahuan seseorang.
informasi dan fasilitas kesehatan yang lebih Guguen, dkk (2010) menjelaskan tujuan
baik. Sesuai dengan penjelasan Wawan memberikan informasi kesehatan kepada
& Dewi (2010) yaitu semakin tinggi status seseorang adalah untuk memotivasi agar
ekonomi seseorang maka fasilitas akan lebih bergaya hidup ke arah yang positif. Hasil
mudah didapat termasuk fasilitas kesehatan. dari penelitian ini menunjukkan adanya
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan pengetahuan orang tua
lebih dari setengah responden yaitu 31 mengenai demam dan penanganan demam
orang (54,4%) tidak pernah mendapatkan setelah orang tua mendapatkan informasi.
informasi. Menurut Priyoto (2014) salah Arsyad (2013) mengatakan informasi adalah
satu faktor yang dapat memengaruhi sikap salah satu sumber kekuatan keluarga
seseorang adalah pengalaman. Menurut dalam menjaga kesehatan anaknya, maka
penelitian Legg & Newton (2016), orang informasi yang kita berikan harus jelas,
tua yang mempunyai pengalaman pernah akurat dan relevan. Untuk itu pemilihan
mendapatkan informasi tentang kejang dapat media yang tepat pada pendidikan kese­
mengurangi faktor risiko terjadinya cedera hatan menjadi penting.
saat anak mengalami kejang demam. Orang Hasil penelitian Lee, Kim & Min (2017)
tua tidak takut dan panik saat menangani menunjukkan bahwa pemberian informasi
anak kejang sehingga penanganan pertama dengan menggunakan smartphone terbukti
anak kejang bisa dilakukan dengan baik. efektif dalam meningkatkan pengetahuan
Pada hasil penelitian ini juga terdapat dan kepecayaan diri orang tua dibandingkan
perbedaan secara bermakna pengetahuan dengan menggunakan media kertas.
ibu pada kedua kelompok setelah pemberian Hal ini sesuai Penelitan Lenzowski, dkk
edukasi dengan nilai p=0,001; (p<0,05). (2017) yang mengemukakan bahwa media
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian audiovisual lebih disukai karena dilengkapi
edukasi kesehatan mempunyai dampak dengan gambar atau foto yang seolah nyata
dalam meningkatkan pengetahuan orang membuat responden lebih mudah faham.
tua. Maulana (2009) menjelaskan bahwa Hasil analisis multivariat dalam penelitian
semakin sering seseorang mendapatkan ini menunjukkan ada pengaruh yang
informasi maka pengetahuan akan semakin signifikan antara pemberian edukasi dengan
meningkat. Peningkatan pengetahuan orang pengetahuan ibu (p<0,001) setelah dikontrol
tua akan memengaruhi sikap orang tua oleh variabel usia ibu, tingkat pendidikan,
kearah yang lebih baik atau positif. penghasilan, keterpaparan informasi, riwa­
Hasil penelitian Eze, dkk (2015) tentang yat anak dirawat dan riwayat anak dira­wat
efek edukasi kesehatan terhadap penge­ karena kejang. Namun ditemukan variabel
tahuan, sikap dan pertolongan pertama perancu yang tetap memengaruhi penge­
pada epilepsi menunjukkan bahwa setelah tahuan walaupun telah dikontrol yaitu tingkat
diberikan pendidikan kesehatan terdapat pendidikan.
perubahan pengetahuan se­cara bermakna. Tingkat pendidikan berpengaruh ter­
Terdapat peningkatan pengetahuan sebesar hadap pengetahuan ibu tentang pencegahan
25,9% setelah intervensi, dari pengetahuan kejang demam berulang. Peneliti meyakini
yang kurang dan cukup menjadi penge­ bahwa pengetahuan seseorang tidak hanya
tahauan yang baik, dengan nilai statistik dipengaruhi oleh pemberian edukasi saja

133
JPPNI Vol. 04/no.03/Desember 2019-Maret 2020

akan tetapi banyak faktor yang bisa me­ Dampak Edukasi Kesehatan Ter­
mengaruhi pengetahuan seseorang salah hadap Sikap Ibu dalam Pen­ ce­
satunya adalah tingkat pendidikan. Semakin gahan Kejang Demam Berulang
tinggi tingkat pendidikan seseorang rasa Pada hasil penelitian ini terdapat
ingin tahunya akan semakin besar sehingga perbedaan secara bermakna sikap ibu
orang tersebut akan berusaha mencari pada kedua kelompok setelah pemberian
informasi. Dengan tingkat pendidikan yang edukasi dengan nilai p=0,001; (p<0,05).
lebih tinggi mereka juga akan mam­ pu Hal ini menunjukkan bahwa pemberian
mengakses pengetahuan dengan mudah edukasi kesehatan mempunyai dampak
dan cepat salah satunya dengan menggu­ dalam mengubah sikap orang tua ke arah
nakan internet. yang positif dalam mencegah kejang demam
Hasil ini sejalan dengan penelitian berulang. Semakin banyak informasi yang
Hanafi, dkk (2014) yang menunjukkan didapatkan maka perilaku seseorang
bahwa hasil uji multivariat logistic terhadap kesehatan akan semakin baik.
regression ada pengaruh karakteristik Sesuai dengan hasil penelitian
responden (paritas, cara melahirkan, Eze, dkk (2015) tentang efek edukasi
tingkat pendidikan, status pekerjaan, umur) kesehatan terhadap pengetahuan, sikap
terhadap pengetahuan, sikap dan ketram­ dan pertolongan pertama pada epilepsi
pilan ibu dalam penanganan demam pada yang menunjukkan bahwa setelah diberikan
anak dengan nilai p<0,05. Namun hasil pendidikan kesehatan terdapat perubahan
penelitian Siriat, Rustina, & Waluyanti (2013) sikap seseorang dari negatif ke arah positif
menunjukkan hasil yang berbeda, hasil uji sebesar 16,4%, dengan nilai statistik
multivariat karakteristik responden (usia, (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan, penghasilan, jumlah pendidikan kesehatan secara bermakna
anak dan keterpaparan informasi) pada dapat merubah sikap seseorang yang
penelitian ini tidak berpengaruh terhadap memandang epilepsi sebagai sesuatu yang
pengetahuan, sikap dan ketrampilan orang negatif menjadi sesuatu yang lebih positif.
tua dalam penanganan demam pada anak Sejalan dengan penelitian Hudayani (2014)
dengan nilai (p>0,05). yang menunjukkan bahwa pemberian
Perbedaan ini kemungkinan disebabkan edukasi dan konseling efektif merubah sikap
pada penelitian Siriat, Rustina, & Waluyanti ibu dalam memberikan nutrisi kepada anak
(2013) rata-rata responden memiliki pen­ dengan ODHA (p=0,048; p<0,05).
didikan yang sama yaitu SMP dan SMA Parvez, Wiroonpanich, & Naphapunsakul
sedangkan pada penelitian ini tingkat (2010) mengatakan pemberian edukasi
pendidikan responden beragam dari SD kesehatan terbukti efektif dalam merubah
sampai Perguruan Tinggi. Hal ini kemung­ perilaku ibu dalam merawat anak dengan
kinan yang meyebabkan tingkat pendidikan pneumonia, dengan nilai p=0,001
tetap berpengaruh terhadap pengetahuan (p<0,05). Hasil penelitian Siriat, Rustina, &
setelah edukasi walaupun telah dikontrol. Waluyanti (2013) juga menemukan bahwa
pemberian informasi secara bermakna
memengaruhi sikap orang tua dalam
menangani demam pada anak dengan
nilai (p<0,05). Sulistinadewi, Nurhaeni, &

134
Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Pencegahan Kejang Demam

Gayatri (2012) juga menemukan bahwa Simpulan


pendidikan kesehatan dapat meningkatkan Pemberian edukasi kesehatan dapat
sikap ibu. Pemberian informasi merupakan meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu
faktor yang dapat memengaruhi orang tua dalam mencegah terjadinya kejang demam
dalam menentukan sikap, sehingga mampu berulang. Saran dari hasil penelitian ini
mengambil keputusan yang tepat dalam adalah edukasi dengan menngunakan
menangani demam pada anak. Informasi media video dapat dimasukkan ke dalam
merupakan dasar dari pengetahuan, rencana asuhan keperawatan, ketika anak
sementara pengetahuan merupakan dasar pertama kali dirawat di rumah sakit karena
bagi orang tua dalam menetukan sikap yang kejang demam, karena terbukti dapat
tepat dalam mengambil keputusan. meningkatkan pengetahuan ibu sehingga
Hasil analisis multivariat dalam pene­ ibu dapat mengambil sikap yang positif
litian ini menunjukkan ada pengaruh yang untuk pencegahan terjadinya kejang demam
signifikan antara pemberian edukasi berulang.
dengan sikap ibu (p<0,01) setelah dikontrol
oleh variabel usia ibu, tingkat pendidikan, DAFTAR PUSTAKA
penghasilan, keterpaparan informasi, Arsyad, A. (2013). Media Pembelajaran.
riwayat anak dirawat dan riwayat anak Jakarta: Rajawali Press.
dirawat karena kejang. Hal ini menunjukkan Deliana, M. (2002). Tata laksana kejang
bahwa perubahan sikap ibu ke arah positif demam pada anak. Sari Pediatri, 4
tentang pencegahan kejang demam (2), 59-62.
berulang merupakan dampak dari edukasi Eze, C. N., Ebuehi, O. M., Brigo, F., Otte,
kesehatan. Namun dalam penelitian ini W. M., & Igwe, S. C. (2015). Effect
ditemukan variabel perancu yang tetap of health education on trainee
memengaruhi sikap walaupun telah dikontrol teachers’ knowledge, attitudes, and
yaitu tingkat pendidikan dan keterpaparan first aid management of epilepsy:
informasi. An interventional study. Seizure,
Priyoto (2014) mengatakan pendidikan 33: 46–53. https://doi.org/10.1016/j.
adalah proses pengubahan pengetahuan, seizure.2015.10.014
sikap serta perilaku seseorang atau Eskandarifar A, Asadolah F, Gamileh A
kelompok sebagai upaya mendewasakan and Ibrahim G. (2017). The Risk
manusia melalui upaya pengajaran, Factors in Children with Simple
pelatihan dan penelitian. Secara teori, and Complex Febrile Seizures: An
semakin tinggi pendidikan seseorang maka Epidemiological Study. Int J Pediatr,
semakin baik pengetahuan, sikap dan 5(6).
perilaku yang ia miliki. Hal ini sesuai dengan Guttmacher. (2005). Into A New World:
yang ditemukan peneliti bahwa tingkat Young Women’s Sexual and
pendidikan bisa memengaruhi pengetahuan Reproductive. Retrieved from Lives.
dan sikap seseorang. Hal ini sesuai dengan http://www.agi-usa.org/pubs/new_
hasil penelitian Yabanci & Karakus (2014) world_indo.html.
yang menemukan bahwa semakin baik Gueguen, J., Fauvel, G., Luhman, N., &
pengetahuan orang tua tentang nutrisi maka Bouchon, N. (2010). Health educa­
semakin baik pula sikap orang tua dalam tion: A practical guide for health care
menyediakan nutrisi untuk anak-anaknya. project.

135
JPPNI Vol. 04/no.03/Desember 2019-Maret 2020

Hanafi, M. I., Abdel, S., Shalaby, H., children with respiratory disease,
Falatah, N., & El-ammari, H. Journal of Pediatric Nursing, 36:
(2014). Impact of health education 13-19, http://dx.doi.org/10.1016/j.
on knowledge of, attitude to pend.2017.04.012.
and practice of breastfeeding Legg, K. T., & Newton, M. (2017).
among women attending primary Counselling adults who experience
health care centres in Almadinah a first seizure. Seizure, 49: 64–
Almunawwarah, Kingdom of Saudi 68. https://doi.or g/10.101 6/j .
Arabia: Controlled pre e post study. seizure.2016.09.012.
Journal of Taibah University Medical Lenzowski, E., Tung-Hahn, E., Higareda, J.,
Sciences, 9(3): 187–193. https://doi. McCormick, C., Markoff, T., Arffa, M.,
org/10.1016/j.jtumed.2013.11.011. … Alam, M. (2017). Video education
Hockenberry, M. J. & Wilson, D. (2009). to improve recognition of common
Wong’s essentials of pediatric benign and malignant cutaneous
nursing (8th ed). St Louis, Missouri: lesions and skin cancer prevention
Mosby Elsevier. in the public. International Journal of
Hudayani, F. (2014). Pengaruh pemberian Women’s Dermatology: 4–6. http://
edukasi dan konseling gizi terhadap doi.org/10.1016/j.ijwd.2017.10.005.
pengetahuan sikap perilaku dan Maulana, H. D. J. (2009). Promosi Kese­
berat badan ODHA di UPT HIV hatan. Jakarta: EGC.
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Maryati, D. & Septikasari, M. (2009). Kese­­­
Jakarta (Tesis). Universitas hatan reproduksi teori dan prak­
Indonesia, Jakarta, Indonesia. tikum. Yogyakarta: Nuha Medika.
Kalalang, J. P., Masloman, N. & Mannoppo, Najimi, A., Dolatabadi, N., Esmaeili,
J. I (2016). Profil kejang demam di A., & Sharifirad, G. (2013). The
Bagian ilmu Kesehatan Anak RSUP effect of educational program on
Prof. Dr. R. D. Kandau Manado. knowledge, attitude and practice
Jurnal e-Clinic (eCl), 4, (2), 51-55. of mothers regarding prevention
Kızılay, D. Ö., Kırdök, A. A., Ertan, P., of febrile seizure in children.
Ayça, S., Demet, M. M., & Polat, Journal of Education and Health
M. (2017). Information is power: Promotion, 2(1): 26. http://dx.doi.
An interventional study on parents org/10.4103/2277-9531.112703.
of children with febrile seizures. Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan
Retrieved from https://www. Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
journalagent.com/z4/vi.asp?pdir=jp Cipta.
r&plng=eng&un=JPR-43433. Notoatmodjo S. (2012). Promosi Kesehatan
Kyle, T., & Carman, S. (2017). Essential dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
of pediatric nursing (3 th ed). Rineka Cipta.
Philadelphia: LippincottWilliams & Onji S.H. Hassanpour, M. Ghofrani, N.
Wilkins. Taheri D, & AR Ziaee. (2009).
Lee, J.M., Kim, S.J., & Min, H.Y. (2017). Determining teh Risk Factors of
The Effect of smartphone-based Recurrent to Hazrat-e-Ali Asghar
nebulizer therapy education on Childrens Hospital. Razi Journal of
parent’s knowledge and confidence Mecial Sciences, 16(65).
of performance in caring for

136
Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Pencegahan Kejang Demam

Parvez, M., M., Wiroonpanich, W., & Siriat, N. A. J., Rustina, Y., & Waluyanti,
Naphapunsakul, M. (2010). The F. T. (2013). Pemberian informasi
effects of educational program on meningkatkan pengetahuan, sikap
child care knowledge and behaviors dan ketrampilan orang tua dalam
of mothers of children under five penanganan demam pada anak.
years with pneumonia. Bangladesh Jurnal Keperawatan Indonesia,
Journal of Medical Science, 9(3). 16(2): 101-106.
Patel, N., Ram, D., Swiderska, N., Soundari, E. S., Kokilavani, N., & Kumar,
Mewasingh, L. D., Newton, R. C. S. (2014). A study to assess
W., & Offringa, M. (2015). Febrile the effectiveness of educational
seizures. BMJ: British Medical intervention on knowledge and
Journal (Online), 351. http://dx.doi. attitude of mothers regarding care
org/10.1136/bmj.h42 of children with convulsion disorder
Paul, S. P., Rogers, E., Wilkinson, R., & at melmaruvathur. Asian Journal of
Paul, B. (2015). Management Nursing Education and Research,
of febrile convulsion in children. 4(4): 457-460. Retrieved from
Emergency Nurse (2014), 23(2), https://search.proquest.com/docvie
18-25. doi:http://dx.doi.org/10.7748/ w/1702908679?accountid=17242
en.23.2.18.e1431. Sulistinadewi, N. L. K., Nurhaeni, N., &
Paul, S. P, Blaikley, S., & Chinthapalli, R. Gayatri, D. (2012). Pendidikan
(2012). Clinical update: Febrile kesehatan keluarga efektif
convulsion in childhood. Community meningkatkan kemampuan ibu
Practitioner, 85(7): 36-38. Retrieved dalam merawat anak diare. Jurnal
from https://search.proquest.com/ keperawatan Indonesia, 15(3): 165-
docview/1027219982?account 170.
id=17242. Wawan & Dewi. (2010). Teori & pengukuran
Priyoto. (2014). Teori sikap dan perilaku pengetahuan, sikap, dan perilaku
dalam kesehatan. Yogyakarta: manusia. Yogyakarta: Nuha
Nuha Medika. Medika.
Santoso H & Ismail A. 2009. Memahami Yabanci, N., & Karakus, S. Ş. (2014). The
Krisis Usia Lanjut. Jakarta: Gunung effects of mother ’ s nutritional
Mulia. knowledge on attitudes and
Sadleir, L. G., & Scheffer, I. E. (2007). behaviors of children about nutrition.
Febrile seizures. BMJ: British Procedia – Social and Behavioural
Medical Journal, 334(7588): 307- Sciences, 116: 4477–4481. https://
311. http://dx.doi.org/10.1136/ doi.org/10.1016
bmj.39087.691817.AE.

137

Anda mungkin juga menyukai