Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI KESEHATAN TERHADAP

PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM PADA ANAK


DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS SENDANG

Fahrizal Nadya Pangestu 1, Yuly Peristiowati 2

ABSTRAK
Kejang demam merupakan kelainan pada sistem neurologis dan sering dijumpai keadaan tersebut terjadi
pada anak-anak. Kejang dapat terjadi karena adanya peningkatan suhu tubuh. Kejang demam yang terjadi pada
anak perlu diwaspadai karena kejang yang terjadi dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan kematian (Wong,
2014).
Tujuan dari penelitian ini untuk Mengetahui Pengaruh Pemberian Edukasi Kesehatan Terhadap
Penatalaksanaan Kejang Demam Pada Anak DiWilayah Kerja Puskesmas Sendang. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini Pre-Experimenal Design dengan pretest-posttest one group design yaitu membandingkan
tentang (penatalaksanaan kejang demam pada anak diwilayah kerja Puskesmas Sendang sebelum dan sesudah
pemberian edukasi kesehatan) dengan jumlah sampel 30 responden. Metode sampling menggunakan total
sampling, analisa data menggunakan uji Wilcoxon Rank Test.
Pretest Pengaruh Pemberian Edukasi Kesehatan Terhadap Penatalaksanaan Kejang Demam Pada Anak
DiWilayah Kerja Puskesmas Sendang didapatkan dalam kategori cukup yaitu sebanyak 14 responden (46,7%),
dan Posttest Pengaruh Pemberian Edukasi Kesehatan Terhadap Penatalaksanaan Kejang Demam Pada Anak
DiWilayah Kerja Puskesmas Sendang didapatkan dalam dalam kategori baik setelah dilakukan edukasi yaitu
sebanyak 20 responden (66,7%).
Hasil uji statistic Wilcoxon Rank Test didapatkan nilai signifikan sebesar 0,000, maka dapat disimpulkan
ρ≤0,05 (0,032 ≤0,05) artinya ada “Pengaruh Pemberian Edukasi Kesehatan Terhadap Penatalaksanaan Kejang
Demam Pada Anak DiWilayah Kerja Puskesmas Sendang”.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, yang didukung oleh teori dan hasil penelitian yang relevan, peneliti
berpendapat bahwa edukasi kesehatan sangat berpengaruh pada pengetahuan penatalaksanaan kejang demam
anak.
Kata Kunci : Edukasi Kesehatan, Pengetahuan, Penatalaksanaan Kejang Demam Anak.

ABSTRACT
Febrile seizures are a disorder of the neurological system and are often found in children. Seizures can
occur due to an increase in body temperature. Febrile seizures that occur in children need to be watched out for
because seizures that occur for a long time can result in death (Wong, 2014).
The purpose of this study was to determine the effect of providing health education on the management of
febrile seizures in children in the work area of the Sendang Health Center. The method used in this study was a
Pre-Experimenal Design with a pretest-posttest one group design, namely comparing about (management of
febrile seizures in children in the work area of the Sendang Health Center before and after providing health
education) with a sample size of 30 respondents. The sampling method used total sampling, data analysis using
the Wilcoxon Rank Test.
The pretest of the effect of giving health education on the management of febrile seizures in children in the
work area of the Sendang health center was obtained in the sufficient category, namely 14 respondents (46.7%),
and the posttest the effect of providing health education on the management of febrile seizures in children in the
work area of the Sendang health center was obtained in the category well after education, namely as many as 20
respondents (66.7%).
The statistical test results of the Wilcoxon Rank Test obtained a significant value of 0.000, so it can be
concluded that ρ≤0.05 (0.032 ≤0.05) means that there is "The Effect of Providing Health Education on the
Management of Febrile Seizures in Children in the Work Area of the Sendang Health Center".
Based on the results of the research above, which are supported by relevant theories and research results,
the researchers argue that health education is very influential on knowledge of managing children's febrile
seizures.
Key Word : Health Education, Knowledge, Management of Child Febrile Seizures.

1
Mahasiswa program Studi Sarjana Keperawatan pada program studi Prodi SI Fakultas Keperawatan
Institut Ilmu Kesehatan (IIK) Strada Indonesia
2
Dosen prgram Studi Sarjana Keperawatan pada program studi Prodi SI Fakultas Keperawatan Institut
Ilmu Kesehatan (IIK) Strada Indonesia
Fahrizalnadya41@gmail.com
PENDAHULUAN balita pada tahun 2009-2010 anak yang
Kejang demam atau febrile convulsion mengalami kejang demam (Juanita &
menurut American Academy of Manggarwati, 2016). Di kabupaten
Pediatrics (AAP) sebagai peristiwa pada Tulungagung sendiri memiliki angka
masa bayi atau anak-anak yang kematian bayi yang meningkat dari tahun
biasanya terjadi antara usia 3 bulan sampai 2015-2016 yang salah satu penyebabnya
5 tahun, berhubungan dengan yaitu kejang demam 20,19% (Dinkesta,
demam tetapi tanpa adanya infeksi 2022).
intrakranal, gangguan metabolisme, Setelah peneliti melakukan studi
riwayat kejang demam dan epilepsi pendahuluan di Puskesmas Sendang
(Elbigahy, et. al, 2017). Tulungagung, didapatkan bahwa demam
Demam merupakan peningkatan suhu bisanay terjadi pasca imunisasi anak dana
tubuh diatas rentang normal (suhurektal di kurangnya pengetahuan masyarakat
atas 37,5°C) yang tidak teratur dan wilayah Puskesmas Sendang dalam
disebabkan ketidakseimbangan antara melakukan penatalaksanaan pada kejang
produksi dan pembatas panas (Sodikin, demam anak.
2012). Demam tinggi yang terjadi pada Pemberian imunisasi akan memberikan
anak akan berdampak negatif seperti efek samping, umumnya menderita demam
dehidrasi, kerusakan neurologis, atau panas. Orang tua biasanya cemas atau
kekurangan oksigen, dan kejang demam khawatir dikarenakan efek samping
(Cahyaningrum, 2016). tersebut, itu merupakan hal wajar karena
Kejang demam merupakan kelainan pada respon adaptasi tubuh terhadap pemberian
sistem neurologis dan sering dijumpai imunisasi. Tetapi orang tua harus selalu
keadaan tersebut terjadi pada anak-anak. waspada terhadap peningkatan suhu tubuh
Kejang dapat terjadi karena adanya (Kusumawati, 2017).
peningkatan suhu tubuh. Kejang demam Menurut Wulandari & Erawati (2013)
yang terjadi pada anak perlu diwaspadai dalam melakukan pertolongan
karena kejang yang terjadi dalam waktu pertama untuk mencegah terjadinya kejang
yang lama dapat mengakibatkan kematian demam adalah ketika anak mulai
(Wong, 2014). mengalami demam segera lakukan
World Health Organization (WHO) kompres hangat, berikan obat penurun
memperkirakan terdapat lebih panas, beri anak banyak minum, dan
dari 21,65 juta penderita kejang demam jangan selimuti anak dengan selimut
dan lebih dari 216 ribu diantaranya tebal.
meninggal, Selain itu di Kuwait dari 400 Bila terjadi kejang, segera bawa ke
anak berusia 1 bulan - 13 tahun fasilitas kesehatan. Penanganan kejang
dengan riwayat kejang, yang mengalami demam yang dilakukan di puskesmas tidak
kejang demam sekitar 77%. Angka berbeda dengan yang dilakukan di rumah
kejadian kejang demam di Asia lebih sakit, yang membedakannya hanya pada
tinggi, seperti di India sebesar 5-10% saat melakukan posisi untuk BAC
dan di Jepang 6-9% (WHO, 2015). (breathing, airway, and circulation) dan
Menurut Riset Kesehatan Dasar bila kejang masih tetap terjadi dapat
(Riskesdas) tahun 2013 jumlah balita usia langsung diberikan obat anti-kejang
0-59 bulan di Indonesia yang menderita (Renova, 2019).
kejang demam sebanyak 900.626 (3,8%) Tingkat pengetahuan orang tua yang
dari 23.700.676 jiwa. Kejadian kejang berbeda dapat mempengaruhi
demam pada anak perlu dihcegah guna penatalaksanaan kejang demam pada anak
menghindari kejang demam berulang. saat anak mengalami demam tinggi.
(Riskesdas, 2014) Kemampuan orang tua dalam penanganan
Di Jawa Timur terdapat 2-3% dari 100 kejang demam harus didasari pengetahuan
yang benar tentang kejang demam. Pada Anak Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pengetahuan penanganan kejang demam Sendang yang ditampilkan dalam bentuk
tersebut memerlukan pembelajaran melalui tabel sebagai berikut:
pendidikan baik formal maupun non- 1. Data Umum
formal, melalui pengalaman dalam
berinteraksi dengan orang tua anak yang Tabel 4.1 Distribusi frekwensi berdasarkan
kejang maupun pengalaman yang di dapat jenis kelamin
dari orang lain (Riandika,2012). Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yang LAKI-LAKI 7 23.3
bertujuan untuk mengetahui ”Pengaruh
PEREMPUAN 76.7
Pemberian Edukasi Kesehatan Terhadap 23
Penatalaksanaan Kejang Demam Pada 100
Anak Di Wilayah Kerja Puskesmas TOTAL 30
Sendang.”
Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa
METODE PENELITIAN dari total 30 responden, sebagian besar
dari responden adalah perempuan, yaitu
Jenis penelitian yang digunakan sebanyak 23 responden (77%) dan laki-
merupakan penelitian dengan pendekatan laki sebanyak 7 responden (23%).
kuantitatif dengan desain penelitian Pre-
Experimenal Design dengan pretest- Tabel 4.2 Distribusi frekwensi berdasarkan
posttest one group design yaitu umur
membandingkan tentang (penatalaksanaan Persen (%)
kejang demam pada anak diwilayah kerja Umur Frekuensi
Puskesmas Sendang sebelum dan sesudah <20 TAHUN 10.0
3
pemberian edukasi kesehatan). Dalam
penelitian ini menggunakan total sampling 20-35 TAHUN 19 63.3
yaitu mengambil seluruh responden yang
hadir dalam imunisasi. Pada penelitian >35 TAHUN 8 26.7
lapangan teknik yang digunakan dapat
TOTAL 30 100
berupa kuisioner atau pedoman
wawancara, observasi, tes atau gabungan
dari semuanya. Variabel independen dalam Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa
penelitian ini adalah Edukasi Kesehatan. dari total 30 responden, sebagian besar
Variabel dependen dalam penelitian ini dari responden berumur 20-35 tahun, yaitu
adalah Pengetahuan Penatalaksanaan sebanyak 19 responden (63%), dan
Kejang Demam Anak. Kemudian data sebagian kecil berumur < 20 tahun
dianalisa dengan menggunakan uji sebanyak 5 responden (10%).
Wilcoxon sign rank test yang akan
menunjukkan ada tidaknya Pengaruh Tabel 4.3 Distribusi frekwensi berdasarkan
Pemberian Edukasi Kesehatan Terhadap pendidikan
Penatalaksanaan Kejang Demam Pada Persen (%)
Anak Di Wilayah Kerja Puskesmas Pendidikan Frekuensi
Sendang. TIDAK 6.7
2
SEKOLAH
HASIL PENELITIAN SD 6.7
Didapatkan hasil penelitian tentang 2
Pengaruh Pemberian Edukasi Kesehatan SMP 23.3
7
Terhadap Penatalaksanaan Kejang Demam
SMA 8 26.7 pengetahuan cukup yaitu 10 responden
(33,3%).
PT 11 36.7
Tabel 4.6 Perbandingan Pretest dan
100
TOTAL 30 Posttest
Pre Test-Post Test Frekuensi
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa
dari total 30 responden, sebagian besar Negative Rank 0
dari responden berpendidikan perguruan
tinggi, yaitu sebanyak 11 responden Positif Rank 23
(36,7%), dan sebagian kecil tidak sekolah
dan SD sebanyak 2 responden (6,7%). Ties 7

2. Data Khusus TOTAL 30


Tabel 4.4 Distribusi Frekwensi Pretest
Pre Test Frekuensi Persen (%) Berdasarkan tabel 4.6 hasil
perbandingan pretest dan posttest diatas
KURANG 11 36.7
diketahui sebanyak 7 responden
CUKUP 46.7 mempunyai hasil yang sama antara pretest
14 dan post test dan 23 responden mempunyai
BAIK 16.7 peningkatan pengetahuan penatalaksanaan
5
kejang demam anak.
TOTAL 30 100
3. Hasil Uji Statistik
Berdasarkan tabel 4.4 dapat Berdasarkan dari hasil uji statistic
diinterpretasikan bahwa dari total 30 Wilcoxon dengan berbantuan program
responden sebagian besar responden komputer SPSS dapat diinterpretasikan
mempunyai pengetahuan penatalaksanaan hasil uji statistik Wilcoxon dengan
kejang demam anak dalam kategori cukup signifikan 0,05 menghasilkan nilai P Value
yaitu sebanyak 14 responden (46,7%), dan = 0,000 lebih kecil dari nilai  = 0,05
sebagian kecil responden mempunyai (0,000 < 0,05) sehingga H0 ditolak dan H1
pengetahuan baik yaitu 5 responden diterima, yang berarti ada ” Pengaruh
(16,7%). Pemberian Edukasi Kesehatan Terhadap
Penatalaksanaan Kejang Demam Pada
Tabel 4.4 Distribusi Frekwensi Posttest Anak DiWilayah Kerja Puskesmas
Post Test Frekuensi Persen (%) Sendang”.
CUKUP 10 33.3
PEMBAHASAN
BAIK 20 66.7
Pada bab ini akan dibahas
100 mengenai hasil penelitian “Pengaruh
TOTAL 30
Pemberian Edukasi Kesehatan Terhadap
Berdasarkan tabel 4.5 dapat Penatalaksanaan Kejang Demam Pada
diinterpretasikan bahwa dari total 30 Anak DiWilayah Kerja Puskesmas
responden lebih dari separuh responden Sendang”, dengan mengacu pada
mempunyai pengetahuan penatalaksanaan penelitian yang telah dilaksanakan oleh
kejang demam anak dalam kategori baik peneliti dengan jumlah sampel 30
yaitu sebanyak 20 responden (66,7%), dan responden di UPT Puskesmas Sendang
sebagian kecil responden mempunyai Tulungagung dengan menilai pengetahuan
penatalaksanaan kejang demam anak. Berdasarkan hasil pretest diatas
A. Pretest dan Posttest Pengaruh Pemberian menunjukkan bahwa sebanyak 14
Edukasi Kesehatan Terhadap responden (46,7%) mempunyai
Penatalaksanaan Kejang Demam Pada pengetahuan penatalaksanaan kejang
Anak DiWilayah Kerja Puskesmas demam anak dalam kategori cukup yaitu,
Sendang dan setelah dilakukan pretest sebanyak 20
Berdasarkan tabel 4.4 dapat responden (66,7%) mempunyai hasil
diinterpretasikan bahwa dari total 30 pengetahuan penatalaksanaan kejang
responden sebagian besar responden demam anak dalam kategori baik. Hal ini
mempunyai pengetahuan penatalaksanaan menunjukkan bahwa adanya peningkatan
kejang demam anak dalam kategori cukup pengetahuan penatalaksanaan kejang
yaitu sebanyak 14 responden (46,7%), dan demam anak setelah dilakukan edukasi.
sebagian kecil responden mempunyai Kurangnya pengetahuan keluarga tentang
pengetahuan baik yaitu 5 responden penatalaksanaan kejang demam yang tepat
(16,7%). dapat menyebabkan kesalahan penanganan
Berdasarkan tabel 4.5 dapat pada kejang demam anak seperti
diinterpretasikan bahwa dari total 30 memberikan selimut yang tebal dan baju
responden lebih dari separuh responden yang tebal pada anak supaya segera
mempunyai pengetahuan penatalaksanaan mengeluarkan keringat itu salah,
kejang demam anak dalam kategori baik memasukan benda ke dalam mulut balita
setelah dilakukan edukasi yaitu sebanyak pada saat anak tersebut kejang itu juga
20 responden (66,7%), dan sebagian kecil salah. Maka dari itu perlunya pengetahuan
responden mempunyai pengetahuan cukup keluarga tentang penatalaksanaan kejang
yaitu 10 responden (33,3%). demam.
Pre-test merupakan tes kemampuan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
yang diberikan kepada responden sebelum data dari total 30 responden sebagian besar
diberi perlakuan, sedangkan post-test dari responden adalah perempuan, yaitu
dilakukan setelah responden mendapatkan sebanyak 23 responden (77%) dan laki-
perlakuan. Pengetahuan adalah merupakan laki sebanyak 7 responden (23%).
hasil ―tahu dan ini terjadi setelah orang Dalam penelitian Andriani Angelia Alda
melakukan penginderaan terhadap suatu Pelealu (2019) tentang Pemberian
objek tertentu. Penginderaan terjadi Pendidikan Kesehatan Tentang
melalui panca indra manusia, yakni indera Penanganan Kejang Demam Pada Anak
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa Balita Terhadap Tingkat Kecemasan Pada
dan raba menurut Bachtiar yang dikutip Ibu disebutkan bahwa anak laki-laki lebih
dari Notoatmodjo (2012). sering menderita kejang demam dengan
Dalam penelitian Nuryani (2020) insidensi sekitar dua kali lipat lebih sering
tentang Hubungan Pengetahuan Keluarga dibandingkan anak perempuan, dan
Tentang Kejang Demam Dengan Perilaku terdapat peningkatan kerentanan dalam
Penanganan Kejang Demam Sebelum keluarga yang menunjukkan kemungkinan
Dibawa Ke Rumah Sakit didapatkan hasil adanya predisposisi genetik.
penelitian adanya hubungan antara Browne (2018) menyatakan bahwa
pengetahuan keluarga tentang kejang perempuan lebih baik dari pada laki-laki
demam dengan perilaku penanganan dalam proses belajar karena mereka
kejang demam sebelum dibawa ke rumah menghabiskan lebih banyak waktu untuk
sakit di ruang anak tumah sakit umum mengerjakan tugas, lebih terorganisir, dan
muhammadiyah ponorogo dengan hasil uji lebih baik dalam memenuhi tenggang
validitas nilai r hitung > r tabel (0,3044) waktu yang diberikan. Penelitian yang
dan reabilitas nilai signifikan > 0,6. dilakukan oleh Pai, Lee, dan Tsao (2014)
tentang eksplorasi hubungan ibu dengan
anak menemukan bahwa anak merasa responden (63%). Hasil ini sesuai dengan
lebih dekat dengan ibu karena perasaan teori dimana usia 20-35 tahun memiliki
lekat dan kehadiran ibu membawa situasi tingkat pengetahuan dan perilaku yang
nyaman. lebih baik dikarenakan usia ini mampu
Berdasarkan hasil analisis karakteristik mengingat kembali materi yang telah
responden disesuaikan dengan kajian teori dipelajari untuk diterapkan dengan lebih
diatas dapat diambil kesimpulan bahwa baik dibandingkan dengan rentang usia
sebagian besar dari responden berjenis lainnya. Semakin bertambahnya usia maka
kelamin perempuan, yaitu sebanyak 23 semakin bertambah pula daya tangkap dan
responden (77%). Ibu memiliki peran pola pikirnya, sehingga mampu mengingat
penting dalam penanganan demam pada dengan baik mengenai penatalaksanaan
anak, apabila ibu tidak tahu apa yang akan kejang demam anak.
dilakukan dalam membantu menurukan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data
suhu tubuh dan tidak memberikan obat dari total 30 responden sebagian besar dari
penurun panas atau kompres hangat atau responden berpendidikan perguruan tinggi,
sesegera membawa anak kedokter untuk yaitu sebanyak 11 responden (36,7%).
mendapatkan penanganan dapat Pendidikan berarti bimbingan yang
membahayakan nyawa anak. Hal ini diberikan seseorang terhadap
menunjukkan bahwa perempuan lebih perkembangan orang lain menuju kearah
dekat dengan anak sehingga untuk cita-cita tertentu yang menentukan
melakukan pemeriksaan ditemani oleh manusia untuk berbuat dan mengisi
ibunya. kehidupan untuk mencapai keselamatan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan
data dari total 30 responden sebagian besar untuk mendapat informasi misalnya hal-
dari responden berumur 20-35 tahun, yaitu hal yang menunjang kesehatan sehingga
sebanyak 19 responden (63%). dapat meningkatkan kualitas hidup. (Noer
Dikatakan usia ideal memiliki anak pada Febriyanti, 2021)
usia 20 tahun sampai dengan 35 tahun usia Dalam penelitian Andrianus (2018)
tersebut merupakan batasan aman dalam tentang Hubungan Antara Pengetahuan Ibu
hal reproduksi (Pinontoan, 2015). Pada Dengan Penatalaksanaan Kejang Demam
usia ini pula menunjukkan usia yang ideal Pada Balita Di Posyandu Anggrek
untuk hamil dikarenakan sudah matang Tlogomas Wilayah Kerja Puskesmas
baik fisik maupun mental (Prawirohardjo, Dinoyo Kota Malang disebutkan bahwa
2011). pendidikan yang tinggi dapat memberi
Dalam penelitian Maria (2019) tentang pelajaran dan pelatihan sehingga
Pengaruh Edukasi Kesehatan Tentang mengubah tingkah laku seseorang.
Penanganan Kejang Demam Terhadap Berdasarkan hasil analisis karakteristik
Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Di responden disesuaikan dengan kajian teori
Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Dau diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
disebutkan bahwa tingkat usia ibu yang sebagian besar dari responden memiliki
relatif masih muda lebih aktif dalam pendidikan Perguruan Tinggi yaitu
menanggapi penyuluhan tentan kejang sebanyak 11 responden (36,7%). Hal ini
demam anak sehingga informasi yang menunjukkan bahwa makin tinggi
disampaikan oleh petugas kesehatan pendidikan seseoarang semakin mudah
mudah dimengerti oleh responden. pula mereka menerima informasi terutama
Berdasarkan hasil analisis karakteristik yang menyangkut terhadap kesehatan
responden disesuaikan dengan kajian teori anaknya sehingga anak dapat terhindar
diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dari kejang demam. Dan begitu juga
sebagian besar dari responden memiliki sebaliknya bahwa pendidikan yang rendah
usia 20-35 tahun, yaitu sebanyak 19 atau tidak pernah menempuh pendidikan
mempengaruhi seseorang untuk menerima panas, beri anak banyak minum, dan
informasi. jangan selimuti anak dengan selimut
tebal.
B. Pengaruh Pemberian Edukasi Kesehatan Bila terjadi kejang, segera bawa ke
Terhadap Penatalaksanaan Kejang Demam fasilitas kesehatan. Penanganan kejang
Pada Anak DiWilayah Kerja Puskesmas demam yang dilakukan di puskesmas tidak
Sendang berbeda dengan yang dilakukan di rumah
Berdasarkan tabel 4.6 hasil sakit, yang membedakannya hanya pada
perbandingan pretest dan posttest diatas saat melakukan posisi untuk BAC
diketahui sebanyak 7 responden (breathing, airway, and circulation) dan
mempunyai hasil yang sama antara pretest bila kejang masih tetap terjadi dapat
dan post test dan 23 responden mempunyai langsung diberikan obat anti-kejang
peningkatan pengetahuan penatalaksanaan (Renova, 2019).
kejang demam anak. Berdasarkan fakta diatas dan teori diatas
Berdasarkan dari hasil uji statistic maka peneliti berpendapat bahwa
Wilcoxon dengan berbantuan program penelitian yang dilakukan di Puskesmas
komputer SPSS dapat diinterpretasikan Sendang Kabupaten Tulungagung tersebut
hasil uji statistik Wilcoxon dengan ada Pengaruh Pemberian Edukasi
signifikan 0,05 menghasilkan nilai P Value Kesehatan Terhadap Penatalaksanaan
= 0,000 lebih kecil dari nilai  = 0,05 Kejang Demam Pada Anak DiWilayah
(0,000 < 0,05) sehingga H0 ditolak dan H1 Kerja Puskesmas Sendang.
diterima, yang berarti ada ” Pengaruh Penatalaksaan pada kejang demam
Pemberian Edukasi Kesehatan Terhadap dikatakan baik bila memenuhi indicator
Penatalaksanaan Kejang Demam Pada respondent tahu tentang Pengertian kejang
Anak DiWilayah Kerja Puskesmas demam, Tanda dan gejala cara mengukur
Sendang”. suhu tubuh dan dapat menangani kejang
Tujuan dari pemberian edukasi demam dirumah.
kesehatan ini adalah untuk peningkatkan Berdasarkan hasil penelitian diatas,
pengetahuan orangtua tentang yang didukung oleh teori dan hasil
penatalaksanaan kejang demam anak. penelitian yang relevan, peneliti
Tingkat pengetahuan orang tua yang berpendapat bahwa edukasi kesehatan
berbeda dapat mempengaruhi sangat berpengaruh pada pengetahuan
penatalaksanaan kejang demam pada anak penatalaksanaan kejang demam anak.
saat anak mengalami demam tinggi. Dalam penelitian ini mayoritas responden
Kemampuan orang tua dalam penanganan memiliki pengetahuan yang cukup
kejang demam harus didasari pengetahuan sebelum dilakukan edukasi dan setelah
yang benar tentang kejang demam. dilakukan tentang penanganan kejang
Pengetahuan penanganan kejang demam demam pada anak didapatkan pengetahuan
tersebut memerlukan pembelajaran melalui orang tua meningkat dari cukup menjadi
pendidikan baik formal maupun non- baik. Jadi meskipun memiliki pengetahuan
formal, melalui pengalaman dalam kurang tetapi karena mendapatkan edukasi
berinteraksi dengan orang tua anak yang kesehatan tentang penatalaksanaan kejang
kejang maupun pengalaman yang di dapat demam anak berupa tindakan atau praktek
dari orang lain (Riandika,2012). yang telah mereka amati dari orang lain
Menurut Wulandari & Erawati (2013) maka responden mendapatkan peningkatan
dalam melakukan pertolongan pengetahuan tentang penatalaksanaan
pertama untuk mencegah terjadinya kejang kejang demam anak. Maka dari itu perlu
demam adalah ketika anak mulai dilakukan Edukasi Kesehatan Terhadap
mengalami demam segera lakukan Penatalaksanaan Kejang Demam Pada
kompres hangat, berikan obat penurun
Anak DiWilayah Kerja Puskesmas 2. Bagi Institut Ilmu Kesehatan Strada
Sendang. Indonesia Kediri
Diharapkan dapat memberikan
informasi kepada calon tenaga
kesehatan berkaitan dengan Pengaruh
KESIMPULAN Pemberian Edukasi Kesehatan
Terhadap Penatalaksanaan Kejang
Berdasarkan hasil penelitian Pengaruh Demam Pada Anak DiWilayah Kerja
Pemberian Edukasi Kesehatan Terhadap Puskesmas Sendang.
Penatalaksanaan Kejang Demam Pada 3. Bagi Puskesmas
Anak Di Wilayah Kerja Puskesmas Sebagai bahan informasi dan
Sendang : masukan-masukan bagi Puskesmas
1. Pretest Pengaruh Pemberian Edukasi Sendang untuk menentukan kebijakan
Kesehatan Terhadap Penatalaksanaan dalam memberikan edukasi pada
Kejang Demam Pada Anak di Wilayah masyarakat. Dan juga diharapkan
Kerja Puskesmas Sendang didapatkan dapat memberikan bimbingan dan
bahwa dari total 30 responden sebagian masukan terhadap mahasiswa yang
besar responden mempunyai melakukan penelitian.
pengetahuan penatalaksanaan kejang 4. Bagi Responden
demam anak dalam kategori cukup Hasil penelitian ini diharapkan dapat
yaitu sebanyak 14 responden (46,7%). menambah wawasan bagi ibu
2. Posttest Pengaruh Pemberian Edukasi mengenai penatalaksanaan kejang
Kesehatan Terhadap Penatalaksanaan demam sehingga anak bisa terhindar
Kejang Demam Pada Anak di Wilayah dari kejang demam, dan apabila
Kerja Puskesmas Sendang didapatkan kejang demam terjadi dirumah dapat
bahwa dari total 30 responden lebih dilakukan pertolongan pertama.
dari separuh responden mempunyai 5. Bagi Penelitian Selanjutnya
pengetahuan penatalaksanaan kejang Dengan adanya skripsi ini, diharapkan
demam anak dalam kategori baik dapat menjadi inspirasi bagi
setelah dilakukan edukasi yaitu mahasiswa untuk meneruskan
sebanyak 20 responden (66,7%). penelitian ini dengan metode yang
3. Ada Pengaruh Pemberian Edukasi lebih baik lagi. Dengan menambah
Kesehatan Terhadap Penatalaksanaan materi-materi penelitian yang lebih
Kejang Demam Pada Anak di Wilayah lengkap dan terbaru sesuai dengan
Kerja Puskesmas Sendang dengan nilai kemajuan ilmu pengetahuan yang
P Value = 0,000 lebih kecil dari nilai  semakin lama semakin berkembang
= 0,05 (0,000 < 0,05). serta metode penelitian yang berbeda
tingkat kesulitannya dibandingkan
SARAN dengan apa yang sudah dilakukan oleh
peneliti.
Dari hasil kesimpulan penelitian diatas,
dapat dikemukakan beberapa saran sebagai
berikut : DAFTAR PUSTAKA
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Hendaknya tenaga kesehatan lebih Aminah Mun, K. N. (2018) „Pengaruh
banyak lagi menyampaikan edukasi Pemberian Kompres Hangat
tentang kejang demam anak sehingga pada Anak Umur 1-5 Tahun
pasien mengerti dan dapat melakukan yang Mengalami Kejang
penatalaksanaan kejan demam anak. Demam Di RS Permata Bunda
Purwodadi‟, Jurnal Keperawatan International Edition, 6(11),
Indonesia, 2(1), pp. 45–49. 951–952., pp. 2013–2015.

Anisa, K. D. (2019) „Efektifitas kompres Labir, K., Sulisnadewi, N. L. K. and


hangat untuk menurunkan suhu Mamuaya, S. (2018)
tubuh pada an.d dengan „Pertolongan Pertama Dengan
hipertermia‟, 5, pp. 122–127. Kejadian Kejang Demam Pada
doi: 10.33485/jiikwk.v5i2.112. Anak‟, Journal Nursing, Pp. 1–
7. Available At:
Benjamin, W. (2019) „Asuhan Http://Poltekkes-
Keperawatan Pada Anak Usia Denpasar.Ac.Id/Files/Jurnal
Toddler Kejang Demam Dengan Gema Keperawatan/Desember
Peningkatan Suhu Tubuh 2014/ARTIKEL Ketut Labir
(Hipertermia) Di Ruang Melati dkk,.pdf.
Rsud Ciamis‟, 3, pp. 1–9.
Musdalifah, eva as S. (2018) „Pengaruh
Dwi Astuti1, S. C. et al. (2017) „Aloe Vera kompres aloe vera terhadap
Barbadensis Miller As An suhu tubuh anak usia pra
Alternative Treatment sekolah dengan demam di
Forchildren With Fever‟, 3(5), puskesmas siantan hilir‟.
pp. 595–602.
Nova Ari Pangesti, Bayu Seto Rindi
Hardika, M. S. P. and Mahailni, D. S. Atmojo, Kiki A (2020)
(2019) „Faktor-Faktor Yang „Penerapan Kompres Hangat
Berhubungan Dengan Kejadian Dalam Menurunkan Hipertermia
Kejang Demam Berulang Pada Pada Anak Yang Mengalami
Anak Di RSUP Sanglah Kejang Demam Sederhana‟,
Denpasar‟, EJournal Stikes Nani Nursing Science Journal (NSJ),
Hasnuddin, 8(4), pp. 1–9. 1(1), pp. 29–35. doi:
10.53510/nsj.v1i1.18.
Haryono, R. and Utami, M. P. S. (2019)
Keperawatan Medikal Bedah 2 Nursalam (2017) Metodologi Penelitian
(2nd ed.). 2nd edn. Yogyakarta: Keperawatan. 4th edn. Jakarta:
Pustaka Baru Press. Salemba Medika.

Hasian, L. and Yanti, A. (2019) „Modul Nursalam (2020) Metodologi Penelitian


Dokumentasi Keperawatan‟, 1. Ilmu Keperawatan: Pendekatan
Praktis. In Metodologi
Heryana, A. (2020) „Etika Penelitian Penelitian Ilmu Keperawatan:
Keperawatan‟, Kesehatan Pendekatan Praktis (5th ed.).
Masyarakat Universitas Esa Jakarta. 5th edn, Metodologi
Unggul, 1(July), pp. 1–9. doi: Penelitian Ilmu Keperawatan:
10.13140/RG.2.2.13880.16649. Pendekatan Praktis. 5th edn.
Salemba Medika.
Jasni (2021) „Asuhan Keperawatan Pada
An. K Dengan Diagnosa Medik Pelealu, A. A. A., Palendeng, O. E. L. and
Kejang Demam Sederhana Di Kallo, V. (2019) „Pemberian
Ruang Anggrek B Rumah Sakit Pendidikan Kesehatan Tentang
Umum Daerah Tarakan‟, Penanganan Kejang Demam
Angewandte Chemie Pada Anak Balita Terhadap
Tingkat Kecemasan Pada Ibu‟,
Jurnal Keperawatan. doi:
10.35790/jkp.v7i2.24451.

PPNI, T. P. S. D. (2017) Standar


Diagnosis Keperawatan
Indonesi (SDKI). I. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

SIKI (2018) Standar Intervensi


Keperawatan Indonesia. 1st edn.
Edited by Tim Pokja SIKI DPP
PPNI. jakarta selatan: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

SLKI (2019) Standar Luaran Keperawatan


Indonesia. 1st edn. Edited by
Tim Pokja SLKI DPP PPNI.
jakarta selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

UNICEF (2020) Situasi Anak di


Indonesia, Unicef Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai