Mini Riset
“Gambaran Penanganan Ibu Pada Balita dengan Riwayat
Demam Berdasarkan Aspek Budaya Baurut di Wilayah Kerja
Puskesmas Dirgahayu Kota Baru Kalimantan Selatan”
Oleh : Kelompok 7
Nama NIM
Alwita Susanti 2320930320014
Dewi Arianti 2320930320009
Dhemes Alin 2320930320051
Muthmainnah 2320930320053
Risna Ariani 2320930320024
A. Demam
1. Definisi
Demam merupakan salah satu tanda penyakit yang paling umum.
Demam menjadi alasan di balik 15-25% kunjungan pasien di fasilitas
pelayanan kesehatan dasar atau unit gawat darurat (Barbi et al., 2017).
Di Indonesia, sebanyak 30% kunjungan ke dokter anak disebabkan
oleh demam (IDAI, 2014). Meskipun pada beberapa kasus demam
dapat ditangani tanpa intervensi medis, demam tinggi dapat
mengakibatkan kejang demam. Kejang demam adalah kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh 38ᵒC atau lebih yang disebabkan oleh
proses di luar otak. Sebagian besar kejang demam terjadi pada anak
usia 6 bulan sampai 5 tahun. Ciri khas kejang demam adalah
demamnya mendahului kejang. Pada saat kejang, anak masih demam
dan setelah kejang, anak langsung sadar kembali (IDAI, 2014).
2. Penanganan Demam
Penanganan demam terbagi menjadi dua, yaitu penanganan tanpa
obat (terapi nonfarmakologis) dan dengan obat (terapi farmakologis).
Penanganan tanpa obat dilakukan dengan pemberian perlakuan khusus
yang dapat membantu menurunkan suhu tubuh meliputi pemberian
cairan, penggunaan kompres, dan menghindari penggunaan pakaian
terlalu tebal (Kristiyaningsih et al., 2019). Penanganan dengan obat
dilakukan dengan pemberian obat golongan antipiretik yang dapat
menurunkan suhu tubuh dengan berbagai mekanisme (Lubis et al.,
2016).
Penanganan demam menurut IDAI tidak hanya farnakologis
namun juga terapi fisik atau non farmakologis. Adapun hal yang harus
diperhatikan saat mengetahui anak demam adalah tidak tergesa-gesa
memberikan obat penurun demam, kecuali saat suhu tubuh (diukur di
ketiak) di atas 38oC. Aktivitas anak saat demam seperti bermain,
makan, minum, buang air kecil juga hal yang perlu diperhatikan
(IDAI,2019).
Penanganan demam pada balita sangat tergantung pada orang tua
terutama ibu. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian dalam hal
mengasuh, membimbing dan mengawasi perkembangan anaknya
kearah yang lebih baik (Harjaningrum. 2004).
Karakteristik ibu merupakan salah satu bagian yang dapat
menunjang pencegahan demam pada anak. Ibu adalah bagian integral
dari penyelenggaraan rumah tangga yang dengan kelembutan dan
kehalusannya dibutuhkan untuk merawat dan mengasuh anak secara
terampil agar anak tumbuh dengan sehat. Begitu juga ketika anak
mengalami demam, ibu harus mempunyai sikap yang baik dalam
memberikan perawatan, dapat 55 An-Nadaa, Vol. 6 No.2 Desember
2019 menumbuhkan penanganan yang terbaik bagi anaknya
(Notoatmodjo, 2003).
Perilaku ibu merupakan hal yang sangat penting, karena
penggunaan sarana kesehatan untuk anak berkaitan erat dengan
pengetahuan dan perilaku ibu tentang kesehatan. Perilaku ibu tersebut
mempengaruhi tindakan ibu jika anak sakit dalam hal ini adalah
demam. Demam pada balita sering membuat orang tua khususnya ibu
stress, cemas, panik, dan ketakutan yang membuat ibu membawa anak
ke dokter (Faris, 2009).
Upaya untuk menangulangi masalah demam pada balita dapat
dilakukan dengan terapi farmakologis penggunaan obat antipiretik dan
non farmakologis. Upaya non farmakologis yang dapat dilakukan yaitu
mengenakan pakaian tipis, lebih sering minum, banyak istirahat, mandi
dengan air hangat, memberi kompres dan upaya farmakologis yaitu
memberikan obat penurun panas (Aden, 2010).
Selain itu, upaya dalam menangani demam bisa juga dilakukan
dengan pengobatan tradisional. Seorang ibu dalam menangani demam
juga sangat dipengaruhi oleh budaya dan perilaku lingkungan sekitar
dimana ibu berada. Perilaku ibu terhadap anak juga berbeda sesuai
perkembangan anak, struktur keluarga, harapan orang tua, pengawasan
dan praktik pengasuhan anak (Wong, 2004).
Beberapa orang tua menganggap demam adalah hal yang biasa
dialami anak, sehingga orang tua dengan lingkungan dan kebiasaan
dalam penanganan turun temurun yang dilakukan hanya akan
membawa anaknya ke tukang pijat tradisional. Orang tua memang
tidak jarang untuk membawa anaknya ke tukang pijat tradisional saat
anaknya mengalami demam (Resmi, 2016).
Demam pada anak dibutuhkan perlakuan dan penanganan
tersendiri yang berbeda bila dibandingkan dengan orang dewasa. Hal
ini dikarenakan, apabila tindakan dalam mengatasi demam tidak tepat
dan lambat maka akan mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak terganggu. Penanganan demam dengan cara di
pijat memang tidak salah, akan tetapi apabila penanganan demam
dengan cara pijat yang lebih diutamakan dibandingkan pengananan
farmakologis hal ini akan berdampak buruk bagi anak, bahkan dapat
membahayakan keselamatan anak dan akan menimbulkan komplikasi
seperti hipertermi, kejang demam dan penurunan kesadaran (Unicef,
2013).
B. Balita
Pengertian Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas satu
tahun atau lebih popular dengan pengertian anak dibawah lima tahun.
Balita adalah istilah umu bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak
prasekolah (3- 5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh
pada orangtua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air
dan makan (Setyawati dan Hartini, 2018).
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini
ditandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat
dan disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang
jumlahnya lebih banyak dengan kualitas yang tinggi (Ariani, 2017).
Kesehatan seorang balita sangat dipengaruhi oleh gizi yang terserat
didalam tubuh kurangnya gizi yang diserap oleh tubuh mengakibatkan
mudah terserang penyakit karena gizi memberi pengaruh yang besar
terhadap kekebalan tubuh (Gizi et al., 2018).
C. Pijat
1. Pengertian
Pijat biasa disebut dengan stimulus touch atau sentuhan. Pijat bayi
dan balita dapat diartikan sebagai sentuhan komunikasi yang nyaman
antara ibu dan bayi/ balita. Touch adalah sentuhan alamiah pada bayi
dan balita yang dapat berupa tindakan mengusap, mengurut atau
memijat. Jika tindakan ini dilakukan secara teratur, maka sentuhan ini
dapat merupakan bentuk stimulasi dan intervensi yang dapat
memberikan banyak manfaat untuk anak. Sentuhan memenuhi
kebutuhan dasar manusia untuk merasa aman, nyaman dan perasaan
disayangi. Sentuhan juga merupakan faktor intrinsik dalam
perkembangan anak. Stimulasi pijat bayi merupakan rangsangan/
stimulasi taktil-kinestetik, komunikasi verbal dan perwujudan rasa
cinta kasih orang tua terhadap anak. Implikasi dari sentuhan yang
terbatas pada anak-anak melibatkan efek yang bermakna pada
pertumbuhan, perkembangan dan kondisi emosional yang sehat
(Setiawandari,2019)
2. Manfaat Pijat pada Balita
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak melalui fase-fase
yang terinci, mulai dari saat mereka lahir. Sensitivitas suatu organ
dalam fase pertumbuhan cepat terhadap pengaruh
luar/lingkungan/ekosistem, menunjang maupun menghambat
merupakan dasar biologis dari konsep periode kritis dimana anak dapat
tumbuh dan berkembang optimal sesuai dengan potensinya. Usia 0-3
tahun adalah usia periode kritis dan plastisitas yang tinggi dalam
proses tumbuh kembang dan disebut periode zero to three (bawah tiga
tahun) atau golden period (kesempatan emas) untuk meningkatkan
kemampuannya. Karakteristik periode kritis dan plastisitas adalah
pertumbuhan sel otak cepat, berlangsung dalam waktu yang singkat,
peka terhadap stimulus dan pengalaman, fleksibel dalam mengambil
alih fungsi sel disekitarnya dengan membentuk sinaps-sinaps serta
sangat mempengaruhi periode tumbuh kembang selanjutnya. Makan
pada periode ini harus mendapat perhatian yang serius dalam arti tidak
hanya mendapat nutrisi yang memadai tetapi juga stimulasi dan
intervensi dini untuk membantu meningkatkan potensi dengan
memperoleh pengalaman yang sesuai tuntutan perkembanganya.
Beberapa manfaat stimulasi pijat yang bisa diperoleh untuk anak
dan orang tua:
1. Aspek Kesehatan
1) Meningkatkan daya tahan tubuh
2) Merangsang saraf vagus
3) Meningkatkan produksi ASI
4) Mengatasi sakit perut (kolik)
5) Mengatasi asma
6) Mengurangi komplikasi
7) Mempercepat proses myelinisasi
8) Meningkatkan kualitas tidur
9) Meningkatkan kekebalan tubuh pada bayi dengan ibu HIV
positif
2. Aspek Psikologis
1) Memberikan rasa nyaman
2) Membina ikatan kasing sayang orang tua dan anak (bonding)
3. Aspek Tumbuh dan Perkembangan
3. Fisiologi Pijat
a) Sistem Peredaran Darah Pijatan berpengaruh pada sistem
peredaran darah arteri maupun darah vena dengan meningkatkan
aliran darah dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang.
Pijatan dengan tekanan ± 1-2 mm akan menambah aliran darah
sampai 85% dan meningkatkan aliran darah limfe serta
memberikan tekanan pada pembuluh darah vena sehingga darah
akan kembali ke jantung kemudian diikuti adanya efek kosong
yang akan ada hubungannya dengan pembuluh darah arteri.
Apabila pijatan terlalu halus tidak akan ada manfaatnya. Efek
pemijatan dalam jangka pendek akan menimbulkan rasa segar
karen akan mendapat oksigen lebih banyak dan berbagai macam
nutrien, hormon serta lainnya. Disamping itu juga akan terjadi
pembersihan tempat yang dipijat dari zat racun. Keadaan ini akan
memberikan rasa nyaman, santai dan segar pada seluruh tubuh.
Sedangkan efek jangka panjang pada sistem peredaran darah
adalah meningkatkan tonus dan regangan pembuluh darah itu
sendiri.
b) Sistem Limfatik Sistem limfatik mempunyai tekanan lebih rendah
dan lebih lambat alirannya dibanding darah serta tidak kontraktil,
artinya kerja sistem tergantung gaya gravitasi, gerakan otot, sendi
serta tekanan dari luar. Pemijatan dapat memacu kelenjar limfe
dalam meningkatkan pembentukan limfosit sehingga aliran limfe
menjadi lancar dan meningkatkan sistem kekebalan yang dapat
membantu mencegah infeksi dari penyakit
c) Sistem Integumen/ kulit Kulit terdiri dari 2 bagian: epidermis dan
dermis. Pada bagian dermis banyak pembuluh darah, pembuluh
limfe dan ujung-ujung saraf yang akan berpengaruh pada saat
pemijatan. Pijat akan memberikan rasa nyaman karena kulit
banyak dipenuhi reseptor sakit, tekanan dan gerakan. Rangsangan
pada reseptor akan menyebabkan perubahan reaksi reflek seperti
pelebaran pembuluh darah, relaksasi otot dan pori-pori akan
terbuka. Pijat akan membawa panas ke permukaan kulit dan
membuka pori-pori serta mengeluarkan keringat yang akan
membuang racun dan sampah tubuh.
d) Sistem Otot Pada saat latihan posisi otot hanya memanjang, selama
pijat posisi otot ditarik kearah samping dan memanjang. Keadaan
ini akan meningkatkan mikrosirkulasi yang dapat menyembuhkan
ketegangan otot dan menguraikan perlengketan Modul Stimulasi
Pijat Bayi & Balita/FIKes/Unipa Sby/2019 5 jaringan sehingga
akan mencegah jaringan perut. Selain itu dengan pijat dapat
mengeluarkan racun seperti asam laktat yang menyebabkan
kelesuan. Dengan meningkatnya fleksibilitas dan integritas dari
jaringan, pijat dapat menyembuhkan kram serta dapat menguraikan
ketegangan postur.
e) Sistem Saraf Sistem saraf tubuh manusia terdiri dari dua bagian
yaitu: sistem saraf pusat (terdiri dari otak dan tulang belakang) dan
sistem saraf perifer. Pijat mempengaruhi sistem saraf dari tepi
sampai pusat. Tekanan pada reseptor saraf di kulit akan
menyebabkan pelebaran vena, arteri dan kepiler sehingga akan
menghambat penyempitan, melemaskan ketegangan otot,
melambatkan detak jantung dan meningkatkan gerakan usus di
saluran cerna. Berdasarkan hasil penelitian Field dan Schanberg
(1986), pijat juga memberi dampak pemacuan saraf nervus vagus
(saraf otak ke-10) yang berhubungan dengan sistim perut besar dan
merangsang pengeluaran hormon penyerapan gastrin dan insulin,
dimana kedua hormon tersebut akan meningkatkan absorbsi
makanan menjadi lebih baik, sehingga bayi akan merasa cepat
lapar dan akan menyusui lebih aktif serta sering. Hal ini akan
merangsang peningkatan sekresi hormon prolaktin dan oksitosin
ibu yang berakibat ASI akan semakin banyak diproduksi.
Pemijatan memberikan rangsangan pada saraf vasodilator,
sehingga ketegangan otot akan sembuh dengan adanya respon
relaksasi. Pada bayi sehat yang mendapat pemijatan menunjukkan
peningkatan jam tidur sehingga dapat meningkatkan kesiagaan
(alertness) atau kosentrasi.
Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif analitik yaitu penelitian yang dilakukan
pada satu saat sehingga pada desain cross-sectional ini tidak ada prosedur
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu pada balita dengan riwayat demam
3.2.2 Sampel
dan eksklusi yang datang ke suatu tempat akan dijadikan sampel penelitian
dalam kurun waktu 1 minggu. Besar sampel dalam penelitian ini sebesar 30
sampel.
35
Kriteria inklusi:
Kriteria eksklusi:
penelitian ini terdiri dari dua bagian, bagian pertama berisikan data karakteristik
responden yang dibuat oleh peneliti yang terdiri atas nomor, usia, agama, suku,
alamat, jenis kelamin balita, usia balita, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah
dan budaya baurut yang dibuat oleh peneliti sesuai kebutuhan. Peneliti
menggunakan kuesioner yang telah dilakukan oleh Hizah Septi Kurniati tahun
Variabel pada penelitian ini adalah penanganan Ibu pada balita dengan riwayat
25
26
2: Jawaban
benar 56%-
75% : Cukup
3: Jawaban
benar <55%
10. Cara Tindakan untuk Kuesioner 1: Kompres air skala
penanganan mengurangi demam 2: Minum obat nominal
demam 3: Ke
Pelayanan
Kesehatan
4: Baurut
5: Bepidara
11. Jenis air Pemilihan jenis air Kuesioner 1: Air biasa skala
untuk untuk mengurangi 2: Air hangat nominal
kompres demam 3: Air dingin
demam 4: Air es
12. Letak Meletakkan kompres Kuesioner 1: Dahi skala
kompresan di di bagian tubuh 2: Lipatan nominal
27
Pada tahap persiapan yang dilakukan terlebih dahulu yaitu mengurus surat ijin
studi pendahuluan dan pengambilan data penelitian dari Program Studi Kesehatan
Mangkurat diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Baru, kemudian surat
Pengambilan data dilaksanakan dari 13-17 November 2023 selama 1 minggu atau
sesuai dengan metode dan kriteria inklusi serta eksklusi yang ditentukan. Calon
subjek penelitian yang setuju untuk menjadi subjek penelitian. Data dikumpulkan
dan budaya baurut dengan membagi kuesioner yang ada. Setelah itu
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder dan data
primer. Data sekunder diperoleh dari data rekam medik ibu pada balita dengan
riwayat demam. Data primer dalam penelitian ini diambil sesuai dengan kuesioner
yaitu usia, agama, suku, alamat, jenis kelamin balita, usia balita, tingkat
a. Editing
MS. Excel.
d. Tabulating
oleh peneliti.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat, yaitu
adalah tingkat pengetahuan yang akan digambarkan dalam bentuk frekuensi dan
jenis air untuk kompres demam yang akan digambarkan dalam bentuk frekuensi
menggunakan tabel, minum obat penurun demam yang akan digambarkan dalam
bentuk frekuensi dan persentase dengan menggunakan tabel, baurut yang akan
frekuensi baurut saat demam yang akan digambarkan dalam bentuk frekuensi
dan persentase dengan menggunakan tabel, pemberi saran untuk baurut yang
tabel, tradisi baurut yang akan digambarkan dalam bentuk frekuensi dan
usia, agama, suku, jenis kelamin balita, usia balita, tingkat pendidikan, pekerjaan,
31
jumlah pendapatan yang akan digambarkan dalam bentuk frekuensi dan persentase
Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa responden dengan ibu pada
balita dengan riwayat demam, selama 1 minggu di Wilayah Kerja Puskesmas
Dirgahayu Kota Baru didapatkan responden agama islam berjumlah 26
47
48
Penghasilan Jumlah %
< Rp 3.293.371 20 67
> Rp 3.293.371 10 33
Total 30 100
Pengetahuan ibu tentang demam pada anak dapat menjadi acuan sikap ibu
bagaimana menangani demam pada anaknya. Anak yang mengalami demam
memerlukan penanganan khusus jika dibandingkan dengan demam pada orang
dewasa, karena akan menimbulkan dampak buruk yaitu gangguan tumbuh
kembang anak jika pengobatan dalam mengatasi demam dilakukan secara tidak
tepat dan cepat. Ibu yang berpengetahuan rendah mempunyai risiko tujuh kali
lebih kecil dalam mengobati demam dibandingkan ibu yang berpengetahuan
tinggi (Siagian dan Manalu, 2018 dalam Mora, G, 2020) (4).
Penelitian yang dilakukan oleh (Rasinta, 2017) kepada 57 ibu yang
mempunyai balita. Hasil penelitian sebanyak 18 responden (31,6%) memiliki
pengetahuan kurang dan 28 responden (49,1%) memiliki pengetahun buruk.
Hasil Survei Kesehatan Nasional tahun 2013 menunjukkan bahwa 20-25%
anak meninggal karena kesalahan ibu dalam menangani demam pada anaknya.
Pengobatan demam yang diberikan pada anak sangat bergantung pada peran
orang tua khususnya ibu. Ibu yang mempunyai pengetahuan tentang demam
akan mempunyai sikap positif dalam memberikan perawatan sehingga dapat
Kebanyakan orang tua akan segera memberikan obat penurun demam pada
anaknya yang sebenarnya mengalami demam ringan yang tidak memerlukan
obat. Sebaiknya sebagai pengobatan dini yang dapat dilakukan ibu adalah
dengan mengompres anak yang demam dengan air hangat (4).
50
otak agar tidak meningkat pengatur suhu tubuh, dengan suhu diluar akan
membuat hangat pembuluh darah di tepi kulit melebar dan mengalami
vasodilatasi sehingga pori-pori kulit akan terbuka dan memudahkan
pembuangan panas sehingga terjadi penurunan suhu tubuh (Dewi, 2016
dalam Burhan , N.Z.dkk, 2020). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
hasil penelitian Aminatul Fatayati yang menyatakan ada pengaruh
kompres hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam
(Fahayati, 2010, dalam Burhan , N.Z.dkk, 2020).
kontak dengan perasaan ibu dan bayi seperti kedekatan, kasih sayang,
kehangatan, penambahan berat badan dan peduli. Ernawati, 2014 dalam
Asrawaty, 2020 mengatakan Pijat pada 20 anak yang menjalani rawat inap
bisa meningkat aktivitas neurotransmitter serotonin yang berperan penting
dalam mengatur amarah, nafsu makan dan suhu tubuh bayi. Cahyono,
2009; Ummi, 2017 dalam Asrawaty, 2020 mengatakan pijat bisa mengikat
glukokortikoid sehingga dapat menurunkan kadar kortisol Menurunkan
kadar kortisol bisa meningkatkan daya tahan tubuh dan rileks. Pijat dapat
merangsang sistem saraf parasimpatis yang didominasi oleh saraf otak 10
(vagus saraf) yang dapat meningkatkan gerak peristaltik usus,
meningkatkan kadar enzim penyerapan gastrin, insulin dan relaksasi
sfingter sehingga terjadi pengosongan lambung cepat dan meningkatkan
nafsu makan yang terlihat dari peningkatan berat badan bayi. Maryunani,
2016 dalam Asrawaty, 2020 mengatakan dengan nafsu makan yang
meningkat, menjadikan gizi asupan yang didapat lebih baik untuk
menjaga daya tahan tubuh dan ISPA tidak mudah masuk ke dalam tubuh.
Rini, 2013 dalam Asrawaty, 2020 mengatakan infeksi saluran pernafasan
atas biasanya disertai dengan demam, hal ini terjadi karena reaksi infeksi
bakteri (10). Penelitian dilakukan pada 32 balita dapat menstabilkan suhu
tubuh, frekuensi nadi, pernapasan frekuensi, dan mempengaruhi jumlah
bakteri (11). Pijat bisa merangsang sistem saraf simpatis dengan
merangsang produksi keringat dimana Produksi keringat dirangsang oleh
impuls di hipotalamus yang berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh jika
suhu tubuh meningkat terjadi penguapan kulit untuk menurunkan demam
(10).
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Daftar Pustaka
1. Salafas, E. dkk. 2023. Edukasi Pijat Bayi sebagai Terapi Commond Cold.
Indonesian Journal of Community Empowerment.
2. Ariani, M. dkk. 2021. Edukasi dan Pelatihan Tata Laksana Demam pada
Anak Kelurahan Manarap Lama Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
Jurnal Suaka Insan Mengabdi. 3(2). 87-96.
3. Lusia. 2015. Mengenal Demam dan Perawatannya Pada Anak. Airlangga
University Press.
4. Mora, G. etal. 2020. Health Communication: Mother’s Knowledge and
Treatment of Fever in Children. Interdisciplinary Journal of
Communication. 5(2). 135-142. (sinta)
5. World Health Organization. 2023. https://www.who.int/data/collections
6. Qabazard S, Al-Abdulrazzaq D, Al-Kandari H, Ayed M, Alanezi A, Al-
Shammari N, Alharbash Z, Al-Khabbaz M, Kalander K, Bin-Hassan S,
54