Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/345010658

PENGETAHUAN IBU DAN CARA PENANGANAN DEMAM PADA ANAK

Article · September 2020


DOI: 10.20473/jfk.v7i2.21808

CITATIONS READS

2 675

14 authors, including:

Yerlita El Gihart Andi Hermansyah


Airlangga University Airlangga University
1 PUBLICATION   2 CITATIONS    58 PUBLICATIONS   306 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

pharmaceutical care in schizophrenia View project

Practice Change in Community Pharmacy View project

All content following this page was uploaded by Andi Hermansyah on 24 March 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Dyoko Gumilang Sudibyo et al.

ORIGINAL ARTICLE
PENGETAHUAN IBU DAN CARA PENANGANAN DEMAM
PADA ANAK
Dyoko Gumilang Sudibyo, Rila Putri Anindra, Yerlita El Gihart, Risma Alvin Ni’azzah, Nur Kharisma,
Sukma Cindra Pratiwi, Safira Dewanti Chelsea, Risca Fernanda Sari, Ima Arista, Va Melisa Damayanti,
Ella Wardah ‘Azizah, Ebora Poerwantoro, Hita Fatmaningrum, Andi Hermansyah*

Departemen Farmasi Komunitas, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga


Gedung Nanizar Zaman Joenoes Kampus C, Jl. Ir. Soekarno, Surabaya 60115, Indonesia

E-mail: andi-h@ff.unair.ac.id

ABSTRAK

Penanganan demam pada anak tergantung pada peran orangtua, terutama ibu, sehingga diperlukan
pengetahuannya dalam menangani demam. Namun, tingkat pengetahuan ibu sangat bervariasi yang
mengakibatkan perbedaan pengelolaan demam pada anak. Pengetahuan yang kurang mengakibatkan
penanganan yang tidak tepat, sehingga penyembuhan menjadi kurang optimal. urvei ini bertujuan untuk
mengidentifikasi pengetahuan ibu mengenai demam pada anak serta cara penanganannya. Penelitian ini
merupakan survei cross sectional dengan menggunakan instrumen kuesioner elektronik. Responden
adalah 130 ibu yang memiliki anak usia 0-12 tahun di Kelurahan Wonokusumo, Surabaya dengan teknik
accidental sampling. Data diolah secara deskriptif. Banyak ditemukan penggunaan antipiretik yang
cenderung berlebihan bahkan diberikan walau suhu tubuh belum tergolong demam. Kemudian, lebih dari
50% responden mengukur demam dengan meraba bagian tubuh dan tidak menggunakan termometer.
Hampir 50% responden langsung memberikan obat antipiretik pada anaknya tanpa pemberian
pertolongan nonfarmakologi terlebih dahulu, walaupun sebagian dari responden tidak mengetahui efek
samping dari obat antipiretik. Antipiretik yang paling sering digunakan adalah parasetamol. Sumber
informasi penggunaan antipiretik terbanyak dari resep sebelumnya. Sebagian responden belum
mengetahui cara mengenali demam dan penanganan demam secara farmakologi dan nonfarmakologi.
Responden sering melakukan swamedikasi dengan penggunaan parasetamol karena mudah didapatkan
dan harganya pun terjangkau, meskipun mereka belum mengetahui efek sampingnya.

Kata kunci: pengetahuan ibu, demam anak, antipiretik, efek samping, Surabaya

ABSTRACT

Parents, especially mother, holds a very important role in managing treatment for fever in children.
Unfortunately, mother’s knowledge about fever is still low and it could lead to ineffective treatment. This
study was conducted to identify mother’s knowledge about fever and the right treatment. This was a cross
sectional study consisted of 130 mothers with children 0-12 years of age. Sample was recruited by
accidental sampling method and data were collected using an electronic questionnaire performed in
googleform. This study showed that antipyretic drugs were still highly overused without knowing the
adverse effect of the drugs. More than 50% of the respondents were still using the conventional way to
check their children’s body temperature by touching their forehead or another part of the body without
thermometer. Mostly used antipyretic was paracetamol and they chose this medication based on their
previous experience. Less information and knowledge about fever towards the parents, especially mother,
will decrease effectivity of the treatment.

Keywords: mother’s knowledge, fever in children, antipyretic drugs, adverse effects, Surabaya

Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 7, No. 2, (2020) 69-76 69


Dyoko Gumilang Sudibyo et al.

PENDAHULUAN suatu kondisi yang jarang terjadi namun


berbahaya bagi liver dan otak (Sari et al., 2018).
Demam adalah kondisi dimana suhu tubuh Antipiretik sangat mudah didapatkan secara
berada di atas normal (Wardiyah et al., 2015). bebas baik di apotek, supermarket, hingga toko
Suhu tubuh normal manusia berkisar pada 36- kelontong. Sayangnya, ketika masyarakat
37°C, namun saat demam dapat melebihi 37°C membeli obat di luar apotek, masyarakat tidak
(Kurniati, 2016). Demam antara lain disebabkan mendapatkan informasi yang lengkap mengenai
karena infeksi atau adanya ketidakseimbangan obat tersebut. Tidak adanya informasi penting
antara produksi panas dan pengeluarannya misalnya tentang aturan pakai obat, dosis, serta
(Salgado et al., 2016). Meskipun demikian, efek samping dapat menim-bulkan efek yang
demam berperan dalam meningkatkan buruk kepada pasien. Parasetamol dapat
perkembangan imunitas spesifik dan menimbulkan reaksi alergi pada kulit dan bisa
nonspesifik dalam membantu pemulihan, menyebabkan gangguan pada liver jika
pertahanan terhadap infeksi dan sinyal bahwa digunakan jangka panjang (Bebenista et al.,
tubuh sedang mengalami gangguan kesehatan 2014). Selain itu, parasetamol seharusnya
(Wardiyah et al., 2015). diberikan ketika suhu tubuh > 39oC. Namun
Demam merupakan salah satu tanda pada penerapannya, sering kali parasetamol
penyakit yang paling umum. Demam menjadi diberikan ketika suhu tubuh masih < 38oC
alasan di balik 15-25% kunjungan pasien di (Surya et al., 2018).
fasilitas pelayanan kesehatan dasar atau unit Kejadian demam pada anak dapat
gawat darurat (Barbi et al., 2017). Di Indonesia, menimbulkan kecemasan pada orangtua yang
sebanyak 30% kunjungan ke dokter anak disebut dengan fobia demam (Fuadi, 2010;
disebabkan oleh demam (IDAI, 2014). Soedibyo, 2006). Hasil penelitian menunjukkan
Meskipun pada beberapa kasus demam dapat hampir 80% orangtua mempunyai fobia demam
ditangani tanpa intervensi medis, demam tinggi (Kristiyaningsih et al., 2019). Orangtua yang
dapat mengakibatkan kejang demam. Kejang cemas berusaha untuk menormalkan suhu tubuh
demam adalah kejang yang terjadi pada anak kembali. Alhasil, meskipun suhu tubuh
kenaikan suhu tubuh 38ᵒC atau lebih yang anak < 38oC, sebagian orangtua langsung
disebabkan oleh proses di luar otak. Sebagian memberikan antipiretik meskipun gejala sang
besar kejang demam terjadi pada anak usia 6 anak masih termasuk demam ringan (Surya et
bulan sampai 5 tahun. Ciri khas kejang demam al., 2018). Fobia demam juga menyebabkan
adalah demamnya mendahului kejang. Pada saat 85% orangtua (n=340) membangunkan anaknya
kejang, anak masih demam dan setelah kejang, dari tidur mereka untuk diberi antipiretik
anak langsung sadar kembali (IDAI, 2014). (Sullivan et al., 2011). Fobia demam sering
Penanganan demam terbagi menjadi dua, ditemui pada ibu dengan tingkat ekonomi tinggi
yaitu penanganan tanpa obat (terapi non- yang baru memiliki satu anak (Gunduz et al.,
farmakologis) dan dengan obat (terapi farma- 2016).
kologis). Penanganan tanpa obat dilakukan Penanganan demam pada anak sangat
dengan pemberian perlakuan khusus yang dapat tergantung pada peran orangtua, terutama ibu.
membantu menurunkan suhu tubuh meliputi Dari berbagai penelitian yang dilakukan di
pemberian cairan, penggunaan kompres, dan Indonesia, diketahui bahwa tingkat pengetahuan
menghindari penggunaan pakaian terlalu tebal ibu tentang penanganan demam pada anak
(Kristiyaningsih et al., 2019). Penanganan sangat bervariasi. Perbedaan tingkat penge-
dengan obat dilakukan dengan pemberian obat tahuan ini mengakibatkan perbedaan pengelo-
golongan antipiretik yang dapat menurunkan laan demam pada anak. Ditambah dengan
suhu tubuh dengan berbagai mekanisme (Lubis kemudahan untuk membeli antipiretik secara
et al., 2016). bebas dan peran ibu yang vital dalam kesehatan
Pemilihan obat yang tepat dapat membantu keluarga, penanganan demam pada anak oleh
menurunkan demam pada anak. Kebanyakan ibu menjadi hal yang penting untuk diteliti.
ibu lebih memilih melakukan swamedikasi Pengetahuan yang kurang dapat mengakibatkan
dengan obat yang pernah diresepkan oleh dokter penanganan yang tidak tepat sehingga membuat
sebelumnya. Parasetamol merupakan obat yang kesehatan anak menjadi lebih berisiko
paling sering digunakan untuk mengatasi (Riandita, 2012).
demam (antipiretik) pada anak (Surya et al., Menurut Jayarni dan Sumarmi (2018),
2018). Antipiretik lainnya adalah ibuprofen dan sebagian besar ibu yang memiliki balita di
aspirin. Namun, pemberian aspirin tidak daerah Kelurahan Wonokusumo merupakan
direkomendasikan sebagai pilihan pertama tamatan SD/sederajat dan tidak bekerja, dengan
karena dikaitkan dengan Sindrom Reye, yaitu pendapatan keluarga kurang dari rata-rata

Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 7, No. 2, (2020) 69-76 70


Dyoko Gumilang Sudibyo et al.

masyarakat Surabaya. Fakta lainnya, rata-rata Tabel 1. Karakteristik Demografi Responden (n =


ibu di Kelurahan Wonokusumo menikah pada 130)
usia muda, sebuah faktor yang turut No Karakteristik Jumlah Persentase
mempengaruhi pengelolaan kesehatan keluarga. 1 Usia
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk < 20 tahun 7 5,4%
21-30 tahun 46 35,4%
mengidentifikasi persepsi ibu di Kelurahan
31-40 tahun 48 36,9%
Wonokusumo tentang demam pada anak dan 41-50 tahun 22 16,9%
cara penanganannya. > 50 tahun 7 5,4%
2 Pendidikan
METODE terakhir
Tidak sekolah 7 5,4%
Penelitian observasional dilakukan untuk Tamat SD 37 28,5%
mengetahui persepsi ibu tentang demam dan Tamat SMP 37 28,5%
tindakan penanganan demam pada anak di Tamat SMA 42 32,3%
daerah Wonokusumo, Surabaya. Teknik Tamat
D1/D2/D3/D4 4 3,1%
sampling yang digunakan adalah accidental Tamat
sampling dengan kriteria inklusi sampel adalah S1/S2/S3 3 2,3%
ibu yang memiliki anak dengan rentang usia 0 3 Pekerjaan
hingga 12 tahun di daerah Wonokusumo dan Ibu Rumah 99 76,2%
kriteria eksklusi meliputi ibu dengan anak yang Tangga
berusia lebih dari 12 tahun. Wirausaha 31 23,8%
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner
tipe kombinasi pertanyaan tertutup dan terbuka. Sebanyak 13% responden menjawab tidak
Kuesioner disusun dengan adopsi dan mengetahui penyebab demam pada anak.
modifikasi dari penelitian sebelumnya, yaitu Meskipun persentasenya kecil, temuan ini
penelitian oleh Mufaza pada tahun 2009. menarik untuk dicermati karena berpotensi
Pertanyaan dalam kuesioner meliputi tiga mengakibatkan kegagalan dalam meng-
bagian yaitu (1) pertanyaan tentang karakteristik identifikasi penyebab demam. Demam adalah
dan aspek demografis responden sejumlah 11 mekanisme tubuh yang menguntungkan dalam
pertanyaan, (2) pengetahuan ibu tentang demam memerangi infeksi dan bukanlah suatu penyakit,
pada anak sejumlah 10 pertanyaan, dan (3) namun mengetahui penyebab demam
tindakan yang dilakukan ibu untuk mengatasi merupakan hal yang penting dalam penegakan
demam pada anak sejumlah 7 pertanyaan. diagnosis. Kurangnya pengetahuan tentang
Kuesioner dibuat secara elektronik mengguna- demam dapat memunculkan rasa cemas yang
kan Google form® dengan metode pengisian berlebihan pada orangtua dan akan
yang dilakukan adalah interviewer assisted menimbulkan fobia demam. Hal ini akan
administration untuk memudahkan responden mendorong orangtua untuk memberikan obat
menjawab pertanyaan. antipiretik meskipun anak mengalami demam
Proses pengambilan data dilakukan secara ringan atau tidak demam (Sullivan et al., 2011).
cross sectional pada 11 September 2019. Data Sebanyak 61,5% responden meraba tubuh
yang diperoleh kemudian diolah menggunakan anak untuk mengenali kondisi demam pada
Microsoft Excel® dan disajikan dalam bentuk anak. Kepala dan leher merupakan bagian tubuh
tabulasi hasil. yang paling sering diraba untuk
mengidentifikasi demam. Identifikasi demam
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan cara meraba anak sebenarnya kurang
tepat karena suhu tubuh tidak dapat diketahui
Sebanyak 130 responden berpartisipasi secara akurat. Di lain pihak, hanya sekitar
dalam survei ini. Dari 130 responden, sebanyak 30,8% responden yang menggunakan termo-
5,4% berusia di bawah 20 tahun, 35,4% berusia meter dalam mengidentifikasi demam pada
21-30 tahun, sebanyak 36,9% berusia 31-40 anak. Nilai ini menunjukkan bahwa belum
tahun, 16,9% berusia 41-50 tahun, dan sisanya banyak masyarakat yang menggunakan termo-
berusia di atas 50 tahun. Pendidikan terakhir meter. Dari hasil survei diketahui bahwa 97,5%
responden yang paling banyak adalah SMA responden yang memiliki termometer memilih
(32,3%) dan yang paling sedikit adalah lulusan menggunakan termometer di ketiak anak.
D1/D2/D3/D4 (3,1%). Mayoritas responden Manifestasi demam pada prinsipnya dapat
adalah ibu rumah tangga (76,2%), sementara diukur dari beberapa bagian tubuh antara lain
sisanya bekerja sebagai wirausahawan (23,8%). aksila (ketiak), rektum, mulut, kulit, dan telinga.
Suhu oral dan rektum dianggap sebagai tempat

Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 7, No. 2, (2020) 69-76 71


Dyoko Gumilang Sudibyo et al.

paling akurat untuk mengukur suhu tubuh, Gangguan nafsu 1 0,8%


khususnya untuk anak-anak di bawah tiga tahun makan
(Wyckoff, 2009). Namun, penggunaannya tidak Reaksi alergi
disarankan karena menimbulkan rasa tidak 4 Sakit yang
Diderita Anggota
nyaman, sehingga alternatif yang dipilih adalah
Keluarga 2
mengukur suhu aksila atau ketiak (Barbi et al., Minggu Terakhir 55 42,3%
2017). (n = 130) 9 6,9%
Tidak ada 5 3,8%
Tabel 2. Karakteristik Demografi Anak Responden (n penyakit 3 2,3%
= 130) Batuk dan pilek 2 1,5%
No Karakteristik Jumlah Persentase Batuk 1 0,8%
1 Jumlah Anak Pilek 1 0,8%
1 40 30,8% Demam 54 41,5%
2 36 27,7% Sesak nafas
3 30 23,1% TBC
4 11 8,5% Penyakit lain
5 7 5,4% 5 Waktu Membawa
6 6 4,6% Anak ke Fasilitas
2 Rentang Usia Kesehatan (n =
Anak 27 20,8% 130) 43 33%
< 1 tahun 33 25,4% Segera setelah
1-2 tahun 20 15,4% mengetahui anak 30 23%
3-4 tahun 15 11,5% demam 49 37,7%
5-6 tahun 16 12,3% Keesokan harinya 8 6,2%
7-8 tahun 9 6,9% Setelah beberapa
9-10 tahun 10 7,7% hari
11-12 tahun Tidak melakukan
3 Jenis Kelamin apa-apa
Anak 55 42,3%
Laki-laki 75 57,7% Saat anak terserang demam, terdapat
Perempuan beberapa cara penanganan yang dapat dilaku-
4 Pendidikan Anak kan. Berdasarkan hasil penelitian, penanganan
Belum sekolah 74 56,9%
demam pada anak dengan persentase terbesar
Kelompok 9 6,9%
bermain kedua di Wonokusumo adalah dengan
(KB/PAUD) 12 9,2% mengompres anak. Sebanyak 52% responden
TK 35 26,9% mengompres anaknya dengan kompres hangat
SD sedangkan 22% mengompres dengan air dingin
dan 26% dengan air biasa. Tindakan responden
Tabel 3. Karakteristik Klinis Anak Responden dengan menggunakan kompres hangat sudah
No Karakteristik Jumlah Persentase sesuai dengan hasil penelitian oleh Masruroh et
1 ASI untuk Anak al., yang dilakukan pada 2017, diketahui bahwa
di bawah 2 Tahun terjadi penurunan suhu tubuh anak yang demam
(n = 60) 20 33,3%
sesudah diberikan kompres hangat di aksila
Ya 40 66,7%
Tidak rata-rata 36,5°C (Masruroh et al., 2014).
2 Imunisasi dalam 1 Sebanyak 36% responden memilih melakukan
Minggu Terakhir kompres pada daerah ketiak atau aksila dan
(n = 130) 106 81,5% sebanyak 58% responden melakukannya di
Tidak imunisasi 4 3,1% dahi. Berdasarkan penelitian, kompres hangat di
Polio 1 0,8% daerah ketiak lebih efektif dalam menurunkan
BCG 1 0,8% suhu tubuh dibandingkan dengan pemberian
DPT 1 0,8% kompres hangat pada dahi (Ayu et al., 2015).
Campak 1 0,8% Selain memberikan pertolongan pertama dengan
Hepatitis B 16 12,3%
kompres, 20% responden memilih untuk
Imunisasi lainnya
3 Penyakit Anak langsung membawa anak ke dokter, 40,8%
dalam 2 Minggu responden memberikan obat penurun panas dan
Terakhir (n = 130) 19 15,9% 0,8% responden memutuskan untuk tidak
Diare 44 36,9% melakukan apa-apa. Penanganan demam yang
Batuk 53 44,5% disebabkan oleh virus berbeda dengan yang
Pilek 1 0,8% disebabkan oleh bakteri, sehingga dokter harus
Gangguan tidur 1 0,8% mengerti patofisiologi demam tersebut sebelum

Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 7, No. 2, (2020) 69-76 72


Dyoko Gumilang Sudibyo et al.

memberikan tata laksana. Tetapi seorang dokter Kematian 11 8,5%


juga harus memberikan tata laksana sedini Dehidrasi 17 13%
mungkin ketika mendapati demam tinggi pada Pusing 5 3.8%
anak, karena akan berbahaya jika tidak segera Hilang kesadaran
ditangani (Mutma’inah, 2019).
Pemberian antipiretik pada anak sering
Tabel 4. Karakteristik terkait Demam dilakukan sendiri oleh orangtua. Fobia terhadap
No Karakteristik Jumlah Persentase demam sering kali menjadi sebab pemberian
1 Waktu Terakhir antipiretik oleh orangtua sebagai upaya
Anak Menderita penanganan pertama demam anak. Berdasarkan
Demam (n = 130) penelitian yang dilakukan di Kelurahan
< 1 minggu 32 24,6% Wonokusumo, dari 130 responden, sebesar
1-2 minggu 27 20,8% 40,8% orangtua memberikan obat antipiretik
2-4 minggu 8 6,2%
> 4 minggu 63 48,5%
sebagai upaya penanganan pertama mengatasi
2 Penyebab Demam (n demam pada anak, baik digunakan sebagai
= 130) 59 45,4% upaya tunggal maupun disertai dengan
Kelelahan/capek 8 6,2% penggunaan kompres.
Kurang 6 4,6% Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
makan/minum 3 2,3% di Kelurahan Wonokusumo, sebesar 22,3%
Imunisasi 19 14,6% responden memberikan antipiretik pada saat
Perubahan cuaca 18 13,8% suhu tubuh > 39ᵒC dan 77,7% memberikan
Penyakit lain 17 13% antipiretik pada suhu tubuh < 39ᵒC. Hal ini
Makanan/minuman
sesuai dengan penelitian Crocetti yang
Tidak tahu
3 Cara Mengukur
menyatakan bahwa orangtua tidak mengetahui
Demam (n = 130) batasan demam pada anak untuk menggunakan
Termometer 40 30,8% antipiretik sehingga cenderung menggunakan
Meraba bagian tubuh 80 61,5% antipiretik berlebihan.
Lain-lain 7 5,4% Jenis obat demam yang banyak digunakan
Tidak tahu 3 2,3% oleh responden yaitu parasetamol dengan
4 Tempat persentase sebesar 77,7%, kemudian ibuprofen
Menggunakan 10,8%, dan aspirin 11,5%. Parasetamol
Termometer (n = 40) 1 2,5% merupakan obat bebas, sehingga tidak dibatasi
Di bawah
jumlah penjualannya. Parasetamol banyak
mulut/bawah ketiak 39 97,5%
Di ketiak digunakan dan relatif mudah didapatkan di toko
5 Penanganan Pertama obat maupun apotek. Hal ini sesuai dengan
pada Anak Demam penelitian yang dilakukan oleh Aqeel pada
(n = 130) 50 38,5% tahun 2014, yang menyebutkan bahwa golongan
Mengompres 26 20% obat analgesik banyak digunakan dalam
Langsung membawa swamedikasi khususnya parasetamol sebesar
ke dokter 53 40,8% 42,8% (Aqeel, 2014). Hal ini diperkuat oleh
Memberi obat 1 0,8% hasil penelitian oleh Surya et al., pada 2018
penurun panas
dimana 34 dari 50 responden memilih
Tidak melakukan
apa-apa parasetamol untuk menurunkan panas pada anak
6 Jenis Kompres yang (Surya et al., 2018).
Digunakan (n = 50) Sebanyak 77,7% responden mem-berikan
Kompres hangat 26 52% obat antipiretik 3-4 kali sehari untuk anak yang
Kompres dingin 11 22% terserang demam. Hal ini sesuai dengan
Kompres air biasa 13 26% literatur, dimana disebutkan bahwa pemberian
7 Tempat Meletakkan parasetamol dengan dosis aman ≤ 5 kali sehari
Kompres (n = 50) (Bebenista et al., 2014). Sehingga, dapat
Di dahi 29 58% disimpulkan responden di daerah Wonokusumo
Di ketiak 18 36%
mengetahui aturan penggunaan antipiretik yang
Di lipatan 1 2%
Di perut 1 2% tepat sebanyak 3-4 kali sehari.
Di pangkal paha 1 2% Berdasarkan data dalam penelitian ini
sebanyak 90% responden tidak mengetahui efek
8 Bahaya Demam Bila samping dari obat antipiretik dan hanya 10%
Tidak Segera
saja yang mengetahuinya. Penelitian se-
Ditangani (n = 130) 96 73,8%
Kejang 1 0,8%
belumnya menunjukkan parasetamol bersifat

Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 7, No. 2, (2020) 69-76 73


Dyoko Gumilang Sudibyo et al.

hepatotoksik jika dikonsumsi dalam jangka teman sebanyak 9%, dan 9% karena alasan lain-
panjang (Hay et al., 2006). Sementara untuk lain (Candradewi et al., 2017).
Ibuprofen dan Aspirin dapat menyebabkan Penggunaan antipiretik perlu diper-hatikan
perdarahan pada saluran cerna dan dapat karena sesuai dengan himbauan WHO bahwa
memperburuk kondisi maag penderita (Sostres penggunaan antipiretik di negara berkembang
et al., 2013). tidak boleh diberikan secara rutin, kecuali dalam
keadaan demam yang tinggi (Sweetman, 2019).
Tabel 5. Karakteristik terkait Antipiretik (n = 130) United States Poison Control Center mencatat
No Karakteristik Jumlah Persentase bahwa rata-rata 74.387 anak dibawah 6 tahun
1 Suhu Pemberian terpapar obat-obatan antipiretik, yaitu
Antipiretik parasetamol, aspirin, dan ibuprofen. Tercatat
< 36C 9 6,9%
lagi bahwa lebih dari 71.000 anak di Amerika
36-37C 11 8,5%
33 25,4%
Serikat dirawat karena mengalami overdosis
37-38C
48 36,9% antipiretik karena tertelan tanpa pengawasan
38-39C
29 22,3% dan kesalahan dalam terapeutik. Strategi
> 39C
pencegahan dapat dilakukan dengan membatasi
2 Jenis Obat Panas yang
Diberikan jumlah obat dan penggunaan yang berlebihan,
Parasetamol 101 77,7% pengemasan dalam dosis yang aman untuk anak,
Ibuprofen 14 10,8% dan pentingnya edukasi kepada orangtua
Aspirin 15 11,5% mengenai obat-obatan antipiretik, penyimpanan,
3 Pengetahuan Efek dan cara penggunaan yang benar. (Rakowsky et
Samping Obat al., 2017).
Ya 13 10%
Tidak 117 90% KESIMPULAN
4 Sumber Informasi
Penggunaan Obat
Apoteker/dokter/tenaga 93 71,5%
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
kesehatan dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
Orangtua/teman/tetangga 22 16,9% responden belum banyak yang mengetahui cara
Pengetahuan sendiri 4 3% mengenali kondisi demam pada anak karena
Iklan 10 7,7% terbatasnya penggunaan termometer dan lebih
Kemasan 1 0.8% banyak mengandalkan rabaan pada dahi sebagai
5 Dasar Pertimbangan cara mengidentifikasi demam. Terlebih lagi
Pemilihan Obat sepertiga responden tidak mengetahui penyebab
Khasiat 26 20 demam pada anak. Selain itu, responden
Harga 2 1,5%
memilih melakukan tindakan swamedikasi
Iklan 7 5,4%
Resep obat 60 46,2% dengan memberikan antipiretik khususnya
Saran dari apoteker 2 1,5% parasetamol untuk setiap kondisi demam anak.
Pengalaman pribadi 2 1,5% Meskipun demikian, penggunaan parasetamol
Rekomendasi orang lain 31 23,8% sebagian besar berdasarkan resep obat
sebelumnya tanpa mengetahui efek samping
Pertimbangan pemilihan obat demam untuk yang mungkin timbul pada anak.
anak oleh responden banyak didasarkan pada
pengalaman menggunakan obat sesuai resep DAFTAR PUSTAKA
yang pernah dipakai sebelumnya dengan
persentase sebesar 46,2%, sedangkan jawaban Aqeel, T, Shabbir, S, Basharat, H, Bukhori, M,
lainnya lebih sedikit jumlahnya seperti khasiat Mobin, S, Shahid, H, Waqar, SA 2014,
20%, informasi/rekomendasi orang lain 23,8% ‘Prevalence of self-medication among urban
berdasarkan harga 1,5% dan iklan 5,4%. Hasil and rural population of Islamabad, Pakistan’,
tersebut berbeda dengan penelitian sebelumnya Tropical Journal of Pharmaceutical
yang menyebutkan bahwa sebanyak 34% Research, 13, pp. 627-633
membeli obat tanpa resep karena pertimbangan Ayu, EI, Irwanti, W, Mulyanti 2015, ‘Kompres
dari apoteker, sebanyak 23% konsumen air hangat pada daerah aksila dan dahi
membeli obat tanpa resep berdasarkan terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien
pengalaman sebelumnya, sebanyak 15% demam di PKU Muhammadiyah Kutoarjo’
konsumen memilih karena pertimbangan dari Indonesian Journal of Nursing and
dokter, sebanyak 10% memilih membeli obat Midwifery, 3(1), pp. 10-14.
tanpa resep karena iklan dari TV, konsumen
memilih obat tanpa resep karena informasi dari

Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 7, No. 2, (2020) 69-76 74


Dyoko Gumilang Sudibyo et al.

Barbi, E, Marzuillo, P, Neri, E, Naviglio, S, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Krauss, BS 2017, ‘Fever in children: pearls Hidayatullah.
and pitfalls’, Children, 4(81), pp. 1-19 Leonis, MA, Alonso, EM, Im, K, Belle, SH,
Bebenista, MJ, Nowak, JZ 2014, ‘Paracetamol: Squires, RH 2013, ‘Chronic acetaminophen
mechanism of action, applications, and exposure in pediatric acute liver failure’,
safety concern’, Acta Poloniae Pediatrics, 131, pp. 740-746
Pharmaceutica ñ Drug Research, 71(1), pp. Lubis, IND, Lubis, CP 2016, ‘Penanganan
11-23. demam pada anak’, Sari Pediatri, 12(6), pp
Candradewi, SF, Kristina, SA 2017, ‘Gambaran 409.
Pelaksanaan Swamedikasi dan Pendapat Mufaza, U 2009, ‘Pengetahuan dan Perilaku
Konsumen Apotek Mengenai Konseling Orangtua Dalam Pemberian Obat Penurun
Obat Tanpa Resep di Wilayah Bantul’, Panas Pada Anak Ditinjau dari Aspek Sosial
Pharmaciana, 7(1), pp. 41. Ekonomi’ Skripsi, Fakultas Kedokteran
Crocetti, M, Moghbeli, N, Serwint, J 2001, Universitas Indonesia
‘Fever phobia revisited: have parental Mutma’inah, UI 2019, Pemeriksaan Dasar,
misconceptions about fever changed in 20 Penatalaksanaan, dan Edukasi Dokter
years?’, American Academy of Pediatric, Umum Tentang Demam pada Bayi dan
107(6), pp. 1241-1246 Balita di Kecamatan Purwantoro, Kabupaten
El-Radhi, AS 2018, Clinical Manual of Fever in Wonogiri.
Children, Springer-Verlag, Berlin. Rakowsky, S, Spiller, HA, Casavant, MJ 2017,
Fuadi, F, Bahtera, T, Wijayahadi, N 2010, ‘Antipyretic medication exposures among
‘Faktor risiko bangkitan kejang demam pada young children reported to US poison
anak’, Sari Pediatri, 12(3), pp. 142-149. centeres, 2000-2015’, Clinical Pediatrics,
Gunduz, S, Usak, E, Koksal, T, Canbal, M 57(3), 266-276.
2016, ‘Why fever phobia is still common?’, Riandita, A 2012, ‘Hubungan Antara Tingkat
Iranian Red Crescent Medical Journal, Pengetahuan Ibu Tentang Demam Dengan
18(8), pp. 1-6 Pengelolaan Demam Pada Anak’ Skripsi,
Hay, AD, Costelloe, C, Redmond, NM, Fakultas Kedokteran Universitas
Montgomery, AA 2006, ‘Antipyretic drugs Diponegoro.
for children’, British Medical Journal, Salgado, PO, Silva, LCR, Silva, PMA, Chianca,
333(775), pp. 4-5 T.C.M. 2016. ‘Physical methods for the
Ikatan Dokter Anak Indonesia 2014, Kejang treatment of fever in critically ill patients : a
Demam: Tidak Seseram yang Dibayangkan randomized controlled trial’, Journal of
(viewed 9 April 2020), School of Nursing USP, 50(5), pp. 823-830
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan- Sari, RAP, Irawati, NAV 2018, ‘Asosiasi
anak/kejang-demam-tidak-seseram-yang- penggunaan aspirin pada viral infection
dibayangkan dengan sindrom reye’, Majority, 7(3), pp.
Ikatan Dokter Anak Indonesia 2014, 266-270.
Penanganan Demam Pada Anak (viewed 30 Shann, F 2013, Emergency Drug Doses, The
November 2019) Royal Children Hospital Melbourne,
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan- Melbourne.
anak/penanganan-demam-pada-anak Sodikin 2016, ‘Perbandingan efektifitas
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pemberian kompres hangat dan tepidsponge
2018, Data dan Informasi Profil Kesehatan terhadap penurunan suhu tubuh anak’,
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI, Kesehatan Holistik, 10(1), pp. 36–44.
Jakarta. Soedibyo, Soepardi, Elsye, S 2016, ‘Gambaran
Kristiyaningsih, A, Sagita, YD, Suryaningsih, I persepsi orang tua tentang penggunaan
2019, ‘Hubungan tingkat pengetahuan ibu antipiretik sebagai obat demam’, Sari
tentang demam denngan penanganan demam Pediatri, 8(2), pp. 142.
pada bayi 0-12 bulan di desa Datarajan Sostres, C, Gargallo, CJ, Lanas, A 2013,
wilayah kera puskesmas Ngarip Kabupaten ‘Nonsteroidal anti-inflammatory drugs and
Tanggamus Tahun 2018’, Midwifery upper and lower gastrointestinal mucosal
Journal, 4(1), pp. 26-31 damage’, Arthritis Research & Therapy,
Kurniati, HS 2016, ‘Gambaran Pengetahuan 15(3), S3.
Ibu Dan Metode Penanganan Demam Pada Sullivan, JE, Farrar, HC 2011, ‘Fever and
Balitia Di Wilayah Puskesmas Pisangan antipyretic use in children’ Official Journal
Kota Tangerang Selatan’ Skripsi, Fakultas of The Pediatrics, 127, pp. 580-587.

Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 7, No. 2, (2020) 69-76 75


Dyoko Gumilang Sudibyo et al.

Surya, MANI, Artini, GA 2018, ‘Pola in children’, Medicina Kaunas, 55(7), pp.
penggunaan parasetamol atau ibuprofen 398.
sebagai obat antipiretik single therapy pada Wardiyah, A, Setiawati, Setiawan, D 2016,
pasien anak’, E-Jurnal Medika, 7(8), pp. 1- ‘Perbandingan efektifitas pemberian
13 kompres hangat dan tepidsponge terhadap
Sweetman, SC 2009, Martindale 36th Edition. penurunan suhu tubuh anak yang mengalami
Pharmaceutical Press, London. demam RSUD. Dr. H. Moeloek Provinsi
Urbane, UN, Likopa, Z, Gardovska, D, Pavare, Lampung’, Jurnal Ilmu Keperawatan, 4(1),
J, Beliefs 2019, ‘Practices and health care pp. 44-56.
seeking behavior of parents regarding fever Wyckoff, AS 2009, ‘Thermometer Use 101’,
AAP News, 30(11), pp. 29–29.

Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 7, No. 2, (2020) 69-76 76

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai