Anda di halaman 1dari 24

LITERATURE RIVIEW

PRAKTIK KLINIK PROFESI NERS


STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI
Mempertahankan Suhu Tubuh Normal

Disusun oleh :
Eti Suryaningsih
P07220421018

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Saubers (2011) demam adalah keadaan suhu tubuh di atas normal.
Demam adalah cara tubuh mempertahankan diri terhadap banyak bakteri dan virus
yang suka hidup dalam suhu normal tubuh manusia, yaitu 36,5°C. Meningkatnya
suhu tubuh badan adalah salah satu cara tubuh bekerja keras memerangi para
penyerang ini dengan mengaktifkaan sistem kekebalan tubuh. Demam tifoid salah
satu demam yang sering di alami pada anak. Menurut Swasanti (2013) demam
berdarah merupakan penyakit yang di sebabkan oleh bakteri salmonella typhi.
Demam berdarah atau yang lebih sering di sebut DHF adalah penyakit infeksi
saluran cerna yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhoia. Bakteri ini di
tularkan melalui makanan dan minuman. Bakteri Samonella di temukan dalam
tinja dan air kemih penderita. Mencuci tangan tidak bersih setelah buang air besar
atau air kecil meningkatkan resiko tertularnya penyakit ini. Selain itu, lalat
merupakan carrier (pembawa) yang dapat memindahkan bakteri secara langsung
dari tinja makanan. Menurut Utami (2013) dhf (enteric fiver) ialah penyakit infeksi
akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih
dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. Penyakit
ini di tandai dengan gejala-gejala yang muncul. Menurut RISKESDA (2010)
dalam Masriadi (2014) besarnya angka pasti kasus demam typoid di dunia sangat
sulit ditentukan penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis
yang luas. Data WHO tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus
demam typoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap
tahun. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2009 menyebutkan bahwa
demam tifoid atau paratifoid menempati uruntan ke-3 dari 10 penyakit terbanyak
pasien. DHF banyak ditemukan di negara berkembang dimana hygine pribadi dan
sanitasi lingkungan kurang baik. Pemakaian obat yang tidak rasional merupakan
salah satu masalah pada pusat pelayanan kesehatan.
Berdasarkan data yang di peroleh di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
berdasarkan system surveilans terpadu beberapa penyakit terpilih pada tahun 2010
penderita Demam typoid ada 44.422 penderita, termasuk urutan ketiga dibawah
diare dan TBC selaput otak, sedangkan pada tahun 2011 jumlah penderita demam
typoid meningkat menjadi 46.142 penderita. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian
demam typoid di Jawa Tengah termasuk tinggi. Khasus tertinggi typoid adalah di
Kota Semarang yaitu sebagian sebesar 3.993 kasus (18,91%) dibandingkan dengan
jumlah kasus keseluruhan PTM (Penyakit Tidak Menular) lain di Kota Semarang
terdapat proporsi sebesar 3,19%. Rata kasus typoid di Jawa Tengah adalah 635,60
kasus. Demam typoid gejalanya suhu tubuh di atas normal atau hipertermia.
Hipertermia adalah suhu tubuh di atas batas normal. Menurut Alimul (2016)
hipertermia merupakan peningkatan suhu tubuh di atas normal yang di tandai
adanya suhu tubuh meningkat, kulit kemerahan, takikardia, takipnea, kulit terasa
hangat, adanya konvulsi yang di sebabkan oleh : adanya penurunan perspirasi,
dehidrasi, pemajanan lingkungan yang panas, adanya penyakit, peningkatan
kecepatan metabolisme, aktivitas berlebihan, dan tindakkan pengobatan, dan lain-
lain.
Menurut Herdman (2017) hipertermia adalah suhu inti tubuh diatas kisaran
normal di urnal karena kegagalan termoregulasi. Hipertermia ini ada tanda gejala
awal dan penyebabnya. Menurut Kusyati (2012) kompres hangat adalah kompres
pada area yang memiliki pembuluh darah besar menggunakan air hangat.Menurut
Irwanti (2015) kompres hangat merupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh.
Pemberian kompres hangat pada aksila (ketiak) lebih efektif karena pada daerah
tersebut banyak terdapat pembuluh darah besar dan banyak terdapat kelenjar
keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas
daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan
perpindahan panas dari dalam tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih
banyak. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam
bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Derajat kesehatan anak
mencerminkan derajat kesehatan bangsa, karena anak sebagai generasi penerus
bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan
pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak
diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Hidayat,
2012).

B. Rumusan Masalah (Pertanyaan Klinis) Menggunakan PICO


P (Problem/Population) : DHF
I (Intervention) : mempertahankan suhu tubuh normal
C (Comparasion) : Tidak ada pembanding dalam jurnal
O (Outcome) : Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Dalam Pemenuhan
Ketidakefektifan Termoregulasi Pada Pasien DHF

C. Tujuan
Tujuan dari menelaah jurnal disini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian kompres hangat dalam pemenuhan ketidakefektifan termoregulasi pada pasien
DHF.

D. Manfaat
Untuk upaya yang dapat dilakukan oleh perawat pada pasien DHF yang
mengalami demam dapat diaplikasikan pemberian kompres hangat.
BAB II

TELAAH JURNAL

A. Deskripsi Jurnal
JUDUL JURNAL 1

Judul Penelitian : Penerapan Kompres Hangat Untuk Menurunkan


Hipertermia Pada Anak Dengan DHF
Peneliti : Firda Nofitasari, Wahyuningsih

Tahun : 2018

ITEM PERTANYAAN DALAM TELAAH JURNAL

Apa masalah penelitian?

Hipertermia merupakan cara tubuh mempertahankan diri terhadap banyak bakteri dan
virus yang suka hidup dalam suhu normal tubuh manusia, yaitu 36,5°C.
Meningkatnya suhu tubuh badan adalah salah satu cara tubuh bekerja keras
memerangi para penyerang ini dengan mengaktifkaan sistem kekebalan tubuh.
Demam typoid atau yang lebih sering di sebut tipes adalah penyakit infeksi saluran
cerna yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhoia. Bakteri ini di tularkan
melalui makanan dan minuman. Bakteri Samonella di temukan dalam tinja dan air
kemih penderita.
Seberapa besar masalah tersebut?

Khasus tertinggi typoid adalah di Kota Semarang yaitu sebagian sebesar 3.993 kasus
(18,91%) dibandingkan dengan jumlah kasus keseluruhan PTM (Penyakit Tidak
Menular) lain di Kota Semarang terdapat proporsi sebesar 3,19%. Rata kasus typoid
di Jawa Tengah adalah 635,60 kasus.
Dampak masalah jika tidak diatasi?

Masalah yang terjadi jika tidak diatasi maka akan berdampak negatif terhadap
kesehatan penderita, penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan, dan gangguan kesadaran.
Bagaimana kesenjangan yang terjadi? Bandingkan antara masalah yang
ada/kenyataan dengan harapan/target?

Penurunan suhu tubuh dengan terapi kompres hangat sebelum di berikan antipiretik
kurang efektif penurunan suhu tubuhnya. Sebaiknya di lakukan terapi kompres hangat
pada pasien demam typoid setelah atau seiringan dengan di berikan antipiretik.

Berdasarkan masalah penelitian, apa tujuan dan hipotesis yang ditetapkan oleh
peneliti ?

Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan hipertermia pada anak demam typoid.
Desain penelitian apa yang digunakan?

Studi kasus dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus
dan menggunakan bentuk rencana “one group pretest posttest”.
UNTUK DESAIN EKSPERIMEN :
Apakah menggunakan kelompok kontrol untuk menentukan efektifitas suatu
intervensi ?
Tidak menggunakan kelompok pembanding

Apakah peneliti melakukan random alokasi (randomisasi)?

Tidak dilakukan randomisasi

Jika peneliti melakukan randomisasi, bagaimana prosedurnya, apakah dilakukan


randomisasi sederhana, blok, stratifikasi? Siapa yang melakukan randomisasi?

Tidak dilakukan randomisasi

Jika ternyata pada data dasar (base line) terdapat perbedaan karakteristik/variable
perancu pada kedua kelompok, apakah peneliti melakukan pengendalian pada uji
statistic dengan stratifikasi atau uji multivariate?

Tidak di jelaskan dalam jurnal penelitian

Apakah peneliti melakukan masking atau penyamaran dalam memberikan perlakuan


pada responden (responden tidak menyadari apakah sedang mendapatkan intervensi
yang diuji cobakan?

Tidak dilakukan masking dalam penelitian

Untuk menjamin kualitas pengukuran, apakah peneliti melakukan blinding saat


mengukur outcome? Blinding merupakan upaya agar sampel atau peneliti tidak
mengetahui kedalam kelompok mana sampel dimasukkan ( eksperiment atau control .
Hal ini menunjukkan upaya peneliti meningkatkan validitas informasi.

Tidak dijelaskan dalam penelitian

POPULASI DAN SAMPEL


Siapa populasi target dan populasi terjangkau?

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien thypoid an. V dan an. S di RSUD Dr.
Adhyatma

Siapa sampel penelitian? Apa kriteria inklusi dan eksklusi sampel?

Penelitian dilakukan pada 2 orang pasien demam thypoid di RSUD Dr. Adhyatma.
Bagaimana metode sampling yang digunakan untuk memilih sampel dari populasi
target?

Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.

Berapa jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian? Metode atau rumus apa
yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel?

Sampel pada penelitian ini berjumlah 2 orang responden.


PENGUKURAN ATAU PENGUMPULAN DATA
Variable apa saja yang diukur dalam penelitian?
Variabel dependen : Pasien DHF
Variabel independen : Penerapan Kompres Hangat
Metode apa yang digunakan untuk mengumpulkan data?

Observasi dan wawancara

Alat ukur apa yang digunakan untuk mengumpulkan data?

Wawancara langsung pada pasien


Observasi dengan thermometer

Bagaimana validitas dan rehabilitas alat ukur/instrument yang digunakan? Apakah


peneliti menguji validitas dan rehabilitas alat ukur? Jika dilakukan apa metode yang
digunakan untuk menguji validitas dan rehabilitas alat ukur dan bagaimana hasilnya?

Tidak dilakukan uji validas dalam penelitian

Siapa yang melakukan pengukuran atau pengumpulan data? Apakah dilakukan


pelatihan khusus untuk observer atau yang melakukan pengukuran?

Peneliti

ANALISIS DATA
Uji Statistik apa yang digunakan untuk menguji hipotesis atau menganalisis data?

Uji wilcoxon

Untuk penelitian eksperimen apakah peneliti menggunakan metode intention to treat


atau on treatment analysis?

Menggunakan metode pendekatan studi kasus.

Intention to treat adalah menganalisis semua sampel yang megikuti penelitian, baik
yang drop out, loss follow up atau berhenti sebelum penelitian selesai. Sampel yang
drop out dianggap hasil intervensi yang gagal.
On treatment analysis hanya menganalisis sampel yang mengikuti penelitian sampai
selesai saja, sedangkan sampel drop out diannggap tidak mengikuti penelitian dan
tidak diikutkan dalam analisis.
Program atau software statistic apa yang digunakan peneliti untuk menganalisis data?

Tidak dijelaskan dalam jurnal penelitian

HASIL PENELITIAN
Bagaimana alur (flow) penelitian yang menggambarkan responden yang mengikuti
penelitian sampai selesai, drop out dan loss follow up?

Tidak dijelaskan alur dalam penelitian

Bagaimana karakteristik responden dan baseline data?

Penelitian dilakukan pada 2 orang pasien demam thypoid. Tidak dijelaskan


karakteristik responden secara rinci.

Pada penelitian eksperiment apakah variable perancu (counfounding variable) dalam


data base line tersebar seimbang pada setiap kelompok? Jika tidak seimbang apa
dilakukan peneliti untuk membuat penelitian bebas dari pengaruh variable perancu?
Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian.
Apa hasil utama dari penelitian? Jika peneliti melakukan uji hipotesis, apakah
hipotesis penelitian terbukti atau tidak terbukti (bermakna atau tidak secara statistic )?
Apakah hasil penelitian juga bermakna secara klinis?

Studi kasus ini adalah anak dengan demam typoid mengalami hipertermia. Hasil studi kasus pasien I
dan pasien II terjadi penurunan suhu tubuh. jadi dapat disimpulkan bahwa terapi kompres hanngat
dapat menurunkan suhu tubuh pada anak demam typoid yang mengalami hipertermia.

Untuk penelitian eksperimen dengan variable dependen kategorik apakah peneliti


menjelaskan tentang nilai kepentingan klinis dari hasil penelitian seperti number need
to treat (NTT), relative risk reduction (RRR) atau absolute risk reduction (ARR).

Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian

DISKUSI
Bagaimana interpretasi peneliti terhadap hasil penelitian? Apakah peneliti membuat
interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang ditemukan dalam penelitian
berdasarkan teori terkini? Catatan: meskipun hasil penelitian tidak sesuai dengan
hipotesis, namun suatu penelitian tetap berkualitas jika peneliti mampu menjelaskan
rasional secara ilmiah mengapa hipotesisnya tidak terbukti.

Peneliti membuat interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang
ditemukan dalam penelitian berdasarkan teori terkini

Bagaimana peneliti membandingkan hasil penelitiannya dengan penelitian-penelitian


terdahulu serta teori yang ada saat ini untuk menunjukkan adanya relevansi?

Peneliti membuat interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang
ditemukan dalam penelitian berdasarkan teori terkini

Bagaimana peneliti menjelaskan makna dan relevansi hasil penelitiannya dengan


perkembangan ilmu keperawatan/kesehatan serta terhadap pemecahan masalah?

Menurut asumsi penelitian bahwa Tindakkan keperawatan yang dilakukan pada


pasien I selama 3 hari yang pertama tanggal 31 Desember 2018 jam 09.10 WIB
mengobservasi tanda-tanda vital, data subjektif : ibu pasien mengatakan anaknya
panas, data objektif : pasien tampak lemas dan gelisah, kulit pasien teraba hangat,
didapatkan data tanda-tanda vital : respirasi : 24x/menit, nadi : 102 x/menit, suhu :
38,7°C. Pada jam 09.40 WIB melakukan kompres hangat, data subjektif : ibu pasien
mengatakan bersedia anaknya diberikan kompres hangat, data objektif : pasien
tampak merasa nyaman saat diberikan kompres hangat selama 15 menit di dapatkan
data tanda-tanda vital, respirasi : 22 x/menit, nadi : 98x/menit, suhu : 38,2°C. Pada
jam 10.00 WIB menganjurkan pasien minum air putih, data subjektif : pasien
mengatakan mau minum air putih, data objektif : pasien tampak minum air putih.
diberikan terapi kompres hangat suhu pasien 38,7°C dan setelah dilakukan terapi
kompres hangat selama 15 menit suhu tubuh menjadi 38,2°C. Evaluasi keperawatan
pada pasien I dan pasien II yang dilakukan selama 3 hari didapatkan hasil An V
awalnya suhu tubuh 37,9°C menjadi 37,6°C sedangakan An S awalnya suhu tubuh
38,1°C menjadi 37,8°C. Kedua pasien tersebut berpengaruh menurunkan suhu tubuh
pada pasein demam typoid dengan menggunakan terapi kompres hangat.
Bagaimana nilai kepentingan (importancy) hasil penelitian?

Nilai kepentingan yang didapatkan adalah bahwa kompres hangat dapat diaplikasikan
perawat yang merawat pasien demam thypoid dalam mengatasi demam.

Bagaimana applicability hasil penelitan menurut peneliti ? Apakah hasil penelitian


dapat diterapkan pada tatanan praktik keperawatan ditinjau dari aspek fasilitas,
pembiayaan, sumber daya manusia, dan aspek legal?

Ya, hasil penelitian dapat diterapkan pada tatanan praktik keperawatan ditinjau dari
aspek fasilitas, pembiayaan, sumber daya manusia, dan aspek legal.

Apakah mungkin penelitian ini direplikasi pada setting pratik klinik lainnya?

Ya, penelitian mungkin dapat direplikasi pada setting praktik klinik lainnya.

Apakah peneliti menjelaskan kekuatan dan kelemahan penelitian? Apakah kelemahan


ini tidak menurunkan validitas hasil penelitian?

Peneliti tidak menjelaskan kekuatan dan kelemahan penelitiannya dalam jurnal


penelitian.

JUDUL JURNAL 2

Judul Penelitian : Perbedaan Efektivitas Antara Pemberian Tepid Sponge


Bath Dan Kompres Plester Terhadap Perubahan Suhu
Tubuh Anak Batita Yang Mengalami Demam Di Ruang
Anak Rsud Dr. R. Soedjono Selong Lombok Timur
Peneliti : Ageng Abdi Putra, Novi Enis Rosuliana, M. Andri Irawan

Tahun : 2018

ITEM PERTANYAAN DALAM TELAAH JURNAL

Apa masalah penelitian?

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan
derajat kesehatan bangsa, karena anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki
kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa.
Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam
perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Hidayat, 2012). Batita adalah usia
yang paling rawan dalam pertumbuhan, dikarenakan pada usia tersebut anak mulai
berinteraksi dan bereksplorasi dengan lingkungan sehingga meningkatkan risiko
terkena paparan beberapa penyakit baik itu dari virus, bakteri ataupun jamur yang
bisa menimbulkan gejala demam. Istilah terrible twos sering digunakan untuk
menjelaskan masa batita, periode dari usia 12 sampai 36 bulan.
Masa ini merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha
mencari tau bagaimana semua terjadi dan bagaimana mengontrol sesuatu, di bawah
kondisi variasi suhu yang moderat, batita jarang mengalami kesulitan seperti pada
bayi kecil dalam mempertahankan suhu tubuh, dikarenakan fungsi sistem ginjal
membantu mempertahankan cairan pada saat stres dan mengurangi resiko dehidrasi.
Berdasarkan data survei awal yang dilakukan metode wawancara di RSUD dr. R.
Soedjono Selong Lombok timur, banyak anak-anak mengalami demam disebabkan
oleh adanya infeksi. Infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, atau parasit
dan sering kali kondisi ini di tandai oleh adanya peningkatan suhu tubuh, disertai
dengan gejala menggigil, batuk pilek, infeksi tenggorokan dan nafsu makan
menurun, ini tercatat dari data yang didapatkan oleh penulis di RSUD dr. R.
Soedjono Selong Lombok Timur, pada tahun 2017 yaitu terhitung sejak bulan
September sampai dengan November jumlah batita yang mengalami demam
sebanyak 67 pasien yaitu sekitar 54% dari keseluruhan anak yang mengalami
demam. (Data Rekam Medik RSUD Selong, 2017)
Seberapa besar masalah tersebut?

Badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2012 mengemukakan jumlah kasus demam di
seluruh dunia mencapai 18-34 juta kasus. Menurut laporan WHO tahun 2012 Angka
Kematian bayi dan anak (AKB) di dunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu
9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka
kematian anak di negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 214 per 100.000
kelahiran hidup, Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000
kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000
kelahiran hidup, dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2012).
Berdasarkan data survei awal yang dilakukan metode wawancara di RSUD dr. R.
Soedjono Selong Lombok timur, banyak anak-anak mengalami demam disebabkan
oleh adanya infeksi. Infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, atau parasit
dan sering kali kondisi ini di tandai oleh adanya peningkatan suhu tubuh, disertai
dengan gejala menggigil, batuk pilek, infeksi tenggorokan dan nafsu makan
menurun, ini tercatat dari data yang didapatkan oleh penulis di RSUD dr. R.
Soedjono Selong Lombok Timur, pada tahun 2017 yaitu terhitung sejak bulan
September sampai dengan November jumlah batita yang mengalami demam
sebanyak 67 pasien yaitu sekitar 54% dari keseluruhan anak yang mengalami
demam. (Data Rekam Medik RSUD Selong, 2017)
Dampak masalah jika tidak diatasi?
Batita adalah usia yang paling rawan dalam pertumbuhan, dikarenakan pada usia
tersebut anak mulai berinteraksi dan bereksplorasi dengan lingkungan sehingga
meningkatkan risiko terkena paparan beberapa penyakit baik itu dari virus, bakteri
ataupun jamur yang bisa menimbulkan gejala demam (Jaelani, 2007). Istilah terrible
twos sering digunakan untuk menjelaskan masa batita, periode dari usia 12 sampai
36 bulan. Masa ini merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak
berusaha mencari tau bagaimana semua terjadi dan bagaimana mengontrol sesuatu,
di bawah kondisi variasi suhu yang moderat, batita jarang mengalami kesulitan
seperti pada bayi kecil dalam mempertahankan suhu tubuh, dikarenakan fungsi
sistem ginjal membantu mempertahankan cairan pada saat stres dan mengurangi
resiko dehidrasi
Bagaimana kesenjangan yang terjadi? Bandingkan antara masalah yang
ada/kenyataan dengan harapan/target?

Tidak di jelaskan dalam jurnal penelitian

Desain penelitian apa yang digunakan?

Penelitian ini menggunakan quasy experiment pre dan post test randomize control
group design. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling.
UNTUK DESAIN EKSPERIMEN :
Apakah menggunakan kelompok kontrol untuk menentukan efektifitas suatu
intervensi ?

Penelitian menggunakan kelompok kontrol

Apakah peneliti melakukan random alokasi (randomisasi)?

Penelitian ini menggunakan non-probablity sampling dan ada randomisasi

Jika ternyata pada data dasar (base line) terdapat perbedaan karakteristik/variable
perancu pada kedua kelompok, apakah peneliti melakukan pengendalian pada uji
statistic dengan stratifikasi atau uji multivariate?

Tidak di jelaskan dalam jurnal penelitian

Apakah peneliti melakukan masking atau penyamaran dalam memberikan perlakuan


pada responden (responden tidak menyadari apakah sedang mendapatkan intervensi
yang diuji cobakan?

Tidak dilakukan masking dalam penelitian

POPULASI DAN SAMPEL


Siapa populasi target dan populasi terjangkau?

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dengan DHF


Bagaimana metode sampling yang digunakan untuk memilih sampel dari populasi
target?

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling


PENGUKURAN ATAU PENGUMPULAN DATA
Variable apa saja yang diukur dalam penelitian?

Variabel dependen : DHF


Variabel independen : Tepid Sponge Bath Dan Kompres Plester

ANALISIS DATA
Uji Statistik apa yang digunakan untuk menguji hipotesis atau menganalisis data?
Hasil analisis statistic menggunakan paired t-test

Untuk penelitian eksperimen apakah peneliti menggunakan metode intention to treat


atau on treatment analysis?

On treatment analysis

Intention to treat adalah menganalisis semua sampel yang megikuti penelitian, baik
yang drop out, loss follow up atau berhenti sebelum penelitian selesai. Sampel yang
drop out dianggap hasil intervensi yang gagal.
On treatment analysis hanya menganalisis sampel yang mengikuti penelitian sampai
selesai saja, sedangkan sampel drop out diannggap tidak mengikuti penelitian dan
tidak diikutkan dalam analisis.
Program atau software statistic apa yang digunakan peneliti untuk menganalisis
data?

Semua analisis statistik dilakukan dengan SPSS.

HASIL PENELITIAN
Bagaimana alur (flow) penelitian yang menggambarkan responden yang mengikuti
penelitian sampai selesai, drop out dan loss follow up?
Hasil uji statistik didapatkan hasil bahwa ada perbedaan efektivitas antara pemberian
tepid sponge bath dan kompres plester terhadap perubahan suhu tubuh anak batita
yang mengalami demam di ruang anak RSUD dr. R. Soedjono Selong dengan nilai p
value<0,05).
Bagaimana karakteristik responden dan baseline data?

Pasien dengan kanker serviks

Pada penelitian eksperiment apakah variable perancu (counfounding variable) dalam


data base line tersebar seimbang pada setiap kelompok? Jika tidak seimbang apa
dilakukan peneliti untuk membuat penelitian bebas dari pengaruh variable perancu?

Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian.

DISKUSI
Bagaimana interpretasi peneliti terhadap hasil penelitian? Apakah peneliti membuat
interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang ditemukan dalam
penelitian berdasarkan teori terkini? Catatan: meskipun hasil penelitian tidak sesuai
dengan hipotesis, namun suatu penelitian tetap berkualitas jika peneliti mampu
menjelaskan rasional secara ilmiah mengapa hipotesisnya tidak terbukti.

Peneliti membuat interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang
ditemukan dalam penelitian berdasarkan teori terkini.

Bagaimana peneliti membandingkan hasil penelitiannya dengan penelitian-penelitian


terdahulu serta teori yang ada saat ini untuk menunjukkan adanya relevansi?

Peneliti mampu membandingkan hasil penelitiannya dengan penelitian lain dan


hasilnya saling berkaitan.

Bagaimana applicability hasil penelitan menurut peneliti ? Apakah hasil penelitian


dapat diterapkan pada tatanan praktik keperawatan ditinjau dari aspek fasilitas,
pembiayaan, sumber daya manusia, dan aspek legal?

Ya, hasil penelitian dapat diterapkan pada tatanan praktik keperawatan ditinjau dari
aspek fasilitas, pembiayaan, sumber daya manusia, dan aspek legal.
Apakah mungkin penelitian ini direplikasi pada setting pratik klinik lainnya?

Ya, penelitian mungkin dapat direplikasi pada setting praktik klinik lainnya.

Apakah peneliti menjelaskan kekuatan dan kelemahan penelitian? Apakah


kelemahan ini tidak menurunkan validitas hasil penelitian?

Tidak dijelaskan dalam penelitian

JUDUL JURNAL 3
Judul Penelitian : Penerapan Kompres Hangat Pada Asuhan Keperawatan
Anak Dengan DHF Di ruang Anak RSUD H.Hanafie
Peneliti : Onny Novita Veronika Sijabat

Tahun : 2020
ITEM PERTANYAAN DALAM TELAAH JURNAL

Apa masalah penelitian?

Demam tifoid merupakan penyakit yang menyerang usus halus, penyebabnya adalah
bakteri salmonella thypi yang akan menyebabkan hipertermi pada seseorang yang
telah terinfeksi. Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi, penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan,
ditopang dengan bakteremiatanpa keterlibatan struktur endothelia atau endokardial,
dan invasi bakteri sekalgus multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati,
limpa, kelenjar limfe usus dan peyer’s patch dan dapat menular pada orang lain
melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Penyakit menular ini masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan jumlah kasus sebanyak 22 juta
per tahun di dunia dan menyebabkan 216.000–600.000 kematian. Studi yang
dilakukan di daerah urban di beberapa negara Asia pada anak usia 5–15 tahun
menunjukkan bahwa insidensi dengan biakan darah positif mencapai 180–194 per
100.000 anak, di Asia Selatan pada usia 5–15 tahun sebesar 400–500 per 100.000
penduduk, di Asia Tenggara 100– 200 per 100.000 penduduk, dan di Asia Timur
Laut kurang dari 100 kasus per 100.000 penduduk. Komplikasi serius dapat terjadi
hingga 10%, khususnya pada individu yang menderita tifoid lebih dari 2 minggu dan
tidak mendapat pengobatan yang adekuat. Case Fatality Rate (CFR) diperkirakan 1–
4% dengan rasio 10 kali lebih tinggi pada anak usia lebih tua (4%) dibandingkan
anak usia ≤4 tahun (0,4%). Pada kasus yang tidak mendapatkan pengobatan, CFR
dapat meningkat hingga 20%. (Purba, dkk, 2017).
Seberapa besar masalah tersebut?

Penyakit menular ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan


jumlah kasus sebanyak 22 juta per tahun di dunia dan menyebabkan 216.000–
600.000 kematian. Studi yang dilakukan di daerah urban di beberapa negara Asia
pada anak usia 5–15 tahun menunjukkan bahwa insidensi dengan biakan darah
positif mencapai 180–194 per 100.000 anak, di Asia Selatan pada usia 5–15 tahun
sebesar 400–500 per 100.000 penduduk, di Asia Tenggara 100– 200 per 100.000
penduduk, dan di Asia Timur Laut kurang dari 100 kasus per 100.000 penduduk.
Komplikasi serius dapat terjadi hingga 10%, khususnya pada individu yang
menderita tifoid lebih dari 2 minggu dan tidak mendapat pengobatan yang adekuat.
Case Fatality Rate (CFR) diperkirakan 1–4% dengan rasio 10 kali lebih tinggi pada
anak usia lebih tua (4%) dibandingkan anak usia ≤4 tahun (0,4%). Pada kasus yang
tidak mendapatkan pengobatan, CFR dapat meningkat hingga20%. (Purba, dkk,
2017).
Di Indonesia, tifoid bersifat endemis yang banyak dijumpai di kota besar. Penderita
anak yang ditemukan biasanya berumur diatas satu tahun. Sebagian besar dari
penderita (80%) yang dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUIRSCM Jakarta
berumur diatas lima tahun. Demam tifoid lebih sering menyerang anak usia 5-15
tahun. Menurut laporan WHO (World HealthOrganization), insidensi demam tifoid
pada anak umur 5-15 tahun di Indonesia terjadi 180,3/100.000 kasus pertahun dan
dengan prevalensi mencapai 61,4/1000 kasus pertahun.
Pada tahun 2014, angka kesakitan tifoid di Indonesia menempati urutan ke tiga dari
10 penyakit terbanyak yang dirawat inap di rumah sakit, yaitu dilaporkan sebesar
80.850 kasus, yang meninggal sebanyak 1.747 kasus. Hasil telaah kasus di rumah
sakit besar di Indonesia menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan jumlah
kasus tifoid dari tahun ke tahun dengan ratarata kesakitan 500/100.000 penduduk
dan kematian diperkirakan sekitar 0,6–5%. (Purba, dkk, 2017)
Dampak masalah jika tidak diatasi?

Salah satu masalah yang timbul pada pasien demam tifoid yaitu hipertermia, defisit
nutrisi, hipovolemia, nyeri akut, dan konstipasi. Hipertermi adalah suatu Keadaan
dimana seorang individu mengalami peningkatan suhu tubuh di atas 37,8°C peroral
atau 38,8°C perrektal karena factor eksternal (Nurrofiq, 2012). Hipertermi
berhubungan ketika sistem kontrol suhu normal tubuh tidak dapat secara efektif
mengatur suhu internal. Biasanya, pada suhu tinggi tubuh akan mendinginkan
melalui penguapan keringat. Namun, dalam kondisi tertentu (suhu udara di atas
95°Catau 35°C dan dengan kelembaban yang tinggi), mekanisme pendinginan ini
menjadi kurang efektif. Ketika kelembaban udara tinggi, keringat tidak akan
menguap dengan cepat, mencegah tubuh dari melepaskan panas dengan cepat.
Selanjutnya, tanpa asupan cairan yang cukup, kehilangan cairan yang berlebihan dan
ketidakseimbangan elektrolit juga dapat terjadi menyebabkan dehidrasi. Dalam
kasus tersebut, suhu tubuh seseorang meningkat cepat. Suhu tubuh yang sangat
tinggi dapat merusak otak dan organ vital lainnya. Kondisi lain yang dapat
membatasi kemampuan untuk mengatur suhu tubuh termasuk penyakit demam tifoid
(Librianty, 2014).
Bagaimana kesenjangan yang terjadi? Bandingkan antara masalah yang
ada/kenyataan dengan harapan/target?

Tidak di jelaskan dalam jurnal penelitian

Berdasarkan masalah penelitian, apa tujuan dan hipotesis yang ditetapkan oleh
peneliti ?

Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan suhu badan dikarenakan demam thypoid.

Desain penelitian apa yang digunakan?

Penelitian ini menggunakan quasy experiment pre dan post test randomize control
group design. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling.
UNTUK DESAIN EKSPERIMEN :
Apakah menggunakan kelompok kontrol untuk menentukan efektifitas suatu
intervensi ?

Penelitian menggunakan kelompok kontrol

Apakah peneliti melakukan random alokasi (randomisasi)?

Penelitian ini menggunakan non-probablity sampling dan ada randomisasi

Jika ternyata pada data dasar (base line) terdapat perbedaan karakteristik/variable
perancu pada kedua kelompok, apakah peneliti melakukan pengendalian pada uji
statistic dengan stratifikasi atau uji multivariate?

Tidak di jelaskan dalam jurnal penelitian

Apakah peneliti melakukan masking atau penyamaran dalam memberikan perlakuan


pada responden (responden tidak menyadari apakah sedang mendapatkan intervensi
yang diuji cobakan?

Tidak dilakukan masking dalam penelitian

Untuk menjamin kualitas pengukuran, apakah peneliti melakukan blinding saat


mengukur outcome? Blinding merupakan upaya agar sampel atau peneliti tidak
mengetahui ke dalam kelompok mana sampel dimasukkan ( eksperiment atau
control . Hal ini menunjukkan upaya peneliti meningkatkan validitas informasi.

Tidak dijelaskan dalam penelitian


POPULASI DAN SAMPEL
Siapa populasi target dan populasi terjangkau?

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dengan DHF


Bagaimana metode sampling yang digunakan untuk memilih sampel dari populasi
target?

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling


PENGUKURAN ATAU PENGUMPULAN DATA
Variable apa saja yang diukur dalam penelitian?

Variabel dependen : DHF


Variabel independen : Kompres hangat

ANALISIS DATA
Uji Statistik apa yang digunakan untuk menguji hipotesis atau menganalisis data?
Hasil analisis statistic menggunakan paired t-test

Untuk penelitian eksperimen apakah peneliti menggunakan metode intention to treat


atau on treatment analysis?

On treatment analysis

Intention to treat adalah menganalisis semua sampel yang megikuti penelitian, baik
yang drop out, loss follow up atau berhenti sebelum penelitian selesai. Sampel yang
drop out dianggap hasil intervensi yang gagal.
On treatment analysis hanya menganalisis sampel yang mengikuti penelitian sampai
selesai saja, sedangkan sampel drop out diannggap tidak mengikuti penelitian dan
tidak diikutkan dalam analisis.
Program atau software statistic apa yang digunakan peneliti untuk menganalisis
data?

Semua analisis statistik dilakukan dengan SPSS.

HASIL PENELITIAN
Bagaimana alur (flow) penelitian yang menggambarkan responden yang mengikuti
penelitian sampai selesai, drop out dan loss follow up?
Didalam penelitian, penulis mendapatkan diagnosa keperawatan yang muncul
pada pasien Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan fluktuasi suhu
lingkungan. Didalam penelitian, perencanaan yang dibuat penulis dengan tujuan
untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan tindakan pemberian
kompres hangat dalam pemenuhan ketidakefektifan termoregulasi pada pasien
dengan demam typoid. Perencanaan yang dilakukan oleh penulis berdasarkan
masalah dengan ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan fluktuasi suhu
lingkungan Pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien Ny. S mengacu pada
rencana yang telah disusun dan disepakati bersama pasien dan keluarga serta
melibatkan keluarga secara aktif dengan memperhatikan cara pemberian tindakan
kompres hangat. Evaluasi yang didapatkan pada pasien dengan cara
mempertahankan pemberian kompres hangat pada pasien selama tiga hari
menunjukan bahwa dari masalah yang didapat pada pasien semuanya telah teratasi.
Bagaimana karakteristik responden dan baseline data?

Pasien dengan DHF

Pada penelitian eksperiment apakah variable perancu (counfounding variable) dalam


data base line tersebar seimbang pada setiap kelompok? Jika tidak seimbang apa
dilakukan peneliti untuk membuat penelitian bebas dari pengaruh variable perancu?

Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian.

DISKUSI
Bagaimana interpretasi peneliti terhadap hasil penelitian? Apakah peneliti membuat
interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang ditemukan dalam
penelitian berdasarkan teori terkini? Catatan: meskipun hasil penelitian tidak sesuai
dengan hipotesis, namun suatu penelitian tetap berkualitas jika peneliti mampu
menjelaskan rasional secara ilmiah mengapa hipotesisnya tidak terbukti.

Peneliti membuat interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang
ditemukan dalam penelitian berdasarkan teori terkini.

Bagaimana peneliti membandingkan hasil penelitiannya dengan penelitian-penelitian


terdahulu serta teori yang ada saat ini untuk menunjukkan adanya relevansi?

Peneliti mampu membandingkan hasil penelitiannya dengan penelitian lain dan


hasilnya saling berkaitan.

Bagaimana applicability hasil penelitan menurut peneliti ? Apakah hasil penelitian


dapat diterapkan pada tatanan praktik keperawatan ditinjau dari aspek fasilitas,
pembiayaan, sumber daya manusia, dan aspek legal?

Ya, hasil penelitian dapat diterapkan pada tatanan praktik keperawatan ditinjau dari
aspek fasilitas, pembiayaan, sumber daya manusia, dan aspek legal.
Apakah mungkin penelitian ini direplikasi pada setting pratik klinik lainnya?

Ya, penelitian mungkin dapat direplikasi pada setting praktik klinik lainnya.

Apakah peneliti menjelaskan kekuatan dan kelemahan penelitian? Apakah


kelemahan ini tidak menurunkan validitas hasil penelitian?

Tidak dijelaskan dalam penelitian


B. Esktraksi Data dan Critical Appraisal

N Penelitian Sampel (karakteristik, Desain/Seleks Intervensi Hasil Level Penelitian Komentar reviewer
O (Peneliti & ukuran, setting) i responden temuan/Kesimpulan (kekuatan dan
Waktu) peneliti keterbatasan
penelitian)
1 Penerapan Sampel penelitian Studi kasus Penerapan Hasil penelitian yang (IIIa) Kekuatan :
Kompres berjumlah 2 orang dilakukan kompres dilakukan pada An.V Studi kasus Penelitian ini dengan
Hangat Untuk responden demam dengan cara hangat untuk dan An.S selama 31 latar belakang, tujuan,
Menurunkan thypoid yang diambil meneliti suatu menurunkan Desember 2018 sampai metode penelitian,
Hipertermia dengan metode permasalahan hipertermia 2 Januari 2019 dapat terdapat kriteria
Pada Anak pendekatan studi melalui suatu pada anak disimpulkan bahwa inklusi dan ekslusi
Dengan terdapat manfaat dan
kasus. Penelitian ini kasus dan dengan responden, serta
Demam pengaruh dari
dilakukan pada 31 menggunakan demam typoid. terdapat instrument
Typoid penerapan
Desember 2018 – 2 bentuk Studi kasus ini kompreshangat untuk penelitian yang
Firda Januari 2019 di rencana “one menggunakan menutunkan lengkap.
Nofitasari, bangsal Amarilis 2 di group pretest metode hipertermia pada pasien
Wahyuningsih RSUD Dr. Adhyatma, posttest”. observasi suhu Demam Typoid di Kelemahan :
(2018) MPH Semarang tubuh dengan RSUD Dr. Adhyatma, Penelitian ini memiliki
menggunakan MPH. kelemahan yaitu tidak
terapi kompres adanya kelompok
hangat kontrol untuk
diberikan pembanding dan tidak
kepada 2 banyak sample yang
responden diambil sebagai studi
kasus.
2 Perbedaan Penelitian ini Desain Intervensi Hasil uji statistik (IIIa) Kekuatan :
Efektivitas dilaksanakan tanggal penelitian dalam didapatkan hasil bahwa Studi kasus adanya kelompok
Antara 14 Agustus sampai 3 yang penelitian ini ada perbedaan kontrol yang menjadi
Pemberian September 2018. digunakan yaitu efektivitas antara pembanding, terdapat
Tepid Sponge Responden penelitian dalam Pemberian pemberian tepid sponge kriteria inklusi dan
Bath Danadalah anak batita penelitian ini Tepid Sponge bath dan kompres ekslusi dalam
Bath Dan
Kompres yang mengalami adalah quasi plester terhadap menentukan sampel
Kompres
Plester demam di RSUD dr. experimental perubahan suhu tubuh responden dan
Plester
Terhadap R Soedjono Selong design Terhadap anak batita yang terdapat SOP
Perubahan yaitu sebanyak 22 dengan Perubahan mengalami demam di Pemberian Tepid
Suhu Tubuh orang, 11 sampel pada rancangan Suhu Tubuh ruang anak RSUD dr. Sponge Bath Dan
Anak Batitakelompok tepid penelitian two Anak Batita R. Soedjono Selong Kompres Plester
Yang sponge bath dan 11 group Yang dengan nilai p dalam melakukan
Mengalami sampel pada prestest- Mengalami value<0,05). tindakan, terdapat
Demam Dikelompok kompres posttest. Demam jurnal pembanding
Ruang Anak plester. Instrumen yang menguatkan
Rsud Dr. R. yang digunakan dengan hasil
Soedjono lembar observasi penelitian yang sama.
Selong berupa catatan suhu
Lombok tubuh anak untuk Kelemahan :
Timur mengukur penurunan Penelitian ini memiliki
suhu tubuh anak kelemahan yaitu tidak
Ageng Abdi
sebelum dan setelah dijelaskan adanya
Putra , Novi
diberikan tepid sponge variabel perancu
Enis Rosuliana
bath dan kompres
, M. Andri
Irawan (2018) plester.
3. Penerapan Subjek penelitian ini Rancangan Intervensi Didalam penelitian, Studi Kasus Kekuatan :
Kompres adalah pasien dengan studi kasus dalam penulis mendapatkan Penelitian ini dengan
Hangat Pada demam typoid ini penelitian ini diagnosa keperawatan latar belakang, tujuan,
Asuhan sebanyak 1 (satu) menggunakan yaitu yang muncul pada metode penelitian,
Keperawatan orang yang orang desain Penerapan pasien Ketidakefektifan terdapat kriteria
Anak Dengan yang dirawat di deskriptif Kompres termoregulasi inklusi dan ekslusi
Demam Rumah Sakit Umum dengan Hangat Pada berhubungan dengan responden, serta
Thypoid Di Daerah dr. P.P. pendekatan Asuhan fluktuasi suhu terdapat instrument
ruang Anak Magretti Sumlaki asuhan Keperawatan lingkungan. Didalam penelitian yang
RSUD dengan kriteria pasien keperawatan Anak Dengan penelitian, perencanaan lengkap.
H.Hanafie terdiagnosa demam pemberian Demam yang dibuat penulis
typoid yang dirawat di kompres Thypoid Di dengan tujuan untuk Kelemahan :
Onny Novita
rumah sakit. hangat dalam ruang Anak memberikan gambaran Penelitian ini memiliki
Veronika
pemenuhan RSUD tentang asuhan kelemahan yaitu tidak
Sijabat, Ns.
ketidakefektif H.Hanafie. keperawatan tindakan adanya kelompok
Vera
an pemberian kompres kontrol untuk
Sesrianty,
termoregulasi hangat dalam pembanding dan tidak
M.Kep,
pada pasien pemenuhan banyak sample yang
Ns.Diaresti
demam ketidakefektifan diambil sebagai studi
DND, M.Kep
typoid termoregulasi pada kasus.
melalui pasien dengan demam
pendekatan typoid. Perencanaan
secara yang dilakukan oleh
komprehensif penulis berdasarkan
dimulai dari masalah dengan
pengkajian, ketidakefektifan
diagnosa termoregulasi
keperawataan berhubungan dengan
, fluktuasi suhu
perencanaan, lingkungan Pelaksanaan
intervensi, asuhan keperawatan
implementasi pada pasien Ny. S
dan evaluasi. mengacu pada rencana
yang telah disusun dan
disepakati bersama
pasien dan keluarga
serta melibatkan
keluarga secara aktif
dengan memperhatikan
cara pemberian
tindakan kompres
hangat. Evaluasi yang
didapatkan pada pasien
dengan cara
mempertahankan
pemberian kompres
hangat pada pasien
selama tiga hari
menunjukan bahwa dari
masalah yang didapat
pada pasien semuanya
telah teratasi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam


bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Derajat kesehatan anak
mencerminkan derajat kesehatan bangsa, karena anak sebagai generasi penerus
bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan
pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak
diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Hidayat,
2012). Batita adalah usia yang paling rawan dalam pertumbuhan, dikarenakan
pada usia tersebut anak mulai berinteraksi dan bereksplorasi dengan lingkungan
sehingga meningkatkan risiko terkena paparan beberapa penyakit baik itu dari
virus, bakteri ataupun jamur yang bisa menimbulkan gejala demam (Jaelani,
2007). Istilah terrible twos sering digunakan untuk menjelaskan masa batita,
periode dari usia 12 sampai 36 bulan. Masa ini merupakan masa eksplorasi
lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tau bagaimana semua
terjadi dan bagaimana mengontrol sesuatu, di bawah kondisi variasi suhu yang
moderat, batita jarang mengalami kesulitan seperti pada bayi kecil dalam
mempertahankan suhu tubuh, dikarenakan fungsi sistem ginjal membantu
mempertahankan cairan pada saat stres dan mengurangi resiko dehidrasi
Perawat sangat berperan untuk mengatasi demam melalui peran mandiri
ataupun kolaborasi. Untuk peran mandiri perawat dalam mengatasi demam bisa
dengan melakukan kompres hangat, tepid sponge bath,dan kompres plester.
B. Saran

Penelitian selanjutnya hendaknya mempertimbangkan jumlah sampel


serta menggunakan pendekatan yang lebih objektif untuk memperoleh data.
Penelitian selanjutnya perlu memperhatikan obat-obatan yang digunakan oleh
responden untuk menurunkan suhu tubuh dan faktor-faktor lain yang bisa
menurunkkan suhu tubuh responden.
DAFTAR PUSTAKA
Artana, Wayan. 2013. Pengaruh Penggunaan Bawang Merah Terhadap Penurunan Panas Suhu
Tubuh Pada Anak Usia Toddler (1- 3) Tahun Yang Mengalami Febris
Di Puskesmas Pembantu Tegal Maja Kabupaten Lombok Utara Provinsi
NTB. Mataram: STIKES MATARAM.

Fatkularini, Dian. 2014. Efektifitas Kompres Air Suhu Biasa Dan kompres Plester Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak demam Usia Prasekolah Di RSUD
Ungaran Semarang. Semarang: JIKK

Hamid, Mohammad Ali. 2011. Keefektifitasan Kompres Tepid Sponge Yang Dilakukan Ibu
Dalam Menurunkan Demam Pada Anak. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.

Wowor, Marina S. 2017. Efektifitas Kompres Air Suhu Hangat Dengan Kompres Plester
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Demam Usia Prasekolah Di
Ruang Anak RS Bethesda GMIM Tomohin. Ejurnal Keperawatan
Vol.15 No.2

Anda mungkin juga menyukai