Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Tn.A
DENGAN DIAGNOSA DEMAM TIFOID

DI SUSUN OLEH :
MICHELLE P.M TAHIR
711440121048

DOSEN PENGAJAR
NS. MOUDY LOMBOGIA, S.KEP, M.KEP

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut bersifat sistemik yang disebabkan

oleh mikroorganisme salmonella enterica serotipe typhi yang dikenal dengan salmonella

typhi (S. typhi). Penyakit ini masih sering dijumpai di negara berkembang yang terletak

di subtropis dan daerah tropis seperti Indonesia. (Idrus, 2020). Salmonella typhi hanya

hidup pada manusia, orang dengan demam tifoid membawa bakteri dalam aliran darah

dan saluran usus mereka. Gejala yang timbul antara lain demam tinggi berkepanjangan

(hipertermia) yang merupakan peningkatan suhu tubuh >37,5oC dapat disebabkan oleh

gangguan hormon, gangguan metabolisme, peningkatan suhu lingkungan sekitar, lalu

ada gejela kelelahan, sakit kepala, mual, sakit perut, dan sembelit atau diare. Beberapa

kasus mungkin mengalami ruam serta kasus yang parah dapat menyebabkan komplikasi

serius atau bahkan kematian. (Ratnawati, Arli and Sawitri, 2016).

Pasien demam tifoid dengan masalah hipertermia jika tidak segera diatasi

maka dapat berakibat fatal seperti kejang demam, syok, dehidrasi, dan dapat

menyebabkan kematian. (Lusia, 2015). WHO memperkirakan beban penyakit

demam tifoid global pada 11-20 juta kasus per tahun mengakibatkan sekitar

128.000-161.000 kematian per tahun, sebagian besar kasus terjadi di Asia

Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika Sub-Sahara. (WHO, 2022). Negara Indonesia

kasus demam tifoid berkisar 350-810 per 100.000 penduduk, prevalensi penyakit

ini di Indonesia sebesar 1,6% dan menduduki urutan ke-5 penyakit menular yang

terjadi pada semua umur di Indonesia, yaitu sebesar 6,0% serta menduduki urutan
ke-15 dalam penyebab kematian semua umur di Indonesia, yaitu sebesar 1,6%.

(Khairunnisa, Hidayat and Herardi, 2020).

Berdasarkan hasil penelitian profil kesehatan Provinsi Bali penyakit

demam tifoid masuk ke dalam 10 besar penyakit pada pasien rawat inap RSU

Provinsi Bali tahun 2017. Demam tifoid berada di urutan ke-5 dengan jumlah

1.652 kasus per tahun 2017. (Riskesdas, 2018). Berdasarkan hasil studi

pendahuluan di RSUD Bangli didapatkan hasil pada tahun 2019 data demam

tifoid pada anak di bawah umur 15 tahun yaitu 76 kasus, di tahun 2020 yaitu 22

kasus dan di tahun 2021 yaitu sebanyak 7 kasus.

Kasus demam tifoid sering terjadi pada rentang usia 3-19 tahun. Anak

dibawah umur 5-11 tahun merupakan anak usia sekolah, dimana kelompok usia

tersebut sering melakukan aktifitas di luar rumah sehingga mereka lebih rentan

terkena demam tifoid karena daya tahan tubuhnya tidak sekuat orang dewasa atau

karena kurangnya menjaga kebersihan saat makan dan minum, tidak mencuci

tangan dengan baik setelah buang air kecil maupun buang air besar. (Musthofa,

2021). Demam (hipertermia) merupakan keluhan dan gejala klinis terpenting yang

timbul pada semua pasien demam tifoid. (Idrus, 2020).

Demam atau hipertermia dapat diturunkan dengan cara non-farmakologi

seperti konduksi dan evaporasi. Konduksi panas merupakan perpindahan panas

dari satu benda ke benda lain melalui kontak langsung. Ketika kulit kita yang

hangat menyentuh kulit yang hangat, panas dipindahkan melalui penguapan,

dimana energi panas diubah menjadi gas. (Potter and Perry, 2010). Teknik non-

farmakologi yang dapat digunakan untuk mengurangi kenaikan suhu tubuh pada

pasien demam adalah dengan manajemen demam, yaitu dengan memberikan

beberapa tindakan

2
seperti kompres hangat, plester kompres, pemenuhan kebutuhan nutrisi, dan tirah

baring. (Putri, 2019).

Kompres hangat untuk mengurangi kenaikan suhu tubuh atau hipertermia

pada pasien demam tifoid dapat dikombinasikan dengan bawang merah yang

mengandung senyawa sulfur organik yaitu Allylcysteine Sulfoxide (Alliin).

Potongan atau irisan bawang merah akan melepaskan enzim allinase yang

berfungsi menghancurkan pembentukan pembekuan darah sehingga membuat

peredaran darah menjadi lancar dan panas dari dalam tubuh dapat lebih mudah

disalurkan kepembuluh darah tepi dan demam yang terjadi akan menurun.

Penggunaan kompres bawang merah ini juga mudah dilakukan sendiri di rumah

serta tidak memerlukan biaya yang cukup banyak. (Cahyaningrum, 2017).

Hasil penelitian dari Harnani, Andri and Utoyo (2019) di RS PKU

Muhammadiyah Gombong menunjukkan hasil intervensi berupa kompres bawang

merah disertai pengukuran kembali dengan alat ukur thermometer digital bahwa

rata-rata suhu tubuh sebelum kompres bawang merah 37,8 oC dan setelah kompres

bawang merah menjadi 37,4oC. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Cahyaningrum and Putri (2017) yang menyatakan bahwa pada

dasarnya menurunkan demam pada anak dapat dilakukan secara fisik, obat-obatan

maupun kombinasi keduanya. Pemberian obat-obat tradisional juga dipercaya

dapat meredakan demam. Obat-obatan tradisional yang berasal dari tanaman obat

(herbalis) bagus digunakan sebagai pengusir demam. Obat-obatan tradisional

memiliki kelebihan, yaitu toksisitasnya relatif lebih rendah dibanding obat-obatan

kimia. Obat tradisional seperti kompres bawang merah selain mudah didapatkan,

juga mudah diterapkan untuk mengurangi demam anak terutama pada kasus

demam

3
tifoid karena merupakan teknik tradisional turun temurun yang sudah diterapkan

dari jaman nenek moyang Indonesia.

Berdasarkan hasil data riset dari berbagai sumber diatas, maka penulis

tertarik untuk mengangkat karya tulis ilmiah yang berjudul “asuhan keperawatan

hipertermia pada anak yang mengalami demam tifoid di Ruang Anggrek RSUD

Bangli”.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu masalah dalam

karya tulis ilmiah ini yaitu bagaimanakah asuhan keperawatan hipertermia pada

anak yang mengalami demam tifoid di Ruang Anggrek RSUD Bangli?.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan hipertermia pada

anak yang mengalami demam tifoid di Ruang Anggrek RSUD Bangli.

2. Tujuan khusus

a. Mendeskripsikan pengkajian keperawatan pada anak yang mengalami

demam tifoid di Ruang Anggrek RSUD Bangli.

b. Mendeskripsikan diagnosis keperawatan pada anak yang mengalami

demam tifoid di Ruang Anggrek RSUD Bangli.

c. Mendeskripsikan rencana keperawatan dengan masalah keperawatan

hipertermia pada anak yang mengalami demam tifoid di Ruang

Anggrek RSUD Bangli.

4
a. Mendeskripsikan implementasi keperawatan dengan masalah keperawatan

hipertermia pada anak yang mengalami demam tifoid di Ruang Anggrek

RSUD Bangli.

b. Menganalisis evaluasi keperawatan dengan masalah keperawatan hipertermia

pada anak yang mengalami demam tifoid di Ruang Anggrek RSUD Bangli.

c. Menganalisis intervensi inovasi kompres bawang merah pada anak yang

mengalami demam tifoid dengan masalah keperawatan hipertermia di Ruang

Anggrek RSUD Bangli.

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat teoritis

a. Bagi institusi

Diharapkan karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi

institusi Poltekkes Kemenkes Denpasar dalam meningkatkan pengetahuan

serta pengembangan ilmu keperawatan khususnya mengembangkan asuhan

keperawatan pada anak dengan demam tifoid dan sebagai bahan kajian untuk

penelitian berikutnya.

b. Bagi perkembangan ilmu keperawaatan

Diharapkan karya ilmiah ini dapat menambah dan mengembangkan

pengetahuan dalam asuhan keperawatan pada anak dengan demam tifoid

terkait pemberian kompres bawang merah.

c. Bagi peneliti

Hasil karya ilmiah ini dapat memberikan informasi sebagai gambaran

untuk penelitian selanjutnya terkait asuhan keperawatan pada anak dengan

demam tifoid.

5
2. Manfaat praktis

a. Instalasi Rumah Sakit

Bahan masukan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan informasi

kesehatan kepada pasien anak dan keluarga dengan demam tifoid tentang

pemberian kompres bawang merah.

b. Bagi masyarakat

Penulisan ini dapat memberikan informasi kepada pasien anak dan

keluarga dengan demam tifoid sehingga mengetahui penerapan intervensi

pemberian kompres bawang merah untuk menurukan demam pada anak.

6
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
DEMAM TIFOID

A. Definisi
Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri yang menyerang sistem
pencernaan manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi dengan gejala
demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan
dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Farissa, 2018).
Demam tifoid merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh
Salmonella enterica serovar typhi (S typhi).1-3 Salmonella enterica serovar
paratyphi A, B, dan C juga dapat menyebabkan infeksi yang disebut demam
paratifoid.3 Demam tifoid dan paratifoid termasuk ke dalam demam enteric
(Nelwan, 2018)

B. Etiologi
Penyebab Tifoid yang sering terjadi karena faktor kebersihan. Seperti
halnya ketika makan di luar apalagi di tempat-tempat umum biasanya terdapat
lalat yang beterbangan dimana-mana bahkan hinggap di makanan. Lalat-lalat
tersebut dapat menularkan Salmonella thyphi dari lalat yang sebelumnya
hinggap di feses atau muntah penderita demam tifoid kemudian hinggap di
makanan yang akan dikonsumsi (Ramhasari, 2022).

C. Anatomi dan Fisiologi

a. Rongga mulut
Rongga mulut adalah organ pertama dari saluran pencernaan. Di
dalam rongga inilah, terjadi dua proses pencernaan, yaitu
kimiawi dan mekanik. Rongga mulut berfungsi untuk
mengunyah, memproses makanan secara kimiawi, dan juga
menyalurkan makanan ke dalam lambung
b. Kelenjar ludah
Selain menghasilkan ludah, kelenjar ludah juga berfungsi
sebagai pelumas mulut agar tidak kering, membantu proses
menelan, melindungi gigi dari bakteri, dan membantu
pencernaan makanan. Karena peranannya yang begitu penting,
kesehatan kelenjar ludah selalu dijaga agar terhindar dari
beragam gangguan
c. Kerongkongan
7
kerongkongan merupakan organ yang menghubungkan
tenggorokan dengan lambung. Fungsi kerongkongan yaitu
mempermudah sistem pencernaan makhluk hidup. Secara umum
fungsi kerongkongan untuk membantu proses pencernaan.
d. Hati
Hati merupakan organ penting bagi manusia. Fungsi hati antara
lain menghasilkan protein, menyimpan nutrisi, memproduksi
empedu, dan berbagai fungsi penting lainnya. Fungsi hati dalam
tubuh manusia sangatlah penting. Hati atau yang sering disebut
sebagai liver merupakan organ terbesar dalam tubuh.
e. Lambung
Lambung adalah organ otot yang terletak di sisi kiri perut bagian
atas. Lambung menerima makanan dari kerongkongan. Saat
makanan mencapai ujung kerongkongan, ia memasuki perut
melalui katup otot yang disebut katup kerongkongan bawah.
Lambung mengeluarkan asam dan enzim yang mencerna
makanan.
f. Usus Besar
Usus besar merupakan bagian akhir alias ujung dari saluran
pencernaan. Hal itulah yang membuat usus besar memiliki peran
penting dalam sistem pencernaan, yaitu mengeluarkan zat sisa
dari makanan yang dicerna. Fungsi usus besar juga mencakup
penyerapan cairan dan vitamin hingga memproduksi antibodi
dan mencegah infeksi.
g. Usus Halus
Usus halus adalah bagian terpanjang dari saluran pencernaan
manusia. Usus halus bekerja dengan organ lain dari sistem
pencernaan untuk mencerna makanan lebih lanjut setelah
meninggalkan perut dan menyerap nutrisi.
h. Pankreas
Pankreas adalah salah satu organ tubuh yang punya peran besar
dalam pencernaan. Organ yang terletak di belakang perut ini
kira-kira besarnya seukuran tangan. Selama proses pencernaan,
pankreas berfungsi membuat cairan yang disebut enzim.

D. Patofisiologi
Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi atau
Salmonella paratyphi. Bakteri Salmonella typhi merupakan bakteri
basilgram negatif ananerob fakultatif. Bakteri Salmonella akan masuk
kedalamtubuh melalui oral bersama dengan makanan atau
minuman yangterkontaminasi. Sebagian bakteri akan dimusnahkan dalam
lambung olehasam lambung. Sebagian bakteri Salmonella yang
lolos akan segeramenuju ke usus halus tepatnya di ileum dan jejunum
untuk berkembangbiak. Bila sistem imun humoral mukosa (IgA)
tidak lagi baik dalammerespon, maka bakteri akan menginvasi kedalam
sel epitel usus halus(terutama sel M) dan ke lamina propia. Di
lamina propia bakteri akandifagositosis oleh makrofag. Bakteri yang lolos
dapat berkembang biakdidalam makrofag dan masuk ke sirkulasi darah
(bakterimia I). BakterimiaI dianggap sebagai masa inkubasi yang dapat
8
terjadi selama 7-14 hariBakteri Salmonella juga dapat menginvasi bagian
usus yang bernama plakpayer. Setelah menginvasi plak payer, bakteri dapat
melakukan translokasike dalam folikel limfoid intestin dan aliran
limfemesenterika danbeberapa bakteri melewati sistem
retikuloendotelial di hati dan limpa.Pada fase ini bakteri juga
melewati organ hati dan limpa. Di hati danlimpa, bakteri
meninggalkan makrofag yang selanjutnya berkembang biakdi sinusoid hati.
Setelah dari hati, bakteri akan masuk ke sirkulasi darahuntuk kedua
kalinya (bakterimia II). Saat bakteremia II, makrofagmengalami
hiperaktivasi dan saat makrofag memfagositosis bakteri, makaterjadi
pelepasan mediator inflamasi salah satunya adalah sitokin.Pelepasan
sitokin ini yang menyebabkan munculnya demam, malaise,myalgia,
sakit kepala, dan gejala toksemia. Plak payer dapat mengalamihyperplasia
pada minggu pertama dan dapat terus berlanjut hingga terjadi nekrosis di
minggu kedua. Lama kelamaan dapat timbul ulserasi yangpada
akhirnya dapat terbentuk ulkus diminggu ketiga. Terbentuknya ulkusini
dapat menyebabkan perdarahan dan perforasi. Hal ini merupakan salahsatu
komplikasi yang cukup berbahaya dari demam typhoid (Levani danPrastya
2020).

E. Tanda dan Gejala- Demam > 5 hari


- Hipertermi
- Malaise
- Batuk Kering
- Dehidrasi
- Diare

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid
menurut(Wulandari dan Erawati 2016) adalah pemeriksaan laboratorium
yang terdiri dari :
a. Pemeriksaan leukosit di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa
demam thypoid terdapat leucopenia dan limpositosis relatif tetapi
kenyataannya leukopeniatidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan
kasus demam thypoid,jumlah leukosit pada sediaan darah tetapi
pada batas-batas normalbahkan kadang-kadang terdapat leukosit
waluupun tidak adakomplikasi atau infeksi sekunder.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPTSGOT dan SGPT pada demam thypoid
sering kali meningkat tetapidapat kembali normal setelah sembuhnya
typhoid
c. Biakan darah Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam
typhoid, tetapibila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan terjadi
demamtyphoid. Hal ini karena hasil biakan darah tergantung dari
9
beberapafaktor yaitu :
1) Teknik pemeriksaan laboratorium Hasil pemeriksaan satu
laboratorium berbeda dengan laboratoriumyang lain. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan teknik dan mediabiakan yang
digunakan. Waktu pengambilan darah yang baikadalah
pada saat demam tinggi, yaitu pada saat
Bakterimiaberlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit Biakan darah
terdapat Sallmonella typhi terutama positif padaminggu
pertama dan berkurang pada minngu-minggu berikutnya.Pada
waktu kambuh biarkan darah dapat positif kembali
3) Vaksinasi dimasa lampauVaksinasi terdapat demam typhoid
dimasa lampau dapatmenimbulkan antibodi dalam darah
klien, antibodi ini dapatmenekan bakterimia sehingga biakan
darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat antimikrobaBila klien sebelum
pembiakan darah sudah mendapatkan obat antimikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat danhasil
biakan mungkin negatif.
d. Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan
antiodi(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terdapat Salmonella thypi
terdapatdalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada
organ yangpernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal
adalahsuspensi Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah
dilaboratorium.Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan
adanya aglutinidalam serum klien yang disangka menderita typhoid.
Terdapat 2 macam pemeriksaan Tes Widal, yaitu :
1. Widal care tabung (konvensional)
2. Salmonella Slide Test (cara slides)
G. Komplikasi
1. Komplikasi intestinal : perdarahan usus, perforasi usus dan ileus
paralitik
2. Komplikasi eksterna intestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (renjatan
1
0
sepsis) miokarditis, trombosis, tromboplebitis.

b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombisitopeni atau DIC


dan syndrome uremis hemolitik.
c. Komplikasi paru : pneumonia, emplema dan pleuritis
d. Hepar dan kandung empedu : hepatitis dan kolesistitis
e. Komplikasi ginjal : giomerulonefritis, plenometrititis
f. Komplikasi tulang : ostomielitis, spondilitis, arthritis
H. Penatalaksanaan Medis
1. Obat-obat antibiotik yang biasanya digunakan adalah
kloramfemikol, hamfenikol, kornimoksazol, amphisilin dan
amoxcilin.
2. Amtipiretika
3. Bila perlu diberikan laktansia
4. Tirah baring selama demam, untuk mencegah komplikasi,
perdarahan usus/ perforasi usus.
5. Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya
kekuatan pasien.
6. Diet : pada permulaan, diet makanan yang tidak merusak
keseluruhan saluran cerna dalam bentuk bening/lunak.
7. Makanan dapat ditingkatkan sesuai perkembangan keluhan
gastrointestinal, sampai bisa makan.
8. Tindakan operasi bila ada komplikasi perforas.
9. Transfusi bila ada komplikasi perdarahan.

I. PATOFLOW
1
1
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian dilakukan dengan cara berurutan, perawat harus mengetahui data
aktual apa yang diperoleh, faktor resiko yang penting, keadaan yang potensial
mengancam pasien dan lain-lain (Nursalam, 2015)

1
2
Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat
data dasar pasien. Pengkajian dilakukan saat pasien masuk instansi pelayanan
kesehatan. Data yang diperoleh sangat berguna untuk menentukan tahap
selanjutnya dalam proses keperawatan.
Pengumpulan data pasien dapat dilakukan dengan cara :
a. Anamnesis/wawancara.
b. Observasi.
c. Pemeriksaan fisik.
d. Pemeriksaan penunjang/diagnostik.

Klasifikasi dan Analisa Data.

a. Klasifikasi data adalah aktivitas pengelompokan data-data klien atau keadaan


tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan
berdasarkan kriteria permasalahanya. Klasifikasi ini dikelompokan dalam data
subyektif dan data obyektif.
b. Analisa Data adalah mengaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori
dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam mentukan masalah
kesehatan dan keperawatan.
c. Analisa data dibuat dalam bentuk tabel yang terdiri dari kolom : Data, Penyebab,
dan Masalah. Kolom data berisi ; data subyektif, data obyektif dan faktor
resiko.Kolom penyebab berisi : 1 (satu) kata/kalimat yang menjadi penyebab
utama dari masalah. Kolom masalah berisi : pernyataan masalah keperawatan

Data yang perlu dikaji pada pasien Demam Tifoid dapat berupa :

a. Identifikasi klien yang meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
suku bangsa, alamat, tanggal MRS dan diagnose medis.
b. Riwayat penyakit meliputi : keluhan utama, biasanya klien datang dengan
keluhan batuk pilek serta panas, kesehatan sekarang, kesehatan yagn lalu,
riwayat kesehatan keluarga, riwayat nutrisi, eliminasi, personal hygiene.
c. Pemeriksaan fisik berfokus pada system pencarnaan meliputi : keadaan umum
(penampilan, kesadaran, tinggi badan, BB dan TTV), kulit, kepala dan leher,
mulut, abdomen.
d. Aktivitas dan isrirahat Gejala : kelemahan, kelelahan, cape atau lelah, insomnia,
tidak bisa tidur pada malam hari, karena badan demam.
e. Eliminasi Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak, bau, atau berair
Tanda : kadang – kadang terjadi peningkatan bising usus.
f. Makanan atau cairan Gejala : klien mengalami anoreksia dan muntah, terjadi
1
3
penurunan BB. Tanda : kelemahan, turgor kulit klien bisa buruk, membrane
mukosa pucat.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu,
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat
(NANDA, 2014).
Berdasarkan NANDA (2014), diagnosa keperawatan terbagi atas :
a. Diagnosa keperawatan aktual, Suatu diagnosis aktual menggambarkan respon
manusia terhadap kondisi kesehatan/proses kehidupan yang benar nyata pada
individu, kelompok, atau komunitas.
b. Diagnosa Keperawatan Promosi Kesehatan : Penilaian klinis tentang motivasi
dan keinginan individu, keluarga, kelompok atau komunitas untuk
meningkatkan kesehjateraan dan mewujudkan potensi kesehatan manusia.
c. Diagnosa Keperawatan Risiko : Kerentanan, terutama sebagai akibat dari
paparan terhadap faktor-faktor yang meningkatkan peluang kecelakaan atau
kehilangan.
d. Diagnosa Keperawatan Syndrom : penilaian klinis memjelaskan kelompok
khusus diagnosa keperawatan yang terjadi bersama dan paling tepat dihadapi
secara bersama-sama dan melalui intervensi yang serupa.

Langkah-langkah menentukan diagnosa keperawatan :


a. Interpretasi data, perawat bertugas membuat interpretasi atas data
yang sudah dikelompokkan dalam bentuk masalah keperawatan atau masalah
kolaboratif. Untuk menuliskan diagnosa keperawatan Gordon menguraikan
komponen yang harus ada sebagai berikut :

1) Diagnosa aktual : komponen terdiri dari tiga bagian, yaitu :


a) Problem/masalah = P
b) Etiologi/penyebab = E
c) Sign and symptom/tanda dan gejala = S 2) Diagnosa resiko, potensial/possible :
P+E

b. Perumusan diagnosa keperawatan, setelah perawat mengelompokan,


mengidentifikasi dan memvalidasi data-data yang signifikan maka tugas
perawat pada tahap ini adalah merumuskan suatu diagnosa keperawatan
(Nursalam, 2015).
Menurut Nurarif, dkk (2015)
masalah keperawatan yang lazim timbul pada pasien ispa:
1
4
1) Ketidakefektifanbersihan jalan nafas, berhubungan dengan peningkatan jumlah
sekret.
2) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh (proses penyakit).
3) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa faring dan
tonsil.
4) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi bronkospasme,
respon pada dinding bronkus.
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan intake inadekuat, penurunan nafsu makan, nyeri menelan.
6) Ansietas berhubungan dengan perkembangan penyakit dan perubahan status
kesehatan.

3. Perencanaan
Perencanaan adalah proses kegiatan mental yang memberi pedoman atau
pengarahan secara tertulis kepada perawat atau anggota tim kesehatan lainnya
tentang intervensi/tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien.
Rencana keperawatan merupakan rencana tindakan keperawatan tertulis yang
menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan,
tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik.
Intervensi keperawatan merupakan bagian dari fase pengorganisasian
dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan
keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah atau
untuk memenuhi kebutuhan klien (Nursalam, 2015).
Rencana keperawatan merupakan serangkai kegiatan atau intervensi untuk
mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan
adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan oleh pasien dan atau
tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. (Wong, 2016)
Tujuan yang direncanakan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti
ganda, tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku
klien, dapat diukur, didengar, diraba, dirasakan, dicium.
Tujuan keperawatan harus dapat dicapai serta dipertanggung jawabkan
secara ilmiah dan harus mempunyai waktu yang jelas. Pedoman penulisan
kriteria hasil berdasarkan “SMART”
S : Spesifik, tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda
M : Measureble, tujuan keperawatan harus dapat diukur, khusunya tentang prilaku
klien, dapat dilihat, didengar, diraba, dan dirasakan
A : Achievable, tujuan harus dapat dicapai
R : Reasonable, tujuan harus dapat dipertanggung jawabkan
T : Time, harus memiliki batas waktu yang sesuai
a. Kegiatan dalam tahap perencanaan, meliputi :
1) Menentukan prioritas masalah keperawatan.
2) Menetapkan tujuan dan kriteria hasil.
3) Merumuskan rencana tindakan keperawatan.
4) Menetapkan rasional rencana tindakan keperawatan.

1
5
b. Tipe rencana tindakan keperawatan, meliputi :
1) Observasi keperawatan, diawali kata kerja: kaji, monitor, pantau, observasi,
periksa, ukur, catat, amati. 16
2) Terapi keperawatan, diawali kata kerja: lakukan, berikan, atur, bantu, ubah,
pertahankn, latih.
3) Pendidikan kesehatan, diawali kata kerja: ajarkan, anjurkan, jelaskan, sarankan,
informasikan.
4) Kolaborasi/pemberian obat/pengaturan nutrisi, diawali kata kerja: rujuk,
instrusikan, laporkan, delegasikan, berikan, lanjutkan, pasang.

4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan atau
melaksanakan rencana asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi
keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Nursalam, 2015).
Pada tahap pelaksanaan ini kita benar-benar siap untuk melaksanakan
intervensi keperawatan dan aktivitas-aktivitas keperawatan yang telah
dituliskan dalam rencana keperawatan pasien. Dalam kata lain dapat disebut
bahwa pelaksanaan adalah peletakan suatu rencana menjadi tindakan yang
mencakup :
a. Penulisan dan pengumpulan data lanjutan
b. Pelaksanaan intervensi keperawatan
c. Pendokumentasian tindakan keperawatan
d. Pemberian laporan/mengkomunikasikan status kesehatan pasien dan respon
pasien terhadap intervensi keperawatan Pada kegiatan implementasi diperlukan
kemampuan perawat terhadap penguasaan teknis keperawatan, kemampuan
hubungan interpersonal, dan kemampuan intelektual untuk menerapkan teori-
teori keperawatan kedalam praktek.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana
keperawatan (Nursalam, 2015).
Dalam evaluasi pencapaian tujuan ini terdapat 3 (tiga) alternatif yang
dapat digunakan perawat untuk memutuskan/menilai sejauh mana tujuan yang
telah ditetapkan dalam rencana keperawatan tercapai, yaitu :
a. Tujuan tercapai.
b. Tujuan sebagian tercapai.
c. Tujuan tidak tercapai.
Evaluasi dibagi menjadi 2 (dua) tipe, yaitu :

a. Evaluasi Proses (Formatif) Evaluasi ini menggambarkan hasil


observasi dan analisis perawat terhadap respon klien segera stelah tindakan.
Evaluasi formatif dilakukan secara terus menerus sampai tujuan yang telah
1
6
ditentukan tercapai.
b. Evaluasi Hasil (sumatif) Evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan. Menggambarkan rekapitulasi
dan kesimpulan dari observasi dan analisis status kesehatan klien sesuai dengan
kerangka waktu yang ditetapkan. Evaluasi sumatif bertujuan menjelaskan
perkembangan kondisi klien dengan menilai dan memonitor apakah tujuan
telah tercapai.

Evaluasi pencapaian tujuan memberikan umpan balik yang penting


bagi perawat untuk mendokumentasikan kemajuan pencapaian tujuan atau
evaluasi dapat menggunakan kartu/format bagan SOAP (Subyektif, Objektif,
Analisis dan Perencanaan).
Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada pasien ispa harus sesuai
dengan rencana tujuan yang telah ditetapkan yaitu :

a. Jalan napas menjadi efektif.


b. Suhu tubuh dalam batas normal.
c. Nyeri berkurang/hilang.
d. Pola napas kembali efektif.
e. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
f. Ansietas hilang/ berkurang

TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATN DEMAM TIFOID PADA ANAK

Pengkajian
Tanggal Masuk : 22 Agustus 2022
Jam Masuk : 08.00Ruang/Kelas : Irina/aKamar No. : 2
Pengkajian Tanggal : 22 Agustus 2022Jam Pengkajian : 09.00 
Identitas KlienNama: An. A
Tanggal Lahir : 27 Mei 2006
Umur : 13 Tahun
Suku/Bangsa : Manado/Indonesia
Agama: Kristen Protestan
Alamat : Manibang

Nama Ayah : Tn. Y


Nama Ibu : Ny. R
Pekerjaan Ayah/Ibu : Wiraswasta /Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Ayah/Ibu : SMA / SMA
Suku/Bangsa: Manado/Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Manibang
Diagnosa Medis : Demam Typhoid

Riwayat Keperawatan SekarangKeluhan Utama : Panas dan Mual Muntah


1
7
Riwayat Penyakit Saat ini: Ibu mengatakan anaknya panas sejak hari senin tanggal
15 Agustus 2022 panas lebih dari 5 hari disertai mual muntah. Pada hari sabtu
pagi  tanggal 22 Agustus 2022 dibawah ke RS. Prof Kandow Manado dengan
keluhan panas disertai mual muntah dan di rawat inap diruang irina pada
tanggal 22 masih mengeluhkan panas mual dan muntah

Riwayat Keperawatan

Prenatal : Ibu mengatakan rajin memeriksakan

kehamilannya setiap bulan. Tidak ada keluhan saat hamil, minum susu dan vitamin secara
teratur.

Natal : Anak Lahir pada kehamilan 9 bulan 10 hari dengan lahir secara spontan dibidan.
Bayi lahir segera menangis

Post Natal : Tidak terjadi pendarahan yang berlebihan pada ibu  bayi setelah lahir tidak
ada kelainan. BBL 2700gr. 

Riwayat Kesehatan Sebelumnya

Penyakit yang pernah diderita ibu : Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit
yang diderita anaknya.

Pernah dirawat di rumah sakit : Ibu mengatakan anaknya belom pernah dirawat di rumah
sakit baru sekarang ini.

Penggunaan obat-obatan: Paracetamol di apotik

Tindakan (operasi/tindakan lain) : Tidak adaAlergi : Tidak ada

Kecelakaan: Tidak ada

Imunisasi: Lengkap

1. Hepatitis : Saat Lahir

2. BCG : 1x usia 1 bulan

3. Polio : 3x usia 2,4,6 bulan

4. DPT : 3x usia 2,4,6 bulan

5. Campak : 1x usia 9 bulan  

 Riwayat Kesehatan

1
8
Keluarga Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga : Ibu mengatakan bahwa
keluarga tidak memiliki riwayat penyakit Demam Typhoid dan penyakit menular lainnya
seperti Hepatitis, HIV, DM, Jantung dan Hipertensi

.Lingkungan rumah dan komunitas : Ibu mengatakan anaknya tinggal di lingkungan yang
bersih lingkungan pembuangan sampah tertutup, pasien tidak pernah beraktifitas yang
berat.

Perilaku yang mempengaruhi kesehatan : Ibu mengatakan anaknya sering jajan


sembarangan dan kalau makan jarang mencuci tangan.

Persepsi keluarga terhadap penyakit anak : Ibu yakin bahwa anaknya akan cepat sembuh
bila dirawat di RS. Walanda Maramis 

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

BB saat ini 40 kg, TB:148 cmLK:45 cm, LD:40cm, LLA:15cm

BB lahir:2700 gr,

BB sakit:38 kgPanjang lahir:49 cm

Pengkajian perkembangan[DDST]

DDST tidak terkaji.

Genogram

1
9
Riwayat Nutrisi

 Saat di rumah: Makan 3x/hari, nafsu makan baik habis 1 porsiSaat di rumah sakit :
Makan 3x/hari nafsu makan menurut hanya mau makan 2-3 sendok 

Observasi dan Pengkajian Fisik

Keadaan Umum : Lemah

Kesadaran : Composmentis

Tekanan Darah : 100/60 mmHg

Nadi: 84x/menit 

Respirasi : 20x/menit

Suhu :  38oC

 1) PERNAFASAN 

    (1) Bentuk dada : simetris    

 (2) Pola nafas : normal   

  (3) Suara nafas : normal   

  (4) Penggunaan otot bantu nafas : tidak ada   

  (5) Perkusi thorax : normal   

  (6) Alat bantu pernafasan : tidak ada    

 (7) Batuk : tidak ada  

  (8) Lainnya sebutkan : tidak ada masalah keperawatan

2) KARDIOVASKULER

     (1) Nyeri dada : tidak ada    

 (2) Irama jantung : reguler

     (3) Bunyi jantung : S1, S2 tunggal   

  (4) CRT : <3 detik

2
0
     (5) Lainnya sebutkan : tidak ada masalah keperawatan

3) PERSYARAFAN 

    (1) Patella : baik

     (2) Kejang : - 

    (3) Kaki kuduk : tidak terdapat kaku kuduk   

  (4) Nyeri kepala : tidak ada nyeri kepala   

  (5) Kelainan N. Cranialis : -

     (6) Lainnya sebutkan : tidak ada masalah keperawatan

 4) GENITOURINARIA    

(1) Bentuk alat kelamin : normal, tidak ada kelainan

 (2) Uretra : normal, tidak ada kelainan 

(3) Kebersihan alat kelamin : bersih 

(4) Frekuensi berkemih : > 4 kali

 (5) Produksi urine : ± 700 ml/hari 

(6) Masalah eliminasi urine : normal 

(7) Lainnya sebutkan : tidak ada masalah keperawatan

 5) PENCERNAAN(1) Mulut1. Mukosa : kering

2. Bibir : normal3. Lidah : kotor4. Kebersihan rongga mulut : kurang(2) Abdomen 1)


Nyeri tekan : lokasi-peristaltik 35x/menit2) BAB

1.Frekuensi : 1x/hari, warna: kuning2.Bau : khas3.Keluhan : tidak ada

3) Lainnya sebutkan : tidak ada masalah keperawatan

 6) MUKULOSKELETAL DAN INTEGUMEN(1) Kemampuan pergerakan sendi lengan


dan tngkai

(2) Kekuatan otot/tonus otot : normal dan kuat(3) Faktur : tidak ada

2
1
(4) Kulit : sawo matang dan kemerahan(5) Akral : hangat(6) Turgor kulit : baik(7)
Kelembaban : baik

(8) Oedem : tidak ada(9) Kebersihan : baik(10) Lainnya sebutkan : tidak ada masalah
keperawatan 

7) PENGINDERAAN

(1) Mata

1. Reflek cahayab: positif

2. Gerakan mata : normal

3. Konjungtiva : merah muda

4. Skleran: warna putih

5. Pupil : isokor

6. Lainnya sebutkan : tidak ada masalah keperawatan

(2) Hidung

1) Reaksi alergi : tidak ada

2) Sekret : tidak ada

3) Lainnya sebutkan : tidak ada

(3) Mulut dan tenggorokan

1) Gigi geligi : lengkap bersih dan rapi

2) Kesulitan menelan : tidak ada

3) Lainnya sebutkan : tida ada

 8) Endokrin

(1) Pembesaran kelenjar tiroidb: tidak ada

(2) Pembesaran kelenjar parotis : tidak ada

(3) Hiperglekima : tidak ada

(4) Hipoglekima : tidak ada

(5) Lainnya sebutkan : tidak ada

2
2
 - Data Penunjang

1. Laboratorium

 Hasil Lab Pada An “A” Dengan Diagnosa Medis Demam Tyhpoid Di Ruang Irina  RS.
Prof Kandow Manado Tanggal 22 Agustus 2022

Parameter Result Ref Range

Urinalisasi

Warna Kuning 1.003-1.030

Berat Jenis urine 1.10 46-8.0

PH urine 6.0 Negatif

Protein + Negatif

Reduksi Negatif Negatif

Bilirubin Negatif Negatif

Urobilirubin Negatif Negatif

Nitrik Negatif Negatif

Keton Negatif Negatif

Darah Negatif 0-2/LP

Sedimen

-Leukosit 5-8 0-1/LP

-Eritosit 0-1 Positif

-Epitel + Negatif

-Slinder Negatif Negatif

-Kristal Amorph Negatif

-Bakteri + Negatif

Uji widal

Salmonella typhi O Positif (1-230) Negatif

Salmonella typhi H Positif (1-30) Negatif

Salmonella pratyphi Positif (1-160) Negatif


OA

2
3
Salmonella pratyphi Positif (1-160) Negatif
OB

 USG : tidak ada.

Rontegent : tidak ada

Terapi yang didapat :

Infus : RD5 1.000cc/24 jam

 Indikasi : Anti piretik

Injeksi : Thyampenicol 3x500mg (06.12.16)

 Indikasi : Antibiotik

 Paracetamol 3x1 (06.12.16)

Indikasi : Anti piretik

Cefriaxone 2x1 (17.05)

Indikasi : Antibiotik

Oral : multivitamin 2x1 sth 

Indikasi : nafsu makan 

Antasida sirup 3x1 sth (06.12.18)

- Analisa Data

Nama Klien : An. A

Diagnosa Medis : Demam Typhoid

No. Register : 6040xx

Ruangan : Irina

No Data Etiologi Masalah

1 DS: Ibu mengatakan Infeksi salmonella Hipertemia


panas sudah 5 hari typhiPada makanan
dan minuman
DO: Keadaan umum
lemahSuhu: 38oC Masuk ke dalam
lambung

2
4
Nadi: Bakteri masuk ke
84x/menitBakteri usus halus
masuk ke usus halus
Pembuluh limfe
TD: 100/60 mmHg
(bakteri primer)
RR : 20x/menit
Masuk ke aliran
Perabaan kulit panas darah Endotoksin
Akral hangat
Terjadi kerusakan
Kulit agak sel
kemerahan
Merangsang
Laborat: pelepasan zat epigen
oleh leukosit
Widal
Zat epirogen beredar
S. typhi O positif dalam darah

S. typhi H positif Mempengaruhi


pusat
S. typhi Pa positif thermoregulator di
hipotalamus
S. typhi Pb positif
Hipertermia

NO Data Etiologi Masalah

2 DS:bKlien Infeksi salmonella Gangguan Nutrisi


mengatakan nafsu typhi pada makanan
makan kurang dan dan minuman
makan terasa pahit
serta mual Masuk ke dalam
lambung
DO:
Bakteri masuk ke usus
-klien tampak halus
lemah-Porsi makan
habis ½ porsi Peradaran darah
makannya (bakteri primer)

-bibir kering Masuk retikulo


endoterial
-BB: 40kg
(RES) terutama hati
2
5
-BB sakit : 38kg dan limfa

Berkembang biak hati


dan limfa

Penurunan/peningkatan
mobilitas usus

Penurunan/peningkatan
peristaltic usus

Peningkatan asam
lambung

Anoreksia mual,
muntah

Lemah, lesu, pucat

Gangguan Nutrisi

 Prioritas Masalah

Diagnosa Keperawatan  berdasarkan proritas masalah

- Hipertermia berhubungan dengan infeksi salmonella typhi

- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kurangnya asupan makan

 Perencanaan

 Perencanaan An. A dengan diagnosa keperawatan hipertermia berhubungan dengan


proses infeksi sallmonellatyphi diruang Irina RS. Prof Kandow Manado

Intervensi Keperawatan

BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan
pada anak dengan Typhoid fever, maka penulis dapat mengambil kesimpulan

2
6
sebagai berikut :
1. Pada pengkajian klien didapatkan panas tinggi dengan suhu 39,1 ͦC, tidak
mau makan dan mual dan hasil leukosit dan test Widal Leukosit (WBC) : 6,51 ,S.Typhi
O: (+)1/20, S.Typhi H : (+)1/160, Klien
mendapat infuse Asering 14Tpm.
2. Masalah keperawatan yang muncul adalah peningkatan suhu tubuh
(hipertermi), nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, defisiensi tingkat pengetahuan.
3. Pada masalah keperawatan Hipetermi berhubungan dengan proses infeksi,
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam suhu kembali normal,
dengan kriteria hasil : suhu tubuh dalam rentan normal 36,5-37°C, Nadi 80-
100x/menit, Tidak ada perubahan warna kulit, Akral hangat, Pasien tidak lemah.
Pada waktu dilaksanakan evaluasi Hipetermi berhubungan dengan proses infeksi.
Peningkatan suhu tubuh sudah normal dalam 3x24 jam dan pada akhir catatan
perkembangan masalah sudah teratasi
4. Pada masalah keperawatan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan malabsorbsi nutrisi, Setelah dilakukan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi,
dengan kriteria hasil : sedikit makan tapi sering, membrane mukosa lembab,BB
tidak mengalami penurunan, nafsu makan bertambah, porsi makan habis, dan
tidak ada kram abdomen. Pada waktu dilaksanakan evaluasi Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan malabsorbsi nutrisi.
Kebutuhan klien sudah terpenuhi selama 3x24 jam karena tindakan yang tepat dan
berhasil dilaksanakan dan masalah teratasi
5. Pada masalah keperawatan Defisien pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya sumber informasi, Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x30menit diharapkan klien dan keluarga mengerti proses penyakitnya dan
program perawatan serta therapy yang diberikan dengan kriteria hasil :
Menjelaskan kembali tentang penyakitnya, Ibu pasien mampu menyebutkan
kembali tentang penyebab penyakitnya, Ibu pasien mampu menyebutkan kembali
tanda dan gejala, Ibu pasien mampu menyebutkan kembali pencegahan Demam
tifoid, Ibu pasien mampu menyebutkan kembali penatalaksanaan Demam tifoid.
Pada waktu dilaksanakan evaluasi Defisien Pengetahuan berhubungan dengan
Kurangnya Sumber Informasi sudah tercapai selama 30 menit

2
7
SARAN

Bertolak dari kesimpulan diatas penulis memberi saran sebagai berikut :

1. Akademis, Disarankan dalam memberikan ilmu tentang asuhan keperawatan


kepada pasien dengan demam tifoid mahasiswa faham dan mampu mendapatkan
data yang akurat sehingga tidak melakukan kesalahan dalam mengambil diagnose
yang terjadi pada pasien dan mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan
untuk mencapai rasional.

2. Bagi Pelayanan Keperawatan Disarankan untuk tenaga medis agar dapat


melakukan penyuluhan dimasyarakat untuk mengenali gejala, penyebab dari
demam tifoid, seperti demam terjadi 7-14 hari, demam suhu diatas 37,5-39 ̊C,
makan sembarangan dan tidak melakukan cuci tangan, sehingga pasien bisa
mendapatkan pengobatan yang cepat.

3. Bagi peneliti Disarankan bagi peneliti untuk menggunakan data primer supaya
bisa mengetahui perjalanan penyakit demam tifoid dan hasil laboratorium seperti
leukosit dan test widal dari pasien untuk bisa memperkuat data pasien. Dan dapat
melakukan tindakan sesuai dengan diagnose yang akurat untuk memperkecil
terjadinya kesalahan dalam mendiagnosa pasien

2
8

Anda mungkin juga menyukai