PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mengenal penyakit ini dengan nama Tipes atau thypus. (Amini, R dan
Meta, V, 2015)
Insidens rate demam tifoid di Asia Selatan dan Asia Tenggara termasuk
China pada tahun 2010 rata-rata 1000 - 100.000 per tahun. ( Apriadi, E
masuk dalam 10 besar penyakit terbanyak pada pasien rawat inap dengan
jumlah pasien 41.081 jiwa dan yang meninggal dunia sebanyak 274 jiwa.
Madani Palu pada pengambilan data awal jumlah penderita demam tifoid,
pada tahun 2015 sebanyak 35 jiwa yang terbagi atas laki-laki 48 jiwa dan
perempuan 35 jiwa, pada tahun 2016 meningkat menjadi 213 jiwa yang
terdiri dari laki-laki 89 jiwa dan perempuan 124 jiwa, kemudia pada tahun
2017 meningkat sebanyak 273 yang terbagi atas laki-laki 108 jiwa dan
perempuan 273 jiwa. Pada tahun 2018 penderita demam tipoid terus
meningkat menjadi 383 jiwa yang terdiri dari laki-laki 142 jiwa dan
gangguan pada hipotalamus akibat dari suatu infeksi virus ataupun bakteri,
dan tidak terjadi dengan sendirinya. Demam merupakan salah satu tanda
dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan cara
tidak turun. Oleh karena itu, kompres menggunakan air hangat lebih
dianjurkan. Hal ini dilakukan juga karena kompres hangat lebih mudah
dilakukan dan tidak memerlukan biaya yang cukup besar. Selain itu,
37,7 ± 1.0ºC. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan kompres hangat efektif
dalam menurunkan suhu tubuh pada anak demam tifoid di RSUD Prof. Dr.
rumah sakit yang ada di Kota Palu. Peneliti belum mendapatkan penerapan
tindakan kompres hangat yang pada dasarkan tindakan tersebut adalah
salah satu tindakan mandiri perawat. Pada umumnya perawat lebih sering
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Madani Palu.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
tifoid.