Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA

NYAMAN : HIPERTERMIA PADA ANAK UISA SEKOLAH DENGAN


DEMAM TYPHOID DI RSUD UNGARAN KABUPATEN SEMARANG

SENSE OF COMFORT FOR HIPERTERMIA NEEDS NURSING CARE


FOR SCHOOL AGE CHILDREN WITH TYPHOID FEVER IN
UNGARAN REGENCY HOSPITAL

Khayun Wismantara1),
Budiyati, SKp., Ns., M.Kep.,Sp. Kep.An2), Titin Suheri, SKp, Msc2),)

1) Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Semarang Poltekkes Kemenkes


Semarang
2) Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang

Jurusan Keperwatan : Poltekkes Kemenkes Semarang


Jl. Tirto Agung ; Pedalangan ; Banyumanik ; Semarang

ABSTRAK

Demam Typhoid merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh
Salmonella typhi. Di RSUD Ungaran terjadi peningkatan jumlah penderita Demam Typhoid setiap
tahunnya. Hipertermia yang terjadi pada demam typhoid ini bisa mengakibatkan komplikasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan
rasa nyaman : hipertermia pada anak usia sekolah dengan demam typhoid dengan tindakan
kompres hangat. Rancangan yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah study kasus.
Responden study kasus yaitu Pasien anak dengan demam typhoid, pasien anak dengan
hipertermia suhu ≥ 380C, pasien berusia 6-12 tahun. Hasil dari asuhan keperawatan pada 2 klien ini
berbeda karena terdapat beberapa factor yang mempengaruhi. Saran penulis keluarga klien saat di
rumah mampu melakukan tindakan keperawatan salah satunya kompres hangat yang fungsinya
yaitu menurunkan suhu dan memberikan kenyamanan agar tidak terjadi komplikasi dari demam .

Kata Kunci : Kompres hangat, Anak Usia Sekolah, Demam Typhoid

ABSTRACT

Typhoid fever is an acute infection of the digestive tract caused by Salmonella typhi. Every year in
the Regional Public Hospital Ungaran occurred an increasing the number of typhoid fever sufferer.
Hyperthermia that occurs in typhoid fever can lead to complications. The purpose of this study of
research is to describe the nursing care to meet the needs of comfortable feeling : hyperthermia in
school-age children with typhoid fever with using warm compress action.The design used in this
scientific paper is a case study. Case study respondents were Pediatric patients with typhoid fever,
pediatric patients with hyperthermia temperature ≥ 380C, patients aged 6-12 years old. The results
of nursing care in these two clients are different because there are several factors which influential.
Suggestion by writer to their client family when at home is be able to do one of nursing care with
warm compress which function that is lower temperature and give comfort so that no complication
from fever.

Keywords: warm compress, school-age children, typhoid fever


PENDAHULUAN
Demam tifoid atau thypus labih dari 37,80C, yang biasanya
abdominalis merupakan penyakit diakibatkan oleh kondisi tubuh atau
infeksi akut pada saluran pencernaan ekternal yang menciptakan lebih banyak
yang disebabkan oleh Salmonella typhi panas dari pada yang di keluarkan oleh
(Zulkoni, 2011). Di Indonesia sendiri, tubuh. Pada anak yang hipertermia
penyakit ini bersifat endemik. Menurut tandanya seperti kulit kering, sakit
WHO 2008, penderita dengan demam kepala, peningkatan nadi, peningkatan
tifoid di Indonesia tercatat 81,7 per suhu, iritabilitas, dan kelemahan( wong,
100.000 (Depkes RI, 2013). Penderita 2011). Oleh karena itu, hipertermia
Demam Typhoid di Jawa Tengah harus ditangani dengan benar karena
dideteksi dengan prevalensi 1,61 persen terdapat beberapa dampak negative
dan tersebar di seluruh kabupaten dan yang ditimbulkan (Kolcaba, 2007, dalam
kota dengan prevalensi yang berbeda- Setiawati, 2009).
beda di setiap tempat (Pramitasari, Demam pada anak dibutuhkan
2013). Angka kejadian Demam Typhoid perlakuan dan penanganan tersendiri
di RSUD Ungaran sendiri mengalami yang berbeda bila dibandingkan dengan
kenaikan dari 2.137 pasien di tahun 2015 orang dewasa. Hal ini dikarenakan,
dimana 296 pasien diantaranya adalah bakteri salmonella typhi ini akan berada
pasien anak menjadi 2.140 pasien di di jonjot usus dan akan bisa hidup
tahun 2016 dengan pasien anak kembali sehingga demam typhoid akan
sebanyak 469 pasien dan paling banyak kambuh kembali. Demam dapat
menyerang anak usia sekolah (Rekam membahayakan keselamatan anak, jika
Medis RSUD Ungaran, 2016). tidak ditangani dengan cepat dan tepat
Penyakit ini mudah berpindah akan menimbulkan komplikasi lain
dari satu orang ke orang lain yang seperti, hipertermi, kejang dan
kurang menjaga kebersihan diri dan penurunan kesadaran (Maharani, 2011).
lingkungannya yaitu penularan secara Demam yang mencapai suhu 41°C
langsung jika bakteri ini terdapat pada angka kematiannya mencapai 17%, dan
feses, urine atau muntahan penderita pada suhu 43°C akan koma dengan
dapat menularkan kepada orang lain kematian 70%, dan pada suhu 45°C akan
dan secara tidak langsung melalui meninggal dalam beberapa jam (Said,
makanan atau minuman (Vollard 2007). 2014).
Yang didalamnya mengandung bakteri Penanganan terhadap demam
Salmonella Typhi yang lolos dari asam dapat dilakukan dengan tindakan
lambung bakteri masuk usus halus farmakologis, tindakan non
kemudian masuk ke pembuluh darah farmakologis maupun kombinasi
limfe endotoksin masuk keperedaran keduanya . Tindakan farmakologis yaitu
darah sehingga terjadi kerusakan sel memberikan obat antipiretik. Sedangkan
sehingga merangsang melepas zat tindakan non farmakologis yaitu
epirogen dan leukosit yang tindakan tambahan dalam menurunkan
mempengaruhi pusat termoregulator di panas setelah pemberian obat
hipotalamus sehingga terjadi kenaikan antipiretik. Tindakan non farmakologis
suhu tubuh (hipertermia). Hipertemia terhadap penurunan panas seperti
terjadi pada 1 dari 2000 kasus anak memberikan minuman yang banyak,
berumur 1-10 tahun yang dirujuk ke ditempatkan dalam ruangan bersuhu
unit gawat darurat pediatrik. Sebagian normal, menggunakan pakaian yang
besar hipertermia berhubungan dengan tidak tebal, dan memberikan kompres
infeksi lokal atau sistemik. Hipertermia (Kania, 2007). Selain itu perawat juga
adalah suatu keadaan dimana suhu harus mengatur diet yang diberikan
tubuh melebihi titik tetap (set point) tinggi kalori dan cukup cairan, makanan
sesuai dengan selera penderita, hangat lebih efektif menurunkan suhu
langsung diberi nasi/makanan padat tubuh pada anak demam dibandingkan
lainnya asal rendah serat (Mubin, 2008). dengan kompres air biasa, dibuktikan
Menurunkan atau tepatnya dengan mean kompres air hangat 25,09
mengendalikan dan mengontrol demam > nilai mean kompres air biasa 9,91.
pada anak dapat dilakukan dengan Manfaat dari kompres hangat tidak
berbagai cara, salah satunya adalah hanya untuk menurunkan suhu tubuh
dengan cara kompres. Selama ini namun salah satunya juga dapat
kompres dingin atau es menjadi memberikan rasa sangat hangat,
kebiasaan yang diterapkan para ibu saat nyaman dan tenang pada klien (Asmadi,
anaknya demam. Namun kompres 2006, hlm. 159).
mengunakan es sudah tidak dianjurkan Berdasarkan uraian di atas maka
karena pada kenyataannya demam penulis memandang bahwa asuhan
tidak turun bahkan naik dan dapat keperawatan pemenuhan kebutuhan
menyebabkan anak menangis, rasa nyaman pada anak dengan Demam
menggigil dan kebiruan, oleh karena itu, Typhoid sangat penting. Oleh karena
kompres menggunakan air hangat lebih itu, penulis tertarik untuk melakukan
dianjurkan. Hal ini dilakukan juga penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan
karena tindakan kompres hangat lebih judul “Asuhan Keperawatan
mudah dilakukan dan tidak Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman :
memerlukan biaya yang cukup besar. Hipertermia pada Anak dengan Demam
Selain itu, tindakan kompres hangat Typhoid dengan harapan karya ini
juga memungkinkan pasien atau dapat dipakai untuk mengetahui
keluarga tidak terlalu tergantung pada tentang pemenuhan rasa nyaman pada
obat antipiretik (Karnia, 2010). Dari anak dengan demam typhoid lebih
penelitian yang dilakukan dilakukakan lanjut.
oleh karina (2013) bahwa kompres air
TUJUAN Sampel dalam penelitian ini
adalah pasien rawat inap di RSUD
Tujuan dari penelitian ini
Ungaran Kabupaten Semarang, dengan
adalah untuk untuk mendiskripsikan
jumlah sampel sebanyak 2 pasien Ruang
pengkajian, diagnosa, intervensi,
Melati.
implementasi, dan evaluasi serta analisa
Dalam penelitian ini
asuhan keperawatan pemenuhan
menggunakan teknik sampling. Teknik
kebutuhan rasa nyaman : hipertermia
sampling yang digunakan dalam
pada anak usia sekolah dengan Demam
penelitian ini adalah random dengan
Typhoid di RSUD Ungaran Kabupaten
sampel yang memenuhi kriteria inklusi
Semarang pada dua orang pasien anak.
sebagai berikut : pasien anak dengan
Menganalisa dan membandingkan
Demam Typhoid, anak dengan
tindakan keperawatan yang dilakukan
hipertermia, suhu ≥ 38 C, berusia 6-12
0
pada dua orang pasien anak dengan
tahun di RSUD Ungaran Kabupaten
asuhan keperawatan pemenuhan
Semarang.
kebutuhan rasa nyaman : hipertermia
Penelitian ini dilakukan
pada anak usia sekolah dengan Demam
pada bulan Maret 2017 di RSUD
Typhoid di RSUD Ungaran Kabupaten
Ungaran Kabupaten Semarang. Dalam
Semarang.
penelitian ini peneliti mengambil pasien
di ruang anak sebagai populasi.
MANFAAT Sedangkan sampel dalam penelitian ini
yaitu 2 pasien gastroenteritis di ruang
Manfaat dari penelitian ini bagi
anak, dimana penelitian ini dilakukan di
pelayanan keperawatan yaitu untuk
ruang Melati di RSUD Ungaran
menjadi referensi tentang
Kabupaten Semarang.
perkembangan ilmu keperawatan,
terutama dalam memberikan asuhan
keperawatan pemenuhan kebutuhan
rasa nyaman : hipertermia pada anak HASIL DAN PEMBAHASAN
usia sekolah dengan Demam Typhoid di Setelah melakukan pengkajian
RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. dan pengelolaan kasus selama 3x24 jam
Sebagai bahan evaluasi tentang yang dimulai pada tanggal 19 Maret
penetapan konsep perawatan yang 2017 di Ruang Melati RSUD Ungaran
didapatkan selama pendidikan kedalam Kab. Semarang, ditemukan beberapa hal
praktek keperawatan secara nyata. yang sesuai antara tinjauan pustaka
dengan saat dilakukan pengelolaan
kasus. Pengkajian dilakukan pada hari
BAHAN DAN METODE Jumat tanggal 15 Maret 2017 pukul 14.00
Penelitian yang digunakan WIB yaitu hari kedua klien 1 setelah
dalam karya tulis ilmiah ini adalah masuk rumah sakit dan sekaligus klien 2
study kasus yaitu menggunakan yang pada pagi hari masuk rumah sakit,
pendekatan observasi partisipatif dan di Ruang Melati RSUD Ungaran Kab.
wawancara, dimana peneliti melakukan Semarang. Klien 1 adalah anak yang
observasi yang melibatkan peneliti atau berusia 7 tahun dan klien 2 berusia 6
observer secara langsung dalam tahun dengan diagnosa medis febris
kegiatan pengamatan di lapangan. Jadi, Typhoid, dari hasil pemeriksaan
peneliti bertindak sebagai observer dan laboratorium didapatkan serologi tes
memperdalam respon responden klien 1 Widal S.typhi H 1/320 (H) dan
dengan bercakap-cakap berhadapan klien 2 S.typhi O 1/320 (H) S.typhi H
muka dengan orang tersebut (face to 1/320 (H) menunjukkan bahwa di
face), artinya peneliti merupakan bagian dalam tubuh klien 1 dan klien 2 positif
dari kelompok yang ditelitinya. terdapat bakteri Salmonella typhi.
Demam Typhoid adalah suatu penyakit klien asupan dengan hasil klien 1 hasil
yang biasa menyerang anak usia TD : 110/70 mmHg Nadi 100 x/menit,
sekolah, disebabkan oleh infeksi suhu 38,20C, RR 25 x/menit dan klien 2
Salmonella Thypi pada usus kecil dan hasilnya TD : 120/80 mmHg Nadi 120
aliran darah. Bakteri ini tercampur x/menit, suhu 38,50C, RR 27 x/menit
didalam air yang kotor atau susu dan berdasarkan pendapat Desi Wulandari
makanan yang terinfeksi. Pada usus & meira irawati (2016) yaitu suhu tubuh
kecil akan timbul tukak, dan bakteri demam ini berlangsung 3 minggu,
kemudian masuk ke aliran darah. (Koes bersifat febris remiten. Tujuannya
Irianto, 2015). keluhan utama klien 1 adalah untuk mengetahui tanda tanda
adalah demam selama 4 hari, demam vital terutama suhu tubuh dan nadi.
terjadi pada sore hari dan malam hari
serta turun pada pagi hari. Untuk Melakukan kompres hangat
keluhan utama klien 2 adalah demam dengan respon klien 1 kooperatif dan
disertai mual dan muntah Menurut klien 2 tidak kooperatif saat dilakukan
Widoyono (2011) dijelaskan bahwa kompres. Dari penelitian yang
gejala yang paling menonjol yaitu dilakukan dilakukakan oleh Karina
demam lebih dari 7 hari. Demam (2013) bahwa kompres air hangat lebih
berlangsung selama 3 minggu, bersifat efektif menurunkan suhu tubuh pada
febris remiten. Biasanya suhu tubuh anak demam dibandingkan dengan
meningkat pada malam hari dan kompres air biasa, dibuktikan dengan
menurun pada pagi hari. Pada minggu mean kompres air hangat 25,09 > nilai
kedua suhu tubuh terus meningkat dan mean kompres air biasa 9,91. Manfaat
pada minggu ketiga suhu berangsur- dari kompres hangat tidak hanya untuk
angsur turun dan kembali normal. menurunkan suhu tubuh namun salah
Pengkajian gangguan rasa nyaman di satunya juga dapat memberikan rasa
dapatkan dari data subyektif yaitu klien sangat hangat, nyaman dan tenang pada
1 dan klien 2 merasakan gelisah, banyak klien (Asmadi, 2006, hlm. 159).
keringat, tidak bisa tidur nyenyak dan (Nursalam, Susilaningrum dan Utami,
dari data obyektif keadaan umum lemah 2005). Solusi yang diberikan yaitu saat
suhu klien 1 : 38.20C dan suhu klien 2 : melakukan kompres anak di bacakan
38.50C. Menurut Nabiel R (2014), cerita untuk mengalihkan perhatian
demam yang sifatnya febris remiten anak.
yaitu panas pada sore dan malam dari
serta turun pada pagi hari dampak yang Selanjutnya meminta keluarga
di timbulkan itu berupa berkeringat untuk menggantikan baju yang
banyak, perasaan tidak enak, tidak bisa dikenakan klien yaitu baju yang tipis
tidur, gelisah, kejang. Sedangkan dan menyerap keringat dengan respon
hipertermia adalah suatu keadaan ibu klien 1 dan ibu klien 2 bersedia
dimana suhu tubuh melebihi titik tetap mengganti baju tipis dan menyerap
(set point) lebih dari 37,80C, yang keringat. Penanganan terhadap demam
biasanya diakibatkan oleh kondisi tubuh dapat dilakukan dengan tindakan
atau eksternal yang menciptakan lebih farmakologis, tindakan non
banyak panas dari pada yang farmakologis maupun kombinasi
dikeluarkan oleh tubuh (Wong, 2011). keduanya. Tindakan farmakologis yaitu
Dalam menyelesaikan masalah memberikan obat antipiretik. Sedangkan
gangguan rasa nyaman berhubungan tindakan non farmakologis yaitu
dengan hipertermia, rencana tindakan tambahan dalam menurunkan
keperawatan yang akhirnya telah panas setelah pemberian obat
diimplementasikan kepada klien yaitu antipiretik. Tindakan non farmakologis
melakukan observasi tanda tanda vital terhadap penurunan panas seperti
memberikan minuman yang banyak,
ditempatkan dalam ruangan bersuhu demam ini kendalanya yaitu jika
normal, menggunakan pakaian yang dilakukakan dirumah keluarga tidak
tidak tebal, dan memberikan kompres mempunyai thermometer air untuk
(Kania, 2007). Dari hasil tindakan mengukur suhu yang sesuai untuk
keperawatan yang telah dilakukan kompres hangat. Setelah tindakan
selama 3x24 jam dengan diagnosa keperawatan dilakukakan dapat di
keperawatan gangguan pemenuhan rasa analisa bahwa pada klien 1 tindakan
nyaman berhubungan dengan sudah memenuhi kriteria hasil
hipertermia pada klien 1 dan klien 2. sedangkan klien 2 belum memenuhi
Pada klien 1 selama tindakan kriteria hasil.
keperawatan dilakukan, klien 1
kooperatif dan didukung oleh keluarga
klien yang selalu antusias melakukan
anjuran dari perawat. Kemudian pada SARAN
klien 2 selama dilakukan tindakan Untuk memberitahukan pada
keperawatan klien 2 respon klien para keluarga untuk mampu melakukan
kurang kooperatif dengan dibuktikan tindakan keperawatan secara mandiri
klien sering rewel dan kadang takut untuk mengatasi hipertermia pada anak
ketika dilakukan tindakan. Karena pada yaitu salah satunya dengan kompres
klien 1 sudah sesuai kriteria hasil yang hangat yang benar yang fungsinya yaitu
diharapkan maka masalah sudah menurunkan panas, memberikan rasa
teratasi sehingga intervensi nyaman, tidak selalu menggunakan obat
dipertahankan, sedangkan pada klien 2 penurun panas dan tidak terjadi
karena belum sesuai dengan kriteria komplikasi yang ditimbulkan dari
hasil yang diharapkan maka masalah hipertermia.
belum teratasi dan perlu dilanjutkan
intervensi.
DAFTAR PUSTAKA

Amin H. N& Hardhi Kusuma. (2013).


KESIMPULAN Panduan Penyusunan Asuhan
Hasil pengkajian pada dua klien Keperawatan Profesional Jilid 1.
dengan metode yang sama terdapat
Jakarta : Mediaction
perbedaan yaitu perbedaan usia, gejala
yang timbul dari dua klien. Setelah
Anas Tamsuri. (2007). Konsep dan
dianalisa terdapat masalah yang sama
Penatalaksanaan Nyeri. Penerbit
yaitu gangguan rasa nyaman
berhubungan dengan hipertermia. Buku Kedokteran. Jakarta : EGC
Intervensi keperawatan yang telah
dilakukan terhadap klien terdapat Ardiansyah, M. (2011). Medikal Bedah
perbedaan respon klien yaitu untuk untuk Mahasiswa. Jogjakarta:
klien 1 mematuhi dan melakukan DIVA Press.
anjuran dari perawat dengan dukungan
dari keluarga klien dan pada ruangan Aryanti, W., Setiawati., Umi R. (2015).
klien 1 mampu dilakukan modifikasi Perbandingan efektifitas
lingkungan untuk sirkulasi udara, pemberian kompres hangat dan
sedangkan klien 2 belum bisa mematuhi tepid sponge terhadap
anjuran perawat karena klien 2 gelisah
penurunan suhu tubuh anak
dan rewel dan keluarga hanya bisa
melakukan anjuran dari perawat ketika yang mengalami demam di
anak sedang tidak rewel. Untuk ruang Alamanda RSUD dr. h.
tindakan keperawatan perawatan Abdul Moeloek Provinsi
Lampung tahun 2015. Jurnal file:///D:/126-274-3-PB.pdf
Kesehatan Holistik. Vol 10. No 1. diakses pada tanggal (19 Januari
Januari 2016 : 36-44 2017).

Asmadi. (2006). Teknik Prosedural Irianto, Koes, (2015). Memahami


Keperawatan Konsep dan Berbagai Penyakit. Bandung :
Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. ALVABETA, cv
Jakarta : Salemba Medika
Kania, Nia, (2007). Penatalaksanaan
Brunner & Suddarth, (2011). Demam Pada Anak, Bandung,
Keperawatan Medikal Bedah. dari
Jakarta : EGC http://pustaka.unpad.ac.id/wpc
ontent/uploads/2010/02/
Cecilia, U. B. (2011). Asuhan penatalaksanaan demam
Keperawatan Anak dengan pada_anak.pdf
Demam Typoid. (online),
http://bangeud.blogspot.com/2 Kolcaba, K.(2007). http://www. The
011/09/asuhan-keperawatan- comfortline.com/posies.jpg/
anak-dengan-demam.html diperoleh tanggal 19 Juni 2011.
deakses tanggal 31 Desember
2014). Maharani, Lindya, (2011) Perbandingan
Efektifitas Pemberian Kompres
Depkes RI. ( 2013). Sistematika Pedoman Hangat Dan Tepid Water
Pengendalian Penyakit Demam Sponge Terhadap Penurunan
Tifoid. Jakarta: Direktorat Jendral Suhu Tubuh Balita Yang
Pengendalian Penyakit & Mengalami Demam Di
Penyehatan Lingkungan Puskesmas Rawat Inap Karya
Wanita Rumbai Pesisir. Jurnal
Ns. Kusyati, Eni, S.Kep, dkk. (2010). Kesehatan Holistik, Vol 10, No 1,:
Ketermpilan Dan Prosedur 36-44 dari
Laboratorium. Jakarta : EGC https://www.scribd.com/doc/7
3195543/all-ok diakses Januari
Herdman, T. H. & Kamitsuru, S. (2015).
2016
Aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa medis & Mubin, H. (2008). Panduan Praktis Ilmu
NANDA (North American Penyakit Dalam: Diagnosis dan
Nursing Diagnosis Assosiation) – Terapi, Edisi 2. Jakarta: EGC.
NIC edisi keenam & NOC edisi
kelima. Jakarta: EGC Nelwan, R.H., 2009. Demam: Tipe dan
Pendekatan. Dalam: Sudoyo,
Indah, Karina. (2013). Perbedaan A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I.,
efektifitas Kompres Air Hangat Simadibrata, M., dan Setiati, S.,
dan Kompres Air Suhu Biasa ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Terhadap Penurunan Suhu Dalam Jilid III. Edisi 5. Jakarta:
Tubuh Pada Anak Demam di Interna Publishing, 2767-2768
RSUD Tugurejo Semarang.
Jurnal Karina Indah Permatasari,
Nugroho, T. (2011). Asuhan Said,(2014). Perbedaan Pengetahuan
Keperawatan Maternitas, Anak, Ibu Sebelum Dan Sesudah
Bedah, Penyakit Dalam. Diberikan Penyuluhan Tentang
Yogyakarta : Nuha Medika Penaganan Anak Dengan
Demam Panas Di Wilayah Kerja
Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Puskesmas Manggala Kabupaten
Ilmu Keperawatan : Pendekatan Tulang Bawang Tahun 2014.
Praktis. Jakarta: Salemba Medika. Jurnal Kesehatan Holistik, Vol 10,
No 1,: 36-44 dari
Padila, 2013.Asuhan Keperawatan
https://www.scribd.com/doc/7
Penyakit Dalam. Yogyakarta :
3195543/all-ok diakses Januari
Nuha Medika
2016
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2006). Buku
Setiawati, Tia. (2009). Pengaruh Tepid
Ajar Fundamental Keperawatan:
Sponge. Jakarta. Fakultas Ilmu
Konsep, Proses, Dan Praktik
Kedokteran Universitas
Edisi 4, Volume 2. Terjemahan
Indonesia.
oleh Renata Komalasari, dkk.
2006. Jakarta: EGC. Suratun & Lusianah. (2010). Asuhan
Keperawatan Klien Gangguan
Pramitasari , O.P. (2013). Faktor Risiko
Sistem Gastrointestinal. Jakarta:
Kejadian Penyakit Demam Tifoid
Trans Info Media.
pada Penderita yang dirawat di
Rumah Sakit Umum Daerah Suryana. (2010). Metode Penelitian
Ungaran. Jurnal Penelitian Model Praktis Penelitian
Kesehatan Mayarakat Kuantitaif Dan
2013,(online),Vol.2No.1, Kualitatif,(Online),(http://file.up
(http://ejournals1.undip.ac.id/i i.edu/Direktori/FPEB/PRODI._
ndex.php/jkm/ar MANAJEMEN_FPEB/19
icle/viewFile/1556/1554 diakses 006021986011-
tanggal 24 Januari 2016). SURYANA/FILE__7.pdf (diakses
tanggal 11 November 2016).
Rampengan, T. H. (2008). Penyakit
Infeksi Tropik pada Anak, Ed.2. Vollard, A. M. Et all. (2007). Risk Factors
Jakarta: EGC. for typhoid and paratyphoid
fever in Jakarta, Indonesia.
Rekam Medik Rumah Sakit Umum
American Medical Association.
Daerah Ungaran. (2016). Data
JAMA.Vol 291.
Angka Kejadian dan Kematian
Demam Typhoid di Rumah Sakit Widoyono, 2011. Penyakit Tropis
Umum Daerah Ungaran 2015- Epidemiologi, Penularan,
2016. Semarang: Rekam Medik. Pencegahan & Pemberantasanya
. Jakarta : Erlangga
Ridha, Nabiel.(2014). Buku Ajar
Keperawatan Anak. Yogyakarta : Wong, D.L, dkk. (2011). Pedoman Klinis
Pustaka pelajar Keperawatan Pediatrik Edisi 9.
Terjemahan oleh Monica Ester.
2011. Jakarta: EGC.

Wong, D.L, dkk. (2011). Pedoman Klinis


Keperawatan Pediatrik Edisi 9.
Terjemahan oleh Monica Ester.
2011. Jakarta: EGC.

Wulandari Dewi & Meira Irawati.(2016).


Buku Ajar Keperawatan Anak.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Zulkoni, A. (2011). Parasitologi,


Yogyakarta: Nuha Medik.

Anda mungkin juga menyukai