Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PKL TERPADU UNTUK KELUARGA BINAAN DENGAN PENDEKATAN

IPE-CP PADA KELUARGA TN. J DI DESA TOOLAWAWO KECAMATAN


LALONGGASUMEETO KABUPATEN KONAWE

Di Susun Oleh :

Kelompok 11

1. Ayu Sri Rastati Buburanda (P00320019106)


Keperawatan
2. Della Renada Dyfragistha (P00331019007) Gizi
3. Yuvela (P00341019093) Teknologi
Laboratorium Medis
4. Viona Nur Cahyani (P00324020097) Kebidanan
5. Wa Ode Sartini (P00324020098) Kebidanan

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

TAHUN 2022

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
Laporan Peraktek Kerja Lapangan ini dalam bentuk maupun  isinya yang sangat
sederhana. Semoga Laporan Praktek Kerja Lapangan ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
penulisan selanjutnya.Kami menyadari bahwa Laporan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun kami harapkan demi kesempurnaan Laporan Praktek Kerja Lapangan
ini.Akhir kata, kami sampaikan terimakasih.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Desa Toolawawo, 29 Mei 2022

KELOMPOK II

iii
DAFTAR ISI

JUDUL……………………………………………………………………………………………………………………………(i)

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………………………………………….....(ii)

KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
BAB IPENDAHULUAN..........................................................................................................5
A. Latar Belakang........................................................................................................5
B. Tujuan.....................................................................................................................8
C. Manfaat..................................................................................................................8
D. Ruang Lingkup........................................................................................................9
BAB II KONSEP DASAR TEORITIS KELUARGA.....................................................................10
A. Konsep Keluarga...................................................................................................10
B. Fungsi Sosialisasi...................................................................................................11
C. Fungsi Reproduksi................................................................................................11
D. Fungsi Ekonomi....................................................................................................11
B. Hipertensi.............................................................................................................13
BAB III HASIL KEGIATAN....................................................................................................18
A. Pengkajian............................................................................................................18
B. DATA KESEHATAN INDIVIDU YANG SAKIT/BERESIKO............................................22
C. Intervensi..............................................................................................................25
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI MASALAH KESEHATAN.......................................30
BAB IV...............................................................................................................................35
PEMBAHASAN..................................................................................................................35
A. Pelaksanaan Kegiatan...........................................................................................35
B. Faktor Penghambat dan Pendukung Kegiatan......................................................35
C. Rencana Tinjak Lanjut...........................................................................................37
BAB 5................................................................................................................................38
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................38
A. Kesimpulan...........................................................................................................38
B. Saran.....................................................................................................................38
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................45

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan komunitas merupakan pelayanan profesional yang ditujukan
kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit
dan peningkatan kesehatan (Pradley,2009).
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari (Poltekkes Kemenkes Kendari)
merupakan salah satu institusi pendidikan tinggi kesehatan yang mengarah pada
pendidikan vokasional dan profesional. Tujuan pendidikan di Poltekkes
Kemenkes Kendari yaitu menghasilkan tenaga kesehatan yang memiliki
kemampuan akademik dan keterampilan profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan, dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi
di bidang kesehatan.
Dalam proses belajar mengajar di Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kendari, salah satu upaya untuk menghasilkan tenaga kesehatan profesional
adalah dengan melakukan praktek belajar lapangan yang melibatkan kerjasama
antar profesi dan bidang keilmuan pada seluruh program studi di lingkungan
Poltekkes Kemenkes Kendari. Proses pembelajaran ini dikenal dengan nama
Praktek Kerja Lapangan Terpadu.
Kegiatan PKL Terpadu merupakan suatu penerapan ilmu dan teknologi
oleh mahasiswa dalam bidang kesehatan khususnya bidang keilmuan program
studi di lingkungan Poltekkes Kemenkes Kendari yaitu Keperawatan, Teknologi
Laboratorium Medis, Gizi, dan Kebidanan. Dalam rangka pemecahan masalah
kesehatan dan peningkatan status kesehatan masyarakat, serta memberikan
pengalaman bekerja secara tim kepada peserta didik, pelaksanaan PKL Terpadu
dipertajam dengan pendekatan konsep pembelajaran dan kerjasama inter-
profesi atau yang lebih dikenal dengan istilah Interprofesional Education dan
Collaborative Practices (IPE-CP). Adopsi konsep yang dipopulerkan oleh Badan
Kesehatan dunia (WHO, 2000) ini dimaksudkan agar setiap peserta didik dengan
latar profesi tertentu, dapat belajar dari, tentang dan dengan profesi lain dalam
membangun kerjasama yang efektif untuk meningkatkan hasil pelayanan
kesehatan yang lebih optimal.

5
Dengan melakukan aktifitas bersama untuk menyelesaikan suatu
masalah yang dapat dilihat dari berbagai macam perspektif profesi, akan
meningkatkan kesadaran diri tentang keterbatasan profesi, meningkatkan
pemahaman arti pentingya kerja tim profesi dan pada akhirnya memunculkan
perasaan penghargaan antar anggota tim kesehatan. Dari kegiatan ini calon-
calon profesional tahu bagaimana menjadikan pelayanan yang efektif dan efisien
yang berfokus pada kebutuhan pasien. Ketika para peserta didik mampu
bekerjasama secara inter-profesi, mereka akan lebih siap memasuki dunia kerja
sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan. Hal ini merupakan salah satu kunci
untuk mengubah mindset dalam pelayanan kesehatan dari ego profesi masing-
masing menjadi sebuah tim yang kuat dan tergantung satu sama lain dalam
pelaksanaan berbagai upaya program kesehatan.
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas nornal. Sehingga mengakibatkan peningkatan angka
morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg
menunjukkan fase darah yang sedangdi pompa jantung dan fase diastolik 90
mmHg menunjukkan fase darah kembali ke jantung (Tryanto,20014). Walaupun
hipertensi merupakan penyakit yang di kenal luas oleh masyarakat, namun
penyakit ini kurang begitu di pahami sehingga banyak masyarakat menganggap
dengan membatasi garam dapur sudah cukup untuk menurunkan hipertensi,
faktanya menghindari konsumsi garam dapur dalam menu sehari-hari tidak
menjamin penurunan tekanan darah tinggi hal itu di karenakan ada banyak
faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya hipertensidan penyakit
hipertensi sering di temukan pada usia lanjut, wanita dan pria yang berusia lebih
dari 65 tahun hal ini karena usia lanjut organ-organ tubuh secara keseluruhan
menurun terutama funsi ginjal dan hati yang mengakibatkan tekanan darah
tinggi, banyak masyarakat beranggapan hipertensi bukan suatu penyakit
berbahaya sehinngga dengan pengetahuan yang terbatas membuat penyakit ini
tidak tertangani dengan baik dan bahkan ada yang menimbulkan kematian dan
masyarakat mengangap penyakit ini tidak berdampak buruk bagi kesehatan
sehingga masyarakat menganggap sepele penyakit ini dan menghiraukannya
(Prasetyaningrum,2014).

6
Menurut World Health Organization (WHO) 2018 diperkirakan 1,13
miliar orang di seluruh dunia menderita hipertensi sebagian besar (dua pertiga)
tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah 1 dari 4 pria dan 1 dari 5
wanita menderita hiperertensi. Angka kematian terbanyak pada usia orang
dewasa yang berusia lebih dari 60 tahun (WHO,2018). Hipertensi telah menjadi
masalah utama dalam kesehatan dunia. Indonesia termasuk dalam lima besar
negara dengan jumlah lanjut usia terbanyak di dunia, pada tahun 2014, jumlah
penduduk lanjut usia di indonesia sebanyak 18,781 juta jiwa dan di perkirakan
pada tahun 2025 jumlahnya akan mencapai 36 juta jiwa dan hipertensi juga
menjadi masalah kesehatan di indonesia. Di Indonesia prevalensi hipertensi
berdasarkan pada penduduk usia > 18 tahun mengalami peningkatan dari tahun
2013 sebanyak 25,8% menjadi 34.1% dari jumlah penduduk Indonesia.
(Riskesdas,2018).
Hipertensi merupakan penyakit yang terdiri dari 2 tipe penyebab yaitu
hipertensi esensial atau primer dan hipertensi sekunder. Penyebab dari
hipertensi primer belum di ketahui secara pasti sedangkan hipertensi sekunder
dapat terjadi antara lain akibat penyakit ginjal,sleep apnea,dan kecanduan
alcohol (Tryanto,2014). Mekanisme terjadinya hipertensi pada lansia
meningkatnya tekanan darah pada saluran arteri bisa melalui beberapa cara
seperti jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan
pada setiap detiknya, arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku
sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah
melalui arteri tersebut, karenanya darah pada setiap denyut jantungdi paksa
untuk pembuluh darah yang sempit dari pada biasanya dan mengakibatkan
naiknyatekan darah, Tanda dan gejala pada umumnya sakit kepala, lemas,
masalah dalam penglihatan atau mata kabur, nyeri dada, sesak nafas, aritmia,
nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) (Willy, 2018). Hipertensi yang
tidak terkontrol atau tidak terdeteksi akan menyebabkan serangan jantung,
stroke, gagal jantung, penyakit ginjal, atau gagaal gintal, kehilangan penglihatan,
disfungsi seksual, angina, dan penyakit arteri perifer (Peripheral Artery
Disease/PAD) (Tryanto, 2014).
Oleh karena itu, Negara indonesia sedang membangun di segala bidang
perlu memperhatikan pendidikan kesehatan untuk mencegah tumbuhnya

7
penyakit hipertensi pada lansia, dan dengan memberikan penyuluhan tentang
tanda dan gejala penyakit hipertensi dan serta cara pengobatannya. Penyakit
hipertensi dapat dicegah dengan menjaga pola hidup sehat seperti
mengomsumsi makanan sehat menghentikan kebiasaan merokok dan
mengurangi konsumsi minuman yang berkafein, lakukan olahraga secara rutin
dan jaga berat badan agar tetap ideal. Namun, jika tekanan darah sudah cukup
tinggi, pasien juga diharuskan mengonsumsi obat penurun tekanan darah secara
teratur dan benar sesuai dengan anjuran dokter. Tetapi, mengubah gaya hidup
lansia tidak dapat dilakukan sendiri, peran perawat memberikan edukasi kepada
keluarga, karena peran keuarga sangat penting untuk mengingatkan dan
mengawasi lansia tentang pengobatan hipertensinya, dan cara lain yaitu dengan
melakukan upaya promotif yaitu melalui promosi kesehatan seperti penyuluhan
dan posyiandu lansia, upaya preventif yaitu dengan menjaga pola makan, seperti
menguragi mengosumsi garam seraca berlebihan, menghindari minuman yang
mengandung alkohol, tida merokok, diet sehat dengan cara mengomsumsi sayur
dan buah yang cukup, upaya kuratif yaitu seperti berolahraga ceraca teratur
seperti bersepeda dan juga di anjurkan mengosumsi obat antihipertensi secara
teratur (Sutanto, 2010).

B. Tujuan
Diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keluarga
dengan masalah utama hipertensi pada Tn. J di wilayah Desa Toolawawo
Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe.

C. Manfaat
1. Masyarakat
Membudayakan pengelolaan pasien hipertensi pada tatanan keluarga.
2. Tenaga Kesehatan
Sebagai wawasan dan masukan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat khususnya tim program kunjungan rumah
(home care).

8
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Praktek Kerja Lapangan Terpadu (PKLT) ini meliputi
kegiatan pemantauan wilayah, pembahasan rencana program kesehatan,
musyawarah masyarakat Desa Toolawawo, implementasi program kesehatan
dan evaluasi pelaksanaan intervensi serta penyusunan laporan praktek kerja
lapangan terpadu melalui program IPE-CP di desa Toolawawo, Kecamatan
Lalonggasumeeto, Kabupaten Konawe.

9
BAB II
KONSEP DASAR TEORITIS KELUARGA

A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang
diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota
keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011). Keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012). Sedangkan
menurut Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan
lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat,
hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga sangat menonjol
sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu di perhitungkan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga
yaitu sebuah ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah
ataupun adopsi), tinggal dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta saling
ketergantungan.
2. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu:
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak
pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010):
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.

10
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru.

B. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan
tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru
lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya.
Dalam hal ini keluarga dapat membina hubungan sosial pada anak,
Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.

C. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,
selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.

D. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan
tempat tinggal.
b. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan
keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
3. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan
keluarga dibagi menjadi 8:
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina
hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama,
membina hubungan dengan keluarga lain, mendiskusikan rencana

11
memiliki anak atau KB, persiapan menjadi orangtua dan memahami
prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi orangtua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan
menimbulkan krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap
ini antara lain yaitu adaptasi perubahan anggota keluarga,
mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan,
membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta konseling KB post partum
6 minggu.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan
kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang,
proses belajar dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran
berikutnya.
d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan
keluarga seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar
rumah, mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah
pengembangan terhadap remaja, memelihara komunikasi terbuka,
mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk
hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali
fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarganya.
g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai
lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan

12
waktu santai, memulihkan hubungan antara generasi muda-tua, serta
persiapan masa tua.
h. Keluarga lanjut usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti
penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup,
menerima kematian pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta
melakukan life review masa lalu.
4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
c. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang
sakit
d. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan
e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat.

B. Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan
darah tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit
darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara
kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes
Irianto, 2014).
Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan
kardiovaskular. Apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan
gagal ginjal, stroke, dimensia, gagal jantung, infark miokard, gangguan
penglihatan dan hipertensi (Andrian Patica N Ejournal keperawatan volume
4 nomor 1, Mei 2016).
2. Jenis Hipertensi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri
tetapi sering dijumpai dengan penyakit lain, misalnya arterioskeloris,

13
obesitas, dan diabetes militus. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu (WHO, 2014):
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak
diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menemukan
hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan
resiko menderita penyakit ini. Selain itu juga para pakar menunjukan
stres sebagai tertuduh utama, dan faktor lain yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan dalam penyebab hipertensi
jenis ini adalah lingkungan, kelainan metabolisme, intra seluler, dan
faktor-faktor ynag meningkatkan resikonya seperti obesitas, merokok,
konsumsi alkohol, dan kelainan darah.
b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab khususnya sudah
diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit diabetes, jantung, ginjal,
penyakit pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan. Kasus
yang sering terjadi adalah karena tumor kelenjar adrenal. Garam dapur
akan memperburuk resiko hipertensi tetapi bukan faktor penyebab.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi
a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:
1) Jenis kelamin Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan
wanita. Wanita diketahui mempunyai tekanan darah lebih rendah
dibandingkan pria ketika berusia 20-30 tahun. Tetapi akan mudah
menyerang pada wanita ketika berumur 55 tahun, sekitar 60%
menderita hipertensi berpengaruh pada wanita. Hal ini dikaitkan
dengan perubahan hormon pada wanita setelah menopause
(Endang Triyanto, 2014).
2) Umur Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan
berubah di usia 20-40 tahun. Setelah itu akan cenderung lebih
meningkat secara cepat. Sehingga, semakin bertambah usia
seseorang maka tekanan darah semakin meningkat. Jadi seorang
lansia cenderung mempunyai tekanan darah lebih tinggi
dibandingkan diusia muda (Endang Triyanto, 2014).

14
3) Keturunan (genetik) Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh
terhadap keluarga yang telah menderita hipertensi sebelumnya. Hal
ini terjadi adanya peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium individu sehingga
pada orang tua cenderung beresiko lebih tinggi menderita hipertensi
dua kali lebih besar dibandingan dengan orang yang tidak
mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi (Buckman, 2010).
4) Pendidikan Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi
tekanan darah. Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan yang
rendah, kemungkinan kurangnya pengetahuan dalam menerima
informasi oleh petugas kesehatan sehingga berdampak pada
perilaku atau pola hidup sehat (Armilawaty, Amalia H, Amirudin R.,
2007).
b. Faktor resiko hipertensi yang dapat dikonrol
1) Obesitas
Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung
kurangnya melakukan aktivitas sehingga asupan kalori mengimbangi
kebutuhan energi, sehingga akan terjadi peningkatan berat badan
atau obesitas dan akan memperburuk kondisi (Anggara, F.H.D., & N.
Prayitno, 2013).
2) Kurang olahraga
Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk
mengurangi peningkatan tekanan darah tinggi yang akan
menurunkan tahanan perifer, sehigga melatih otot jantung untuk
terbiasa melakuakn pekerjaan yang lebih berat karena adanya
kondisi tertentu.
3) Kebiasaan merokok
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini
dikarenakan di dalam kandungan nikotik yang dapat menyebabkan
penyempitan pembuluh darah.
4) Konsumsi garam berlebihan
WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat
mengurangi peningkatan hipertensi. Kadar sodium yang

15
direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4
gram sodium atau 6 gram) (H. Hadi Martono Kris Pranaka, 2014-
2015).
5) Minum alkohol
Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan
menyebabkan peningkatan tekanan darah yang tergolong parah
karena dapat menyebabkan darah di otak tersumbat dan
menyebabkan stroke.
6) Minum kopi
Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana
dalam satu cangkir kopi dapat meningkatakan tekanan darah 5- 10
mmHg.
7) Kecemasan
Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan
meningkatkan frekuensi jantung, curah jantung dan resistensi
vaskuler, efek samping ini akan meningkatkan tekanan darah.
Kecemasan atau stress meningkatkan tekanan darah sebesar 30
mmHg. Jika individu meras cemas pada masalah yang di hadapinya
maka hipertensi akan terjadi pada dirinya. Hal ini dikarenakan
kecemasan yang berulang-ulang akan mempengaruhi detak jantung
semakin cepat sehingga jantung memompa darah keseluruh tubuh
akan semakin cepat.

16
17
BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Pengkajian
FORMAT ASSESMENT KESEHATAN DAN INDIVIDU (KK BINAAN)
Nama Ayu Sri Rastati B Tanggal Pengkajian 18 Mei 2022
mahasiswa yang
mengkaji
Bahasa sehari- Indonesia Alat transportasi ke Motor
hari yankes
Jarak yankes Kurang lebih 2
terdekat meter

1. DATA KELUARGA
Nama Kepala Keluarga NY. W Agama dan Suku Islam dan
Umur 35 Tahun Alamat Rumah Desa Toolawawo
Pendidikan SMA Telp
Pekerjaan IRT

2. DATA ANGGOTA KELUARGA


No. Nama Hub. um J suku Pendidik Pekerjaa Status TTV (TD, N, Status
Dgn kk ur K an n saat ini gizi S.P) imunisasi
terakhir (TB, Dasar
BB,
IMT
1. tn. J Suami 37 L Muna SMA nelayan Normal 180/100 Lengkap
90X/mnt
36,00’C
20X/mnt
2. Ny. W Istri 35 P Muna SMA IRT Gemuk 120/90 Lengkap
88X/mnt
36,5’C
20X/mnt
3. An. G anak 13 P Muna Pelajar Tidak ada Normal 110/80 Lengkap

18
100X/mnt
35,9’C
22X/mnt
4 An. A anak 8 P Muna Pelajar Tidak ada Normal 110/80 Lengkap
110X/mnt
36,0’C
22X/mnt
5 An. An anak 7 L Muna Pelajar Tidak ada Normal 90/40 Hanya BCG
bln 115X/mnt
35,5’C
25X/mnt

LANJUTAN
No. Nama Penampilan Status Kesehatan Riwayat Analisis Masa
umum Saat ini Penyakit/Alergi Kesehatan
INDIVUDU
1. tn. J Normal Baik Tidak ada Kesehatan tn. J
Mata tidak saat ini baik
anemis
Tidak ada
alopesia
Ukuran kepala
normal
Tidak ada
nyeri dada
tanda jejas
Tidak ada
distensi
abdomen

2. Ny. W Normal Tidak Baik hipertensi Ny. W saat ini

19
Mata tidak menderita
anemis hipertensi dengan
Tidak ada tekanan darah
alopesia 180/100 mmhg
Ukuran kepala mengeluh nyeri
normal kepala dan tegang
Tidak ada leher dan pusing
nyeri dada
tanda jejas
Tidak ada
distensi
abdomen
3. An. G Kepala Baik Tidak ada Kesehatan an. G
normocepal saat ini baik
LILA
BB : 35 kg
TB : 145 cm
Tidak ada
keluhan fisik
4 An. A Kepala Baik Tidak ada Kesehatan an. A
normocepal saat ini baik
LILA 48,5 CM
BB : 24 kg
TB : 125 cm
Tidak ada
keluhan fisik
5 An. An Kepala Kurang baik Tidak ada Kondisi an. An saat
normocepal ini baik
LILA 14,75CM
BB :
TB :
Tidak ada
keluhan fisik

20
3. DATA PENUNJANG KELUARGA
Rumah dan Sanitasi Lingkungan PHBS di Rumah Tangga

 Kondisi Rumah  Jika ada ibu nifas, persalinan di


Kondisi rumah bersih sanitasi baik tolong oleh tenaga kesehatan
 Ventilasi. Ya/Tidak*
Cukup/Kurang  Jika ada bayi,memberi ASI eksklusif
 Pencahayaan Rumah Ya/Tidak*
 Baik/Tidak*  Jika ada balita, Menimbang balita
 Saluran Buang Limbah tiap bulan
Baik/Cukup/Kurang Ya/Tidak*
 Sumber Air Bersih  Menggunakan air bersih untuk
Sehat/Tidak Sehat* makan & minum
Menggunakan PAM Ya/Tidak*
 Jamban Memenuhi Syarat  Mengguakan air bersih untuk
Ya/Tidak kebersihan diri
Tempat Sampah Ya/Tidak*
Ya ADA  Mencuci tangan dengan air bersih
 Rasio Luas Bangunan Rumah Jumlah & sabun
Anggota Keluarga Sm²/Orang Ya/Tidak*
Ya/Tidak*  Melakukan pembuangan sampah
pada tempatnya
Ya/Tidak*
 Menjaga lingkungan rumah tampak
bersih
Ya/Tidak*
 Mengonsumsi laukdan pauk tiap
hari
Ya/Tidak*
 Menggunaka jamban yang sehat
Ya/Tidak*
 Membrantas jentik di rumah sekali
seminggu
Ya/Tidak*
 Makan buah dan sayur setiap hari
Ya/Tidak
 Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Ya/Tidak*
 Tidak merokok di dalam rumah
Ya/Tidak

B. DATA KESEHATAN INDIVIDU YANG SAKIT/BERESIKO (pengkajian di


sesuaikan dengan kasus individu yang di temukan

21
Nama individu yang sakit/beresiko: Diagnosa medic:
Nama pemeriksa : Ayu Sri Rastati B Hipertensi : Tn. J
Profesi : Keperawatan Urid Acid : Ny. N
Pasien : Tn. J DM + hipertensi : Ny. W
MAAG : Ny. T
Nama pemeriksa : Yuvela Hipertensi : Ny. J
Profesi : Teknologi laboratorium medis
Pasien : Ny. N

Nama pemeriksa : Della Renada


Dyfragistha
Profesi : Gizi
Pasien : Ny. W

Nama pemeriksa : Wa ode sartini


Profesi : Kebidanan
Pasien : Ny. T

Nama pemeriksa : Viona nur cahyani


Profesi : Kebidanan
Pasien : Ny. J

Sumber dana kesehatan Di tanggung oleh institusi

A. Profesi Keperawatan B. Profesi Kebidanan


1. Risiko perfusi serebral tidak Bayi umur 7 bulan trauma post
efektif di tandai dengan hipertensi imunisasi DPT
2. Nyeri akut berhubungan dengan
agen pencedera fisiologis
3. Manajemen kesehatan keluarga
tidak efektif berhubungan dengan

22
konflik pengambilan keputusan
4. Risiko infeksi di tandai dengan
vaksinasi tidak adekuat
C. Profesi Gizi D. Profesi Teknologi Laboratorium
1. NB- 2.3 Ketidakmampuan / Medik

Ketidakinginan Dalam DIABETES MELITUS

Mengatur Diri Sendiri


Pemeriksaan :
Disebabkan Kurangnya
(Pemeriksaan GDS dan ASAM URAM)
pengetahuan terkait kesehatan
2. NI- 1.4 Kekurangan Intake
Energi
Disebabkan pola makan kurang
dan tidak beragam (pasien
Cuma mengkonsumsi nasi dan
ikan)
3. NI- 5.6.1 Kekurangan Intake
Lemak
Disebabkan pola makan kurang
dan tidak beragam (pasien
Cuma mengkonsumsi nasi dan
ikan)
4. NI- 5.8.1 Kekurangan Intake
Karbohidrat
Disebabkan pola makan kurang
dan tidak beragam (pasien
Cuma mengkonsumsi nasi dan
ikan)
5. NC-2.2 Perubahan Nilai
Laboratorium Terkait Zat Gizi
Khusus
Disebabkan pasien gemar

23
mengkonsumsi makanan yang
manis
6. NC- 3.3 Berat badan lebih

(Overweight)
Disebabkan Pola makan dan pola
hidup yang tidak teratur
Keterangan Tambahan Terkait Individu
Untuk profesi Teknologi Laboratorium Medik langsung dilanjutkan dengan
pemeriksaan GDS dan asam urat

MASALAH KESEHATAN KELUARGA DAN INDIVIDU*


1. Risiko perfusi serebral tidak efektif di tandai dengan hipertensi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
3. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan konflik
pengambilan keputusan
4. Risiko infeksi di tandai dengan vaksinasi tidak adekuat

*) Pengkajian mendalam dapat menggunakan format pengkajian masing-masing profesi

C. Intervensi
RENCANA TINDAKAN KELUARGA DAN INDIVIDU
No Masalah keluarga/individu Rencana Tindakan
1 1. Risiko perfusi serebral tidak efektif di Edukasi program pengobatan
tandai dengan hipertensi Observasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen 1. Identifikasi pengetahuan
pencedera fisiologis tentang pengobatan yang di
3. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif rekomensikan

24
berhubungan dengan konflik pengambilan 2. Identifikasi penggunaan
keputusan obat tradisional dan
4. Risiko infeksi di tandai dengan vaksinasi tidak kemungkinan efek terhadap
adekuat ( PERAWAT ) pengobatan
Terapeutik
1. Fasilitasi informasi tertulis
atau gambar untuk
meningkatkan pemahaman
2. Berikan dukungan untuk
menjalani program
pengobatan dengan baik
dan benar
3. Libatkan keluarga untuk
memberikan dukungan
pada klien
Edukasi
1. Jelaskan manfaat dan efek
samping pengobatan
2. Anjurkan mengonsumsi
obat sesuai indikasi
3. Anjurkan bertanya jika ada
sesuatu yang kurang
dimengerti

Manajemen nyeri
Observasi
1. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
Terapeutik
1. Berikan terapi non

25
farmakolgis untuk
mengurangi nyeri
Edukasi
1. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
2. Jelaskan penyebab nyeri
dan memonitor nyeri secara
mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Edukasi kesehatan
Obserevasi
1. Identifikasi kesiapan
menerima informasi

Terapeutik
1. Sediakan media dan materi
penyuluhan
2. Jelaskan penyuluhan seuai
kesepakatan
3. Berikan kesempatan
keluarga untuk bertanya

Edukasi
1. Jelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan

26
Manajemen imunisasi
Observasi
1. Identifikasi riwayat
kesehatan dan alergi
2. Identifikasi status imunisasi
Terapeutik
1. Berikan suntikan dibagian
paha anterolateral
Edukasi
1. Berikan pemahaman
tentang pentingnya anak
diimunisasi lengkap

Melakukan penyuluhan imunisasi


2. Bayi umur 7 bulan trauma post imunisasi DPT
(Kebidanan)

1. Memberikan diat rendah


3.  NB- 2.3 Ketidakmampuan / garam
Ketidakinginan Dalam Mengatur 2. Melakukan diet DM

Diri Sendiri 3. Menurunkan berat badan

 Disebabkan Kurangnya hingga mencapai normal

pengetahuan terkait kesehatan


 NI- 1.4 Kekurangan Intake Energi
 Disebabkan pola makan kurang
dan tidak beragam (pasien Cuma
mengkonsumsi nasi dan ikan)
 NI- 5.6.1 Kekurangan Intake

27
Lemak
 Disebabkan pola makan kurang
dan tidak beragam (pasien Cuma
mengkonsumsi nasi dan ikan)
 NI- 5.8.1 Kekurangan Intake
Karbohidrat
 Disebabkan pola makan kurang
dan tidak beragam (pasien Cuma
mengkonsumsi nasi dan ikan)
 NC-2.2 Perubahan Nilai
Laboratorium Terkait Zat Gizi
Khusus
 Disebabkan pasien gemar
mengkonsumsi makanan yang
manis
 NC- 3.3 Berat badan lebih
(Overweight)
 Disebabkan Pola makan dan pola
hidup
 yang tidak teratur
( gizi ) Melakukan pemeriksaan asam urat,
GDS

4 Kadar gula darah melebihi batas normal


( TLM )

28
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI MASALAH KESEHATAN
Pelaksanaan
No Masalah keluarga/individu Rencana tindakan Evaluasi Paraf
Tgl
(KK/Klien
1 1. Risiko perfusi a. Profesi Keperawatan S : klien 25/5/2
serebral tidak Level Keluarga mengatak 022
efektif di tandai 1. Melakukan penyuluhan an
dengan hipertensi tentang apa itu hipertensi dan memaham
2. Nyeri akut bagaimana meningkatkan i apa yang
berhubungan derajat kesehatan dalam di jelaskan
dengan agen keluarga Tn. J
pencedera fisiologis Level Individu O : klien
3. Manajemen 1. Melakukan terapi Nampak
kesehatan keluarga kompelementer ( pengobatan memprakti
tidak efektif dengan bawang putih ) kkan
berhubungan 2. Melakukan terapi pijat kaki terapi
dengan konflik 3. Melakukan observasi awal TTV herbal dan
pengambilan terapi pijat
keputusan Level keluarga kepada
Risiko infeksi di tandai 1. Memberikan penyuluhan keluargany
dengan vaksinasi tidak tentang pentingnya a
adekuat ( PERAWAT ) meningkatkan derajat
kesehatan pada keluarga A:
masalah
teratasi
sebagian

P:
intervensi
3
dilanjutka
n

29
b.
c. Profesi Kebidanan Hasil :
1. Melakukan penyuluhan Klien
tentang imunisasi mengatak
an
d. Profesi Gizi Hasil :
1. Melakukan penyuluhan Klien tidak
tentang makanan pantangan mau
mengikuti
diet, tapi
sudah
mengetah
ui
makanan
pantangan
e. Profesi Teknologi Laboratoriu Hasil : 25/5/2
Medik Asam 022
Level Keluarga urat : 6,5
Penyuluhan tentang pemeriksaan mg/dl
GDS dan asam urat
Level Individu GDS : 315
1. Pemeriksaan GDS mg/dl
Pemeriksaan asam urat

Pelaksanaan
Masalah
No Rencana tindakan Evaluasi Paraf
keluarga/individu Tgl
(KK/Klien
1  Risiko perfusi A. Profesi Keperawatan S : klien 30/5/2
serebral tidak 1. Melakukan observasi TTV mengatak 2
efektif di setelah di lakukan an sudah
tandai dengan penyuluhan pada hari tidak
hipertensi pertama nyeri
kepala

30
 Nyeri akut dan
berhubungan tegang
dengan agen
pencedera O : TD :
fisiologis 130/80
 Manajemen mmhg
kesehatan
keluarga tidak A:
efektif masalah
berhubungan teratasi
dengan
konflik P:
pengambilan intervensi
keputusan di
 Risiko infeksi pertahan
di tandai akan
dengan B. Profesi Kebidanan Hasil : 30/5/2
vaksinasi 1. Melakukan observasi apakah Klien 2
tidak adekuat keluarga sudah berminat masih
( PERAWAT ) melanjutkan imunisasi anak ragu di
hingga lengkap lakukan
imunisasi
pada
anaknya
C. Profesi Gizi Hasil : 30/5/2
1. Melakukan observasi Klien 2
sudah
mengons
umsi nasi
merah
D. Profesi Teknologi Laboratoriu Hasil : 30/5/2
Medik AU : 6,7 2
1. Melakukan pemeriksaan mg/dl

31
kembali GDS dan asam urat GDS : 280
setelah di lakukan mg/dl
penyuluhan pada hari
pertama

IMPLEMENTASI HARI KE 3
Pelaksanaan
Masalah
No Rencana tindakan Evaluasi Paraf
keluarga/individu Tgl
(KK/Klien
1  Risiko perfusi E. Profesi Keperawatan S : klien 02/6/2
serebral tidak 2. Melakukan observasi TTV sudah 2
efektif di setelah di lakukan tidak
tandai dengan penyuluhan pada hari merasa
hipertensi pertama nyeri
 Nyeri akut kepala
berhubungan
dengan agen O : td :
pencedera 120/90
fisiologis mmhg
 Manajemen
kesehatan A:
keluarga tidak masalah
efektif teratasi
berhubungan
dengan P:
konflik intervensi
pengambilan dipertaha
keputusan nkan
 Risiko infeksi F. Profesi Kebidanan Hasil : 02/6/2
di tandai 2. Melakukan observasi apakah Klien 2
dengan keluarga sudah berminat sudah
vaksinasi melanjutkan imunisasi anak mau
tidak adekuat hingga lengkap dilakukan

32
( PERAWAT ) imunisasi
yaitu
campak
G. Profesi Gizi Hasil : 02/6/2
2. Melakukan observasi Klien 2
sudah
mengons
umsi nasi
merah
dan
menguran
gi
konsumsi
gula saat
minum
teh dan
meminum
rebusan
daun
gersen
H. Profesi Teknologi Laboratoriu Hasil : 02/6/2
Medik AU : 5,7 2
2. Melakukan pemeriksaan mg/dl
kembali GDS dan asam urat
setelah di lakukan GDS : 180
penyuluhan pada hari mg/dl
pertama
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Kegiatan
PKL terpadu dengan konsep IPE-CP dilaksanakan mulai tanggal 17 Mei – 6
Juni 2022. Adapun rincian kegiatan antara lain: hari ke 1 tanggal 17 Mei 2022
menuju ke kediaman Ibu Desa Toolawawo Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten

33
Konawe untuk kegiatan pelaksanaan Serah Terima Mahasiswa(i) PKLT Poltekkes
Kemenkes Kendari, dilanjutkan dengan arahan Kepala Desa dan penempatan posko
pada masing-masing Desa.
Berikut uraian kegiatan yang dilakukan berdasarkan profesi pada keluarga
binaan:
1. Keperawatan
a) Mengukur tekanan darah
b) Memberikan penyuluhan mengenai penyakit hipertensi dengan
menggunakan leaflet
c) Melakukan terapi komplementer dan terapi pijat
2. Kebidanan
a) Mengkaji imunisasi anak
3. Gizi
a) Menghitung status gizi
b) Memberikan penyuluhan mengenai diet kalori berat
4. Teknologi Laboratorium Medis
a) Melakukan pemeriksaan asam urat dan GDS

B. Faktor Penghambat dan Pendukung Kegiatan


Kegiatan intervensi yang di lakukan dalam rangka memecahkan masalah
kesehatan di Desa Toolawawo masih memiliki kendala dan juga hambatan. Berikut
ini adalah tabel kegiatan intervensi beserta faktor pendorong dan penghambat yang
ada di Desa Toolawawo Kecamatan Lalonggasumeeto.
Tabel 4.1 Faktor penghambat dan penunjang pelakasanaaan kegiatan KK
NO Kegiatan Sasaran Faktor Faktor
penghambat Penunjang
1. Pelaksanaan Klien dan a) Kurangnya a. Klien tidak
Intervensi keluarga sumber daya menolak di
Keluarga dan (alat lakukan
Individu pemeriksaan) kunjungan
b) Sebagian klien berulang
memiliki b. Klien merasa
kesibukan senang bila
sehingga sering di

34
susah untuk di kunjungi
lakukan c. Sebagian
intervensi dan keluarga
banyak yang klien
tidak di mendukung
ketahui dan mau
mengenai bekerja
penyakitnya sama
terhadap
intervensi
yang di
berikan
d. Klien
langsung
mempraktek
kan terapi
pijat dan
terapi
komplement
er yang di
ajarkan
e. Klien
senantiasa
mendengark
an
penyuluhan
tentang
makanan
pantangan
untuk
mengurangi
gula darah

35
C. Rencana Tinjak Lanjut
1. Melakukan pengkajian terkait masalah Kesehatan keluarga dan individu
2. Melakukan pemeriksaan asam urat dan GDS kepada klien.
3. Menganjurkan kepada klien untuk mengurangi makanan pantangan dan
mengajarkan terapi komplementer ( herbal ) dan terapi pijat kaki.
4. Memberi terapi komplementer : Menganjurkan mengkonsumsi bawang putih
diseduh dengan air hangat dan mengonsumsi jus timun untuk menurunkan
tekanan darah pada Tn. J

36
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah


tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg,
tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi
merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini
terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh. Apabila tidak ditangani dengan
baik dapat mengakibatkan gagal ginjal, stroke, dimensia, gagal jantung, infark
miokard, gangguan penglihatan dan hipertensi. Hipertensi dapat didiagnosa
sebagai penyakit yang berdiri sendiri tetapi sering dijumpai dengan penyakit lain,
misalnya arterioskeloris, obesitas, dan diabetes militus.

B. Saran
Peran perawat memberikan edukasi kepada keluarga, karena peran
keuarga sangat penting untuk mengingatkan dan mengawasi lansia tentang
pengobatan hipertensinya, dan cara lain yaitu dengan melakukan upaya
promotif yaitu melalui promosi kesehatan seperti penyuluhan dan posyiandu
lansia, upaya preventif yaitu dengan menjaga pola makan, seperti menguragi
mengosumsi garam seraca berlebihan, menghindari minuman yang
mengandung alkohol, tida merokok, diet sehat dengan cara mengomsumsi sayur
dan buah yang cukup, upaya kuratif yaitu seperti berolahraga ceraca teratur
seperti bersepeda dan juga di anjurkan mengosumsi obat antihipertensi secara
teratur

37
DAFTAR LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENERAPAN JENIS MAKANAN SEHAT PADA PENDERITA

HIPERTENSI

Topik : Penerapan Jenis Makanan Sehat Pada Penderita

Hipertensi

Penyuluh : Mahasiswa (i) PKLT ( kelompok 11 ) Desa Toolawawo

Kelompok Sasaran : NY. W ( KK binaan )

Tanggal/Bln/Th : 25/5/2022

Waktu : 60 menit

A. LATAR BELAKANG
Penyakit darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah
dan jantung yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Pudiastuti R
D, 2016).

Penyebab hipertensi dibagi 3 yaitu:

 Secara genetis menyebabkan kelainan berupa:


a. Gangguan fungsi barostat renal
b. Sensitifitas terhadap konsumsi garam
c. Abnormalitas transportasi natrium kalium
d. Respon SSP (Sistem Saraf Pusat) terhadap stimulasi psiko-sosial
e. Gangguan metabolisme (glukosa, lipid, dan resistensi insulin)
 Faktor lingkungan
Faktor psikososial: kebiasaan hidup, pekerjaan, stress mental, aktivitas
fisik, status sosial ekonomi, keturunan, kegemukan, dan konsumsi minuman
keras Faktor konsumsi garam Penggunaan obat-obatan seperti golongan
kortikosteroid (cartison) dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat
anti radang (anti-inflamasi) secara terus-menerus (sering) dapat meningkatkan

38
tekanan darah seseorang, merokok dan minum minuman beralkohol juga
termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah
tinggi Adaptasi struktural jantung serta pembuluh darah Pada jantung: terjadi
hypertropi dan hyperplasia miosit Pada pembuluh darah: terjadi vaskuler
hypertropi.
 Penerapan Pola Hidup Sehat
Berikut adalah beberapa makanan penurun darah tinggi yang bisa
dicoba:
1. Bawang putih
Bawang putih merupakan salah satu makanan penurun darah tinggi
yang paling terkenal di masyarakat. Khasiat bawang putih tidak hanya terbatas
sebagai bumbu dapur dan antibiotik alami, tetapi juga meningkatkan kadar
oksida nitrat dalam tubuh. Oksida nitrat membantu melebarkan dan
melemaskan pembuluh darah yang berdampak pada penurunan tekanan darah
tinggi.

2. Tempe

Makanan lokal berupa tempe yang berasal dari fermentasi kacang


kedelai masuk ke dalam daftar makanan penurun darah tinggi yang mengandung
probiotik. Uniknya, probiotik tidak hanya berguna untuk kesehatan pencernaan,
tetapi juga sebagai makanan penurun darah tinggi.

3. Kayumanis

Selain digunakan untuk meningkatkan aroma dan cita rasa kue, kayu
manis ditemukan mampu menurunkan tekanan darah dalam jangka waktu
pendek. Kita dapat mencampurkan makanan penurun darah tinggi ini dengan
buah ataupun oatmeal. 7. Minyak zaitun Penderita tekanan darah tinggi dapat
menggunakan minyak zaitun untuk memasak karena minyak zaitun mengandung
komponen antiradang berupa polifenol yang berfungsi menurunkan tekanan
darah.

39
4. Semangka

Serupa dengan bawang putih, semangka memiliki kandungan asam


amino citrulline yang mampu meningkatkan produksi oksida nitrat yang
menjadikannya salah satu makanan penurun tekanan darah tinggi.

5. Pisang

Salah satu buah yang terkenal tinggi akan potasium adalah pisang.
Kandungan potasium dalam pisang membuatnya dapat dijadikan makanan
penurun tekanan darah tinggi. Selain pisang, makanan lain yang tinggi potasium
adalah tomat, jamur, tuna, alpukat, ubi, dan sebagainya.

Pengidap Darah Tinggi Perlu Hindari Makanan Ini

1. Garam. Makanan utama yang perlu dijadikan “musuh” oleh pengidap darah


tinggi adalah garam atau natrium.
2. Acar.
3. Makanan yang Digoreng.
4. Kulit Ayam.
5. Daging Olahan.
6. Sup dan Tomat Kalengan.
7. Makanan dan Minuman Manis.
8. Margarin.

B. TUJUAN
1) Tujuan Instruksional Umum :
Setelah dilakukan penyuluhan, para warga dapat memahami
pentingnya menjaga kesehatan terutama untuk menurunkan angka Penderita
Hipertensi.
2) Tujuan Instruksional Khusus :

Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 2x30 menit,


diharapkan peserta mampu:

a. Mengulangi lagi pengertian dari Hipertensi.

40
b. Menyebutkan Jenis Makanan Yang baik di konsumsi bagi penderita
hipertensi
C. KEPANITIAAN
Ketua Pelaksana : Ayu Sri Rastati Buburanda
Sekretaris : Yuvela

D. KEGIATAN

NO POKOK SUB ALOKASI METODE ALAT EVALUASI


BAHASAN POKOK WAKTU PERAGA
BAHASAN
(MENIT)

1. Pembukaan - 5 - - -

2. Penjelasan Penyebab 30 -Ceramah


mengenai
Gejala - Diskusi
Hipertensi

3. Penerapan jenis Cara 20 - Ceramah - Leaflet Post test


makanan sehat perawatan
pada penderita pada kulit
Hipertensi
4 Penutup - 5 - - -

1) Acara

41
2) Petugas-petugas acara
Penyaji : Ayu Sri Rastati B.
E. METODE
Ceramah dan tanya jawab.
F. MEDIA
Leaflet
G. EVALUASI
Menjawab pertanyaan dari pemateri

LEAFLET
DOKUMENTASI KEGIATAN
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta : Diva Press

Cahyani, Nindya. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. C Dengan Diagnosa Medis
Hipertensi di Ruang Tulip Rumah Sakit TK III Brawijaya Surabaya. Karya Tulis Ilmiah
Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Dinkes (2017). Buku Profil Kesehatan.indd. www.depkes.go.id Diakses pada tanggal 21 Januari
2021 pada pukul 13.00 WIB

Febry, Ayu Bulan et al,. 2013. Ilmu Gizi Untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta : Graha

Hanata, Yuda & Freitag H. 2011. Deteksi Dini dan Pencegahan Hipertensi dan Stroke.
Yogyakarta : Medpress

Muwarni (2009). Analisa Data. Repository.unissula.ac.id Diakses pada tanggal 24 Januari 2021
pada pukul 08.00 WIB

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Jilid 3. Jogjakarta : MediAction

Prasetyaningrum, Yunita Indah. 2014. Hipertensi Bukan Untuk Ditakuti. Jakarta : Fmedia

Potter dan Perry. 2007. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta : EGC

Rahma (2013). Diagnosis Hipertensi. www.alodokter.com Diakses pada tanggal 21 Januari 2021
pada pukul 09.00 WIB

Riskesdas (2018). Potret Sehat Indonesia. www.depkes.go.id Diakses pada tanggal 21 Januari
2021 pada pukul 13.00 WIB

Rudianto, Budi F. 2013. Menaklukan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta : Sakkhasukma

Sutanto, 2010. Penyakit Modern Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolesterol, Diabetes. Yogyakarta :
CV Andi

Triyanto, E. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu.


Yogyakarta : Graha Ilmu

WHO (2018). Hypertension. www.who.int Diakses pada tanggal 21 Januari 2021 pada pukul
13.30 WIB

Willy (2018). Tanda dan Gejala Hipertensi. www.alodokter.com Diakses pada tanggal 21
Januari 2021 pada pukul 17.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai