Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

DI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT JATIUWUNG


PERIODE 26 OKTOBER-29 NOVEMBER
TAHUN 2021/2022

Disusun oleh:

1. Dea Putri Saharani (0043919471)


2. Ghina Lestari (0042714142)
3. Riksa Fitriani (0043110038)

SMK KESEHATAN YARSI MEDIKA


ASISTEN KEPERAWATAN – FARMASI KLINIS – TEKNOLOGI
LABOLATORIUM MEDIK
Jl. Aria Jaya Santika (Samping Puskesmas Pasir Nangka)
Tigaraksa-Banten Telp. (021) 91027703 Email: yarsimedika@gmail.com
LEMBARAN PENGESAHAN
Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Puskesmas Jatiuwung telah
dilaksanakan pada tanggal 26 oktober-29 november 2021. Laporan ini telah di setujui
Untuk memenuhi syarat penilaian Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Puskesmas
Jatiuwung.

Yang menyetujui:

Pembimbing PKM Jatiuwung, Pembimbing Sekolah,

(Budi Kadarusman, SKM,MKM) (Sista Herlina,Amd.Keb)

Mengetahui,
Kepala Sekolah
SMK Yarsi Medika

(Sampeno, S.Kom)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, Sehingga kami
dapat melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di instalasi Keperawatan
Puskesmas Jatiuwung dengan baik dan lancar.
Praktek Kerja Lapangan ini di selenggarakan dalam rangka memberi bekal
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam memberikan pelayanan di bidang
Keperawatan Puskesmas Jatiuwung kepada siswa/i serta meningkatkan kemampuan
dalam mengabdikan profesinya kepada masyarakat.
Alhamdulillah Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dapat dilaksanakan dengan
baik dan lancar tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini,
kami mengucapkan kepada :
1. Ibu DR. Ida Farida, S.kep,.M.Kes Selaku ketua yayasan SMK Yarsi medika.
2. Bapak Sampeno,S.Kom Selaku kepala SMK Yarsi medika.
3. Ibu Sista Herlina Amd.Keb Selaku pembimbing selama PKL berlangsung
dan kaprodi keperawatn SMK YARSI MEDIKA
4. Ibu dr. Melawati.s , Kepala puskesmas jatiuwung
5. Bapak Budi Kadarusman,SKM,MKM. Selaku Koordinator lapangan diklat
di PUSKESMAS JATIUWUNG yang telah memberikan pengarahan dan
membantu selama PKL berlangsung.
6. Bapak/ibu guru yang telah memberikan ilmu pengetahuan dengan ikhlas,
sabar dan penuh semangat.
7. Orang tua yang telah mendo’akan dan dukungan dari segi manapun.
8. Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu demi satu yang telah
membantu dalam pelaksanaan PKL.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu, segala saran dan kritikan demi kesempurnaan sangat kami harapkan. Semoga
laporan ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan dalam
peningkatan wawasan dalam perawatan Kesehatan.

Tangerang, November 2021

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAGA PENGESAHAN...............................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang (PKL).....................................................................................
B. Tujuan PKL....................................................................................................
C. Sistematika penulisan.....................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Pengertian (kasus)..........................................................................................
B. Etiologi...........................................................................................................
C. Gejala / manifestasi klinis.............................................................................
D. Komplikasi.....................................................................................................
E. Prosedur tindakan...........................................................................................
1. Definisi (tindakan)
2. Tujuan
3. Indikasi
4. Kontra indikasi
F. Format pencapaian........................................................................................
G. Target tindakan...............................................................................................
H. Target tidak tercapai.....................................................................................
I. Laporan kasus...............................................................................................
J. Perbandingan teori dan praktek....................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................
C. Daftarpustaka...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah menengah kejuruan (SMK) adalah salah satu institusi
pendidikan yang menyiapkan siswa/i siap pakai dalam bekerja, maka dari
itu kegiatan belajar dan praktek tidak hanya dilakukan di sekolah saja karna
di perlukannya pembelajaran di luar sekolah yang disebut dengan progam
praktek kerja lapangan (PKL).

  Praktek kerja lapangan adalah suatu bentuk pendidikan dengan cara


memberikan pengalaman belajar bagi siswa/i sekolah menengah kejuruan
(SMK) untuk berpartisipasi dengan tugas langsung di suatu lembaga yang telah
di tentukan oleh sekolah sesuai dengan kompetensi keahliannya.

  Maka, sekolah menengah kejuruan (SMK) keperawatan kesehatan


dituntut untuk dapat melakukan program praktek kerja lapangan di puskesmas
dan rumah sakit agar siswa/I nya dapat menerapkan ilmu pengetahuan
keterampilan dan sikap keperawatan sesuai dengan etika keperawatan serta
aturan – aturan keperawatan dalam bertugas.

   Dalam hal itu pula siswa/i di harapkan agar mengenal jenis penyakit dan
mengaplikasikan kebutuhan dasar manusia (KDM) sesuai dengan kurikulum
yang telah di tetapkan oleh pihak sekolah. Maka dalam program praktek kerja
lapangan ini siswa/i di tuntut untuk membuat sebuah laporan tentang salah satu
penyakit serta asuhan keperawatan yang di ambil berdasarkan fakta yang dikaji
pada saat melakukan program praktek kerja lapangan tersebut.

B. Tujuan PKL
1. Tujuan umum
a. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengenal dan
mengetahui tentang dunia keperawatan secara luas.
b. Menjadi media pengaplikasian dari pembelajaran yang diperoleh
dari sekolah untuk di terapkan di dunia keperawatan.
c. Meningkatkan hubungan kerjasama antara pihak sekolah dan
instansi terkait.
d. Memperoleh wawasan tentang dunia kesehatan terutama
keperawatan.
e. Dapat memahami konsep non akademis seperti etika kerja,
profesionalitas kerja, disiplin kerja.
f. Agar mampu mengenal jenis penyakit dan mengaplikasikan
kebutuhan dasar manusia (KDM).

2. Tujuan khusus
a. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mensosialisasikan
diri pada lingkungan kerja yang sebenarnya.
b. Untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan secara
langsung di lapangan.
c. Untuk mengetahui gambaran secara umum kegiatan kefarmasian di
Puskesmas dan dalam hal ini khususnya di Puskesmas Karang Jati.

C. Sistematika penulisan
Agar informasi yang di hasilkan terarah, maka untuk memperoleh
gambaran secara menyeluruh mengenai laporan praktek kerja lapangan ini, saya
menyusun secara sistematika. Sistematika penulisan akan dikemukakan,
sehingga tidak menyimpang dari segala sesuatu yang telah dikemukakan dalam
batasan masalah, penulisan membagi permasalahan yang akan disusun ke – 4
(empat) Bab yaitu :
Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang permasalahan, tujuan dan
sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Teori
Dalam bab ini menjelaskan mengenai kajia teori dan temuan study.
Meliputi Pengertian kasus dan prosedur tindakan.
Bab III Penutup
Dalam bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan laporan dan saran-saran yang
dapat dijadikan bahan masukan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Kusta
Kusta merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium leprae (Mansjoer, 2000) yang menyerang saraf tepi,
kulit, dan jaringan tubuh lainnya. Penyakit kusta dapat mengenai laki-
laki maupun perempuan di segala kelompok usia. Penderita kusta
adalah orang yang mempunyai satu atau lebih tanda pasti (cardinal
signs) dan belum pernah menyelesaikan pengobatan dengan multiple
drugs therapy (MDT) yang sesuai dengan klasifikasi penyakitnya.

B. Etiologi Kusta
Mycobacterium leprae merupakan hasil tahan asam (BTA) yang
bersifat obligat intraseluler, menyerang saraf perifer, kulit, dan organ
lain seperti mukosa saluran napas bagian atas, hati, sumsum tulang,
kecuali susunan saraf pusat. Masa replikasi (membelah diri)
Mycobacterium leprae adalah 12-21 hari, dan masa tunasnya antara 40
hari dan 40 tahun. Kuman kusta berbentuk batang dengan ukuran
panjang 1-8 µm dan lebar 0,2-0,5 µm, biasanya berkelompok dan ada
pula yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel dan BTA.

Penyakit kusta menular langsung dari penderita kusta yang tidak


berobat. Cara penularan penyakit belum sepenuhnya diketahui, tetapi
sebagian besar ahli berpendapat bahwa penyakit kusta ditularkan
melalui droplet (percikan ludah), dan hanya jika berkontak erat dan
lama. Individu dari kalangan tidak mampu atau miskin lebih rentan
mengidap penyakit kusta sebab penyakit ini terkait langsung dengan
status gizi dan kekuatan daya tahan tubuh. Masa perkembangbiakan
bakteri mencapai 2-3 minggu dan masa inkubasinyamemakan waktu
lama, yakni 3-5 tahun. Penderita yang sudah mendapar satu dosis
pengobatan MDT tidak lagi menularkan penyakit.
C. Gejala / manifestasi klinis kusta
Tanda penyakit kusta menurut Cahyati (2010) mencakup tanda
pasti dan tanda lain.
1. Tanda pasti
a. Terdapat bercak putih atau kemerahan pada kulit yang disertai
dengan rasa kebas yang jelas.
b. Penebalan saraf tapi disertai kelainan fungsi berupa kebas atau
kelemahan pada otot tangan, kaki, atau mata.
c. Pemeriksaan korekan kulit menunjukan BTA positif.

2. Tanda lain
a. Kulit tampak seperti mengalami alergi, tetapi tidak gatal dan
tidak timbul secara mendadak.
b. Kulit terasa tebal dan terdapat benjolan seperti jerawat batu
tetapi tidak terasa sakit, lebih sering pada wajah atau daun
telinga.

D. Komplikasi
Berikut ini komplikasi yang dialami penderita kusta yaitu :
1. Menyerang ekstremitas
Yang paling diserang yaitu pada saraf ulnaris dan mengakibatkan
jari keempat dan kelima seperti mencakar yang diakibatkan oleh
kehilangan dari fungsi otot. Pada saraf medianus apabila terinfeksi
maka akan menyebabkan kelumpuhan pada jari tangan.
2. Hidung
Apabila pada hidung terinfeksi oleh bakteri maka akan
menyebabkan perdarahan, dan apabila tidak segera diobati akan
merusak tulang rawan dan sampai kehilangan hidungnya.
3. Indera penglihatan
Apabila penglihatan terinfeksi akan mengalami gangguan
penglihatan seperti buram dan terjadi keruh pada cairan mata, juga
dapat menyerang bagian saraf penglihatan dan dapat mengalami
kebutaan.
4. Testis
Apabila testis diserang maka dapat menyebabkan terjadinya infeksi
pada salurannya, dan jika tidak dilakukan terapi maka akan terjadi
kerusakan yang permanen.
E. Jenis Jenis Kusta
1. Kusta kering (pausibasiler, PB)
Jika seseorang mempunyai daya tahan tubuh yang masih mampu
melawan mycobasterium leprae, bakteri tidak sempat
memperbanyak diri terlalu banyak dan disebut “pausibasiler”
(sedikit bakteri) atau golongan PB. Secara klinis, seseorang
diklasifikasikan sebagai penderita kusta golongan PB apabila:
a. Mempunyai 1-5 bercak saja pada kulitnya. Bercak itu mirip
panu, tetapi tidak gatal, malah tidak terasa jika di sentuh. Tidak
ada saraf yang baal atau terganggu, dan BTA negative.
b. Atau mempunyai 1-3 bercak pada kulitnya dan maksimal satu
saraf yang baal atau fungsinya terganggu.

2. Kusta basah (multibasiler, MB)


Jika daya tahan tubuh individu tidak mampu melawan serangan
Mycobacterium leprae, sama sekali, bakteri itu akan sempat
berkembang baik dengan bebas sampai mencapai jumlah yang
sangat banyak. Individu tersebut disebut “multibasiler” (banyak
bakteri) atau masuk golongan MB. Secara klinis, seseorang
diklasifikasikan sebagai penderita MB jika mempunyai salah satu
ataupun kombinasi dari tanda berikut:
a. Lebih dari 5 bercak di kulit yang mirip panu, tetapi tidak gatal.
Semakin banyak bercak, semakin tidak terganggu perasaannya.
b. Lebih dari 3 bercak di kulit, jika sertai satu saraf yang baal atau
fungsinya terganggu.
c. Lebih dari 1 saraf yang baal ataupun fungsinya terganggu.
d. Kelainan kulit mirip alergi, tetapi tidak mendadak dan juga tidak
gatal.
e. Infiltart (penebalan/pembengkakan serta kemerahan) pada kulit,
terutama wajah dan daun telinga, yang tidak gatal atau sakit.
f. Benjol-benjolan seperti jerawat batu, tetapi tidak sakit dan tidak
gatal.
g. Bakteri tahan asam (BTA) positif dengan tidak mengidah-kan
tanda klinis.

F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan  Bakteriologis
Ketentuan pengambilan sediaan adalah sebagai berikut :
1. Sediaan di ambil dari kelainan kulit yang paling aktiF.
2. Kulit muka sebaiknya di hindari karena alasan kosmetik, kecuali
tidak di temukan lesi di tempat lain.
3. Pemeriksaan ulangan di lakukan pada lesi kulit yang sama dan bila
perlu di tambah dengan lesi kulit yang baru timbul.
4. Lokasi pengambilan sediaan apus untuk
pemeriksaan mikobekterium leprae adalah :
1. Cuping telinga kiri atau kanan
2. 2-4 lesi kulit yang aktif di tempat lain.
3. Sediaan dari selaput lendir hidung sebaiknya di hindari karena :
4. Tidak menyenangkan pasien
5. Positif palsu karna ada mikobakterium lain :
a. Tidak mikobakterium leprae  pernah di temukan pada selaput
lendir hidung  apabila sediaan apus kulit negetif
b. Pada pengobatan, pemeriksaan bakterioskopis selaput lendir
hidung lebih dahulu negative dari pada sediaan kulit di
tempat lain.
c. Indikasi Pengambilan Sediaan Apus Kulit :
1. Semua orang yang di curigai menderita kusta.
2. Semua pasien baru yang di diagnosis secara klinis
sebagai pasien kusta.
3. Semua pasien kusta yang di duga kambuh ( relaps ) atau
karna tersangka kuman resisten terhadap obat
4. Semua pasien MB setia satu tahun sekali
5. Pemeriksaan bakteriologis di lakukan dengan pewarnaan
tahan asam, yaitu ziehl neelsen atau kinyoun gabelt.

G. Prosedur Tindakan
1. Definisi pengobatan MDT
Multy Drug Teraphy (MDT) adalah kombinasi dari 2 atau
lebih obat antikusta, salah satunya adalah rifampisin yang berperan
sebagai anti kusta yang bersifat bakterisidal kuat
sedangkan obat anti kusta lain bersifat bakteriostatik (Kementrian
Kesehatan RI, 2012).
2. Tujuan
Melalui pengobatan, penderita di berikan obat-obat yang
membunuh kuman kusta dengan demikian pengobatan akan
memutuskan matarantai penularan, menyembuhkan penyakit
penderita, mencegah terjadi cacat atau mencegah bertambahnya
cacat yang sudah ada sebelum pengobatan.

3. Indikasi
Regimen MDT yang di anjurkan WHO adalah
1. Penderita Pauci Baciler (PB)
Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa:
a. Rifampisin 600 Mg/bulan di minum di depan petugas.
b. DDS tablet 100 Mg/hari di minum di rumah
Pengobatan 6 dosis di selesaikan dalam 6-9 bulan dan
setelah selesai minum 6 dosis di nyatakan RFT meskipun
secara klinis lesinya masih aktif. Menurut WHO (1995)
tidak lagi di nyatakan RFT tetapi menggunakan istilah
completionof trentment cure dan pasien tidak lagi dalam
pengawasan.
2. Penderita Multi Baciler (MB)
Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa:
a. Rifampisin 600 Mg/bulan di minum di depan petugas
b. Klofazimin 300 Mg/bulan di minum di depan petugas di
lanjutkan dengan klofazimin 50 Mg/hari di minum di
rumah.
c. DDS 100 Mg/hari di minum di rumah

Dosis untuk anak-anak:


a. Klofazimin:
1. Umur di bawah 10 tahun
a. Bulanan 100 Mg/bulan
b. Harian 50 Mg 2 kali/minggu
2. Umur 11-14 tahun
a. Bulanan 100 Mg/bulan
b. Harian 50 Mg 3 kali/minggu
c. DDS 1-2 Mg/kg BB.
4. Kontra Indikasi
a. Klofazimin
1. Pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal
2. Wanita hamil trimester pertama
3. Pasien yang hipersensitif terhadap klofazimin
b. Rifampisin
1. Pasien yang mempunyai gangguan fungsi hati dan telah
dinyatakan oleh dokternya tidak dapat mengkonsumsi
rifampisin
2. Pasien yang alerg atau hipersensiif terhadap rifampisin
maupun seluruh komponenya.
3. Pasien penderita porfiria dan jaundice
c. Dapsone
1. Pasien yang alergi atau hipersensitif terhadap dapsone.

H. Format Pencapaian
3.1
Pencapaian Target

No Kompetensi Target Target Pencapaian


1. Pemeriksaan tekanan darah 100 x
2. Pemeriksaan suhu 100 x
3. Pemeriksaan denyut nadi 100 x
4. Pemeriksaan frekuensi pernafasan 100 x
5. Bad making terbuka 10 x -
6. Bad making dengan pasien 5x -
7. Oral hygine 8x -
8. Merawat rambut 5x -
9. Merawat kuku 4x -
10. Vulva hygiene 2x -
11. Penis hygiene 2x -
12. Memandikan pasien 10 x -
13. Pemberian terapi oksigen 5x -
14. Batuk efektif 1x -
15. Pemberian nutrisi melalui oral 5x -
16. Pemberian obat melalui oral 5x -
17. Berkomunikasi denganteman 5x

sejawat (perawat/dokter/bidan)
18. Berkomunikasi dengan klien 5x
19. Memberikan penyuluhan/ iformasi 2x

mengenai kesehatan
20. Mencatat informasi data pasien 10 x
21. Membacastatu kesehatan klien 10 x
22. Mendokumentasikan hasil 5x

pemeriksaan atau tindakan


Sumber : buku target siswa

I. Target Tambahan

3.2
Target Tambahan

No Kompetensi Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14. Tindakan pemeriksaan benjolan diluka jahitan 1x
(apendisitis)
16. Mengoplos obat campak 1x
Sumber : buku target siswa

J. Target Tidak Tercapai

3.3
Target Tidak Tercapai

No. Kompetensi Alasan


1. Pemeriksaan Frekuensi Karena di
Pernapasan Puskesmas tidak
di butuhkan
prosedur ini.
2. Bed Making Terbuka Karena di
puskesmas tidak
terdapat rawat
inap.
3. Bed Making Dengan Pasien Karena di
puskesmas tidak
terdapat rawat
inap.
4. Oral Hygiene Karena di
Puskesmas tidak
di butuhkan
prosedur ini.
5. Merawat Kuku Karena di
Puskesmas tidak
di butuhkan
prosedur ini.
6. Vulva Hygiene Karena tidak ada
pasien yang
membutuhkan
prosedur ini.
7. Penis Hygiene Karena tidak ada
pasien yang
membutuhkan
prosedur ini.
8. Memandikan Pasien Karena di
puskesmas tidak
terdapat rawat
inap.
9. Pemberian Terapi Oksigen Karena tidak ada
pasien yang
membutuhkan
prosedur ini.
10. Batuk Efektif Karena tidak ada
pasien yang
membutuhkan
prosedur ini.
11. Pemberian Nutrisi Melalui Oral Karena tidak ada
pasien yang
membutuhkan
prosedur ini.
12. Pemberian Obat Melalui Oral Dilakukan hanya
1x, karena tidak
banyak pasien
yang
membutuhan
prosedur ini.
13. Memberikan
penyuluhan/informasi mengenai
kesehatan
K. Laporan Kasus
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Usia : 46 thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Kp. Ledug Rt 001 Rw
002 Kel. Alam Jaya Kec. Jatiuwung
Tanggal dan jam masuk puskemas :28-10-2021 08:54:02
Dx Medis : Kusta kering
(pausibasiler, PB)
Definisi : Kusta
atau lepra adalah penyakit infeksi bakteri kronis yang menyerang
jaringan kulit, saraf tepi, serta saluran pernapasan. Kusta atau lepra
dikenal juga dengan nama penyakit Hansen atau Morbus Hansen.

II. Data Fokus


1) Keluhan utama : Terdapat bercak di
badan dan tangan.
2) Riwayat penyakit sekarang : Tn. M mengatakan
bercak tersebut terasa kebas, namun tidak gatal.
3) Riwayat penyakit dahulu :-
4) Pemeriksaan ttv
a. Suhu : 36,5°C
b. RR :-
c. Nadi : 81x/menit
d. TD : 121/76 MmHg
5) Kesadaran/GCS : Compos Mentis
6) Inspeksi :

III. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


Ds : Tn. M mengatakan Disebabkan oleh Kusta Kering
terdapat bercak infeksi (Pausibasiler)
berwarna putih di area Mycobacterium
tangan dan badan, leprae. Kondisi ini
disertai rasa kebas. terutama
memengaruhi
Do : - Pasien tinggal di kulit, mata,
lingkungan yang sedikit hidung, dan saraf
kotor. perifer.
- Suhu: 36,5°C
- Nadi: 81
- Td: 121/76

Tindakan Keperawatan (Berdasarkan Target)


Tindakan Keperawatan : Pemberian Obat melalui oral
Tujuan :
a. Memudahkan dalam pemberian
b. Mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek
terapi dari jenis obat
Peralatan :
a. Daftar buku obat / catatan dan jadwal
pemberian obat
b. Obat yang diperlukan
c. Air mineral / air minum
Evaluasi : Setelah melakukan prosedur pemberian
Dengan tujuan agar penyakit tidak menular.

L. Perbandingan Teori dan Praktek

Teori Praktek
PERSIAPAN ALAT : PERSIAPAN ALAT :
1. Daftar buku obat/catatan, jadwal 1. Daftar buku obat/catatan, jadwal
pemberian obat pemberian obat
2. Obat-obat yang di perlukan 2. Obat yang di perlukan
3. Sendok takaran 3. Air minum
4. Cup obat sekali pakai TAHAP KERJA :
5. Segelas air minum 1. Siapkan obat yang akan di minum
6. Tissue 2. Sediakan air minum
7. Sedotan untuk minum 3. Membuka kemasan obat dengan
8. Penumbuk obat bila diperlukan steril.
9. Bengkok 4. Berikan obat kepada pasien
10. Sampiran 5. Mencatat jadwal pemberian obat
TAHAP KERJA :
1. Mendekatkan alat ke pasien
2. Mencuci tangan
3. Jaga privasi pasien
4. Baca obat dengan 6 prinsip yaitu:
tepat obat, tepat pasien, tepat dosis,
tepat waktu, tepat jalur pemberian, tepat
pencatatan
5. Berikan obat pada pasien dengan
mengatur posisi terlebih dahulu (duduk)
apabila memungkinkan dan dalam
posisi tateral untuk mempermudah
proses penelanan.
6. Menyiapkan obat dengan benar
berdasarkan instruksi pengobatan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami simpulkan dari data – data tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Puskesmas jatiuwung memiliki lokasi yang cukup strategis dan mudah dijangkau
dilingkungan masyarakat, selain itu Puskesmas jatiuwung memiliki dokter,
perawat dan tenaga medis lainnya yang sudah berpengalaman.
2. Puskesmas jatiuwung mempunyai fasilitas yang cukup baik
3. Pelayanan Puskesmas jatiuwung non rawat inap tetapi untuk UGD 24 jam dan
berjalan dengan baik, para karyawan bersikap baik, ramah terhadap pasien dan
pelayanan kesehatan yang dilakukan secara cepat dan tepat.

B. Saran
Ada beberapa saran yang kami sampaikan untuk puskesmas jatiuwung antara
lain sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan pelayanan dan kesehatan maka perlu kedisiplinan karyawan
dan tenaga medis
2. Menjaga kebersihan lingkungan dan keamanan
3. Melengkapi dan memperbaiki sarana dan prasarana yang rusak danyang tidak ada
DAFTAR PUSTAKA

(Yuni Asri, S.Kep., Ns., M.Kes) Buku Dasar-Dasar Penyakit Penerbit buku

kedokteran ECG materi tentang penyakit Kusta.

Buku target siswa SMK Yarsi Medika

Anda mungkin juga menyukai