RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
A. TEORI
A.1 Pengertian RJP (Resusitasi Jantung dan Paru-paru)
Resusitasi jantung paru-paru atau CPR adalah tindakan pertolongan
pertama pada orang yang mengalami henti napas karena sebab-sebab tertentu.
Resusitasi jantung paru (RJP) ini bertujuan untuk membuka kembali jalan napas
yang menyempit atau tertutup total. Pertolongan seperti ini sangat dibutuhkan
bagi orang tenggelam, terkena serangan jantung, sesak napas karena syok akibat
kecelakaan, terjatuh, dan sebagainya. Kematian biologis dimana kerusakan otak
tak dapat diperbaiki lagi, dapat terjadi dalam 4 menit setelah kematian klinis.
Oleh Karena itu, berhasil atau tidaknya tindakan RJP tergantung cepatnya
dilakukan tindakan dan tepatnya teknik yang dilakukan.
Teknik melakukan RJP menurut AHA (2015) sebagai berikut :
1. Penolong diminta untuk memulai kompresi dada sebelum memberikan
napas buatan (C-A-B, bukan A-B-C) agar dapat mengurangi penundaan
kompresi pertama. Satu penolong harus memulai CPR dengan 30 kompresi
dada yang diikuti dengan 2 napas buatan.
2. Kecepatan kompresi dada yang disarankan adalah 100 hingga 120 x /min
(diperbarui dari minimum 100/min)
3. Kecepatan kompresi dada : Rekomendasi yang diklarifikasi
untukkedalaman kompresi dada pada orang dewasa adalah minimum 2 inci
(5 cm), namun tidak lebih besar dari 2,4 inci (6 cm).
4. Penolong tidak terlatih harus memberikan CPR hanya kompresi (Hands-
Only) dengan atau tanpa panduan operator untuk korban serangan jantung
dewasa. Penolong harus melanjutkan CPR hanya kompresi hinggapenolong
(tim medis) tiba.
5. Semua penolong tidak terlatih, pada tingkat minimum, harus memberikan
kompresi dada untuk korban serangan jantung. Selain itu, jika penolong
terlatih mampu melakukan napas buatan, ia harus menambahkan napas
buatan dalam rasio 30 kompresi berbanding 2 napas buatan.
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
Gambar 2. RJP
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
Jika penderita henti nafas, tetapi nadi masih terdeteksi, maka penolong
memberikan bantuan nafas saja. Kandungan oksigen di udara bebas kurang lebih
21%. Proses bernafas manusia hanya memanfaatkan sekitar 5% saja, yang berarti
udara yang kita keluarkan masih mengandung sebanyak kira-kira 16% oksigen.
Udara ini dapat diberikan kepada penderita yang mengalami henti nafas sampai ada
sumber oksigen yang lebih tinggi kandungannya. Ada beberapa teknik yang
digunakan untuk memberikan bantuan pernafasan adalah:
a. Menggunakan mulut penolong
- Mulut ke masker RJP
- Mulut ke APD
- Mulut ke mulut / hidung
b. Menggunakan alat bantu
- Kantung bermasker berkatub (bag value mask)
Pemberian nafas bantuan tetap harus diawali penilaian penderita setelah Circulation
teratasi
1. Penilaian penderita termasuk pembukaan jalan nafas penderita
2. Pemberian 2x bantuan nafas untuk nafas untuk melihat apakah ada sumbatan
dalam jalan nafas
3. Jika nafas yang diberikan menghembus balik ke penolong, maka diduga ada
sumbatan, jika benda yang menyumbat jalan nafas terlihat, gunakan sapuan jari.
Tetapi jika tidak terlihat gunakan Heimlich Manuever.
4. Apabila benda penyumbat sudah keluar, maka beri bantuan nafas 10-12 kali
nafas (dewasa).
5. Lakukan terus, sampai muncul nafas normal.
Bahaya bagi penolong yang melakukan bantuan pernafasan dari mulut ke
mulut yaitu seperti penyebaran penyakit, kontaminasi bahan kimia, muntahan
penderita.
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
4. Posisikan kepalan tangan mu diatas tanganmu yang berada diatas pusar korban
dan lepaskan 3 jari ketika menempatkan kepalan tangan mu di posisi itu. Arahkan
korban ke depan dan tutup kepalan tanganmu dengan tanganmu satunya.
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
B. KATEGORI ALAT
Alat-alat yang digunakan antara lain :
1. Jam tangan dengan penunjuk detik yang jelas atau stopwatch
2. Senter kecil
3. Stetoskop
4. Tensimeter atau stigmomanometer
5. Termometer badan
6. Sarung tangan latex
7. Es batu
8. Alat tulis untuk mencatat
C. PERALATAN DAN BAHAN HABIS
Tabel 1. Daftar Peralatan
No Nama Peralatan Kode Spesifikasi Jumlah Satuan
1 Alat tulis P3K/AT/01
2. Jam P3K/JTS/01 1 Buah
Tangan/Stopwatch
3. Senter Kecil P3K/SK/01 1 Buah
4. Stetoskop P3K/STK/01 1 Buah
5. Tensimeter P3K/TSM/01 1 Buah
6. Termometer Badan P3K/TMB/01 1 Buah
7. Sarung Tangan P3K/STL/01 1 Pasang
Latex
D. PERLENGKAPAN
Perlengkapan wajib digunakan :
1. Baju Bengkel/ Baju Praktikum
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
E. DESKRIPSI PERALATAN
Stopwatch Tensimeter & Stetoskop
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
H. ASPEK LINGKUNGAN
1. Membuang limbah sisa praktek/praktikum pada tempat yang telah disediakan
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
A : Awas
S : Suara
N : Nyeri
v
T : Tidak respon
Alasan : karena tidak memberi respon apapun
Kesimpulan sementara : penderita tidak sadar
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
BREATHING
Cara melihat ada / tidaknya nafas :
- Dilihat naik turunnya dada penderita
- Didengar ada/tidaknyahembusan dan tarikan nafas
- Dirasa ada/tidaknya hembusan nafas
v
Nafas penderita : ada tidak
C. PEMERIKSAAN FISIK
Setelah melakukan penilaian dini, maka dilakukan pemeriksaan fisik
yang berurutan meliputi seluruh tubuh penderita mulai dari ujung kepala
sampai ujung kaki. Pemeriksan ini melibatkan panca indera meliputi
penglihatan (inspeksi), perabaan (palpasi), dan pendengaran (auskultasi).
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik maka dapat diketahui P – L – N – B
yaitu perubahan bentuk, luka terbuka, nyeri tekan, dan bengkak. Namun
pada kasus ini penderita hanya mengalami sedikit pembengkakakan pada
dahi penderita yang dikarenakan tersandung tali sepatsunya sendiri dan
dahi penderita terbentur lantai juga sedikit keunguan. Untuk pemeriksaan
vital pada kasus ini yaitu pada denyut nadi setelah penderita mulai sadar
yaitu 60x per menit, frekuensi pernafasan yaitu 18x per menit, tekanan
darah normal sistole 80mmHg dengan diastole 80mmHg, suhu tubuh
penderita 350 C dan pada kasus ini kulit penderita pucat karena telah
mengalami tidak bisa bernafas.
Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaa seluruh anggota badan
penderita yang dilakukan berurutan mulai dari ujung rambut s/d ujung
kaki. Pemeriksaan fisik ini dilakukan dengan pengelihattan (inspeksi),
perabaan (palpasi) dan pendengaran (aukultasi). Pada penderita
traumaharus dicari :
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
P L N B
Gambaran umum : tidak terjadi perubahan fisik
Mulut
P L N B
Gambaran umum : tidak terjadi perubahan fisik
Mata
P L N B
Gambaran umum : tidak terjadi perubahan fisik
C.2. Leher
P L N B
Gambaran umum : tidak terjadi perubahan fisik
C.3. Dada
P L N B
Gambaran umum : tidak terjadi perubahan fisik
C.4. Perut
P L N B
Gambaran umum : tidak terjadi perubahan fisik
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
C.5. Punggung
P L N B
Gambaran umum : tidak terjadi perubahan fisik
C.6. Panggul
P L N B
Gambaran umum : tidak terjadi perubahan fisik
C.7. Extremitas atas dan bawah
Tangan
P L N B
Gambaran umum : tidak terjadi perubahan fisik
Kaki
v
P L N B
Gambaran umum : tidak terjadi perubahan fisik
C.8. PENGUKURAN TANDA VITAL
Pemeriksaan ini dilakukan setelah penderita mulai sadar setelah
dilakukan RJP 2 siklus.
Denyut nadi : 60 kali/menit
Frekuensi nafas : 18 kali/menit
Suhu badan : 350C
Tekanan darah
Sistolik : 80 mmHg
Diastolik : 80 mmHg
Cara mengukur tekanan darah:
1. Kencangkan klep pada transmiter
2. Lilitkan manset sampai menutupi Lilitkan manset
sampaimenutupi setengah lengan atas 2,5 cm di atas siku.
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
9. Penatalaksanaan
Penolong tidak memerlukan sarung tangan saat melakukan
pertolongan terhadap penderita namun apabila pebolong
menggunakan juga lebih baik karena itu adalah salahsatu APD
saat melakukan pertologan, meskipun penderita tidak
mengeluarkan body liquit ketika penolong selesai menangani
penderita maka harus tetap mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir karena hal itu di anjurkan bagi penolong. Tidak ada
permukaan yang terkena cairan dan semua perlakuan telah dicatat
pada catatan medis.
10. Perkembangan lain yang dianggap penting.
Perkembangan lain yang dianggap penting adalah CAB korban
apakah sudah benar-benar baik dan kembali normal.
3.3 Studi Kasus 2
Pak Dono tersedak bakso di ruang kerjanya. Beliau adalah pria
berumur 56 tahun dan cukup gemuk. Kejadian diketahui sore hari ketika
pergantian shift pekerja. Tidak ada saksi mata ketika itu, penolong satu
ruangan dengan Pak Dono. Meja kursi Pak Dono ada di pojok ruangan
dengan posisi menghadap ke keluar. Ruangan kerjanya ada dilantai dua.
3.4 Langkah Percobaan 2
A. PENILAIAN KEADAAN
Kondisi saat itu, ramai pegawai yang datang dan pergi. Diketahui
korban makan semangkuk bakso sambil menonton video di komputer
kantor. Kemungkinan, korban akan tertawa namun masih ada makanan
dimulutnya sehingga tersedak. Korban sempat berteriak dan terbatuk lalu
pingsan dikursinya, karena kesulitan berdiri. Penanganan awal, penolong
memanggil bantuan dari pekerja yang ada. Kemudian memindahkan Pak
Dono pada posisi yang dapat dilakukan penyelamatan dan memanggil
tenaga medis perusahaan.
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
B. PENILAIAN DINI
Sebagai saksi, sesuai kronologi kejadian. Diduga korban
mengalami kasus medis. Korban dalam keadaan tidak respon. Denyut nadi
carotis masih ada. Dilakukan sapuan jari mengeluarkan benda-benda
penyumbat. Kemudian melakukan head tilt chin lift untuk memudahkan
jalur napasnya. Diberikan dua napas buatan namun paru-paru tidak
mengembang. Diduga ada makanan yang menyumbat di jalur napas.
Denyut nadi masih ada. Maka dilakukan manuever hemlich sebanyak 5
kali. Diperiksa bagian dalam mulut terlihat ada yang menutupi tapi tidak
terjangkau. Kemudian diperiksa denyut nadi telah hilang. Maka dilakukan
RJP sebanyak satu siklus. Benda penghalang dapat diambil. Nadi karotis
belum terasa. Lalu dilakukan tidak sampai satu siklus RJP. Kemudian
korban terbatuk-batuk keras. Respon korban menjadi awas.
C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Hasil pemeriksaan fisik kasus taruma meliputi:
1. Perubahan bentuk (P)
Tidak ada
2. Luka terbuka (L)
Tidak ada
3. Nyeri tekan (N)
Tidak ada
4. Bengkak (B)
Tidak ada
b. Hasil Pengukuran Tanda Vital
1. Denyut Nadi : 44 kali/menit
2. Frekuensi Napas : 12 kali/menit
o
3. Suhu Badan : 35 C
4. Tekanan Darah : Sistolik 90 mmHg/ Diastolik 50 mmHg
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
D. RIWAYAT PENDERITA
Hasil wawancara dengan korban terkait :
1. Keluhan utama
Rasa sakit pada tenggorokan.
2. Obat-obatan yang dikonsumsi
Korban mengonsumsi obat diabetes.
3. Makanan dan minuman terakhir
Makan terakhir korban adalah semangkuk bakso.
4. Penyakit yang diderita
Diabetes.
5. Alergi yang dimiliki
Korban tidak memiliki alergi tertentu.
6. Kejadian
Korban mengaku akan tertawa ketika masih meng uyah makanan.
E. Pemeriksaan Berkala
Pemeriksaan berkala dilakukan selama menunggu tenaga medis
perusahaan, kondisi vital korban semakin membaik, namun pernapasan
masih terganggu.
F. Pelaporan
Laporan diberikan pada petugas medis perusahaan, meliputi :
1. Umur : 56 Tahun
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Keluhan Utama : Rasa sakit pada tenggorokan.
4. Tingkat Respon : Tidak Respon kemudian Awas
5. Keadaan Jalan Napas : Open
6. Pernapasan : Lemah
7. Sirkulasi : Baik
8. Pemeriksaan Fisik yang Penting
Tidak ada bagian fisik yang penting.
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
A = Awas N = Nyeri
v
B = Suara T = Tidak respon
Alasan :
Karena tidak terdapat respon (nadi dan nafas tidak ada)
B.3 Memeriksa peredaran darah (Circulation) , pernafasan (Breathing),
jalan nafas ( Airway ) , CBA
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
CIRCULATION
Sirkulasi yaitu dengan mengecek nadi carotis, dan setelah
mengecek nadi ternyata didapati nadi tidak ada. Selanjutnya melakukan
RJP karena tidak ada respon, nafas, yang pertama dilakukan adalah
memposisikan korban pada posisi telentang, dan membuka pakaian
disekitar dada korban, menentukan titik pijatan, dan RJP dilakukan
sebanyak 30 : 2 x 5 yaitu dalam satu siklus terdapat 150 kali pijatan dan
jantung dan 10 kali bantuan nafas. Dan RJP dilakukan sebanyak 2 siklus
(karena nadi ada setelah dilakukan 2 kali siklus).
BREATHING
Setelah melakukan RJP, nadi korban sudah berdenyut tetapi belum
ada nafas. Langkah selanjutnya adalah memberikan nafas buatan selama
10-12 kali permenit. Sambil memeriksa nadi karotis serta nafas setiap dua
atau tiga menit kemudian. Nafas buatan dilakukan sebanyak 22 kali
karena nafas korban ada setelah bantuan nafas ke 22, dan terdapat nadi
karotis nya.
AIRWAY
Airway penderita terdapat sumbatan batagor dan sumbatan
tersebut tidak terlihat sehingga perlu melakukan hemlich manuver dengan
posisi korban telentang (karena korban tidak respon) dan memastikan
tidak ada benda yang menghalangi saat melakukan pertolongan hemlich
manuver seperti jam tangan dan benda-benda lainnya dan saat sumbatan
sudah terlihat maka melakukan sapuan jari sampai sumbatan tersebut bisa
dikeluarkan.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan seluruh anggota badan
penderita yang dilakukan berurutan mulai dari ujung rambut s/d ujung
kaki. Pemeriksaan fisik ini dilakukan dengan penglihatan (inspeksi) ,
perabaan (palpasi) , dan pendengaran (auskultasi).
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
P L N B
Gambaran Umum :.tidak terjadi masalah pada kepala (aman)
Hidung dan Telinga
P L N B
Gambaran Umum :tidak terjadi msalah pada hidung dan telinga
(aman)
Mulut
P L N B
Gambaran Umum :. tidak terjadi msalah pada mulut (aman)
Mata
P L N B
Gambaran Umum : tidak terjadi msalah pada hidung dan telinga
(aman)
C.2 LEHER
P L N B
Gambaran Umum : tidak terjadi masalah pada leher
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
C.3 DADA
P L N B
Gambaran Umum : tidak terjadi msalah pada hidung dan telinga (aman)
C.4 PERUT
P L N B
Gambaran Umum : tidak terjadi msalah pada hidung dan telinga (aman).
C.5 PUNGGUNG
P L N B
Gambaran Umum : tidak terjadi masalah pada punggung (aman)
C.6 PANGGUL
P L N B
Gambaran Umum : tidak terjadi msalah pada panggul (aman)
C.7 EXREMITAS ATAS DAN BAWAH
Tangan
V
P L N B
Gambaran Umum :.karena terdapat luka bakar pada tangan
Kaki
P L N B
Gambaran Umum : tidak terjadi msalah pada kaki (aman)
C. 8 PENGUKURAN TANDA VITAL
Denyut nadi :52 kali/menit
Frekuensi nafas : 17 kali/menit
Suhu badan : 36 0C
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
Tekanan Darah
Sistolik : 160 mmHg
Diastolik : 60.mmHg
D. RIWAYAT PENDERITA
Selain penilaian seperti yang disebutkan di atas, tetap harus dilakukan
wawancara terhadap penderita jika memungkinkan. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui penyebab atau pencetus suatu kejadian, mekanisme
kejadian, atau perjalanan suatu penyakit. Wawancara ini dapat dilakukan
dengan penderita, keluarga atau saksi mata. Hal-hal yang perlu ditanyakan
dalam wawancara adalah:
1. Keluhan utama (gejala dan tanda) : Tersedak (muka kebiruan0 tidak
sadarkan diri
2. Obat-obatan yang diminum : -
3. Makanan/minuman terakhir : Batagor
4. Penyakit yang diderita : -
5. Alergi yang dialami : -
6. Kejadian : tersedak batagor ketika praktikum mengelas, yang
menyebabkan kecelakaan (terkena luka bakar pada tangan)
E. EVALUASI ULANG KONDISI KORBAN
Pemeriksaan berkala dilakukan kembali dengan mengulang
pemeriksaan dari awal atau mencari hal yang terlewati. Setelah dilakukan
RJP denyut nadi dan nafas yang awalnya tidak ada, berubah menjadi
sebagai berikut:
Nafas : 17kali/menit
Nadi ; 52 kali / menit
Suhu : -
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
J. ASSESSMENT
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
No Kriteria Keterangan
paling bawah
Menentukan titik pijatan
Memposisikan tangan dan
bahu
Memberikan 24x bantuan
napas selama 2 menit, bila C
dan A sudah clear, tapi B
belum spontan
Berdirilah di belakang korban
dengan posisi memeluk
Pasang kuda-kuda kaki
Menekan titik pijatan di
tulang taju pedang dengan 2
tangan, tangan terkepal salah
satu, dengan posisi jempol
masuk ke dalam
Bila penderita hamil dan
kegemukan, dorongan tangan
dilakukan di dada
Dorongan ke dalam dan atas
sampai sumbatan keluar atau
korban pingsan
7 Choking Tidak Sadar Baringkan di tempat yang
rata dan aman
Memposisikan diri duduk di
lutut korban menghadap ke
atas
Melakukan dorongan ke
dalam dan ke atas di bawah
tulang taju pedang
Bila penderita hamil dan
kegemukan, dorongan tangan
dilakukan di dada
Melakukan sapuan jari
Ulangi terus sampai sumbatan
keluar, dan melakukan cek
nadi carotis berkala
8 Choking bayi Jika Bayi posisikan dipeluk
tertelungkup di pangkuan dan
dilakukan backbow 5x
dengan posisi kepala bayi ke
bawah
9 Choking anak Jika Bayi posisikan berbaring
telungkup di pangkuan dan
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
No Kriteria Keterangan
dilakukan backbow 5x
dengan posisi kepala anak ke
bawah
10 Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan kepala
P-L-N-B Pemeriksaan leher
Pemeriksaan batang tubuh
Pemeriksaan anggota gerak
atas
Gerakan Sirkulasi Sensasi
Pemeriksaan Anggota gerah
bawah
Gerakan Sirkulasi Sensasi
TTV Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
Warna Kulit
11 Riwayat Penderita Keluhan Utama
KOMPAK Obat-obatan
Makanan dan Minuman
Penyakit yg diderita
Alergi
Kejadian
12 Pemeriksaan Berkala Tiap 5-15 menit sesuai
kondisi korban
13 Pelaporan Sesuai kartu penderita
14 Kerjasama Tim
15 waktu Maksimal 10 menit
TOTAL
Nilai
0 = Tidak Melakukan
3 = Melakukan tidak urut tidak lengkap
5 = Melakukan urut tapi tidak lengkap
9 = Sempurna
Penilaian cukup dicentang dari tiap item nomor, baru diberi nilai, kemudian ditotal dan dibagi 15
RJP IK.L.E.0001
RESUSITASI JANTUNG PARU
Elemen Kompetensi:
1. Mempersiapkan pengelolaan P3K
2. Melaksanakan pengelolaan P3K
Elemen Kompetensi:
1. Merencanakan pelaksanaan tanggap darurat di tempat kerja
2. Melaksanakan tanggap darurat di tempat kerja
L. REFERENSI
http://www.mayoclinic.org/first-aid/first-aid-choking/basics/art-20056637, diakses
pada tanggal 12 September 2016
Singapore Civil Defence. 2012. Emergency Handbook. Singapore : Singapore Civil
Defence Force.
WHO. 2013. Hospital Care for Children Second Edition. Switzerland : Maternal,
New born, Child and Adolescent Health (MCA)