Anda di halaman 1dari 20

UNIVERSITAS INDONESIA

MAKALAH BIODIVERSITAS DAN KESEHATAN LINGKUNGAN

GRUP 6

1. Laelatul Fitri
2. Hazrina Fadiah Inssani
3. Tasyafiki Azraliani
4. Dhinira Kurnia Putri
5. Slamet Hidayat
7. Renata Philipa Plate

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR IS

..........................................................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................................ii
1 PENDAHULUAN........................................................................................................................1
1.1 Pendahuluan......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................3
1.3 Ruang Lingkup..................................................................................................................3
2 PEMBAHASAN...........................................................................................................................4
2.1 Pengertian Biodiversitas...................................................................................................4
2.2 Biodiversitas dengan Kesehatan Masyarakat....................................................................5
2.3 Biodiversitas dan Kerusakan Lingkungan Merupakan Isu Global Dalam Bidang
Kesehatan Masyarakat.................................................................................................................7
2.4 Kerusakan Lingkungan Dapat Mempengaruhi Biodiversitas...........................................8
2.5 Kerusakan lingkungan dan biodiversitas mempengaruhi Kesehatan masyarakat.............9
2.6 Upaya mengatasi masalah Kesehatan akibat pengaruh dari kerusakan lingkungan dan
biodiversitas...............................................................................................................................11
3 KESIMPULAN...........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15

i
ii
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia mempunyai habitat pesisir dan lautan yang kaya. Sistem terumbu karang
yang ekstensif di lautan yang jernih sekitar Sulawesi dan Maluku termasuk diantara
ekosistem terumbu karang yang terkaya di dunia. Sebagian dari kekayaan keanekaragaman
hayati Indonesia telah di manfaatkan dan memberikan nilai secara ekonomis. Sejumlah
tanaman pertanian yang mempunyai nilai penting secara nasional maupun global berasal
dari Indonesia, termasuk merica hitam, cengkeh, tebu, beberapa jenis citrus dan sejumlah
buah-buahan tropis lainnya. Lebih dari 6000 jenis tanaman dan hewan dimanfaatkan oleh
masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan harian, baik di panen secara langsung
dari alam maupun dibudidayakan. Tujuh ribu jenis ikan marine maupun air tawar adalah
sumber protein utama masyarakat Indonesia. Pertanian dan perikanan adalah penopang
perokonomian negara, yang menyediakan kebutuhan pangan, sandang, papan, obat-obatan
dan enersi, serta peralatan. (Salim, 2018).
Keanekaragaman hayati Indonesia adalah sumber daya yang penting bagi
pembangunan nasional. Sifatnya yang mampu memperbaiki diri merupakan keunggulan
utama untuk dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Sejumlah besar sektor
perekonomian nasional tergantung secara langsung ataupun tidak langsung dengan
keanekaragaman flora-fauna, ekosistem alami dan fungsi-fungsi lingkungan yang
dihasilkannya. Konservasi keanekaragaman hayati, dengan demikian sangat penting dan
menentukan bagi keberlanjutan sektor-sekrtor seperti kehutanan, pertanian, dan perikanan,
kesehatan, ilmu pengetahuan, industri dan kepariwisataan, serta sektor-sektor lain yang
terkait dengan sektor tersebut (Salim, 2018).
Kepedulian masyarakat didasarkan pada realisasi bahwa kondisi sistem hayati dunia
adalah fundamental bagi umat manusia dan bahwa pengaruh / dampak kegiatan kita pada
sistem ini semakin meningkat secara eksponensial. Selama dekade terakhir, kepedulian dan
perhatian ini difokuskan pada permasalahan keanekaragaman hayati. Konsep ilmiah dan
sosial, permasalahan di seputar keanekaragaman hayati ini begitu kompleks dan sering kali
disertai pengertian yang kurang cukup serta cara pandang yang terlalu sempit. Estimasi

1
2

terakhir menunjukan bahwa lebih dari setengah permukaan bumi yang menunjang
komunitas makhluk hidup telah terkena dampak kegiatan manusia. Diperkirakan pula
bahwa kita sekarang pada masa kepunahan masal jenis-jenis makhluk hidup. Keprihatinan
ini bertambah lagi dengan adanya kesadaran bahwa pengetahuan kita tentang keragaman
dan keanekaan jenis tumbuhan, hewan, jasad renik dan ekosistem dimana mereka berada
dan berinteraksi benar-benar kurang lengkap. Pengertian pembangunan semesta pada
beberapa dekade yang lalu tidak menganut azas keseimbangan. (Salim, 2018).
Menurut Darlington (2010) dalam penelitian Sutarno dan Ahmad Dwi Setyawan
(2015) Kerusakan alam dan hilangnya habitat telah menyebabkan puluhan ribu spesies
terancam punah. Dari 20 negara di dunia yang jenis-jenis alamiahnya terancam, maka
Indonesia menduduki posisi ke-5, dimana terdapat 1126 spesies yang terancam punah,
terdiri dari mamalia, burung, reptil, amfibia, ikan dan moluska. Beberapa tindakan manusia
secara “tidak sengaja” berdampak langsung terhadap hidupan liar. Misalnya, 4 jenis
amfibia sering terjebak dalam botol dan sampah, 18 jenis reptil terjebak dalam perangkap
udang, jaring atau kantung plastik; 49 jenis burung sering terkena tali pancing atau jaring
ikan, 49 mamalia laut terperangkap pada tali, jaring dan sesampahan; 97 jenis invertebrata
laut terkena pancing, terjebak dalam kantung plastik, botol minuman dan sesampahan
lainnya; 46 jenis ikan terjebak dalam tali pancing, jaring atau kantung plastik; dan 4 jenis
coral dan spons terkena pancing atau sesampahan (Ocean Conservancy, 2012). Penyebab
utama hilangnya biodiversitas adalah kerusakan habitat, perubahan iklim (pemanasan
global), eksploitasi yang berlebihan, pencemaran lingkungan, ketidaksengajaan/kecelakaan
dan datangnya spesies asing (WWF, 2012).
Faktor-faktor penyebab, pemacu, dan tekanan langsung berkontribusi terhadap
degradasi keanekaragaman hayati global dan jasa ekosistem. Eksploitasi berlebihan,
hilangnya habitat, dan masuknya spesies invasif mengancam keanekaragaman hayati dunia.
Tingkat kepunahan saat ini 100 kali dari pada sebelum manusia berevolusi. Dua spesies
telah punah setiap hari sejak 2010. Keanekaragaman hayati adalah penting bagi umat
manusia karena menyediakan bahan baku untuk makanan, obat-obatan dan industri.
Meskipun kawasan lindung telah dibuat dan investasi dilakukan, kita perlu berbuat lebih
banyak. (Sutarno & Ahmad, D, 2015) Berdasarkan uraian dan isu-isu tersebut kami akan
membahas mengenai Biodiversitas dan Kerusakan Lingkungan
3

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah dipaparkan, dapat diketahui permasalahan yang timbul,
yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan biodiversitas?
2. Apakah pengaruh kerusakan lingkungan terhadap biodiversitas?
3. Bagaimana hubungan antara biodiversitas terhadap kesehatan masyarakat?
4. Apakah biodiversitas merupakan isu global dalam bidang kesehatan?
5. Bagaimana pengaruh kerusakan lingkungan dan biodiversitas terhadap Kesehatan
masyarakat?
6. Apa saja upaya yang harus dilakukan untuk melestarikan keanekaragaman hayati
dan menanggulangi kerusakan lingkungan?

1.3 Ruang Lingkup


Pokok bahasan dalam makalah ini yaitu :
1. Pengertian dari biodiversitas atau keanekaragaman hayati
2. Pengaruh yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan tehadap biodiversitas
3. Hubungan antara biodiversitas dan kesehatan masyarakat baik
4. Penjelasan bagaimana biodiversitas mempengaruhi kesehatan masyarakat baik
secara lokal maupun global
5. Penjelasan bagaimana cara kerusakan lingkungan dan biodiversitas mempengaruhi
kesehatan masyarakat
6. Contoh upaya yang harus dilakukan agar menjaga biodiversitas dan menanggulangi
kerusakan lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN

2 Pengertian Biodiversitas
Biodiversitas atau keanekaragaman hayati berdasarkan bahasa dari Konvensi
Keanekaragaman Hayati menggambarkan biodiversitas sebagai “keragaman kehidupan,
mencakup variasi di semua tingkatan, dari gen dalam suatu spesies hingga habitat yang
diciptakan secara biologis di dalam ekosistem.” (Sandifer, P.A., et al., 2015). Sumber
variabilitas ini termasuk binatang, tumbuh-tumbuhan, dan spesies mikrobial (Fischer, A.,
et al., 2007). Biodiversitas tidak hanya tertuju pada banyaknya spesies di bumi, namun juga
terdiri dari variasi genetik spesifik dan sifat dalam spesies (seperti varietas tanaman yang
berbeda), dan kumpulan spesies ini dalam ekosistem yang menjadi ciri landskap pertanian
dan lainnya seperti hutan, lahan basah, padang rumput, gurun, danau dan sungai. Setiap
ekosistem terdiri dari makhluk hidup yang berinteraksi satu sama lain dan dengan udara, air
dan tanah di sekitar mereka. Berbagai interkoneksi ini di dalam dan diantara ekosistem
membentuk jaring kehidupan, dimana manusia merupakan bagian terpenting tergantung
dari bagaimana manusia bertahan hidup (Romanelli, C., et al., 2015).
Kombinasi dari bentuk-bentuk kehidupan ini dan interaksinya satu sama lain, dan
dengan lingkungan sekitarnya, yang memungkinkan terjadinya kehidupan manusia di bumi.
Biodiversitas pun mencakup lebih dari sekadar keragaman kehidupan di bumi; itu juga
mencakup struktur komunitas biotik, habitat di mana komunitas hidup, dan variabilitas di
dalam dan di antara mereka. Definisi ini memberikan gambaran umum tentang istilah
biodiversitas, namun biodiversitas ini sendiri cenderung memiliki arti yang berbeda bagi
orang yang berbeda (Fischer, A., et al., 2007). Pengertian dari biodiversitas menjadi
fleksibel, inklusif dan reflektif tergantung dari tingkat kompleksitas interaksi biotik dan
abiotic. Interaksi ini akan menunjukan tingkatan variabilitas dalam spesies, antar spesies
dan dalam serta antar ekosistem sebagai bagian terpenting dari proses ekologikal dimana
semuanya menjadi bagian dari ekosistem (M.Mace, G., 2012)

4
5

3 Biodiversitas dengan Kesehatan Masyarakat


Pemahaman konteks biodiversitas dalam konsep ekosistem menyiratkan interaksi
kompleks antara makhluk hidup dan tak hidup, yaitu entitas abiotik, dimana spesies itu
berada. Biodiversitas merupakan bagian penting dari sistem alam yang dinamis ini baik
dari segi struktur maupun fungsinya. Memahami ekosistem memerlukan pendekatan
interdisipliner, dengan penekanan holistik, karena merupakan sistem alam yang kompleks.
Pendekatan ini menyoroti interaksi dan transaksi dalam proses biologis dan ekologis
termasuk diantara sistem alam secara keseluruhan. Hubungan ini menggunakan dan
diperluas dengan konsep fisika-kimia termodinamika, khususnya transfer energy (Rickles,
R.E., Miller, G., 2000). Pentingnya biodiversitas bagi kesejahteraan dan kesehatan manusia
semakin terlihat ketika proses hilangnya biodiversitas ditandai dengan perlunya konservasi
dan penggunaan sumber daya hidup secara rasional untuk melindungi alur jasa ekosistem
alami dan potensi besar terhadap ekonomi manusia pada umumnya dan sebagai sumber
potensial obat-obatan pada khususnya (Chivian, E.; Bernstein, A., 2008).
Bernstein (2014), dan referensi di dalamnya, merangkum literatur tentang kasus
biodiversitas sebagai dukungan untuk makanan, produk alami, dan penemuan obat. Hough
(2014) berfokus pada studi yang berhubungan dengan efek kesehatan manusia dari
hilangnya biodiversitas, termasuk perubahan fungsi ekosistem, regulasi penyakit, dan
paparan langsung dan tidak langsung terhadap lingkungan biodiversitas. Kedua peninjau ini
dan Rook (2013) meneliti beberapa peran penting keragaman mikroba usus manusia dalam
kesehatan manusia, dan bagaimana efek lingkungan pada mikroflora usus dapat
berkontribusi terhadap masalah kesehatan termasuk obesitas, asma, beberapa bentuk
penyakit usus, dan gangguan inflamasi lainnya. Terdapat tiga mekanisme potensial dimana
biodiversitas dapat berdampak pada kesehatan manusia: parameter kesehatan psikologis
dan fisik, alergi kronis dan penyakit inflamasi, dan penularan penyakit menular (Sandifer,
P.A., et al., 2015)
Perubahan biodiversitas secara langsung dapat mempengaruhi kesehatan manusia,
seperti melalui alur terjadinya penularan penyakit atau melalui pengendalian polusi.
Perubahan ini juga dapat berdampak tidak langsung pada kesehatan manusia melalui jalur
kultural; hilangnya biodiversitas mempengaruhi penyediaan barang-barang kultural, yang
mengurangi kesempatan untuk menyadari nilai kultural yang ditempatkan pada barang-
6

barang itu kemudian berdampak negatif pada kesejahteraan manusia yaitu kesehatan
(Clark, N.E., et al., 2014).

Gambar 1. Jalur Langsung dan Tidak Langsung (Budaya) dari Biodiversitas ke Kesehatan
Manusia (Clark, N.E., et al., 2015)

Bukti aspek lain dari penelitian kesehatan manusia menunjukkan bahwa


hilangnya biodiversitas dapat berdampak pada kesehatan melalui jalur kultural. Pertama,
kita tahu bahwa individu sensitif terhadap rangsangan psikologis yang tampaknya tidak
signifikan karena keterlibatan kultural. Perawatan medis memberikan ilustrasi yang baik
tentang ini; jumlah atau warna obat yang diminum dapat memengaruhi hasil kesehatan
yang dilaporkan untuk obat yang aktif secara kimiawi dan placebo (De Craen, A.J.M., et
al., 1996). Kedua, beberapa studi terkait masalah kekeringan dan kebanjiran melaporkan
bahwa adanya peningkatan masalah kesehatan mental termasuk tingginya angka depresi,
kecemasan dan stress paska trauma (Stain, H.J., et al., 2011). Ketiga, bukti dari beberapa
studi memperlihatkan bukti yang positif tentang kesehatan mental dan fisik terpengaruh
oleh lingkungan. Individu yang menghabiskan beberapa waktunya di lingkungan alam
dilaporkan memiliki sedikit masalah kesehatan, peningkatan kesehatan secara keseluruhan
dan penurunan tingkat stress serta mempercepat waktu penyembuhan (Lachowycz, K.,
Jones, A.P., 2012).
7

Biodiversitas dengan kesehatan masyarakat memang saling berhubungan, namun


sebagian besar sektor biodiversitas dan kesehatan telah bekerja secara terpisah untuk
mencapai tujuan masing-masing. Untuk lebih mengintegrasikan biodiversitas dengan
kesehatan dalam penelitian dan kebijakan, diperlukan pendekatan multidisiplin yang
menggabungkan kontribusi dari ilmu sosial dan ilmu alam. Pendekatan EcoHealth, One
Health dan One Medicine merupakan bagian dari kelompok pendekatan yang bertujuan
untuk menjembatani kesehatan manusia dan kesehatan spesies atau ekosistem lain (baik
didefinisikan sebagai suatu penyakit dan/atau berfungsinya ekosistem/penyediaan
layanannya) untuk mengatasi masalah kompleks yang dihadapi komunitas kesehatan dan
lingkungan global. Dalam hal ini disebut sebagai Pendekatan One Healh (Romanelli, C., et
al., 2015).

4 Biodiversitas dan Kerusakan Lingkungan Merupakan Isu Global Dalam Bidang


Kesehatan Masyarakat
Menurut pendapat kami, biodiversitas dan kerusakan lingkungan merupakan salah
satu isu global dalam bidang kesehatan masyarakat. Hal ini dikarenakan biodiversitas dan
kesehatan manusia memiliki hubungan erat. Terdapat efek langsung maupun tidak
langsung dari keanekaragaman hayati terhadap kesehatan manusia. Misalnya efek
psikologis, fisiologis, dan penyebaran beberapa penyakit menular. Ada beberapa skala di
mana ini dapat terjadi. Dalam skala yang paling kecil yaitu individual, mikrobiota manusia
berkontribusi dalam penyediaan nutrisi, regulasi sistem imunitas, dan pencegahan infeksi.
Pada skala komunitas, keragaman hayati dalam organisme yang mendukung pertanian
seperti pollinator, organisme yang mengontrol hama, mendukung produksi agrikultur.
Dalam skala yang lebih luas lagi, keragaman hayati menopang pertumbuhan berbagai
macam ekosistem sampai ke level planet. Kesehatan manusia tidak kebal dari ancaman ini.
Semua aspek kesejahteraan manusia bergantung pada ekosistem barang dan jasa, yang pada
gilirannya bergantung pada keanekaragaman hayati. Hilangnya keanekaragaman hayati
dapat membuat ketidak stabilan ekosistem, menyebabkan wabah penyakit menular, dan
merusak kemajuan pembangunan, keamanan gizi dan perlindungan dari bencana alam
(World Helath Organization & Secretariat of the Convention on Biological Diversity,
2015). Maka dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman hayati merupakan sumber
8

kehidupan umat manusia. Jika kenakeragaman hayati hilang dengan pergerakan manusia
saat ini maka dalam waktu dekat, kelangsungan hidup manusia akan terancam.

5 Kerusakan Lingkungan Dapat Mempengaruhi Biodiversitas


Penyebab utama hilangnya biodiversitas adalah: kerusakan habitat, perubahan iklim
(pemanasan global), eksploitasi yang berlebihan, pencemaran lingkungan,
ketidaksengajaan atau kecelakaan dan datangnya spesies asing (WWF 2012). Faktor-faktor
penyebab, pemacu, dan tekanan langsung berkontribusi terhadap degradasi
keanekaragaman hayati global dan jasa ekosistem (Sutarno dan Setiawan, 2015)
Kerusakan alam dan hilangnya habitat telah menyebabkan puluhan ribu spesies
terancam punah. Tingkat kepunahan saat ini 100 kali dari pada sebelum manusia
berevolusi. Dua spesies telah punah setiap hari sejak 2010. Darlington (2010) menyatakan
bahwa “dari 20 negara di dunia yang jenis-jenis alamiahnya terancam, maka Indonesia
menduduki posisi ke-5, dimana terdapat 1126 spesies yang terancam punah, terdiri dari
mamalia, burung, reptil, amfibia, ikan dan moluska” (Sutarno dan Setiawan, 2015).
Peningkatan populasi manusia yang berakibat pada meningkatnya konsumsi
merupakan penyebab antropogenik utama penurunan dan hilangnya habitat bagi
keanekaragaman hayati. Di luar itu, perubahan iklim merupakan keniscayaan yang
menyebabkan perubahan habitat baik di laut maupun di daratan. Tingkat konsumsi kita saat
ini menimbulkan ancaman berkelanjutan bagi planet bumi. Saat ini, tidak ada keraguan
bahwa dampak populasi manusia terhadap alam yang besar, menyebabkan hilangnya
keanekaragaman hayati secara drastis (Sala et al., 2000; Brazil,2008). Degradasi biotik ini,
terutama di daerah tropis, menjadi perhatian otoritas dan pemerhati lingkungan di seluruh
dunia (Sutarno dan Setiawan, 2015).
Eksploitasi keanekaragaman hayati yang berlebihan dan merusak praktik
pemanenan mengurangi kelimpahan populasi spesies yang bersangkutan, dan di beberapa
kasus, dapat mengancam kelangsungan hidup spesies itu sendiri. Permintaan akan makanan
yang berasal dari alam meningkat di beberapa daerah. Perdagangan satwa liar, untuk tujuan
seperti: memasok perdagangan hewan peliharaan, penggunaan obat, hortikultura dan
barang-barang mewah, meningkat secara global, memperburuk tekanan pada populasi liar.
Praktek panen, termasuk tidak diatur pemberian bahan kimia untuk penangkapan hewan
9

(misalnya pelepasan sianida atau trawl praktik penangkapan ikan) mungkin juga
berdampak pada spesies non-target, dan/atau panen yang tidak lestari dapat mengubah
dinamika ekologi, seperti berkurangnya potensi penyebaran benih dan implikasinya untuk
rantai makanan (mempengaruhi juga manusia yang bergantung pada mereka) (World
Helath Organization & Secretariat of the Convention on Biological Diversity, 2015).
Contoh kasus kerusakan lingkungan yang mempengaruhi biodiversitas yaitu
penghancuran dan perubahan ekosistem alami dengan hilangnya jenis terumbu karang
seperti Mussismilia braziliensis dan Mussismilia hispida yang ditemukan di Kepulauan
Abrolhos yang membentang dari pantai Espírito Santo hingga selatan Bahia membuat
terumbu karang tersebut terkena penyakit yang membuat mereka keputihan, berbeda
dengan yang sehat. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Vibrio coralliityticus , V.
alginolyticus dan V. harveyi . Keragaman mikroba yang terkait dengan keberadaan
manusia didalilkan sebagai hipotesis dampak manusia pada penularan bakteri ini terkait
dengan kontaminasi organik dan tinja yang berpotensi mempengaruhi karang (Thompson,
2009, 2010 dalam Alho, 2012). Kemudian, deforestasi dan pembakaran di hutan Amazon
berkontribusi pada peningkatan emisi karbon dioksida ke atmosfer (Werf van der et al.,
2009 dalam Alho, 2012). Sinar inframerah yang diserap oleh gas yang dilepaskan oleh
pembakaran ke atmosfer menghasilkan panas. Itu disebut efek rumah kaca. (Alho, 2012)
(World Health Organization and Secretariat of the Convention on Biological Diversity,
2015).

6 Kerusakan lingkungan dan biodiversitas mempengaruhi Kesehatan masyarakat


Temuan penilaian ekosistem millennium, skala besar nasional dan penilaian
regional telah memperjelas bahwa semakin penting bagi orang-orang di masyarakat sektor
kesehatan untuk mengakui bahwa Kesehatan manusia dan kesejahteraan dipengaruhi oleh
kesehatan dan integritas ekosistem lokal. Interaksi antara manusia dan keanekaragaman
hayati dapat menentukan status kesehatan dasar masyarakat, memberikan dasar untuk
kesehatan yang baik dan mengamankan mata pencaharian atau menciptakan kondisi
bertanggung jawab atas morbiditas atau mortalitas, dalam banyak kasus, keberhasilan dan
keberlanjutan jangka panjang intervensi Kesehatan masyarakat ditentukan oleh sejauh
mana faktor ekologi diambil dan diperhitungkan.
10

Perusakan dan perubahan ekosistem alam dengan hilangnya biodiversitas hasil dari
campur tangan manusia di alam, termasuk urban sprawl, konversi vegetasi alami menjadi
padang rumput atau lahan pertanian, perubahan iklim dan proyek infrastruktur besar seperti
jalan baru di Amazon, pembangkit listrik tenaga air, pemukiman manusia, pengenalan
invasif yang tidak disengaja atau disengaja spesies oleh manusia, dan bentuk-bentuk lain
dari perubahan lingkungan alam. Misalnya, di Brasil vektor demam berdarah, penyakit
yang menyerang ribuan orang setiap tahun adalah nyamuk Aedes aegypti, berasal dari
Afrika, mungkin dari wilayah ethiopia selama perdagangan budak. Ini juga merupakan
vektor perkotaan demam kuning (Who, 2007). Ini adalah nyamuk rumah tangga yang
tumbuh subur di wilayah urban sprawl. Spesies lain adalah Aedes albopictus ,
diperkenalkan di Brasil pada tahun 1986, yang dapat menjadi vektor sekunder demam
berdarah di pedesaan dan perkotaan (Segura dkk., 2003; Walker, 2007). 
Deforestasi dan pembakaran di hutan Amazon berkontribusi pada peningkatan
emisi karbon dioksida ke atmosfer (Werf van der et al., 2009). Sinar infra merah yang
diserap oleh gas yang dilepaskan oleh pembakaran ke atmosfer dihasilkan makin panas. Itu
disebut efek rumah kaca. Perubahan iklim, yang dibahas selama Konferensi PBB di
Kopenhagen pada bulan Desember 2009, telah berdampak pada keanekaragaman hayati
dalam banyak cara, termasuk melalui proliferasi serangga vektor penyakit. Studi yang
dilakukan oleh Shuman (2010) menunjukkan bahwa dengan peningkatan suhu dan pola
curah hujan secara bertahap, perubahan iklim ini dapat diharapkan memiliki efek
substansial pada wabah penyakit menular ditularkan oleh serangga vektor dan air yang
terkontaminasi. Serangga vektor cenderung lebih aktif pada suhu yang lebih
tinggi. Misalnya, nyamuk tropis seperti spesies Anopheles  yang mengirimkan malaria
memerlukan suhu di atas 16 °C untuk menyelesaikan siklus hidupnya. Spesies ini bertelur
di air. Akibatnya, musim panas dan hujan akan kondusif bagi berjangkitnya jutaan kasus
baru (Shuman, 2010). Menurut penelitian ini, suhu diperkirakan akan meningkat antara 1,8
dan 5,8ºC pada akhir abad ini; siklus hidrologi juga diperkirakan akan berubah, karena
udara hangat menyimpan lebih banyak uap air daripada udara dingin.
Keanekaragaman hayati menimbulkan manfaat kesehatan. Misalnya,
keanekaragaman species dan genotipe menyediakan nutrisi dan obat-obatan.
Keanekaragaman hayati juga menopang ekosistem berfungsi yang menyediakan layanan
11

seperti: pemurnian air dan udara, hama dan penyakit kontrol dan penyerbukan. Namun itu
juga bisa menjadi sumber pathogen yang mengarah ke negative hasil kesehatan. Jenis
interaksi kedua muncul dari penggerak perubahan yang mempengaruhi keduanya
keanekaragaman hayati dan kesehatan secara paralel. Sebagai contoh, polusi udara dan air
dapat menyebabkan keanekaragaman hayati kerugian dan berdampak langsung pada
kesehatan. Ketiga jenis interaksi muncul dari dampak intervensi sektor kesehatan pada
keanekaragaman hayati dan intervensi terkait keanekaragaman hayati pada kesehatan
manusia. Misalnya, penggunaan obat-obatan dapat menyebabkan pelepasan bahan aktif di
lingkungan dan merusak spesies dan ekosistem, yang pada gilirannya mungkin memiliki
efek negatif pada kesehatan manusia. Area lindung atau larangan berburu bisa mencegah
akses masyarakat lokal kedaging hewan liar dan sumber makanan dan obat-obatan liar
lainnya dengan dampak negatif bagi kesehatan. Interaksi positif jenis ini juga
dimungkinkan untuk contoh penetapan kawasan lindung dapat melindungi persediaan air
dengan positif kuntungan sehat.
Penyebab dari hilangnya keanekaragaman hayati termasuk perubahan penggunaan
lahan, hilangnya habitat, eksploitasi berlebihan, polusi, spesies invasive, dan perubahan
iklim. Banyak dari sebab semua ini mempengaruhi kesehatan manusia secara langsung dan
melalui dampaknya terhadap keanekaragaman hayati.
Akses ke air bersih sangat penting bagi kesehatan manusia dan prioritas untuk
pembangunan berkelanjutan. Hampir 1 miliar orang tidak memiliki akses ke minuman yang
aman air dan 2 juta kematian tahunan disebabkan oleh air yang tidak aman, sanitasi dan
kebersihan. Keanekaragaman hayati dan ekosistem memainkan peran utama dalam
mengatur kuantitas dan kualitas pasokan air tetapi mereka sendiri terdegradasi oleh polusi
Beberapa kejadian dialami berbagai negara di dunia berkaitan penyakit menular,
termasuk penyakit bersumber hewan (zoonosis).

7 Upaya mengatasi masalah Kesehatan akibat pengaruh dari kerusakan lingkungan


dan biodiversitas
Spesies, habitat, ekosistem, dan lanskap menjadi elemen penting dari sistem
produksi makanan, tradisi kuliner, pengobatan tradisional, ritual, pandangan dunia,
keterikatan pada tempat dan masyarakat, dan sistem sosial. Pembangunan peran ekosistem
12

sebagai budaya dan ekosistem sebagai pengaturan, dapat digunakan untuk membingkai
hubungan antara keanekaragaman hayati dan keanekaragaman budaya, dan kesahatan dan
kesejahteraan manusia. Peran budaya yang disediakan oleh ekosistem memberikan manfaat
melalui mana keterkaitan antara keanekaragaman hayati dan kesehatan dapat dilihat.
Dibutuhkan studi interdisipliner, dimana ahli epidemiologi bekerja sama dengan
ahli mikrobiologi mempelajari mikrobiota lingkungan (tanaman dan tanah), sistem
transportasi, rumah, perkantoran dan gedung-gedung publik. Kita sudah tahu
keanekaragaman hayati mikroba di kamar tidur anak-anak berkorelasi dengan penurunan
risiko asma dan atopi (Ege et al., 2011).
Akhirnya dibutuhkan kerjasama multi sektor, melalui konsep one health (satu
kesehatan) yang dapat didefinisikan sebagai suatu upaya kolaboratif dari berbagai sektor,
utamanya kesehatan manusia, hewan dan lingkungan. Baik di tingkat lokal, nasional
maupun global untuk mencapai kesehatan yang optimal. Multi dari pengawasan terintegrasi
pada manusia dan hewan, hal-hal tersebut adalah contoh dari apa yang dapat dilakukan
oleh setiap negara untuk menangani kasus penyakit zoonosis.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, berikut kesimpulan terkait poin-poin


permasalahan tentang biodiversitas dan kesehatan lingkungan:
1. Definisi dari biodiversitas dapat berbeda-beda antara satu orang dengan orang lainnya
ataupun satu bidang ilmu dengan bidang ilmu lainnya. Walaupun demikian, terdapat
kesamaan karakteristik penting dari definisi-definisi biodiversitas yang dipaparkan.
Biodiversitas diidentikkan dengan adanya keragaman kehidupan baik dalam gen maupun
dalam setiap tingkatan taksonomi.
2. Biodiversitas dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat baik secara langsung, melalui
wabah penyakit menular, atau secara tidak langsung, melalui intervensi terhadap nilai
kultural yang kemudian berdampak pada kesehatan psikologis. Berdasarkan fakta ini,
terdapat poin penting terkait hubungan biodiversitas dengan kesehatan yaitu dampak
terhadap fisik, psikologis, dan hubungan sosial.
3. Efek dari kerusakan lingkungan terhadap biodiversitas merupakan isu yang patut
diperhatikan. Permasalahan ini mempengaruhi setiap golongan masyarakat mulai dari
individu, komunitas, hingga global. Selain memberikan dampak buruk bagi kesehatan
masyarakat, berkurangnya tingkat biodiversitas dapat menyebabkan pelemahan
perekonomian dunia yang pada akhirnya mengancam mata pencaharian penduduknya.
4. Kerusakan lingkungan memberikan kontribusi negatif kepada biodiversitas. Hal ini
dikarenakan adanya kerusakan habitat, perubahan iklim, dan munculnya spesies asing
yang mengancam ekosistem asli. Sejalan dengan itu, peningkatan populasi manusia yang
kurang terkontrol sudah semestinya menjadi fokus kebijakan untuk mengintervensi
tingkat konsumsi. Perlu diperhatikan bahwa tingkat konsumsi yang tinggi dapat
menyebabkan munculnya berbagai jenis kegiatan illegal yang berujung pada ekploitasi
berlebih terhadap kekayaan alam.
5. Isu deforestasi dan pemanasan global yang marak diperbincangkan juga menjadi kunci
bagi ketahanan suatu ekosistem, contohnya persoalan polusi dan pemenuhan kebutuhan
air bersih bagi setiap mahluk hidup. Dua masalah lingkungan yang mempengaruhi

13
14

biodiversitas ini, secara sadar maupun tidak, mempengaruhi kualitas kehidupan semua
organisme yang ada, termasuk manusia.
6. Sebagai upaya untuk menanggulangi dampak negatif dari adanya kerusakan lingkungan
terhadap biodiversitas maka diperlukan penelitian lintas disiplin dan kerja sama lintas
sektoral. Penelitian lintas disiplin dapat dilakukan oleh ahli-ahli dalam bidang medis dan
sains, pengambil kebijakan, hingga pakar tata kota, sedangkan kerja sama lintas sektoral
dapat dicapai dengan mengedepankan proyek-proyek yang bersifat kolaboratif dalam
kaitannya dengan penguatan kesehatan masyarakat dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Chivian, e.; Bernstein, A. (ed.) How human health depends on biodiversity. New York:
Oxford University Press, 2008.
Clark, N. E., et al., (2014). Biodiversity, cultural pathways, and human health: a
framework. Trends in Ecology & Evolution, 29, 199-200.
De Craen, A.J.M. et al. (1996) Effect of colour of drugs: systematic review of perceived
effect of drugs and of their effectiveness. Br. Med. J. 313, 1624–1626.
Ege, M.J.,etal., 2011. Exposure to environmental microorganisms and childhood asthma.
N.Engl.J.Med.364(8),701–709.
Fischer, A. and Young, J.C. (2007) Understanding mental constructs of biodiversity:
implications for biodiversity management and conservation. Biol. Conserv. 136, 271–282.
Kemenkes RI. Perkuat kemampuan negara untuk cegah, deteksi dan respon ancaman
Kesehatan masyarakat. 2016
Lachowycz, K. and Jones, A.P. (2012) Towards a better understanding of the relationship
between greenspace and health: development of a theoretical framework. Landsc. Urban Plann.
118, 62–69.
M.Mace, G. (2012). Biodiversity and ecosystem services: a multilayered relationship.
Trends in Ecology & Evolution Volume 27, 19-26.
Ocean Conservancy. 2012. International Clean-Up events in 2011.
oceanconservancy.org/2012data. di akses pada 31 Agustus 2021 pukul 09:12
Rickles, r. e.; Miller, G. Ecology. 4.ed. s. l.: W. h. Freeman, 2000.
Romanelli, C., et al., (2015). Introduction to the state of knowledge review / Biodiversity
and human health linkages: concepts, determinants, drivers of change and approaches to
integration. In C. Romanelli, Connecting Global Priorities: Biodiversity and Human Health (pp.
44-45). Switzerland: World Health Organization and Secretariat of the Convention on Biological
Diversity.
Salim, Emil. 2018. Perpustakaan Kementerian Lingkungan Hidup (menlhk.go.id) di Akses
pada 31 Agustus 2021 Pukul 06:50

15
16

Sandifer, P.A., Sutton-Grier, A.E., Ward, B.P., 2015. Exploring connections among
nature, biodiversity, ecosystem services, and human health and well-being: Opportunities to
enhance health and biodiversity conservation. J. Ecosystem Services 12 (2015).
Segura, M. N. O. et al. Encontro de Aedes albopictus no Estado do Pará, Brasil. Revista
de Saúde Pública, v.37, n.3, p.388-9, 2003.
SHUMAN, E. K. Global climate change and infectious diseases. The New England
Journal of Medicine, v.362, n.12, p.1061-3, 2010.
Stain, H.J. et al. (2011) The psychological impact of chronic environmental adversity:
responding to prolonged drought. Soc. Sci. Med. 73, 1593–1599.
Sutarno & Ahmad Dwi Setyawan. 2015. Makalah Utama: Biodiversitas Indonesia:
Penurunan dan upaya pengelolaan untuk menjamin kemandirian bangsa.V olume 1, Nomor 1,
Maret 2015
Walker, K. Asian tiger mosquito (Aedes albopictus). Pest and Diseases Image Library.
2007
World Health Organization and Secretariat of the Convention on Biological Diversity
(2015) Connecting Global Priorities: Biodiversity and Human Health, WHO Press. doi:
10.13140/RG.2.1.3679.6565.
WWF. 2012. Living Planet Report 2012. WWF, The Netherlands

Anda mungkin juga menyukai