Anda di halaman 1dari 18

SAMPUL

MODUL PEMBELAJARAN
INTERPROFESSIONAL EDUCATION (IPE)
Program Studi Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia

Disusun oleh Tim Blok:


apt. Mutiara Herawati, M.Sc.
apt. Yosi Febrianti, M.Sc.
apt. Lily Annisa, M. Clin, Pharm.

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER JURUSAN FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2022
BLOK FARMASI RUMAH SAKIT ANGKATAN 40

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga dapat diselesaikannya penyusunan modul Pembelajaran Interprofesional Education
(IPE) Program Studi Profesi Apoteker Universitas Islam Indonesia. Modul pembelajaran IPE
ini disusun oleh tim pengelola blok farmasi rumah sakit Program Studi Profesi Apoteker.
Modul pembelajaran IPE ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi dosen dan mahasiswa
dalam penyelenggaraan pembelajaran IPE di adaptasi dengan kondisi perkuliahan dalam
jaringan (online).
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ketua Jurusan Farmasi dan Ketua
Program Studi Program Profesi Apoteker Universitas Islam Indonesia, atas semua
dukungannya dalam menyelesaikan modul pembelajaran IPE ini. Tentunya modul
pembelajaran IPE ini masih ada keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu saran dan
masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk penyempurnaan modul ini, sehingga
penyelenggaraan pembelajaran IPE dapat lebih baik lagi

Yogyakarta, 3 Maret 2022


Tim Penyusun

2
BLOK FARMASI RUMAH SAKIT ANGKATAN 40

DAFTAR ISI

Contents
SAMPUL .................................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 4
B. Tujuan .......................................................................................................................... 6
C. Manfaat ........................................................................................................................ 7
BAB II ....................................................................................................................................... 8
CASE BASED LEARNING (CBL) ............................................................................................ 8
BAB II ..................................................................................................................................... 10
JADWAL RENCANA KEGIATAN .......................................................................................... 10
Agenda............................................................................................................................... 10
BAB III ................................................................................................................................... 11
PETUNJUK TEKNIS TUTORIAL .......................................................................................... 11
PERTEMUAN 1 ............................................................................................................... 12
PERTEMUAN-2 ............................................................................................................... 14
BAB IV.................................................................................................................................... 15
LEMBAR HASIL DISKUSI PERTEMUAN-1 ............................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 17

3
BLOK FARMASI RUMAH SAKIT ANGKATAN 40

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu permasalahan global yang dihadapi oleh hampir seluruh negara dalam
pembangunan kesehatan adalah sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang masih
terfragmentasi. Hal tersebut berakibat pada tidak terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan
pelayanan Kesehatan yang bersifat holistic dan terintegrasi. Di samping itu, permasalahan
Kesehatan yang semakin komplek menuntut tenaga Kesehatan untuk memberikan pelayanan
Kesehatan secara paripurna dan berorientasi kepada pasien/patien centered (WHO, 2010).
Hasil-hasil penelitian terkini menunjukkan bahwa pelayanan Kesehatan akan lebih
efektif dan efisien apabila diselenggarakan dengan menggunakan pendekatan kolaborasi antar
profesi (interprofessional collaborative practice). Praktik kolaborasi antar profesi dalam
pelayanan Kesehatan dapat diwujudkan apabila tenaga Kesehatan yang terlibat di dalamnya
telah terlatih dalam praktik pelayanan Kesehatan kolaboratif. Kemampuan praktik kolaborasi
tenaga Kesehatan yang baik dapat dicapai melalui pembiasaan semenjak tenaga Kesehatan
tersebut masih dalam proses Pendidikan. Untuk itu Badan Kesehatan Dunia WHO telah
merancang Kerangka Aksi Pendidikan Antar Profesi dan Praktik Kolaborasi (Interprofessional
Education and Collaborative Praktice) yang menjelaskan bahwa dalam rangka meningkatkan
pencapaian target pelayanan Kesehatan melalui praktik kolaborasi antar profesi tenaga
Kesehatan (Interprofessional Education) yang diarahkan untuk menumbuhkan rasa saling
menghargai, menghormati serta Kerjasama antar profesi.
Pendidikan interprofesi (Interprofessional Education, selanjutnya disingkat IPE)
merupakan upaya strategis untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi masalah
kesehatan yang kompleks serta perkembangan tekonologi bidang kesehatan yang pesat.
Pendidikan interprofesi merupakan aplikasi konsep pendidikan kolaborasi yang mencakup
banyak aspek didalamnya, antara lain kerjasama dalam tim, komunikasi inter dan antarprofesi
dan pemahaman peran dan tugas setiap profesi. Pendidikan interprofesi ini bukanlah suatu hal
yang baru. WHO menyatakan perlunya perbaikan sistem kesehatan secara menyeluruh
termasuk dalam hal pendidikan tenaga kesehatan. Hal ini semakin dipertegas dalam laporan
tahunan WHO pada tahun 2000 yang merekomendasikan pembangunan sistem kesehatan

4
BLOK FARMASI RUMAH SAKIT ANGKATAN 40

nasional dan menegaskan pentingnya penyediaan SDM kesehatan yang didukung dengan
sistem pendidikan yang melibatkan seluruh profesi terkait pada setiap negara.
Pendidikan interprofesi telah muncul sebagai suatu respon kurikulum strategis yang
bertujuan untuk mempersiapkan praktisi yang mampu menghadapi lingkungan kesehatan yang
dinamis, kompleksitas masalah kesehatan dan tuntutan kinerja profesional ini disebabkan
karena perbedaan pandangan dan konsentrasi kajian serta hasil penelitian dan pengamatan yang
berbeda. Dengan demikian jika para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai suatu
pengetahuan tertentu, maka merupakan hal yang wajar. Begitu juga halnya dengan definisi atau
pengertian tentang geografi. Banyak ahli yang memaparkan berbagai pengertian atau definisi
geografi. Dari banyaknya pengertian atau definisi tersebut terdapat persamaan dan
ketidaksamaan antara yang satu dengan yang lain. Ada yang memuat sedikit komponen kajian
ada juga yang memuat banyak komponen kajian. Definisi geografi tidak yang berkualitas.
Selain itu, dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, jumlah penduduk yang mengalami
masalah kesehatan yang kompleks terus meningkat. Kondisi ini menimbulkan tuntutan yang
lebih besar terhadap layanan kesehatan yang berkualitas dan tenaga kesehatan yang
profesional.
Kerjasama tim dan berkolaborasi telah direkomendasikan sebagai strategi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk menguatkan penerapan IPE, pada tahun 2010, WHO
memperkenalkan strategi IPE dalam bentuk “Framework for Action on Interprofessional
Education & Collaborative Practice". Inisiatif strategi ini juga merupakan lanjutan dari
komitmen WHO sebelumnya yang bertujuan untuk memperbaiki pendidikan kesehatan dan
kedokteran, serta profesi lainnya melalui IPE. Munculnya strategi ini adalah sebagai upaya
untuk memperkuat sistem pelayanan kesehatan berdasarkan dasar-dasar kesehatan primer,
yang bertujuan untuk mencapai kesehatan bagi semua orang melalui pelayanan kesehatan
primer.
Canadian Interprofessional Health Collaborative (CIHC) menyebutkan bahwa praktik
kolaborasi yang berpusat pada pasien juga memperbaiki kualitas pelayanan pasien dan
meningkatkan luaran kesehatan pasien. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa dengan
layanan kesehatan yang bersifat praktik kolaborasi telah menurunkan kejadian komplikasi
penyakit, lama rawat inap, jumlah kunjungan ke rumah sakit, kejadian malpraktik, dan angka
kematian. Hal tersebut diatas dapat mengurangi biaya kesehatan dan meningkatkan kepuasan
pasien. Selain itu, praktik kolaborasi juga mengurangi konflik yang terjadi di antara tenaga
kesehatan sehingga penanganan pasien baik secara individu maupun komunitas menjadi lebih
efektif dan efisien. WHO menggambarkan praktik kolaborasi (collaborative practice) sebagai

5
BLOK FARMASI RUMAH SAKIT ANGKATAN 40

suatu pelayanan komprehensif yang diberikan oleh dua atau lebih tenaga kesehatan dari latar
belakang profesi yang berbeda, melalui kerja sama dengan pasien, keluarga, pengasuh, dan
komunitas untuk menyediakan kualitas pelayanan yang tertinggi di berbagai situasi.
IPE telah berkembang secara luas di berbagai institusi di negara-negara maju seperti
Kanada, Inggris maupun negara di Asia seperti Jepang. Penelitian terkait IPE telah dilakukan
oleh berbagai profesi dan model pendidikan tersebut telah memberikan dampak positif terkait
praktek kolaborasi antara praktisi dan masyarakat. Perkembangan IPE di Indonesia sudah
berjalan dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini. Tetapi IPE masih dalam tahapan yang
belum sepenuhnya mempunyai bentuk nyata. Pendidikan interprofesi seringkali masih tetap
menjadi wacana ilmiah (debat ilmiah) antara pendidik kesehatan dan profesional di Indonesia,
dan belum diimplementasikan sebagai kebijakan untuk mengintegrasikan IPE ke dalam
kurikulum pendidikan profesional kesehatan di Indonesia. Oleh karena itu, perlu disusun suatu
rekomendasi untuk pengembangan IPE di Indonesia untuk tujuh profesi (kedokteran umum,
kedokteran gigi, keperawatan, kebidanan, kesehatan masrakat, gizi dan farmasi).
Program Studi Profesi Apoteker Universitas Islam Indonesia berkomitmen untuk
mewujudkan langkah awal mengenalkan mahasiswa dari dua profesi dalam menyelesaikan
suatu permasalahan kesehatan dalam berbagai aspek kesehatan dari sudut pandang sesuai
dengan kompetensi masing-masing. Periode kali ini, PSPA UII dan Fakultas Kedokteran UII
akan berkolaborasi pada setting bidang pekerjaan di instansi rumah sakit. Oleh karena itu, kasus
yang disajikan merupakan kasus real case yang akan didiskusikan bersama dan dikembangkan
pencapaian solusi berdasarkan bidang keahlian masing-masing.

B. Tujuan
CAIPE (2001) mengemukakan prinsip-prinsip pendidikan interprofessional yang efektif,
yang bertujuan untuk menghasilkan tenaga kesehatan dengan kemampuan sebagai berikut:
1) Bekerja untuk meningkatkan kualitas pelayanan
2) Mempromosikan kolaborasi interprofesi
3) Mendorong profesi kesehatan untuk belajar dengan, dari dan tentang satu sama
lain
4) Pendidikan interprofesi membantu setiap profesi untuk meningkatkan kemampuan
praktik profesinya masing-masing dan memahami bagaimana praktik yang
dilengkapi oleh profesi lain.
5) Menghormati integritas dan kontribusi masing-masing

6
BLOK FARMASI RUMAH SAKIT ANGKATAN 40

6) Meningkatkan tingkat kepuasan profesional pendidikan interprofesi


menumbuhkan sikap saling mendukung antara profesi, mendorong fleksibilitas
dan memenuhi praktik kerja, tetapi juga menetapkan batas yang dibuat pada
masing-masing profesi.

C. Manfaat
Beberapa sumber menjelaskan manfaat Pendidkan interprofesi untuk peserta didik dan
institusi pendidikan. Di dalam modul ini akan di rangkum beberapa manfaan tersebut,
diantaranya adalah:
1. Manfaat bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat belajar berkomunikasi interpofesi
b. Mahasiswa dapat memahami dan menghargai peran profesi kesehatan lain
c. Mahasiswa mendapat pengalaman untuk bekerja-sama di dalam tim dan memecahkan
masalah pasien.
d. Mahasiswa mendapatkan pengalaman untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
berfokus pada pasien dengan melibatkan multidisiplin.
e. Mahasiswa dapat belajar tentang peran dan fungsi yang overlapping antara satu profesi
dengan profesi lainya dan bagaimana menangani overlapping itu dengan baik untuk
mencapai pelayanan kesehatan yang aman, efektif dan efisien.
2. Manfaat bagi Institusi pendidikan
a. Memberi kesempatan kepada staff akademik untuk bekerja bersama antar profesi.
b. Pendidikan interprofesi dapat meningkatkan efisiensi penggunaan resources yang ada
di institusi pendidikan.
c. Meningkatkan kerja-sama antar prodi atau fakultas atau universitas.

7
BLOK FARMASI RUMAH SAKIT ANGKATAN 40

BAB II
CASE BASED LEARNING (CBL)

Case based Learning (CBL) merupakan metode pembelajaran yang interaktif, berpusat pada
mahasiswa yang hampir mirip dengan Problem base learning (PBL). CBL mendorong keaktifan
mahasiswa dengan menggunakan scenario kasus klinis yang nyata, berasal dari pengalaman
mahasiswa selama fase klinik. Kasus-kasus tersebut secara umum ditulis sebagai suatu
problem/permasalahan yang dapat memberikan informasi secara lengkap terkait penggalian riwayat
pasien, hasil temuan pemeriksaan fisik, dan data laboratorium dari pasien. Pembelajaran aktif terjadi
ketika mahasiswa diberi kesempatan untuk mengembangkan hubungan interaktif dengan kasus untuk
mendorong mahasiswa mengorganisir keterampilan berbagi informasi dengan pembelajar lainnya.
CBL memiliki beberapa keuntungan diantaranya mendorong belajar mandiri, pembelajaran
yang terus menerus (long life learning). CBL juga mendorong kemampuan mahasiswa untuk
menghubungkan ilmu penyakit dan terapi dasar yang berkaitan erat dengan ilmu dan permasalahan
klinik. CBL juga dianggap mampu memperkuat penalaran klinik (clinical reasoning), pembelajaran
kolaboratif dan ketrampilan komunikasi mahasiswa. CBL dapat diterapkan dalam pembelajaran kelas
besar (large class) dan di dalam kelompok diskusi (small group discussion). Kasus CBL dapat
didiskusikan dalam 1 – 3 pertemuan (sesi). Kasus akan didiskusikan oleh mahasiswa pada 2 x
pertemuan dan pertemuan ketiga adalah presentasi kasus yang akan diikuti oleh seluruh mahasiswa.
Penerapan CBL lebih awal diproses pembelajaran dilakukan dengan membuatkan suatu skenario kasus
yang diambil dari pengalaman klinis yang nyata.
Langkah-langkah dalam proses diskusi dengan pendekatan CBL hampir sama dengan PBL,
perbedaan mendasar pada diskusi CBL lebih ditekankan menetapkan permasalahan dan mencari
pemecahan masalahnya. Dalam diskusi CBL menggunakan 1 kasus setiap pertemuan. Mahasiswa
dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari sekitar 10 sampai 13 mahasiswa
dan dibimbing oleh satu orang tutor sebagai fasilitator.
Dalam diskusi tutorial perlu ditunjuk satu orang sebagai ketua diskusi dan satu orang sebagai
sekretaris, di mana keduanya akan bertugas sebagai pemimpin diskusi. Ketua diskusi dan sekretaris
ditunjuk secara bergiliran untuk setiap skenarionya agar semua mahasiswa mempunyai kesempatan
berlatih sebagai pemimpin dalam diskusi. Oleh karena itu perlu difahami dan dilaksanakan peran dan
tugas masing-masing dalam tutorial sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Sebelum diskusi dimulai tutor akan membuka diskusi dengan perkenalan antara tutor dengan
mahasiswa dan antara sesama mahasiswa. Setelah itu tutor menyampaikan SOP/aturan pembelajaran
secara singkat. Tutor menyampaikan deskripsi skenario dan tujuan pembelajaran secara umum. Ketua
8
BLOK FARMASI RUMAH SAKIT ANGKATAN 40

diskusi dibantu sekretaris memimpin diskusi dengan menggunakan 3 langkah untuk mendiskusikan
permasalah yang ada dalam skenario dan mencari pemecahannya.

Langkah dalam diskusi CBL tersebut meliputi :


1. Menetapkan permasalahan/tujuan pembelajaran yang spesifik setiap mahasiswa menyampaikan
penetapan permasalahan yang bisa menjadi isu pembelajaran dari kasus yang dipaparkan. Jika
isu pembelajaran spesifik yang ditetapkan oleh mahasiswa kurang lengkap, maka fasilitator/tutor
akan menambahkan penetapan permasalahan agar tujuan diskusi tercapai.
2. Menganalisis masalah (berdasarkan brainstorming dan self study sebelum tutorial berlangsung).
Setiap mahasiswa harus sudah membaca dan mempelajari kasus yang diberikan sebagai pemicu
(trigger) sebelum diskusi CBL. Saat melakukan analisis tidak diperkenankan membuka catatan
dan membacanya. Mahasiswa harus sudah siap dengan materi yang akan didiskusikan.
3. Membuat kesimpulan/pemecahan masalah dari kasus. Mahasiswa secara bersama-sama
membuat kesimpulan dari pemecahan kasus dengan difasilitasi oleh tutor. Mahasiswa membuat
kesimpulan tentang isu pembelajaran yang masih perlu dipelajari kembali dalam self study
(belajar mandiri) setelah diskusi.

9
BLOK FARMASI RUMAH SAKIT ANGKATAN 40

BAB II
JADWAL RENCANA KEGIATAN

Agenda
Tanggal Jam Bentuk kegiatan Keterangan
Jumat, 11 13.00- 1. Refreshing-- 1. Dosen Poltekes Yo dan PSPA UII
Maret 2022 14.30 Pengantar IPE 2. Dosen UII
2. Penjelasan
mengenai
metode
pembelajaran
Sabtu, 12 Fleksibel Tutorial menggunakan Tutorial diikuti oleh kelompok mahasiswa
Maret 2022 CBL pertemuan pertama PSPA UII dan Polkes kemenkes
Yogyakarta dan didampingi tutor dari
PSPA UII dan pembimbing dari Polkes
kemenkes Yogyakarta

Sabtu, 19 Fleksibel 1. Tutorial Tutorial diikuti oleh kelompok mahasiswa


Maret 2022 menggunakan CBL PSPA UII dan Polkes kemenkes
pertemuan kedua Yogyakarta dan didampingi tutor dari
2. Rencana publikasi PSPA UII dan pembimbing dari Polkes
kasus kemenkes Yogyakarta

Senin, 21 13.00- Presentasi Kasus Dilakukan perkelompok dinilai oleh


Maret 2022 15.30 Tutor

10
BLOK FARMASI RUMAH SAKIT ANGKATAN 40

BAB III
PETUNJUK TEKNIS TUTORIAL

Sebelum melaksanakan tutorial setiap mahasiswa wajib mencermati dan mengikuti


aturan pembelajaran dibawah ini:
1. Hadir tepat waktu sesuai dengan kesepakatan waktu dengan tutor.
2. Keterlambatan > 15 menit dengan alasan yang tidak ditoleransi, tetap harus mengikuti
tutorial tetapi tidak mendapatkan nilai kegiatan dari tutor
3. Memakai pakaian yang sopan dan rapih
4. Selama proses tutorial mohon untuk menyalakan kamera zoom
5. 10 menit pertama dimulai dengan mengaji surat Al-Qur’an, per mahasiswa 2 ayat (untuk
non-muslim cukup menyimak).
6. Minimal 1 hari sebelum tutorial, setiap mahasiswa wajib mempelajari kasus yang
dibagikan oleh pengelola blok dan mencatat hal-hal yang dirasa penting untuk proses
diskusi.
7. Saat tutorial, dilarang membuka sumber literatur/catatan, disampaikan dengan
Bahasa/kata-kata sendiri.
8. Mahasiswa diizinkan membuka catatan hanya untuk melihat literatur yang dirujuk (nama
jurnal dst), selebihnya close literatures.
9. Mahasiswa diminta aktif untuk menyampaikan pendapatnya berdasarkan kompetensi
masing-masing profesi.
10. Setiap kelompok menunjuk ketua dan sekretaris yang bertugas selama tutorial
11. Pada akhir pertemuan ke-1, setiap kelompok wajib membuat resume dari hasil diskusi,
dengan ketentuan maximal 5 halaman (sudah termasuk referensi), font arial 11, spasi 1,5,
margin 3 cm kese
12. Mahasiswa wajib mematuhi aturan yang ada dan menjaga sopan satun dalam kegiatan
tutorial.

11
BLOK FARMASI RUMAH SAKIT ANGKATAN 40

PERTEMUAN 1 (150 menit)


bila pada pertemuan 1 belum terjawab seluruhnya dapat dilanjutkan pada pertemuan kedua

Peran tutor:
1. Tutor berperan sebagai fasilitator selama proses diskusi berlangsung
2. Tutor membuka diskusi dan memperkenalkan diri sebelum tutorial dimulai
3. Tutorial mengingatkan kembali aturan dalam proses tutorial
4. Tutor menyampaikan tujuan pembelajaran secara umum dari kasus yang diberikan
5. Tutor memberikan arahan dan masukan selama proses diskusi serta memberikan koreksi
bila ada kekeliruan pemahaman dari mahasiswa
6. Tutor memberikan trigger berupa pertanyaan pada mahasiswa dari kasus yang diperoleh
untuk saling berdiskusi
7. Pada akhir sesi, tutor memberikan feedback pada mahasiswa berkaitan dengan proses
tutorial

Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dipelajari sebelum melaksanakan tutorial


(bila ada tambahan pertanyaan diluar yang tertulis, baik dari mahasiswa maupun tutor sangat
diperbolehkan selama masih relevan dapat disampaikan saat diskusi).
1. Apa penyebab dari penyakit yang diderita pasien (etiologi)?
2. Mengapa pasien dapat menderita penyakit tersebut (factor risiko, bila ada) ?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit yang diderita pasien?
4. Apakah ada abnormalitas dari data laboratorium pasien? Jika ada, mengapa demikian?
5. Apakah abnormalitas data laboratorium pasien ada kaitannya dengan gejala dan tanda yang
muncul pada pasien? Jika ada, mengapa demikian?
6. Apakah pengobatan yang pasien terima sudah rasional dilihat dari pilihan obat, dosis,
risiko ADR, interaksi obat dan sebagainya ?
7. Bila ditemukan adanya permasalahan terkait terapi obat, apa rekomendasi terapi yang
dapat diberikan pada pasien?
8. Parameter apa saja yang harus dimonitoring dari pasien untuk menilai efektivitas terapi,
risiko efek samping dan interaksi obat (bila ada)?

12
BLOK FARMASI RUMAH SAKIT ANGKATAN 40

Tutor memaparkan tujuan


Kelompok memilih ketua
Tutor membuka diskusi pembelajaran secara
dan sekretaris
umum dari skenario

Mahasiswa melakukan
Ketua memimpin
diskusi/analiisis kasus Salah satu mahasiswa
penetapan tujuan belajar
secara terstruktur membacakan kembali
yang spesifik dari skenario
diarahkan oleh tutor skenario
kasus yang ada
sebagai petunjuk self study

Gambar 1. Alur tutorial pertemuan pertama

13
BLOK FARMASI RUMAH SAKIT ANGKATAN 40

PERTEMUAN-2 (150 menit)


Pada pertemuan kedua, aktivitas yang dilakukan adalah melanjutkan diskusi (bila belum
terselesaikan pada pertemuan pertama) dan setiap mahasiswa menyusun asuhan kefarmasian
dan SOAP (untuk mahasiswa kedokteran) pada lembar CPPT yang telah disediakan.

Tutor membuka diskusi Ketua memimpin jalannya diskusi

mahasiswa membuat kesimpulan


dengan arahan tutor terkait Mahasiswa melakukan diskusi
permasalahan/diagnosis kasus, berdasarkan hasil self study
interpretasi hasil pemeriksaan, dengan diarahkan oleh tutor
dan pemecahan masalah

Gambar 1. Alur tutorial pertemuan kedua

14
BLOK FARMASI RUMAH SAKIT ANGKATAN 40

BAB IV
RUBRIK PENILAIAN TUTORIAL CBL

Komponen yang dinilai setiap pertemuan dalam tutorial CBL sebagai berikut:
NO Komponen penilaian Skor nilai
I Akuisisi pengetahuan 1 2 3 4
1 Menyampaikan informasi yang ilmiah dan relevan dengan topik
dalam diskusi
2 Memberikan informasi menggunakan bahasa/istilah yang sesuai
dalam diskusi ilmiah
3 Mengaplikasikan hasil belajar mandiri (self study) untuk menjelaskan
permasalahan yang ada
4 Mengintegrasikan pengetahuan sebelumnya (brainstroming) dengan
pengetahuan baru dalam setiap analisa tujuan belajar (LO)
II Pemecahan masalah dan keterampilan berpikir analitis
5 Menyampaikan informasi dengan jelas dan mudah dipahami
menggunakan katakatanya sendiri (bukan melihat catatan)
6 Aktif mengajukan pertanyaan yang tepat untuk menstimulasi diskusi.
7 Aktif menganalisis dan mengklarifikasi isu pembelajaran yang sulit
(critical thinking)
8 Memberikan kesimpulan/pemecahan masalah yang sesuai dengan
topik diskusi berdasarkan bukti ilmiah (EBD) yang ada
III Pengembangan diri dalam diskusi
9 Berkomunikasi dengan baik dan tidak mendominasi proses diskusi
10 Bertanggung jawab sesuai dengan peran masing-masing dalam
diskusi (ketua, sekretaris, dan anggota)
11 Memberikan perhatian serius pada proses diskusi
12 Datang tepat waktu
Total Skor
NILAI

Keterangan skor :
4 : Very Good (selalu)
3 : Good (sering)
2 : Satisfactory (kadang kadang)
1 : Unsatisfactory (tidak pernah)

Keterangan poin 12:


1 : terlambat < 15 menit
2 : terlambat < 10 menit
4 : tepat waktu

15
BLOK FARMASI RUMAH SAKIT ANGKATAN 40

LEMBAR HASIL DISKUSI PERTEMUAN-1

Mahasiswa yang
No. Pertanyaan Jawaban
menjawab

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

16
BLOK FARMASI RUMAH SAKIT ANGKATAN 40

DAFTAR PUSTAKA

CAIPE (2002). Defining IPE. Centre for the Advancement of Interprofessional Education.
http://caipe.org.uk/resources/defining -ipe/ - Diakses Maret 2022

WHO (2010). Framework for Action on Interprofessional Education & Collaborative Practice.
Geneva Switzerland: World Health Organization. pp: 14-35.

Toman, Kevin Pieter, Probandari Ari, Timor, (2016). Interprofesional Education (IPE): Luaran
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dalam praktik kolaborasi di Fakultas
kedokteran Universitas Sebelas maret, Nexus pendidikan kedokteran dan kesehatan vol.
5/2/Desember/2016

17

Anda mungkin juga menyukai