DOSEN PENGAJAR
Lailatul Fadilah,S.Kep,M.Kep
(NIP: 197508042002122002)
DISUSUN OLEH
Dwiky wijaya
(NIM: P27905118006)
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan
karunianya kepada kita semua, sehingga berkat karunianya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang ’’Pelayanan Keperawatan Dalam Sistem Pelayanan Kesehatan, Keperawatan Sebagai
Suatu Profesi dan Interprofesional Education Dan Interprofesional Collaboration’’.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang lebih luas bagi
pembacanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat kelebihan dan
kekurangannya sehingga kami mengharap kritik dan saran yang dapat memperbaiki untuk
penulisan makalah selanjutnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Tenaga Kesehatan merupakan tenaga profesional yang memiliki tingkat keahlian dan
pelayanan yang luas dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan yang berfokus pada kesehatan pasien. (Sternert, 2005 dalam Bennett, DKK
2011). tenaga kesehatan memiliki tuntutan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu di era global, tenaga kesehatan yang dimaksud adalah perawat, dokter, dokter
gigi, bidan, apoteker, dietisien, dan kesehatan masyarakat (sedyowinarso, DKK 2011).
1
1.2 Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ipe
Pengertian IPE :
Pengembangan IPE di institusi pendidikan kesehatan tidak terlepas dari konsep berubah. Perubahan
merupakan suatu proses Dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari status tetap (statis) menjadi
status bersifat dinamis. Perubahan dapat mencapai keseimbangan personal, sosial maupun organisasi
untuk dapat menerapkan ide atau konsep terbaru dalam mencapai tujuan tertentu.
2
Centre for the Advancement of Interprofessional Education (CAIPE,2002) menyebutkan, IPE terjadi
ketika dua atau lebih profesi kesehatan belajar bersama, belajar dari profesi kesehatan lain, dan
mempelajari peran masing-masing profesi kesehatan untuk meningkatkan kemampuan kolaborasi dan
kualitas pelayanan kesehatan. IPE adalah suatu pelaksanaan pembelajaran yang diikuti oleh dua atau lebih
profesi yang berbeda untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas pelayanan dan pelakasanaanya dapat
dilakukan dalam semua pembelajaran, baik itu tahap sarjana maupun tahap pendidikan klinik untuk
menciptakan tenaga kesehatan yang profesional (Lee et al., 2009). IPE adalah metode pembelajaran yang
interaktif, berbasis kelompok, yang dilakukan dengan menciptakan suasana belajar berkolaborasi untuk
mewujudkan praktik yang berkolaborasi, dan juga untuk menyampaikan pemahaman mengenai
interpersonal, kelompok, organisasi dan hubungan antar organisasi sebagai proses profesionalisasi
(Clifton et al., 2006). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Broers (2009) praktek kolaborasi
antar profesi didefinisikan sebagai beragam profesi yang bekerja bersama sebagai suatu tim yang
memiliki tujuan untuk meningkatkan kesehatan pasien/klien dengan saling mengerti 7 batasan yang ada
pada masing-masing profesi kesehatan. Interprofessional Collaboration (IPC) adalah proses dalam
mengembangkan dan mempertahankan hubungan kerja yang efektif antara pelajar, praktisi,pasien/ klien/
keluarga serta masyarakat untuk mengoptimalkan pelayanankesehatan.
Tujuan IPE adalah praktik kolaborasi antar profesi, dimana melibatkan berbagai profesi dalam
pembelajaran tentang bagaimana bekerjasama dengan memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang diperlukan untuk berkolaborasi secara efektif (Sargeant, 2009). Implementasi IPE di bidang
kesehatan dilaksanakan kepada mahasiswa dengan tujuan untuk menanamkan kompetensi-kompetensi
IPE sejak dini dengan retensi bertahap, sehingga ketika mahasiswa berada di lapangan diharapkan dapat
mengutamakan keselamatan pasien dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bersama profesi
kesehatan yang lain (Buring et al., 2009).
World Health Organization (2010) menyajikan hasil penelitian di 42 negara tentang dampak dari
penerapan praktek kolaborasi dalam dunia kesehatan menunjukkan hasil bahwa praktek kolaborasi dapat
meningkatkan keterjangkauan serta koordinasi layanan kesehatan, penggunaan sumber daya klinis
spesifik yang sesuai, outcome kesehatan bagi penyakit kronis, dan pelayanan serta keselamatan pasien.
WHO (2010) juga menjelaskan praktek kolaborasi dapat menurunkan komplikasi yang dialami pasien,
jangka waktu rawat inap, ketegangan dan konflik di antara pemberi layanan (caregivers), biaya rumah
sakit, rata-rata clinical error,dan rata-rata jumlah kematian pasien. Framework for Action on
Interprofessional Education & Collaborative Practice, WHO (2010) menjelaskan IPE berpotensi
menghasilkan berbagai manfaat dalam beberapa aspek yaitu kerjasama tim meliputi mampu untuk
menjadi pemimpin tim dan anggota tim, mengetahui hambatan untuk kerjasama tim; peran dan tanggung
jawab meliputi pemahaman peran sendiri, tanggung jawab dan keahlian, dan orang-orang dari jenis
petugas kesehatan lain; komunikasi meliputi pengekspresikan pendapat seseorang kompeten untuk rekan,
mendengarkan anggota tim; belajar dan refleksi kritis meliputi cermin kritis pada hubungan sendiri dalam
3
tim, mentransfer IPE untuk pengaturan kerja; hubungan dengan pasien, dan mengakui kebutuhan pasien
meliputi bekerja sama dalam kepentingan terbaik dari pasien, terlibat dengan pasien, keluarga mereka,
penjaga dan masyarakat sebagai mitra dalam manajemen perawatan; praktek etis meliputi pemahaman
pandangan stereotip dari petugas kesehatan lain yang dimiliki oleh diri dan orang lain, mengakui bahwa
setiap tenaga kesehatan memiliki pandangan yang samasama sah dan penting. Proses IPE membentuk
proses komunikasi, tukar pikiran, proses belajar, sampai kemudian menemukan sesuatu yang bermanfaat
antar para pekerja profesi kesehatan yang berbeda dalam rangka penyelesaian suatu masalah atau untuk
peningkatan kualitas kesehatan (Thistlethwaite dan Moran,2010)
Elemen praktik kolaboratif termasuk tanggung jawab, akuntabilitas, koordinasi, komunikasi, kerjasama,
otonomi, saling percaya dan saling menghormati. Kemitraan inilah yang menciptakan tim interprofesional
yang dirancang untuk bekerja pada tujuan bersama untuk meningkatkan hasil pasien. interaksi kolaboratif
menunjukkan perpaduan budaya profesional Dan tercapai meskipun berbagai keterampilan dan
pengetahuan untuk meningkatkan kualitas perawatan pasien ada karakteristik penting yang menentukan
efektivitas tim, termasuk anggota yang melihat peran mereka sebagai penting bagi tim komunikasi
terbuka keberadaan otonomi, dan kesetaraan sumber daya. penting untuk dicatat bahwa kolaboratif
interprofessional yang buruk dapat berdampak negatif pada kualitas perawatan pasien. dengan demikian
keterampilan dalam bekerja sebagai tim interprofessional diperoleh melalui pendidikan interprofessional,
penting untuk perawatan berkualitas tinggi.
Guna membentuk suatu team work atau kerjasama tim yang ideal dibutuhkan kooperasi dan
kolaborasi. Kooperasi (kerjasama) berarti bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama
(tetapi bukan tujuan yang semestinya) Contoh kerjasama yaitu misalnya Anda berkeluarga lalu cara
bekerja sama dengan istri Anda dengan meletakkan pakaian kotor di mesin cuci turut membantu mencuci
piring dan sebagainya.
Lalu apa makna kolaborasi? Kolaborasi dalam bahasa inggris collaboration, berasal dari kata collaborate
yang berarti bekerja antara satu dengan yang lain, berkooperasi satu sama lain. Menurut kamus besar
bahasa indonesia online, kolaborasi adalah suatu perbuatan berupa kerjasama dengan musuh, teman dan
sebagainya. Menurut Arthur T. Himmelman, kolaborasi berupa pertukaran informasi, berbagai segala
sumber pengetahuan untuk meningkatkan kapasitas satu dengan yang lain demi tercapainya tujuan
bersama.
4
kolaborasi adalah kerjasama yang lebih terfokus pada tugas atau misi biasa terjadi dalam bisnis,
perusahaan atau organisasi lainnya. Misalnya, untuk menampilkan suatu pentas seni yang luar biasa perlu
kolaborasi antara penari, penyanyi, pemusik, dsb. Kolaborasi adalah proses yang membutuhkan hubungan
dan interaksi antara profesional kesehatan terlepas dari apakah atau tidak mereka menganggap diri
mereka sebagai bagian dari tim. (Kolaborasi kesehatan)
A. Tujuan IPC
IPE adalah praktik kolaborasi antar profesi, dimana melibatkan berbagai profesi
dalam pembelajaran tentang bagaimana bekerjasama dengan memberikan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk berkolaborasi secara efektif (Sargeant,
2009). Implementasi IPE di bidang kesehatan dilaksanakan kepada mahasiswa dengan
tujuan untuk menanamkan kompetensi-kompetensi IPE sejak dini dengan retensi
bertahap, sehingga ketika mahasiswa berada di lapangan diharapkan dapat
mengutamakan keselamatan pasien dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
bersama profesi kesehatan yang lain (Buring et al., 2009).
5
persepsi, lingkungan, dan pengetahuan. Persepsi yaitu suatu pandangan pribadi atas hal-
hal yang telah terjadi. Persepsi terbentuk melalui apa yang diharapkan dan pengalaman.
Perbedaan persepsi antar profesi yang berinteraksi akan menimbulkan kendala dalam
komunikasi.
6
8. Sufficient payment and payment arragement
- Tim kolaborasi tidak mendasari pekerjaannya sebatas upah yang diterimanya
- Pemerintah membantu secara finansial dan teknis dalam mengembangkan
kolaborasi
9. Supportive education system
- Pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan efektivitas kolaborasi
kesehatan.
BAB III
PENUTUP
1.1. KESIMPULAN
1.2. SARAN
Penulis berharap agar semua mahasiswa keperawatan dapat memahami dan mendalami materi
IPE supaya kolaborasi antara petugas kesehatan dapat berjalan lebih baik untuk keselamatan pasien
nantinya.
7
DAFTAR PUSTAKA
Riyanto, Theo, Martinus Th. 2008. Kelompok kerja yang efektif. Yogyakarta: kanisius