Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

INTERPROFESSIONAL EDUCATION
ETIKA DAN NILAI-NILAI DALAM KOLABORASI INTERPROFESI

Dosen Pembimbing :Nursyahid Siregar, M. Keb

Disusun Oleh:

KELOMPOK 1

1. Agustina Enang
2. Fatmawati
3. Misniawati
4. Salmawati
5. Triyati

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Pujisyukurpenulispanjatkankehadirat Allah SWT karenaatasrahmat dan


hidayah-Nya kelompok dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Interprofessional Education Etika dan Nilai-Nilai Dalam Kolaborasi
Interprofesi”.
Tidak lupa kelompok mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini sehingga dapat diselesaikan tepat
pada waktunya yaitu kepada Dosen.Tidak lupa penulis sampaikan terimakasih
kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam proses penyelesaian
makalah ini.
Kelompok menyadari akan pentingnya proses belajar, untuk itu kelompo
engharapkan kritik dan saran yang bersifa membangun dari pembaca sekalian
sehingga dapat menghasilkan karya yang lebih baik di masa yang akan datang.

Samarinda, 14 Maret 2022

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusahn Masalah 2
C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian EtikaDalam Kolaborasi Interprofesi 3
B. Nilai-Nilai/Etik Dalam Profesi Kesehatan 4
C. Nilai-Nilai/Etik Masing-Masing Profesi 6
D. Nilai-Nilai/Etik Dalam Kolaborasi Tim Antar Profesi 14

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Kesimpulan 16
B. Saran 16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai tantangan terhadap masalah kesehatan terjadi dalam era global


ini. Kesehatan merupakan salah satu faktor penting untuk kehidupan manusia.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai suatu
keadaan atau kondisi baik itu fisik, mental, dan sosial yang sempurna dan ideal,
dimana seseorang dapat hidup dalam kesejahteraan baik dari segi biologis,
psikologis, dan sosial (World Health Organization, 2013).
World Health Organization (1988) menciptakan sebuah grand design
tentang suatu pembentukan karakter kolaborasi dalam bentuk pendidikan
formal yaitu berupa interprofessional education (Kusumaningrum &
Anggorowati, 2018)
Dalam konteks pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan baik melalui
sekelompok tim multiprofesional yang bersatu untuk menangani berbagai
macam prosedur pelayanan pasien. Dalam sekelompok tim kesehatan terdiri
dari berbagai macam profesi yang bertanggung jawab atas tugas dan kewajiban
yang berbeda-beda. Dibutuhkan adanya etika kerja yang kolaboratif supaya
dapat menciptakan suasana kerja yang damai untuk mencapai satu tujuan yang
sama (Titania, 2018). Penerapan program IPE dalam lingkup pendidikan
akademik pelayanan kesehatan merupakan hal yang penting untuk membantu
pengembangan konsep kerjasama dan kolaborasi antar professional kesehatan,
sehingga dapat mempersiapkan dan menciptakan tenaga kesehatan yang lebih
baik, profesional, dan berkompeten untuk menghadapi masalah kesehatan.
(Kusumaningrum & Anggorowati, 2018). Oleh sebab itu, program ini perlu
untuk diperkenalkan kepada mahasiswa sedini mungkin sehinga dapat
memfasilitasi mahasiswa dalam bekerja dan berkolaborasi dengan mahasiswa
lain dari disiplinilmu yang berbeda.
IPE mempersiapkan mahasiswa profesi kesehatan dengan ilmu,
ketrampilan, sikap dan perilaku profesional yang penting untuk praktik

1
kolaborasi interprofesional (Sunartini, H., 2012 dalam Utami, 2015). Sebuah
pelatihan program IPE dapat meningkatan efektivitas diri sebagai anggota tim
interprofesional dan keyakinan terhadap diri sendiri, meningkatkan
pengetahuan, dan kemampuan untuk mengelola orang dengan kondisi jangka
panjang. Hal ini memiliki efekpositif dan memberikan kontribusi pada
pengembangan professional kesehatan yang siap untuk berkolaborasi dengan
orang lain dalam rangka meningkatkan outcome pasien (Darlow et al, 2015).
Sebuah program IPE yang dilaksanakan oleh Queen’s University di Ontario,
Canada membawa dampak positif bagi mahasiswanya.

B. Rumusan masalah
1. Apakah pengertian etika dalam kolaborasi interprofesi ?
2. Apa saja nilai-nila/etik dalam profesi kesehatan ?
3. Apa saja nilia-nilai/etikmasing-masing profesi ?
4. Apa saja nilai-nilai/etik dalam kolaborasi tin antar profesi ?

C. Tujuan
1. Mampu memahami pengertian etika dalam kolaborasi interprofesi.
2. Mampu memahami nilai-nila/etik dalam profesi kesehatan.
3. Mampu memahami nilia-nilai/etik masing-masing profesi.
4. Mampu memahami nilai-nilai/etik dalam kolaborasi tin antar profesi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ETIKA DALAM KOLABORASI INTERPROFESI


Praktek kolaborasi terjadi apabila beberapa katagori professional atau
tenaga kesehatan bekerja bersama dengan pasien, keluarga dan masyarakat
untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan kualitas yang tinggi.
Untuk dapat memahami konsep praktek kolaborasi antar profesi perlu
difahami dulu konsep insterprofesionalism. Interprofesionality adalah sebuah
proses dimana beberapa profesional merencanakan, melaksanakan dan
mengintegrasikan suatu jawaban atau respon yang kohesif terhadap kebutuhan
atau tuntutan klien, keluarga atau masyarakat. Proses ini melibatkan interaksi
yang kontinyu berupa tukar menukar informasi dan pengetahuan yang
diorganisasikan untuk memecahkan masalah bersama dengan melibatkan
participasi pasien, keluarga dan masyarkat. Interprofesionalitas memerlukan
adanya perubahan paradigma karena interprofesionalitas memiliki karakteristik
khusus seperti nilai, code of condcut dan cara bekerja yang spesifik antar
profesi. ( D’Amour and Oandasan, 2005).
Interprofessional Education merupakan pembelajaran yang dilakukan
secara langsung oleh mahasiswa disiplin ilmu sesuai dengan permasalahan di
lapangan, sehinga mahasiswa dapat menganalisis dan mengambil keputusan
secara mandiri dengan pertimbangan yang tepat melalui sikap kerja yang baik,
terampil dan dilaksanakan dalam usaha yang konsisten (Pratiwi, et al., 2018).
Penerapan program IPE menjadi salah satu dasar dalam pembentukan
kolaborasi. Dimana kegiatan IPE ini diterapkan sebagai media kolaborasi antar
profesional kesehatan dengan menanamkan pengetahuan dan keterampilan
dasar sedini mungkin antar profesional melalui proses pendidikan, selain itu
IPE dapat membantu pengembangan konsep kerja sama antar profesional
dengan mempromosikan sikap dan tingkah laku yang positif antar profesi yang
terlibat. Pengembangan program IPE dimulai dengan tujuan utama yaitu untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan yang berpusat pada kesembuhan dan

3
keselamatan pasien. Pendekatan interprofesional akan memfasilitasi mahasiswa
dari satu disiplin ilmu untuk belajar dari disiplin ilmu lainnya, sehingga dapat
meningkatkan keterampilan baru mahasiswa, memperkaya keterampilan
khusus yang dimiliki oleh masing-masing disiplin, dan mampu bekerja sama
lebih baik dalam lingkungan tim yang terintegrasi (Kusumaningrum &
Anggorowati, 2018; Pratiwi et al., 2018).
Kerja sama tim dalam kolaborasi IPE adalah proses yang dinamis dan
kompleks yang melibatkan dua atau lebih profesi kesehatan yang memiliki
pengetahuan dan keahlian yang berbeda, membuat penilaian dan perencanaan
bersama, serta mengevaluasi bersama perawatan yang akan diberikan kepada
pasien melalui kolaborasi yang independen, komunikasi yang terbuka, dan
pengambilan keputusan bersama untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan. Hambatan dalam kolaborasi antar petugas kesehatan yang tidak baik
menjadI penyebab utama terjadinya medical error, fragmanted care, pelayanan
yang tumpang tindih, konflik interprofesional, keterlambatan pemeriksaan dan
tindakan, kejadian yang tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian
dan bahaya, bahkan dapat mengancam jiwa pasien (Pratiwi, et al., 2018;
Titania, 2018).

B. NILAI-NILAI/ETIK DALAM PROFESI KESEHATAN


Etika adalah bagian pokok ilmu kedokteran dan kesehatan, bukan sebagai
pelengkap “Tidak ada satupun tenaga kesehatan yang melakukan tugas
profesinya, yang tidak pernah menghadapi permasalahan atau dilema etika
dalam praktiknya” Oleh karena itu, penting bagi setiap tenaga kesehatan untuk
menguasai ilmu Etika.
Nilai antar profesi dan etik yang terkait dengannya meupakan hal penting
baik untuk profesi secara mandiri maupun dalam hubungannya dengan
kolaborsi antar profesi. Nilai dan etik antar profesi meliputi : pelayanan harus
berfokus pada klien dengan orientasi komunitas, masing-masing profesi
berbagai peran dan tanggung jawab untuk meningkatkan derajat kesehatan,
semua profesi bersama-sama memiliki komitmen untuk dapat menciptakan

4
pelayanan yang aman, efisien dan efektif, pelayanan diberikan secara
komprehensif dengan melibatkan klien dan keluarganya.
Pernyataan umum komptensi value dan etik antar profesi kerja adalah
bekerja sama dengan profesi lain untuk mempertahankan iklim saling
menghargai dan berbagi nilai serta etik bersama. Pernyataan umum kompetensi
value dan etik antar profesi adalah bekerja sama dengan klien dan keluarganya.
Pernyataan umum kompetensi value dan etik antar profesi adalah bekerja sama
dengan profesi lain untuk mempertahankan iklim saling menghargai dan
berbagi nilai serta etik bersama.
Pernyataan umum kompetensi tersebut terdiri dari kompetensi khusus
berupa:
1. Menempatkan kebutuhan klien dan populasisebagai pusat dari
kolaborasi antar profesi untuk memberikan pelayanan kesehatan.
2. Menghargai martabat dan privasi klien dengan tetatp mempertahankan
kerhasiaan dalam memberikan pelayanan kesehatan berbasis tim
3. Tetap memperhatikan perbedaan individu yang dimiliki oleh klien,
populasi dan tim antar profesi
4. Menghargai keunikan budaya, nilai, peran, dan tanggung jawab, serta
keahlian anggota tim antar profesi
5. Bekerja sama dengan klien, anggota tim dan semua yang berkontribusi
dalam pelayanan kesehatan
6. Menciptakan hubungan saling percaya dengan klien, keluarga klien,
dan tim antar profesi
7. Mendemontrasikan sikap etik dan kualitas pelayanan yang tinggi
8. Mengelola dilema etik yang terjadi pada saat memberikan pelayanan
kepada klien dalam tim antar profesi
9. Berperilaku jujur dan menjaga integritas dalam berintegrasi dengan
klien. Keluarga klien dan anggota tim antar profesi
10. Menjadi kompetensi profesinya masing-masing sesuai dengan lingkup
prakteknya.

5
C. NILAI-NILAI/ETIK MASING-MASING PROFESI
1. Nilai / Etik Keperawatan
Pengertian Kode etik Kode Etik adalah pernyataan standar profesional
yang digunakan sebagai pedoman perilaku dan menjadi kerangka kerja
untuk membuat keputusan. Aturan yang berlaku untuk seorang perawat
Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik
perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh
terhadap kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan.
1) Perawat dan Klien
a) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai
harkat dan martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh
oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis
kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
b) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya,
adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama klien.
c) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang
membutuhkan asuhan keperawatan.
d) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki
sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika
diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku.

2) Perawat dan praktik


a) Perawat memlihara dan meningkatkan kompetensi dibidang
keperawatan melalui belajar terus-menerus.
b) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang
tinggi disertai kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan
serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
c) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang
akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi

6
seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan
memberikan delegasi kepada orang lain.
d) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi
keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku profesional.

3) Perawat dan Profesi


a) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar
pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam
kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan.
b) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan
profesi keperawatan.
c) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun
dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya
asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.

2. Nilai / Etik Kebidanan


Kode etik adalah suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai suatu
kedisiplinan ilmu yang memberikan tuntutan bagi anggota dalam
menjalankan profesi.
1) Bidan Terhadap Klien Dan Masyarakat
a) Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati,dan
mengamalkan sumpsh jabatannya dalam melaksanakan tugas dan
pengabdiannya.
b) Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi
harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra
bidan.
c) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman
pada peran, tugas dan tanggungjawab sesuai dengan kebutuhan
klien, keluarga dan masyarakat.

7
d) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan
kepentingan klien, menghormati hak klien, dan menghormati nilai-
nilai yang berlaku di masyarakat.
e) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan
kepentingan.

2) Bidan Terhadap Tugasnya


a) Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada
klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi
yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan
masyarakat.
b) Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai
kewenangan dalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk
keputusan mengadakan konsultasi dan/ atau rujukan.
c) setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat
dan/ atau dipercayakan kepadanya, kecuali jika diminta oleh
pengadilan atau diperlikan sehubungan dengan kepentingan klien.

3) Bidan Terhadap Profesinya


a) Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra
profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan
memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
b) Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
c) Setiap bidan senantiasa berperanserta dalam kegiatan penelitian dan
kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra
profesinya.

8
3. Nilai / Etik Ahli Kesehatan Lingkungan
Etika adalah ilmu yang mempelajari tentang moralitas, yaitu baik-buruk
suatu perbuatan dan benar-salah suatu perbuatan dilihat dari segi moral.
Etika adalah pengetahuan tentang moralitas, menilai baik buruknya sesuatu
perbuatan ditinjau dari sisi moral. Etika dapat mengandung norma
kesusilaan (sikap pribadi), norma kesopanan (perilaku antar manusia), tetapi
dapat dipengaruhi oleh norma agama dan norma hukum.
1) Terhadap Klien/Masyarakat
a) Seorang sanitarian wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan
segala ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan penyelesaian
masalah klien atau masyarakat. Dalam hal ia tidak mampu
menyelesaikan suatu pemeriksaan atau penyelesaian suatu masalah,
maka ia wajib berkonsultasi, bekerjasama dan atau merujuk
pekerjaan tersebut kepada sanitarian lain yang mempunyai keahlian
dalam menyelesaikan masalah tersebut.
b) Seorang sanitarian wajib melaksanakan profesinya secara
bertanggung jawab.
c) Seorang sanitarian wajib melakukan penyelesaian masalah sanitasi
secara tuntas dan keseluruhan.
d) Seorang sanitarian wajib memberikan informasi kepada kliennya
atas pelayanan yang diberikannya.
e) Seorang sanitarian wajib mendapatkan perlindungan atas praktek
pemberian pelayanan.

2) Terhadap Teman Seprofesi


a) Seorang sanitarian memperlakukan teman seprofesinya sebagai
bagian dari penyelesaian masalah.
b) Seorang sanitarian tidak boleh saling menganbil alih pekerjaan dari
teman seprofesi, kecuali dengan persetujuan, atau berdasarkan
prosedur yang ada.

9
4. Nilai / Etik Keperawatan Gigi
Kode etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia wajib dihayati, ditaati, dan
diamalkan oleh setiap anggota dalam menjalankan profesinya.
1) Terhadap Klien
a) Terapis Gigi dan Mulut dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi
dan mulut dengan menghormati klien dan kemampuannya dalam
membuat keputusan yang terkait dengan kesehatan dan masa depan
klien.
b) Terapis Gigi dan Mulut dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi
dan mulut, senantiasa mendahulukan kepentingan, memperhatikan
hak dan tidak menimbulkan kerugian bagi klien.
c) Terapis Gigi dan Mulut dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi
dan mulut, tidak membahayakan keselamatan klien.
d) Terapis Gigi dan Mulut dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi
dan mulut, bersikap adil dan tidak membeda-bedakan klien.
e) Terapis Gigi dan Mulut wajib memberikan pelayanan kepada pasien
dengan sikap ramah, ikhlas sehingga pasien merasa tenang dan
aman.

2) Terhadap Profesi
a) Terapis Gigi dan Mulut senantiasa menjunjung tinggi nama baik
profesi dengan selalu menunjukkan perilaku professional.
b) Terapis Gigi dan Mulut wajib menjaga nama baik dan menjunjung
tinggi citra profesi dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan
memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.

5. Nilai / Etik Ahli Gizi


Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi mengabdikan diri dalam upaya
memelihara dan memperbaiki keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan dan
kesejahteraan rakyat melalui upaya perbaikan gizi, pendidikan gizi,
pengembangan ilmu dan teknologi gizi, serta ilmu-ilmu terkait.

10
1) Terhadap Klien
a) Memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup
institusi pelayanan gizi atau di masyarakat umum.
b) Menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang dilayaninya baik
pada saat klien masih atau sudah tidak dalam pelayanannya, bahkan
juga setelah klien meninggal dunia kecuali bila diperlukan untuk
keperluan kesaksian hukum.
c) Menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan menghargai
kebutuhan unik setiap klien yang dilayani dan peka terhadap
perbedaan budaya , dan tidak melakukan diskriminasi dalam hal
suku , agama , ras , status sosial , jenis kelamin , usia dan tidak
menunjukkan pelecehan seksual
d) Memberikan pelayanan gizi prima , cepat , dan akurat.
e) Memeberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas ,
sehingga memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan
sendiri berdasarkan informasi tersebut.
f) Apabila mengalami keraguan dalam memberikan pelayanan
berkewajiban senantiasa berkonsultasi dan merujuk kepada ahli gizi
lain yang mempunyai keahlian.

2) Terhadap Profesi dan Diri Sendiri


a) Mentaati, melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan yang
dicanangkan oleh profesi.
b) Memajukan dan memperkaya pengetahuan dan keahlian yang
diperlukan dalam menjalankan profesinya sesuai perkembangan
ilmu dan teknologi terkini serta peka terhadap perubahan
lingkungan.
c) Menunjukan sikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan berani
mengemukakan pendapat serta senantiasa menunjukan kerendahan
hati dan mau menerima pendapat orang lain yang benar.

11
d) Menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak boleh dipengaruhi
oleh kepentingan pribadi termasuk menerima uang selain imbalan
yang layak sesuai dengan jasanya, meskipun dengan pengetahuan
klien/masyarakat (tempat dimana ahli gizi diperkerjakan).
e) Tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum, dan memaksa
orang lain untuk melawan hukum.
f) Memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar dapat bekerja
dengan baik. 7. Melayani masyarakat umum tanpa memandang
keuntungan perseorangan atau kebesaran seseorang.
g) Selalu menjaga nama baik profesi dan mengharumkan organisasi
profesi.

6. Nilai/Etika Profesi Ahli Tehnologi Laboratorium Medis (ATLM)


Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
1) ATLM Terhadap Pasien / Pemakai Jasa
a) Setiap ATLM dalam memberikan pelayanan harus bersikap adil dan
mengutamakan kepentingan pasien dan atau pemakai jasa tanpa
membeda-bedakan kedudukan, golongan, suku, agama, jenis
kelamin dan kedudukan sosial.
b) Setiap ATLM harus bertanggungjawab dan menjaga kemampuannya
dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan atau pemakai jasa
secara profesional.
c) Setiap ATLM berkewajiban merahasiakan segala sesuatu baik
informasi dan hasil pemeriksaan yang diketahui berhubungan
dengan tugas yang dipercayakannya kecuali jika diperlukan oleh
pihak yang berhak dan jika diminta oleh pengadilan.
d) Setiap ATLM dapat berkonsultasi/merujuk kepada teman sejawat
atau pihak yang lebih ahli untuk mendapatkan hasil yang akurat.

2) Kewajiban ATLM Terhadap Profesi

12
a) Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik harus menjunjung tinggi
serta memelihara martabat, kehormatan profesi, menjaga integritas,
kejujuran serta dapat dipercaya, produktif, efektif, efisien, peduli
terhadap tugas dan lingkungan.
b) Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik berkewajiban
menjunjung tinggi normanorma dan nilai-nilai luhur dalam
kehidupan dalam penyelenggaraan praktik profesinya.
c) Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik senantiasa harus
melakukan pekerjaan profesinya sesuai dengan standar prosedur
operasional, standar keselamatan kerja yang berlaku dan kode etik
profesi.
d) Setiap ATLM yang akan menjalankan pekerjaannya wajib memiliki
Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Ijin Praktik (SIP).

7. Nilai / Etik Teknik Elektro Medik


Pelayanan teknik elektromedik yang merupakan bagian integral
pelayanan kesehatan, telah mengalami perkembangan yang pesat baik dari
sisi keilmuan maupun teknologi rekayasa pada bidang kedokteran/kesehatan
seiring dan sejalan dengan era globalisasi.
1) Tenaga teknik elektromedik terhadap pemerintah dan masyarakat
a) Tenaga teknik elektromedik senantiasa melaksanakan kebijakan
yang digariskan oleh pemerintah tentang kesehatan dalam bidang
teknik elektromedik.
b) Tenaga teknik elektromedik senantiasa berperan aktif dengan
menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam rangka
meningkatkan pelayanan kesehatan dalam bidang teknik
elektromedik.
c) Tenaga teknik elektromedik dalam melaksanakan profesinya tidak
membedakan kebangsaan, kesukuan, agama, politik, warna kulit,
umur, jenis kelamin serta status sosial dari penerima pelayanan
teknik elektromedik.

13
2) Tenaga teknik elektromedik terhadap profesi
a) Tenaga teknik elektromedik selalu menjunjung tinggi nama baik
profesi teknik elektromedik dengan berperilaku dan berkepribadian
yang luhur.
b) Tenaga teknik elektromedik secara bersama-sama membina
organisasi profesi teknik elektromedik sebagai wadah profesi.
c) Tenaga teknik elektromedik dalam melaksanakan pelayanan
profesinya selalu berpedoman pada standar profesi teknik
elektromedik.
d) Tenaga teknik elektromedik senantiasa berperan dalam pembaharuan
dan menentukan standar profesi untuk meningkatkan pelayanan
teknik elektromedik.
e) Tenaga teknik elektromedik harus dapat bekerja sama dan
menghargai profesi yang terkait.
f) Tenaga teknik elektromedik baik secara perorangan maupun
bersama-sama melaporkan ke majelis disiplin bila menegatahui
adanya pelanggaran profesi teknik elektromedik.

D. NILAI-NILAI/ETIK DALAM KOLABORASI TIM ANTAR PROFESI

Belajar untuk berkolaborasi antar tim berarti juga belajar menjadi pemain
yang baik di dalam tim tersebut. Perilaku kerja tim dapat diaplikasikan setiap
saat dimana ada interaksi antara anggota tim antarprofesi dengan tujuan yang
sama yaitu untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada klien, (individu,
keluarga, dan masyarakat). Sering sekali terjadi konflik didalam tim
antarprofesi diakibatkan oleh ketidakmampuan anggota tim berperan sesuai
dengan perannya didalam.
Oleh karena itu kepemimpinan didalam tim antar profesi sangat diperlukan
agar mamfasilitasi komunikasi dan kerjasama antar anggota untuk mencapai

14
tujuan yang telah disepakati. Peran pemimpin juga sangat diperlukan untuk
memfasilitasi keahlian masing-masing anggota tim sehingga dengan demikian
pelayanan kepada klien dapat di koordinasikandengantepat dan efektif.
Pernyataan umum kompetensi untuk bekerja di dalam adalah memaplikasikan
nilai-nilai membangun kelompok dan membangun prinsip dinamika kelompok
untuk melaksanakan fungsi tim secara efektif. Pernyataan umum kompetensi
tersebut terdiri dari kompetensi spesifik:
1. Mendeskripsikan proses pengembangan tim dan berlatih tentang tm yang
efektif
2. Membangun konsensus tentang prinsip-prinsip etik untuk memadu semua
aspek pelayanan kepada klien dan kerja tim
3. Melibatkan profesi kesehatan lain yang sesuai apabila diperlukan untuk
situasi tertentu
4. Mengintegrasikan pengetahuan dan ketermpilan proses lain yang sesuai
untuk situasi tertentu tertentu
5. Mengaplikasikan prinsip-prinsip kepemimpinan yang mendukung praktek
kolaborasi dan efektivitas tim
6. Motivasi diri sendiri dan anggota tim lainnya untuk dapat mengelola ketidak
setujuan secara konstruksi. Ketidak setujuan biasanya berkaitan dengan
nilai, peran, tujuan dan tindakan
7. Berbagai akontabilitas dengan profesi lain, dengan pasien dan komunitar
untuk mencapai tujuan promosi kesehatan
8. Memperlihatkan pencapaian performance yang tinggi secara individu untuk
meningkatkan performan kelompok
9. Menggunakan teknik atau strategi perbaikan kelompok untuk meningkatkan
efektifitas kerjasama antar profesi
10. Menggunakan bukti-bukti yang tersedia untuk melakukan praktek kerja
tim
11. Melakukan kerja sesuai peran dan fungsinya di dalam tim di dalam situasi
yang berbeda.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Interprofessional Education merupakan pembelajaran yang
dilakukan secara langsung oleh mahasiswa disiplin ilmu sesuai dengan
permasalahan di lapangan, sehinga mahasiswa dapat menganalisis dan
mengambil keputusan secara mandiri dengan pertimbangan yang tepat
melalui sikap kerja yang baik, terampil dan dilaksanakan dalam usaha
yang konsisten.
Untuk dapat memahami konsep praktek kolaborasi antar profesi
perlu difahami dulu konsep insterprofesionalism. Interprofesionality
adalah sebuah proses dimana beberapa profesional merencanakan,
melaksanakan dan mengintegrasikan suatu jawaban atau respon yang
kohesif terhadap kebutuhan atau tuntutan klien, keluarga atau masyarakat.
Proses ini melibatkan interaksi yang kontinyu berupa tukar menukar
informasi dan pengetahuan yang diorganisasikan untuk memecahkan
masalah bersama dengan melibatkan participasi pasien, keluarga dan
masyarkat. Interprofesionalitas memerlukan adanya perubahan paradigma
karena interprofesionalitas memiliki karakteristik khusus seperti nilai,
code of condcut dan cara bekerja yang spesifik antar profesi.

B. Saran
Kami dalam pembuatan makalah ini,sebagai seorang bidan dan
tenaga kesehatan lainnya perlu mengetahui dan memahami seperti apa
etika dan nilai-nilai/etik dalam kolaborasi interprofesi, agar dapat

16
diterapkan secara nyata saat turun kelapangan. Diharapkan juga saran dan
kritik dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Organization WH. A global brief on Hypertension: silent killer, global public


health crises (World Health Day 2013). Geneva: WHO. 2013

Kusumaningrum, P. R., &Anggorowati, A. (2018). Interprofesioanal Education


(IPE)
SebagaiUpayaMembangunKemampuanPerawatDalamBerkolaborasiDengan
Tenaga Kesehatan Lain. JurnalKepemimpinan Dan ManajemenKeperawatan,.

Sudarmi, S., Bertalina, B., &Aprina, A. (2020). Efektifitaspenerapan


interprofessional education-collaborative practice (IPE–CP)
tentanggiziseimbangterhadappengetahuan dan sikapibuhamil. AcTion: Aceh
Nutrition Journal, 5(1), 71. https://doi.org/10.30867/action.v5i1.212.

Darlow, B.Coleman, K., McKinlay, E.,Sarah, D, Beckingsale, L., Gray, B., et al.
(2015). The Positive Impact of Interprofessional Education: A Controlled Trial To
Evaluate A Programme For Health Professional Student. Journal BMC . Vol
15(98). pp.1-9.

Utami, Sri et all. 2020. Modul Pembelajaran Interprofessional Education (PIE).


Surabaya: Poltekkes Kemenkes Surabaya.

Muttqin, Zaenal et all. 2018. Modul Mahasiswa Kolaborasi Antarprofesi. Jakarta:


Poltekkes Kemenkes Jakarta 1.

17
18

Anda mungkin juga menyukai