Anda di halaman 1dari 19

Visi Program Studi Ners:

Menghasilkan Ners yang unggul dalam menerapkan ilmu dan teknologi keperawatan
lanjut usia.

MAKALAH
KONSEP DASAR KEPERAWATAN II
PENERAPAN PEMBERIAN ALASAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
KLINIK PADA BERBAGAI CLINICAL SETTING

Dosen Mata Kuliah:


Dr. Titi Sulastri, S. Kp., M. Kes.

Disusun Oleh:
Kelompok 5

Aufiah Dhia Ulhaq P3.73.20.2.17.007


Fahira Ishlah Amini P3.73.20.2.17.013
Fathiyyah Aulia Qawam P3.73.20.2.17.014
Febrilla Elena Crismonika P3.73.20.2.17.015
Salsabila Rizqi Narendra P3.73.20.2.17.031
Sendang Tri Winayu P3.73.20.2.17.032

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2017 – 2018
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang mana
telah memberikan rahmat dan karunianya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan
makalah Penerapan Pemberian Alasan Pengambilan Keputusan Klinik pada Berbagai
Clinical Setting sebagai salah satu tugas wajib dan bukti bahwa kami selaku penulis telah
melaksanakan dan menyelesaikan makalah ini.
Laporan ini dibuat dan diselesaikan dengan adanya bantuan dari pihak pebimbing,
materi maupun teknis, oleh karena itu kami selaku penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada : Dr. Titi Sulastri, S. Kp., M. Kes. Selaku dosen mata kuliah Konsep
Dasar Keperawatan II di Poltekkes Kemenkes Jakarta III. Dan kepada Orang Tua yang
telah memberikan do'a, arah, dukungan, dan dorongan dari segi material maupun moral.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangan-kekurangan dari segi kualitas atau kuantitas maupun dari ilmu
pengetahuan yang kami kuasai. Oleh karena itu kami selaku penulis mohon kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan pembuatan laporan atau kaarya
tulis dimasa mendatang.

Atas perhatian dan waktunya kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, 12 Maret 2018

Tim Penulis

Poltekkes Kemenkes Jakarta III | i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4

2.1 Definisi Pengambilan Keputusan klinis .................................................................. 4

2.2 Alasan Pengambilan Keputusan Klinis ................................................................... 4

2.3 Petunjuk untuk Pengambilan Keputusan ................................................................ 4

2.4 Aplikasi Keterampilan Kognitif .............................................................................. 5

2.4.1 Evaluasi Kelebihan Beban ............................................................................... 5

2.4.2 Kebutuhan Pengetahuan dan Kemampuan dalam Berbagai Kondisi .............. 6

2.5 Hambatan dalam Menerapkan Alasan klinis ........................................................ 11

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 14

3.1 Simpulan ............................................................................................................... 14

3.2 Saran ..................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

Poltekkes Kemenkes Jakarta III | ii


Poltekkes Kemenkes Jakarta III | iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari dan setiap aktivitas, manusia selalu terlibatdi
dalam pengambilan suatu keputusan, baik keputusan sederhana maupunyang
kompleks. Proses dalam pengambilan keputusan selalu terkait dengan proses
berpikir kritis. Berfikir merupakan suatu proses yang berjalan secara
berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan
persepsi. Sedangkan berfikir kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari
konsep berfikir yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri
berbagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen berfikir
kritis dalamkeperawatan yang di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan
standar berfikir kritis, analisis pertanyaan kritis, hubungan pemecahan masalah,
pengambilan keputusaan dan kreatifitas dalam berfikir kritis serta factor-faktor
yang mempengaruhi berfikir kritis. Perawat sebagai bagian dari pemberi
pelayanan kesehatan, yaitu memberiasuhan keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan akan selaludituntut untuk berfikir kritis dalam berbagai
situasi. Penerapan berfikir kritisdalam proses keperawatan dengan kasus nyata
yang akan memberi gambarankepada perawat tentang pemberian asuhan
keperawatan yang komprehensif dan bermutu. Seorang yang berfikir dengan
cara kreatif akan melihat setiapmasalah dengan sudut yang selalu berbeda
meskipun obyeknya sama,sehingga dapat dikatakan, dengan tersedianya
pengetahuan baru, seorang profesional harus selalu melakukan sesuatu dan
mencari apa yang palingefektif dan ilmiah dan memberikan hasil yang lebih
baik untuk kesejahteraandiri maupun orang lain.
Proses berfikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan
keterlibatankita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita
miliki,kita menjadi lebih mampu untuk membetuk asumsi, ide-ide dan
menbuatsimpulan yang valid. Semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah
proses berfikir dan belajar. eterampilan kognitif yang digunakan dalam
berpikir kualitas tinggimemerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir

Poltekkes Kemenkes Jakarta III | 1


ulang, oposisi,tantangan dan dukungan. Berpikir kritis adalah proses
perkembangankompleks yang berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat
menjadi pemikir kritis adalah denominator umum untuk pengetahuan yang
menjadi contohdalam pemikiran yang disiplin dan mandiri.
Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan
mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan dan
kebidanan. Tidak hanya berpengaruh pada proses pengelolaan
asuhankeperawatan dan kebidanan, tetapi penting untuk meningkatkan
kemampuanmerencanakan perubahan. Perawat dan bidan pada semua tingkatan
posisiklinis harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan
mengambilkeputusan yang efektif, baik sebagai pelaksana "staf maupun sebagai
pemimpin. Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan bukan merupakan
bentuk sinonim. Pemecahan masalah dan proses pengambilan
keputusanmembutuhkan pemikiran kritis dan analisis yang dapat ditingkatkan
dalam praktek. Pengambilan keputusan merupakan upaya pencapaian tujuan
denganmenggunakan proses yang sistematis dalam memilih alternatif. !idak
semua pengambilan keputusan dimulai dengan situasi masalah.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan penerapan pemberian alasan pengambilan
keputusan klinik pada berbagai klinikal setting?
b. Apa alasan dari penerapan pengambilan keputusan klinik pada berbagai
klinikal setting?
c. Apa saja petunjuk dalam pengambilan keputusan klinik?
d. Apa saja evaluasi kelebihan beban pada penerapan pemberian alasan
pengambilan keputusan klinik pada berbagai klinikal setting?
e. Apa saja kebutuhan pengetahuan dan kemampuan dalam berbagai kondisi
pada penerapan pemberian alasan pengambilan keputusan klinik pada
berbagai klinikal setting?
f. Apa saja hambatan dalam menerapkan alasan klinik?

Poltekkes Kemenkes Jakarta III | 2


1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengertian penerapan pemberian alasan pengambilan keputusan
klinik pada berbagai klinikal setting;
b. Mengetahui alasan dari penerapan pengambilan keputusan klinik pada
berbagai klinikal setting;
c. Mengetahui petunjuk dalam pengambilan keputusan klinik;
d. Mengetahui evaluasi kelebihan beban pada penerapan pemberian alasan
pengambilan keputusan klinik pada berbagai klinikal setting;
e. Mengetahui kebutuhan pengetahuan dan kemampuan dalam berbagai
kondisi pada penerapan pemberian alasan pengambilan keputusan klinik
pada berbagai klinikal setting;
f. Mengetahui hambatan dalam menerapkan alasan klinik.

Poltekkes Kemenkes Jakarta III | 3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pengambilan Keputusan klinis


Pengambilan keputusan klinis adalah kegaiatan pemecahan masalah yang
berkofus pada penentuan masalah klien dan memilih penatalaksanaan yang tepat
(Smith Higuchi dan Donald, 2002). Pada saat mengenali adanya masalah seperti
klien yang mengalami kemerahan di pinggang, kita harus memutuskan untuk
mengidentifikasi masalah (ulkus decubitus), dan memilih tindakan keperawatan
(perawatan kulit dan reposisi klien) untuk klien tersebut. Pengambilan keputusan
klinis memerlukan penilaian yang hati-hati agar dapat memilih pilihan yang tepat
agar mencapai hasil terbaik sesuai kondisi dan prioritas masalah klien.

2.2 Alasan Pengambilan Keputusan Klinis


Perawat membuat keputusan klinis sepanjang waktu untuk meningkatkan
atau mempertahankan status kesehatan klien agar dapat mengurangi tingkat
keparahan masalah atau bahkan menyelesaikan masalah tersebut dengan tuntas.

2.3 Petunjuk untuk Pengambilan Keputusan


Untuk membuat keputusan, seseorang harus mengenali dan mendefinisikan
adanya masalah atau situasi (perlu pusat pelayanan kesehatan tertentu), dan
menganalisis seluruh pilihan yang ada (mempertimbangkan pusat pelayanan
kesehatan yang telah direkomendasikan atau yang terdekat dari rumah). Orang
tersebut harus mencocokkan tiap pilihan dengan kriteria yang kita punya
(pengalaman, keramahan, dan reputasi), mencoba pilihan yang mungkin diambil
(bicara langsung dengan beberapa tenaga kesehatan), mempertimbangkan
konsekuensi dari keputusan yang diambil (memeriksa pro dan kontra memilih satu
pusat kesehatan di antara yang lain), dan membuat keputusan akhir. Walaupun
sebuah kriteria mengikuti langkah-langkat tertentu, pengambilan keputusan dapat
melangkah mundur dan maju dalam mempertimbangkan semua kriteria.
Pengambilan keputusan mengarah kepada pengambilan kesimpulan yang didukung
oleh bukti dan alasan.

Poltekkes Kemenkes Jakarta III | 4


Contoh pengambilan keputusan pada situasi klinis meliputi keputusan
untuk memilih balutan yang sesuai untuk membalut luka bekas operasi klien atau
memilih pendekatan yang terbaik untuk mengajarkan keluarga bagaimana
membantu klien sepulangnya dari rumah sakit setelah terkena stroke.

2.4 Aplikasi Keterampilan Kognitif


Kualitas menyiratkan evaluasi. Evaluasi membutuhkan standar yang dapat
diterima oleh tingkat perawatan yang dapat diterima. Standar Praktik ANA
mengidentifikasi aktivitas keperawatan yang terkait dengan kualitas asuhan.
Perawat harus membandingkan tindakannya terhadap standar ini dan mengevaluasi
perawatan yang diberikan. Seperti yang telah dibahas di sini, dalam kenyataannya
perawatan kesehatan, perawat diminta untuk melakukan lebih banyak dengan lebih
sedikit sumber daya. Oleh karena itu, perawat harus menggunakan kemampuan
penalaran mereka untuk membuat keputusan yang tidak mengakibatkan bahaya
pasien.

2.4.1 Evaluasi Kelebihan Beban


Satu area potensial yang menjadi perhatian perawat dalam menjaga
asuhan keperawatan berkualitas adalah menerima tugas pasien. Hubungan
profesional dengan pasien ditentukan saat perawat menerima tugas pasien.
Beban kerja yang tidak mungkin, di mana hasilnya gagal memenuhi standar
perawatan yang sesuai, tidak dapat diterima. Indikator yang
mengidentifikasi tugas perawatan pasien yang tidak dapat diterima dapat
ditentukan oleh hasil berikut:
1. Gagal memantau bila diindikasikan oleh kondisi pasien
2. Pengobatan yang tidak memadai untuk keadaan
3. Perlambatan perawatan yang berlebihan
4. Gagal memberikan perawatan dan prosedur perawatan berkelanjutan
5. Kurangnya waktu untuk memberi pengajaran kepada pasien

Bahkan jika hasil tugas pekerjaan hanya terjadi pada salah satu indikator
ini, situasinya mengganggu kualitas perawatan pasien. Gagal memenuhi tes
untuk memberikan layanan keperawatan pada standar yang dapat diterima,

Poltekkes Kemenkes Jakarta III | 5


tempat-tempat yang berkualitas, perawat berisiko untuk bertanggung jawab
atas pengabaian pasien (kelalaian). "Mengetahui dengan tepat apa yang
merupakan pengabaian pasien dapat membantu Anda memenuhi tanggung
jawab Anda sebagai perawat sekaligus melindungi diri dari tuduhan serius"
(Michael, 2002, hal 67).

2.4.2 Kebutuhan Pengetahuan dan Kemampuan dalam Berbagai Kondisi


1) PEMANTAUAN KONDISI PASIEN
Dengan menggunakan penalaran klinis, membuat pilihan untuk
memantau status pasien, mendeteksi perubahan, dan merespons
perubahan dengan intervensi yang tepat. penting untuk memantau
tanggapan pasien terhadap intervensi dengan mengevaluasi keluarnya
perawatan. Dengan memberi makna pada data yang mereka deteksi
sangat penting untuk memulai respons yang tepat waktu untuk
perubahan status. Dua contoh spesifik untuk kondisi pemantauan
termasuk memanggil dokter dan menafsirkan data laboratorium.

2) MEMANGGIL DOKTER
Memanggil dokter melibatkan penilaian situasi pasien dan keputusan
mengenai perlunya panggilan. Langkah-langkah spesifik komunikasi
dengan dokter dibahas di Bab 7, komunikasi. Bagian penalaran dari
acara ini melibatkan penetapan parameter mengenai apakah akan
melakukan panggilan atau tidak. Pedoman berikut untuk menentukan
kebutuhan untuk memanggil dokter dirancang untuk membantu perawat
membuat keputusan yang benar.
i. Status pasien yang berubah (misalnya, Temuan kritis yang
memerlukan perhatian atau penilaian segera yang mengindikasikan
situasi klinis yang memburuk, seperti mengubah status mental atau
mengubah tanda vital).
ii. Sakit tanpa pilihan manajemen yang diperintahkan
iii. Masalah eliminasi akut

Poltekkes Kemenkes Jakarta III | 6


iv. Masalah medis yang signifikan yang memerlukan perhatian
peralihan yang tidak memiliki perintah perawatan (misalnya.,
Drainase purulen dari luka tanpa perintah antibiotik).
v. Nilai lab yang membutuhkan perintah perawatan
vi. Beresiko terhadap keselamatan
Bila ragu mengenai apa yang harus dilakukan, perawat harus
berkonsultasi dengan perawat yang lebih berpengalaman atau
memanggil atasan. Jika sumber daya ini tidak tersedia, dokter
harus dipanggil.

3) NILAI LABEL INTERPRETING


Bidang penting lain di mana perawat harus menggunakan penalaran
adalah dalam interpretasi data lab. Petugas laboratorium melaporkan
temuan data laboratorium pasien. Perawat harus menentukan makna dan
pentingnya data. mengetahui nilai tes laboratorium normal dan mampu
menafsirkan nilai normal dan abnormal dengan benar sangat penting.
Misalnya, kisaran normal untuk waktu protrombin adalah 11 sampai
12,5 detik. Bila pasien mengonsumsi sodium warfarin, dosis terapeutik
adalah 1 ½ sampai 2 kali normal (20 sampai 30 detik). Penting bagi
perawat untuk fokus pada semua parameter ini agar informasinya
bermanfaat dalam pengambilan keputusan? Informasi yang disajikan di
sini tidak dimaksudkan untuk menggantikan informasi yang dipelajari di
kelas perawatan kesehatan dan bedah, namun untuk memberikan
panduan untuk menentukan apa yang harus dilakukan dengan data
laboratorium begitu mereka memperolehnya.
Sebagai contoh: Jika Anda memasukkan data ke dalam grafik dan
tidak melakukan tindakan apa-apa? Haruskah Anda menghubungi
dokter segera? Haruskah Anda mengkomunikasikan hasilnya ke laporan
berikutnya? Haruskah Anda mempertanyakan pesanan obat atau
perintah perawatan lainnya?

Poltekkes Kemenkes Jakarta III | 7


Black Hawks, dan Keene (2001 hal 2301) mengidentifikasi teknik
analitik berikut yang menentukan kapan harus menghubungi dokter
mengenai nilai lab.
i. Apakah nilai temuan abnormal yang diharapkan? Misalnya,
menciptakan biasanya meningkat pada pasien dengan gagal ginjal.
ii. Apakah nilai temuan abnormal yang tak terduga? Misalnya, kadar
gula darah tinggi pada pasien tanpa diabetes mungkin menandakan
adanya penyakit.
iii. Apakah nilai temuan normal yang tak terduga? Misalnya, pasien
dengan angina dan kemungkinan infark miokard diperkirakan akan
mengalami peningkatan isoenzim. Tingkat normal dapat berarti
bahwa pasien memiliki penyebab nyeri dada yang lain.
iv. Apakah nilai temuan normal yang diharapkan? Misalnya pasien
yang sehat harus memiliki jumlah darah lengkap yang normal.

Untuk menentukan apakah akan menghubungi dokter, perawat


harus melakukan langkah-langkah berikut. Pertama, data harus
dievaluasi dan informasinya dibandingkan dengan status klinis pasien.
Nilai laboratorium tidak boleh dianggap terpisah dari pasien.
Selanjutnya, nilainya harus dibandingkan dengan usia, diagnosis
medis, data penilaian, status fisik, urutan dokter, pilihan perawatan
saat ini, dan nilai lab sebelumnya yang diperoleh. Misalnya, kadar
glukosa darah dari mencicipi lab pagi hari adalah 369 mg / dl. Pasien
memiliki urutan insulin skala geser yang diresepkan untuk tingkat
glukosa sampai 400. Perawat akan mengelola insulin skala geser dan
tidak melakukan tindakan lebih lanjut. Namun, jika glukosa darah
puasa pagi hanya meluas sampai tingkat 350, panggil dokter yang
diindikasikan. Juga, jika keadaan kadar glukosa darah tinggi telah
terjadi berulang kali di pagi hari, meskipun skala geser berbicara
jumlahnya, sebaiknya didiskusikan dengan dokter karena ini mungkin
mengindikasikan kebutuhan untuk mengubah rutinitas termasuk dosis.
Sebagai kesimpulan, penting untuk mempertimbangkan keadaan saat
membuat keputusan tentang nilai lab.

Poltekkes Kemenkes Jakarta III | 8


4) PENGETAHUAN DAN KEMAMPUAN UNTUK PENGATURAN
VARIASI
Karena meningkatnya penggunaan yang sangat canggih dan
kompleks dan permintaan pengetahuan perawat untuk mencakup
penyakit yang lebih kompleks, ada peningkatan harapan akan tanggung
jawab dan akuntabilitas dalam perawatan kesehatan. Persyaratan
perawatan, di banyak daerah, melibatkan tingkat otonomi yang tinggi
dalam penyampaian perawatan yang aman dan efektif. Pengetahuan
khusus diperlukan untuk setiap area khusus. Keputusan unik yang
mungkin dihadapi perawat dapat bervariasi dari satu setting klinis ke
setting klinis lainnya.

5) KAMAR DARURAT DARURAT


Perawat ruang gawat darurat merawat pasien untuk menentukan
siapa yang akan segera diurus dan siapa yang bisa menunggu. Kesalahan
dalam penghakiman dapat menunda perawatan, yang dapat
menyebabkan cedera serius. Perawat harus mengetahui tentang undang-
undang yang diberlakukan bahwa personil rumah sakit langsung
menunda pelepasan atau pengalihan pasien sampai kondisinya stabil.
Undang-undang ini dimaksudkan untuk mencegah "pembuangan pasien"
yang tidak memiliki asuransi. Satu-satunya pengecualian terhadap
peraturan ini adalah ketika pasien membuat permintaan tertulis untuk
dipindahkan. Pelatihan khusus dan terus berlanjut dalam pelayanan
perawat perawatan intensif untuk memastikan kompetensi dalam
keterampilan pemantauan dan manajemen terkini.

6) KEHAMILAN OBSTETRI DAN KEPERAWATAN PEDIATRIK


Dalam persalinan dan persalinan, kegagalan untuk menggunakan
keterampilan teknologi kompleks yang relevan dapat menyebabkan luka

Poltekkes Kemenkes Jakarta III | 9


atau kematian pada bayi baru lahir atau ibu. Asuhan keperawatan untuk
anak-anak memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus dalam
menilai dugaan penganiayaan atau pengabaian anak serta pelaporan
wajib kasus yang dicurigai. Potensi cedera selama asuhan keperawatan
selalu meningkat saat berhadapan dengan anak. Pemahaman tentang
pedoman khusus untuk mendapatkan persetujuan dan siapa yang dapat
memberikan izin untuk mendapatkan informed consent di area anak-
anak juga penting.

7) PERAWATAN BEDAH MEDIS HARUS TAHU


Perawat bedah medis harus memiliki pengetahuan tentang berbagai
macam obat, tes diagnostik, dan berbagai modalitas pengobatan. Dia
juga harus bertindak sebagai advokat pasien untuk mendukung
keputusan pasien dan harus memberikan pendidikan sendiri untuk
memenuhi kebutuhan perawatan di rumah.
Untuk memberikan perawatan yang kompeten, perawat bedah medis
harus terbiasa dengan penggunaan yang aman. Kemitraan Perawatan
Pasien memberikan panduan untuk perangkat keselamatan. Pedoman ini
berlaku untuk banyak perlakuan dan mencakup pembatasan fisik dan
kimia. Adalah penting bahwa perawat mengetahui prinsip-prinsip
panduan ini untuk menghindari implikasi kelalaian.

8) RUMAH PERAWATAN KESEHATAN


Penggunaan perawatan kesehatan di rumah telah meningkat pesat
dalam menanggapi permintaan akan tinggal di rumah sakit yang lebih
pendek dengan perawatan terkelola dan dolar menyusut yang diberikan
untuk perawatan di rumah sakit. Karena peningkatan prosedur rawat
jalan dan pemakaian lebih awal, prosedur keperawatan dan perawatan
yang biasa disampaikan hanya di rumah sakit sekarang dikirim ke
rumah. Perawat di rumah tidak tersedia setiap saat untuk memantau
perubahan status yang sedang berlangsung, namun demikian penting
bagi perawat untuk mempertahankan keterampilan penilaian tingkat

Poltekkes Kemenkes Jakarta III | 10


tinggi dan untuk mengetahui kapan harus menghubungi dokter. Perawat
harus mendidik pasien dan keluarga tentang kapan dan apa yang harus
dilaporkan ke dokter. Perawatan di rumah mencakup berbagai
keterampilan, termasuk namun tidak terbatas pada perawatan pribadi,
ventilasi mekanis, manajemen nyeri intravena, pemberian tabung, dan
pengajaran pasien dan keluarga. Perawat perawatan kesehatan di rumah
memiliki tanggung jawab yang sangat besar.

9) KEHAMILAN PSIKIATRIK
Asuhan keperawatan telah dipengaruhi oleh pengenalan kategori
obat baru. Perawat harus waspada terhadap interaksi obat potensial dan
efek samping yang serius. Keselamatan pasien adalah area lain yang
menjadi perhatian khusus ini. Masyarakat menjadi semakin ganas,
dengan semakin banyak kasus pelecehan polysubstance. Tren ini
tercermin dalam mikrokosmos unit kejiwaan. Selain itu, dampak dari
perawatan yang dikelola terhadap perubahan tingkat perawatan yang
diberikan (seperti lama menginap) telah memaksa penyedia layanan
untuk berfokus pada peningkatan modalitas pengobatan rawat jalan.
Peran perawat sebagai advokat pasien dalam pengaturan kejiwaan
sangat penting bagi pasien dan masyarakat.

2.5 Hambatan dalam Menerapkan Alasan klinis


Kegagalan menggunakan keterampilan pengambilan keputusan yang tepat
dalam setting klinis dapat mengakibatkan tuduhan malpraktek. satu bidang praktik
keperawatan yang sering dilibatkan dalam klaim malapraktik adalah keselamatan
pasien, yang dapat dikompromikan melalui kegagalan menilai atau memantau,
gagal melaporkan, atau menghilangkan kebutuhan khusus dari plat perawatan.
misalnya, pertimbangkan pasien yang hadir dalam keadaan bingung. Risiko tinggi
untuk cedera yang terkait dengan pasien ini dapat menyebabkan patah tulang
pinggul jika perawat gagal memantau dan menerapkan strategi yang tepat untuk
mencegah kejatuhan.

Poltekkes Kemenkes Jakarta III | 11


kegagalan menilai, memantau perubahan status, atau mengkomunikasikan
(report) perubahan indikator kurang pengetahuan dan penilaian. komunikasi
mencakup mendokumentasikan tren dalam data.
Peran perawat sebagai advokat pasien adalah perhatian yang signifikan. Bila
perawat gagal melakukan tugas dengan tepat, klaim kelalaian bisa terjadi. Perawat
diharapkan bisa melindungi pasien dari bahaya. Memberikan informasi benar, gagal
melakukan perintah yang tidak tepat, menerapkan perangkat keselamatan secara
tidak tepat, atau gagal melindungi pasien dari cedera hanyalah beberapa situasi
yang mencakup tugas keperawatan untuk bertindak sebagai advokat pasien. Contoh
tindakan keperawatan yang sering mengakibatkan klaim kelalaian bisa ditemukan
di Kotak 9-4.

9-4 Kelalaian Gugatan

Contoh tindakan keperawatan lalai meliputi:

1. Gagal memantau pasien


2. Gagal melaporkan perubahan status pasien
3. Gagal memberikan keamanan bagi pasien
4. Mengulurkan kembali pasien secara tidak wajar
5. pemberian obat yang tidak semestinya
6. Membiarkan pasien dibakar
7. Gagal mengikuti perawatan teratur
8. Gagal memberikan instruksi edukasi dan pengarahan
pasienMemberikan informasi yang salah kepada pasien

Seringkali, klaim malapraktik diakibatkan oleh keputusan yang buruk. Kesalahan


umum yang dibuat dalam penalaran dijelaskan pada 9-5. Pernapasan yang jatuh begitu
penting dengan terampil membuat pasien mereka tidak melakukan perawatan.

Poltekkes Kemenkes Jakarta III | 12


9-5 Perangkap dalam Penalaran Klinis

1. Gagal untuk mengidentifikasi masalah


2. Pengumpulan data yang salah
3. Kurangnya kesadaran diri (dipengaruhi oleh nilai
individu)
4. Gagal untuk mengeksplorasi semua pilihan (biasanya
terkait dengan tekanan untuk keputusan segera)
5. Keterbatasan knowladge dan experiance (menghambat
eksplorasi alternatif individu)
6. Ketidak mampuan individu untuk memilih (atau
ketidakmampuan untuk bertindak berdasarkan pilihan)

Poltekkes Kemenkes Jakarta III | 13


BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Resoning klinis melibatkan pemantauan status kesehatan pasien melalui
penilaian dan evaluasi yang berkelanjutan untuk mendeteksi variasi.
Keterampilan kognitif diterapkan dalam kerangka proses keperawatan untuk
memberi makna pada data dan membuat keputusan. Kesimpulan berdasarkan
perbandingan data digunakan untuk mengevaluasi respons terhadap perlakuan
yang diresepkan. Alasan klinis diterapkan dalam berbagai setting untuk
menganalisis keadaan dan kondisi basis pengetahuan yang masuk akal sangat
penting untuk membuat keputusan yang konsisten.
Penggunaan sumber daya manusia yang tepat sangat penting dalam industri
kesehatan untuk menghasilkan perawatan yang hemat biaya. sangat penting
agar perawatan pasien tidak terganggu karena pemotongan biaya dan
produktivitas terus menjadi pendorong dalam pemberian layanan kesehatan.
Misalnya, penggunaan UAP adalah area kepedulian yang muncul dalam
keperawatan, bersama dengan short-straffing, yang dapat membahayakan hasil
pasien dan menyebabkan waktu yang tidak memadai untuk pemberian
Perawatan Mutu. Area perhatian yang lebih panjang melibatkan pelepasan
pasien secara dini tanpa persiapan perawatan diri yang memadai. Agar
berfungsi di lingkungan perawatan kesehatan saat ini, perawat harus
mempertahankan keterampilan penalaran yang mahir. Masalah yang berkaitan
dengan kepegawaian, perawatan berkualitas, dan persiapan pasien untuk
dilepaskan.

3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini sangat jauh dari penyempurnaan,maka
saran, kritik, ideal, dari mahasiswa atau mahasiswi yang bersifat menambah dan
membangun maka penulis sangat mengharapkan demi penyempurnakan
makalah ini

Poltekkes Kemenkes Jakarta III | 14


Poltekkes Kemenkes Jakarta III | 2

Anda mungkin juga menyukai