OLEH :
KELOMPOK 5
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karen aberkat rahmat dan karunia Beliaulah kami
mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengambilan Keputusan Klinik” ini tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Proses Keperawatan dan berpikir kritis.
Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan. Karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami miliki. Maka itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi tersusunnya makalah yang lebih baik lagi..
Penulis
DA@TAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................i
DA@TAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................1
A. Lntnr Blknbnaf................................................................................................................................1
B. Rujusna Mnsnkng.............................................................................................................................1
M. Tujuna Plaukisna.............................................................................................................................1
D. Mlthil Plaukisna.................................................................................................................................2
B. Mkiaimnk Juifljlat......................................................................................................3
M. Prhoklj Shkviaf...............................................................................................................................4
n. Plaflrtina………………………………………………………….
@. Pljongnsna........................................................................................................................7
G. Plautup...............................................................................................................................9
H. Prhsls Evnkunsi.............................................................................................................................10
I. Plaiafbntna Kunkitns......................................................................................................................10
A. Sijpukna..........................................................................................................................................12
B. Snrna..............................................................................................................................................12
P
E
N
D
A
H
U
L
U
A
N
A. LATAR BELAKANG
Hubungan perawat klien adalah dasar dari praktik keperawatan yang berfokus pada
pasien (patient centered care). Keterlibatan pasien merupakan inti dari proses
keperawatan, sehingga partisipasi pasien dalam proses keperawatan menjadi penting
dalam penentuan kualitas dan efektifitas dalam pelayanan asuhan keperawatan. Membina
hubungan ini didasarkan pada hubungan yang percaya, menghormati dan hubungan
profesianal dengan mengedepankan nilai etik dan disiplin profesi. Selama praktek,
profesional keperawatan menghadapi sejumlah situasi yang berbeda melibatkan klien dan
pemenuhannya yang berbeda pula. Proses pengambilan keputusan klinis merupakan
komponen penting dalam proses keperawatan (Diana Catarina, 2009), sehingga
dibutuhkan kemampuan perawatan karena Keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
yang dimilikiperawat dapat menghambat perawa
dalam mengambil keputusan mengenai perawatan yang akan diberikan kepada klien yang akan berakibat fatal terhadap
klien (Kozier et al, 2010). Penilaian dan keputusan klinis sangat dibutuhkan untuk mendapatkan kualitas pelayanan yang
optimal. Pemberian asuhan keperawatan harus berdasarkan nilai-nilai dan etika yang dianut oleh klien dan nilai-nilai
profesional asuhan keperawatan. Mengkombinasikan nilai profesional, etik dan nilai yang di anut klien akan
meningkatkan pelayanan, identifikasi kebutuhan dan masalah keperawatan lebih sistematis sehingga meningkatkan
pemahaman klien dalam pengambilan keputusan asuhannya (Doheni. 1992, Potter. 2005, Jan florin. 2007).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, masalah yang dapat kami kaji dalam makalah ini diantaranya :
1. Apa yang dimaksud dengan Critical Thinking, Clinical Judgement, Problem Solving?
C. Tujuan Penulisan
Dalam pembuatan tugas ini, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis yaitu:
D. Metode Penulisan
1. Metode Kepustakaan
Adalah metode pengumpulan data yang digunakan penulis dengan mempergunakan buku atau
refrensi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas.
2. Metode Media Informatika
Berpikir kritis adalah cara berpikir tentang subjek, konten, atau masalah yang dilakukan oleh
pemikir secara aktif dan terampil secara konseptual dan memaksakan standar yang tinggi atas intelektualitas mereka.
Dapat juga diartikan sebagai proses berfikir secara aktif dalam menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dan atau dihasilkan melalui observasi, pengalaman, refleksi,
penalaran, atau komunikasi, sebagai acuan dalam meyakini suatu konsep dan atau dalam melakukan tindakan.
Berpikir kritis merupakan seni (Paul and Linda Elder, 2006) gambaran sikap seseorang dalam
menganalisis, mengevaluasi sesuatu yang ia lihat, mengklarifikasi yang di dengar, metode pengetahuan untuk
berfikir logis dan berargumen serta aplikasi dari ilmu yang dipahami untuk membuat suatu keputusan dan
memutuskan sesuatu setelah hal tersebut ia yakini, (Glaser dalam Alec Fisher, 2001; OU,2008).
Berpikir kritis memungkinkan bagi perawat untuk memanfaatkan potensi dirinya melihat, memecahkan
masalah dan menciptakan suatu hal baru dalam manajemen asuhan keperawatan.
Perawat sebagai praktisi maupun dalam pendidikan harus menggunakan unsur-unsur dasar dalam berpikir kritis agar
asuhan keperawatan yang akan diberikan berkualitas. Unsur pertama dalam berpikir kritis adalah konsep. Seorang
perawat harus memahami konsep dasar manajemen asuhan keperawatan, konsep-konsep dasar keperawatan baik
definisi, aturan yang mengikat atau etika profesi dan prinsip-prinsip dari konsep keperawatan tersebut.
Dalam pelaksanaannya, hal ini didasarkan pada nilai-nilai universal intelektual yang melampaui cabang
suatu ilmu yang meliputi: kejelasan, akurasi, presisi, konsistensi, relevansi, bukti suara, alasan
yang baik, kedalaman, luasnya ilmu, dan keadilan. Dengan adanya proses berfikir kritis diharapkan dapat:
a. Menimbulkan pertanyaan penting terkait topik/masalah yang sedang difikirkan, kemudian dapat merumuskan
masalah dengan jelas dan tepat.
b. Mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan, menggunakan ide-ide abstrak untuk menafsirkan secara
efektif terkait kesimpulan yang beralasan dan solusi pemecahan masalah, menguji alternatif pemecahan masalah
terhadap kriteria dan standar yang relevan.
c. Berpikir terbuka dalam sistem pemikiran alternatif, mampu mengakui dan menilai setiap permasalahan dengan
asumsi yang beralasan, dapat menimbulkan implikasi, dan konsekuensi praktis.
d. Berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dalam mencari tahu solusi untuk masalah yang kompleks.
Proses berfikir kritis memerlukan komunikasi yang efektif dan kemampuan pemecahan masalah serta
komitmen untuk mengatasi sikap egois dan tertutup, dengan prosedur:
a. Mengenali masalah untuk menemukan cara-cara yang bisa diterapkan guna memecahkan masalah
tersebut.
j. Merekonstruksi pola yang telah diyakini atas dasar pengalaman yang lebih luas.
k. Memberikan penilaian yang akurat tentang hal-hal tertentu dan kualitas dalam kehidupan sehari - hari.
Singkatnya, tiga kunci utama untuk dapat berfikir kritis: RED (Recognize assumptions, Evaluate arguments
dan Draw conclusions) = mengenali masalah, menilai beberapa pendapat, dan menarik kesimpulan. Dalam
menyimpulkan hasil pemikiran kritis, diperlukan upaya gigih untuk memeriksa setiap
keyakinan atau pemahaman akan pengetahuan berdasarkan dukungan bukti ilmiah (evidence based) yang
mendukung kecenderungan pengambilan kesimpulan tersebut. Proses berfikir kritis merupakan kerangka dasar
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, dalam bingkai manajemen keperawatan. Sehingga, apabila
perawatmemberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan menerapkan prinsip- prinsip manajemen keperawatan
dengan sistematis dan terpola, maka perawat tersebut telah
Seorang perawat yang professional harus memiliki karakteristik dalam berpikir kritis. Hal ini meliputi
seorang perawat mampu mempertimbangkan sesuatu sesuai dengan alasan yang rasional dan logis, bersifat reflektif,
mampu menganalisis, mensintesis, mengevaluasi bukti-bukti yang ada terkait masalah yang akan dipecahkan,
memiliki kemampuan pemecahan masalah (problem solving). Karakteristik lainnya menurut beberapa ahli adalah
seorang perawat mampu membuat suatu kesimpulan dari berbagai informasi yang diperoleh, dari berbagai hasil
pemeriksaan yang telah dikumpulkan dengan adanya bukti, membuat argument yang beralasan untuk mendukung
kesimpulan dan menjelaskan pola fikir yang telah terbentuk dari hasil kegiatan langkah-langkah karakteristik
sebelumnya. Cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis diantaranya:
a. Membaca dengan kritis. Untuk berpikir secara kritis, seorang profesi perawat harus bisa membaca dengan
kritis pula. Semua informasi yang didapat dari berbagai sumber harus dipikirkan secara kritis, disesuaikan dengan
kondisi klien disaat memberikan suatu asuhan. Membaca kritis berarti menerapkan keterampilan-keterampilan
berpikir kritis seperti mengamati, menghubungkan teks dengan konteksnya, mengevaluasi teks dari logika dan
kredibilitasnya, merefleksika kandungan teks dengan pendapat sendiri dan membandingkan tes yang satu dengan yang
lainnya yang memiliki keterkaitan (OU, 2008)
b. Menulis dengan kritis. Seorang profesi perawat yang telah melakukan membaca dengan kritis harus menuliskan
semua pemahaman yang ada dalam bentuk tulisan. Salah satu contohnya adalah
dokumentasi dalam manajemen asuhan keperawatan. Dokumentasi tersebut merupakan suatu media bagi profesi
perawat untuk menuangkan semua asuhan yang telah diberikan dan menjadi acuan untuk asuhan berikutnya.
c. Meningkatkan analisis dari yang dibaca dan ditulis. Asuhan keperawatan yang telah dituliskan dapat menjadi
bahan diskusi untuk dievaluasi atau mencari penyelesainan masalah atau mendiskusikan hal terburuk yang
mungkin terjadi.
d. Mengembangkan kemampuan observasi. Observasi atau mengamati suatu kondisi klien akan memudahkan
seorang profesi perawat untuk menarik kesimpulan dari kondisi klien yang diamati.
Pengamatan tersebut dikritisi dan pengamatan yang didapatkan bisa menjadi acuan untuk menarik kesimpulan yang
berdampak pada pembuaan keputusan.
e. Meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan refleksi.Pengajuan pertanyaan yang bermutu yaitu
pertanyaan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah atau pertanyaan yang mengharuskan seorang profesi
perawatmenjelaskan sehingga memperbanyak berpikir.
Penilaian diartikan sebagai suatu kemapuan untuk membuat keputusan logis atau rasional dan menentuan
apakah suatu tindakan yang akan dilakukan benar atau salah. Klinis berkaitan dengan klinik atau tempat
perawatan; didasarkan pada observasi dan perawatan klien yang sebenarnya, dan terdiri atas tanda-tanda klinis dari
suatu masalah kesehatan. Clinical Judgement (Penilaian klinis)
merupakan penerapan informasi berdasarkan pengamatan aktual pada klien yang dikombinasikan dengan data
subjektif dan objektif yang mengarah pada kesimpulan akhir/ analisis/ diagnosis. Dapat juga
didefinisikan sebagai suatu proses dimana perawat menetapkan data-data mengenai keadaan klien yang akan
dikumpulkan, kemudian membuat interpretasi data dan diakhiri dengan penetapan diagnosis keperawatan, kemudian
mengidentifikasi tindakan keperawatan dengan tepat.
Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai pemilihan alternatif terbaik dari beberapa pilihan alternatif
yang tersedia. Proses pengambilan keputusan merupakan bagian dasar dan integral dalam praktik suatu profesi dan
keberadaanya sangat penting karena akan menentukan tindakan selanjutnya. Menurut Terry, pengambilan keputusan
adalah memilih alternatif yang ada. Sedangkan pengambilan keputusan klinis yang dibuat oleh seoran tenaga kesehatan
sangat menentukan kualitas pelayanan kesehatan. Pengambilan keputusan klinis dapat terjadi mengikuti suatu
proses yang sistematis, logis, dan jelas. Proses pengambilan keputusan klinis dapat dijelaskan, diajarkan, dan
dipraktikkan secara gamblang. Kemampuan ini tidak hanya tergantung pada pengumpulan informasi, tetapi tergantung
juga pada kemampuan untuk menyusun, menafsirkan, dan mengambil tindakan atas dasar informasi yang didapat saat
pengkajian. Kemampuan dalam pengambilan keputusan klinis sangat tergantung pada pengalaman, pengetahuan,
dan latihan atau praktek. Ketiga faktor ini sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan klinis yang dibuat
sehingga menentukan tepat tidaknya tindakan yang petugas kesehatan berikan pada klien. Keputusan yang baik
adalah yang berdasarkan
kepentingan klien dan pada saat yang bersamaan juga menunjukkan integritas orang-orang yang terlibat. Perawat
mempunyai kewajiban moral terhadap klien mereka, terhadap pimpinan mereka, dan kepada penyedia pelayanan
primer, sehingga perawat harus menentukan faktor tantangan ketika membuat keputusan. Tanggung jawab logika
etika adalah rasional dan sistemik. Ini harus berdasarkan pada prinsip etika dan kode etik dari pada emosi,
intuisi, kebijakan yang telah ada atau
preseden.
Ada beberapa model pengambilan keputusan ketika perawat akan memutuskan suatu masalah
klien.
Menurut Thompson and Thompson (1985), dalam pengambilan keputusan suatu masalah harus memenuhi
prinsip-prinsip seperti di bawah ini.
3. Model Single
c) Consider the four priinciples (mempertimbangkan 4 prinsip) dalam prinsip etika yaitu otonomi, benefisien,
non-malefisien dan keadilan.
Model yang dikembangkan oleh Halloran dan diberkenalkan di Amerika Utara yang digunakan untuk
mendisiplinkan dalam kelompok pengambilan keputusan.
b) Menegaskan masalah dengan menunjukan hubungan antara masa lalu dan sekarang.
c) Memperjelas hasil prioritas yang ingin dicapai.
b) Perawat harus menghargai wanita sebagai individu dan melayani dengan hormat
e) Sumber proses pengambilan keputusan dalam keperawatan: pengetahuan (knowledge), ajaran intrinsik,
kemampuan berfikir kritis, kemampuan membuat keputusan klinis yang logis.
a. Pengertian
Pemecahan masalah adalah suatu proses terencana yang perlu dilaksanakan agar memperoleh penyelesaian
tertentu dari sebuah masalah yang mungkin tidak didapat dengan segera (Saad & Ghani, 2008:120). Pendapat
lainnya menyatakan bahwa pemecahan masalah sebagai usaha mencari
jalan keluar dari suatu kesulitan (Polya, 1973:3). Menurut Goldstein dan Levin, pemecahan masalah telah
didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan modulasi dan kontrol lebih
2. Menjamin tidak ada tindakan yang menghilangkan sesuatu (ommision) disertai rasa tanggung jawab
memperhatikan kondisi dan keamanan pasien/klien. (Handajani,siti rini, 2016)
D. METODE
Untuk mengetahui bagaimana proses atau tahapan pengambilang keputusan dalam keperawatan maka
dilakukan penelusuran literatur berupa buku, jurnal, artikel, jurnal online dan sebagainya kecuali blog pribadi. Untuk
mengetahui bagaimana proses tenaga medis mengambil keputusan di saat gawat darurat, data yang diperoleh dari hasil
observasi, wawancara, maupun diskusi kelompok terarah,
selanjutnya akan dikoding dan dilakukan analisis isi (content analysis). Moleong (2001) mengatakan bahwa analisis
data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Pengambilan
Keputusan adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi dan memilih suatu tindakan dari beberapa alternatif
pilihan yang tersedia, terutama yang dilakukan oleh
E. HASIL
Hasil penelusuran literatur menunjukan bahwa proses pengambilan keputusan merupakan sebuah refleksi dari
perawat ataupun klien, pengambilan keputusan klinis keperawatan harus ada interaksi antara perawat-klien,
pengambilan keputusan klinis keperawatan dapat dilakukan dalam setiap proses keperawatan, tugas perawat pada saat
proses pengambilan keputusan ini adalah sebagai fasilitator untuk memberikan fasilitas dan dukungan pada klien,
pengambilan keputusan klinis dengan melibatkan klien
akan meningkatkan tingkat kemandirian bagi klien, pengambilan keputusan klinis diperlukan kemampuan berfikir
kritis bagi perawat. Yang terjadi di Indonesia pengambilan keputusan belum sepenuhnya
dilakukan bersama antara perawat-klien. Perawat masih berperan sebagai pengambil keputusan tunggal. Sehingga
dibutuhkan pemahaman lebih lanjut terkait dengan pengambilan keputusan klinis keperawatan dengan harapan peran
perawat akan lebih terlihat nyata sebagai pemberi asuhan yang akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
profesi keperawatan. Keputusan dalama penyelesaian masalah adalah kemampuan mendasar bagi praktisi
kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan. Tidak hanya
berpengaruh pada proses pengelolan asuhan keperawatan, tetapi untuk meningkatkan kemampuan merencanakan
perubahan. Perawat pada semua tingkatan posisi klinis harus memilki kemampuan
menyelesaikan masalah dalam mengambil keputusan yang efektif baik sebagai pelaksana/staf maupun pemimpin.
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan bukan merupakan sinonim. Pemcahan masalah dan proses
pengambilan keputusan membutuhkan pemikiran kritis dan analisis yang dapat ditingkatkan dalam praktik
keperawatan. Pengambilan keputusan merupakan upaya pencapaian tujuan dengan menggunakan proses yang
sistematis dalam memilih alternatif. Tidak semua pengambilan keputusan dimulai dengan situasi masalah.
Perawat mungkin selalu tahu bahwa keputusan mereka memiliki implikasi penting bagi hasil akhir pasien.
Namun, mereka semakin berperan sebagai pengambil keputusan aktif dalam perawatan kesehatan oleh pembuat
kebijakan dan anggota lain dari tim perawatan kesehatan. Selain itu, perawat diharapkan untuk mengakses, menilai,
dan memasukkan bukti penelitian ke dalam penilaian profesional dan pengambilan keputusan klinis mereka. Seorang
perawat yang memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik akan menunjukkan sikap keberanian, intelektual, berpikir
tebuka, berpikir analisis, fleksibel, percaya diri, rasa ingin tau dan pemikiran mendalam serta mudah mengambil
keputusan sesuai dengan prosedur yang ada dimana dimulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi keperawatan.
Dalam menjalankan tugasnya, perawat tentu akan dihadapkan padasuatu kondisi dimana perawat tersebut akan
memutuskan tentang kondisikesehatan klien atau pasien yang ia tangani. Kondisi kesehatan pasien
yaituterdiri dari pasien yang sehat dengan pasien yang sakit. Pemikiran kritisakan sangat dibutuhkan karena
menentukan skala kondisi kesehatan pasiententu bukanlah hal yang mudah untuk
dilakukan.Mengambil keputusan secara tergesa-gesa ataupun tidak tepat akanmempengaruhi kualitas serta kuantitas
pelayanan kesehatan pasien. Apabilasang perawat tidak berhati-hati. Terdapat kemungkinan pasien akan menerima
perawatan yang tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan
@. PEMBAHASAN
Menurut Azwar (2009) suatu pelayanan kesehatan harus memiliki persyaratan pokok yang memberi
pengaruh kepada masyarakat dalam menentukan pilihannya terhadap penggunanaan jasa
pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau, mudah
dicapai, tersedia di masyarakat, bermutu serta berkesinambungan. Pelayanan juga harus bersifat wajar dan dapat
diterima oleh masyarakat. Pernyataan tersebut sependapat dengan Anderson dkk (2007) yang menyatakan bahwa ada 7
karakteristik penyedia layanan kesehatan yang diinginkan masyarakat. Ketujuh karakteristik pelayanan tersebut
adalah akses, komunikasi, karakter, kualitas proses pelayanan,
kesinambungan pelayanan, sarana fisik dan staf pendukung pelayanan. Pengambilan keputusan adalah suatu proses
penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan-kepentingan
tertentu dengan menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling menguntungkan (Machfoedz, 2005). Menurut Kotler
& Keller (2007) keputusan pembelian merupakan sebuah tahapan konsumen secara aktual mengambil keputusan
pembelian. Konsumen mungkin juga membentuk maksud untuk membeli merek yang disukai. Proses keputusan
pembelian itu sendiri tergantung dengan persepsi masing-masing konsumen. Keputusan membeli terjadi melalui
proses perilaku yang terdiri dari pengenalan masalah, mencari informasi, evaluasi terhadap alternative dan hasil atau
perilaku setelah membeli.
Pengambilan keputusan klinis akan memperlihatkan perbedaanantara perawat dengan staf teknis, yaitu
perawat akan cepat bertindak ketikakondisi pasien menurun mendeteksi masalahnya dan berinisiatif
untukmemperbaikinya. Benner (1984) berpendapat bahwa pengambilankeputusan klinis sebagai keputusan yang
terdiri atas pemikiran kritis dan penuh pertimbangan, serta penetapan dari ilmu serta pikiran kritis.Klien tentu akan
memiliki keluhan yang berbeda-beda yangdipengaruhi oleh kesehatan fisik, gaya hidup, budaya,
hubungankekerabatan, lingkungan tempat tinggal, hingga pengalaman klien itu sendiri.Oleh karena itu,
perawat tidak bisa langsung mengetahui apa yang klien butuhkan, melainkan klien tersebut
harus menyampaikan keluhan yang ia punya dan perawat
harus banyak bertanya dan memiliki rasa ingin tahu untuk melihat suatu hal dengan perspektif yang berbeda.
Pemikiran kritis adalah pusat praktik keperawatan profesional karenahal tersebut membuat
seorang perawat terus memperbaiki cara pendekatankepada klien dan menerapkan pengetahuan- pengetahuan baru
yang berdasarkan pengalaman dari sebelumnya. Kemampuan pengambilan keputusan
yang tepat dan akurat sangat diperlukan bagi tenaga paramedis untuk dapat menyelamatkan pasien yang dihadapi.
Polapola perilaku pengambilan keputusan yang dilakukan oleh tenaga paramedis ini melibatkan aspek-aspek fisik
maupun psikis yang sangat besar, mengandung resiko yang cukup tinggi antara keselamatan dan kematian dari pasien
yang sedang dihadapi.
Kemampuan para perawat dalam kondisi-kondisi kritis ketika menangani pasien tentu tidak lepas dari latar
belakang pendidikan yang pernah ditempuh serta pengalaman yang pernah dijalani. Termasuk di sini adalah
kemampuan perawat dalam mengambil keputusan saat gawat darurat. Bagaimana proses pengambilan keputusan para
perawat selama ini dan langkah-langkah yang dilakukan untuk mengambil
keputusan ditinjau dari sisi psikologis, Nigro (dalam Ridho, 2003) mengemukakan bahwa A-qarar (decision) atau
keputusan ialah pilihan sadar dan teliti terhadap suatu alternatif yang memungkinkan dalam suatu posisi tertentu untuk
merealisasikan tujuan yang diharapkan. Ada lima hal yang perrlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan:
b. Pengambilan keputusan tidak dilakukan secara sembrono, tetapi harus berdasarkan pada sistematika
tertentu:
d. Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis
e. Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang telah dianalisis
secara matang.
Pemberian asuhan keperawatan harus memeperhatikan klien dengan memberikan penghargaan individu meliputi
preferensi, keperluan, nilai-nilai, dan memastikan bahwa semua pengambilan keputusan klinik telah
mempertimbangkan dari semua nilai-nilai yang diingini pasien (Comite if quality of health institute
of medicine 2001). Beberapa konsep yang digunakan untuk menggambarkan berpikir kritis dalam keperawatan adalah
penalaran klinis, perumusan diagnostik, pengambilan keputusan, penilaian, dan
pemecahan maslah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Panggabean, 2019 kemampuan berfikir kritis perawat
dalam pengambilan keputusan klinis berhubungan erat dengan kemampuan berfikir kritis perawat. Berpikir kritis
digambarkan sebagai "sebuah proses, tujuan untuk membuat keputusan yang masuk akal tentang apa yang harus
percaya dan apa yang harus dilakukan". Pengambilan keputusan klinis adalah sebuah proses yang melibatkan kedua
penalaran diagnostik dan penilaian klinis. Perilaku berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu:
b. Outside material, yaitu menggunakan pengalamannya sendiri atau baha-bahan yang diterimanya selama
perkuliahan
c. Ambiguity clarified, yaitu mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada
ketidakjelasan.
d. Linking ideas, yaitu senantiasa menghubungkan fakta, ide atau pandangan, serta mencari data baru dari
informasi yang berhasil dikumpulkan.
e. Justification, yaitu memberi buk, contoh atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang
diambil. Termasuk dalam memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kerugian dari situasi atau
solusi.
Pemberian asuhan keperawatan kepada klien, perawat harus mampu melibatkan klien dalam setiap proses
keperawatannya. Ketepatan pengambilan keputusan akan dipengaruhi oleh kompetensi perawat, kemampuan
berkomunikasi, lingkungan serta budaya. Penting bagi perawat untuk selalu meningkatkan
kapasitas dirinya dalam pemberian asuhan keperawatan hal ini akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
perawat yang selanjutnya akan meningkatkan profesionalisme perawat. Hal ini bisa digunakan sebagai acuan dalam
melakukan hubungan interdisiplin. Pengambilan keputusan yang tepat akan meningkatkan kemandirian klien dalam
asuhannya serta membantu klien untuk menentukan pilihan bantuan yang tepat sesuai dengan kondisinya. Klien yang
mandiri akan menurunkan beban kerja perawat sehingga pelayanan keperawatan akan lebih efektif dan efisien dalam
penggunaan sumber daya. Untuk itu dibutuhkan banyak dukungan dalam implementasi shared clinical decision making
ini, missal dibuatkannya SPO pengambilan keputusan klinis keperawatan, meningkatkan sumber daya perawat dengan
menciptakan perawat yang caring perawat yang peka budaya perawat memperhatikan etik, disiplin danbioteik
keperawatn dalam setiap asuhahhnya sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi memberikan
dukungan kepada pasien, sehingga dubutuhkan PKB (Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan) atau dengan sistem
preseptorship untuk membentuk perawat yang kompeten, mempunyai kemampuan critical thinking dalam pengambilan
keputusan klinis keperawatan. Organisasi profesi mempunyai peranan yang penting dalam mewujudkan perawat yang
kompeten dalam melakukan pengambilan keputusan klinis keperawatan.
Dalam penerapan pembelajaran pemikiran kritis di keperawatan, dapat digunakan tiga model, yaitu: feeling, vision
model, dan examine model yaitu:
a. Feling model, Model ini menerapkan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang ditemukan. Dengan mencoba
mengedepankan perasaan dalam melakukan pengamatan, kepekaan dalam melakukan aktifitas keperawatan.
Contohnya dalam pemeriksaan tanda vital, perawat merasakan gejala, petunjuk dan perhatian kepada pernyataan serta
pikiran klien.
b. Vision model, untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi dan menerjemahkan perasaan untuk
merumuskan hipotesis, analisis, dugaan dan ide tentang permasalahan perawatan kesehatan klien, beberapa kritis ini
digunakan untuk mencari prinsip-prinsip pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepat untuk merespon ekspresi.
c. Exsamine model, untuk merefleksi ide, pengertian dan visi. Model ini digunakan untuk mencari peran yang
tepat untuk analisis, mencari, meguji, melihat konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan dan menentukan sesuatu yang
berkaitan dengan ide.
Model-model pengambilan keputusan akan membuat keputusan yang berbeda sesuai dengan kondisi yang
ada. Salah satu pengklasifikasian model-model pengambilan keputusan ini adalah keputusan terprogram dan
keputusan tidak terprogram.
1. Keputusan Terprogram (Programmed Decision) Suatu masalah yang pemecahannya dilakukan secara berulang-
ulang atau direncanakan dengan sistematis maka disebut keputusan decision. Misalnya tentang pengangkatan peringkat
tenaga perawat, pengambilan keputusan berpedoman pada peraturan ketentuan dan kebijaksanaan yang sudah ada
2. Keputusan Tidak Terpogram (Non Programmed Decision) Keputusan tidak terprogram merupakan keputusan
yang masalahnya tidak biasa atau khusus.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelurusan literatur yang telah dilakukan maka didapatkan bahwa berpikir kritis sangatlah
penting dalam proses pengambilan keputusan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Pengambilan
keputusan adalah suatu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan-kepentingan
tertentu dengan menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling menguntungkan. Para perawat mengambil keputusan
menggunakan metode pengambilan keputusan yang berdasarkan pada empat hal yaitu; (1) berdasar pengalaman, (2)
berdasarkan standar/prosedur tetap yang sudah ada, (3) berdasarkan pendidikan/teori yang dimiliki, dan (4)
berdasarkan pertimbangan orang yang lebih ahli. Lima dari sepuluh subjek penelitian cenderung menggunakan
pertimbangan ahli/dokter ketika
memutuskan tindakan. Para perawat mengambil keputusan dengan gaya pengambilan keputusan tipe decisive dan tipe
fleksible sesuai dengan bidang pelayanan dan bekerja secara tim.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini,diharapkan ada kritik dan saran yang dapat membangun sehingga kami
dapat menyempurnakan makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA
Budiono & Pertami, S. B. (2016). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Bumi Medika
Deniati, dkk. (2018). Pengaruh Berfikir Kritis Terhadap Kemampuan Perawat Pelaksana Dalam Melakukan
Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Hermina Bekasi Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Holistik, 12(1), 21-24
Eduardo, E. A., Peres, A. M., Almeida, M. L., Roglio,K. D., and Bernardino, E. (2015). Analysis of the decision-
making process of nurse managers: a collective reflection. Rev Bras Enferm. 68(4):582-8
Haryanto, A. (2014). Hubungan Berfikir Kritis dan Waktu Tanggap Perawat dengan Kualitas Asuhan Keperawatan di
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Islam Surabaya. Jurnal Sebelas Maret
Heni. (2017). Berfikir Kritis Dalam Proses Keperawatan. Jurnal Keperawatan, 3(1), 26-29
Mirsaidi,G., Lakdizaji, S., and Ghojazadeh, S. (2012). How Nurses Participate in Clinical Decision- Making
Process. Journal of Applied Environmental and Biological Sciences. 2 (12). 620-624
Nibbelink, C.W. and Brewer, B.B. (2019). Decision-Making in Nursing Practice: An Integrative Literature
Review. US National Library of Medicine National Intitute of Health.
Simamora, R. H. (2005). Hubungan Persepsi Perawat Pelaksana Terhadap Penerapan Fungsi Pengorganisasian Yang
Dilakukan Oleh Kepala Ruangan Dengan Kinerjanya Diruang Rawat Inap RSUD Koja Jakarta Utara (Doctoral
dissertation, Tesis FIK UI, Tidak dipublikasikan).
Sudono DS, B., Setya A, D., dan Atiningtyas H, R. (2017). Gambaran Kemampuan Berpikir Kritis Perawat
Primer Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit Islam Surakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan
Indoensia. 10(1).