PENDAHULUAN
1.3. Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
1
Fistula ialah hubungan yang abnormal antara satu visera berlubang dan visera lain atau
satu visera berlubang kebagian luar. Fistula genitalia dapat timbul diantara kandung kemih
serta traktus genitaria (misalnya vesikovagina ; antara ureter dan vagina (ureteovaginalis); serta
antara rektum atau kolon sigmoid dan struktur lain (misalnya enterovesikalis) fistula ini
mungkin timbul akibat anomali kongenital, beda ginekologis, trauma obstetri, terapi radiasi,
trauma ginekologis, atau infeksi.
Gambar : Tempat umum fistula vaginal; Vesikovaginal – kandung kemih dan vagina. Uretrovaginal –
Uretra dan vagina. Vaginoperineal – Vagina dan area perineal. Ureterovaginal – Ureter dan vagina.
Rectovaginal – Rektum dan vagina
Fistula rektovagina paling sering disebabkan infeksi pada episiotomi, suatu jahitan di
sepanjang dinding rektum selama upaya perbaikan dilakukan atau cedera rektum yang tidak
diketahui selama proses melahirkan. Fistula juga dapat timbul akibat luasnya kanker servik
atau terapi radiasi. Perbaikan melalui upaya bedah dapat dilakukan, tetapi sering kali
diperburuk oleh infeksi yang menghambat proses penyembuhan atau menyebabkan perbaikan
tersebut gagal .
2
2.2. Etiologi
Fistula terjadi secara kongenital pada orang dewasa, kerusakan biasanya terjadi karena
kerusakan jaringan akibat cedera yang didapatkan selama pembedahan, melahirkan, terapi
radiasi, atau proses penyakit seperti karsinoma.
Gejala-gejala tergantung pada kekhususan defek. Sebagai contoh, pada pasien dengan
fistula vesikovaginal, urine terus merembus ke vagina. Pada fistula rektovaginal, terdapat
inkontinens fekal, dan flatus dikeluarkan melalui vagina. Kombinasi rabas demikian dengan
leukorea mengakibatkan kondisi yang sangat berbau yang sulit untuk dikontrol.
1. Inkontinensia urine
2. Infeksi parah dan ulserasi pada saluran vagina.
3. Sering terjadi kelumpuhan yang disebabkan oleh kerusakan
4. Wanita merasa tidak nyaman
5. Haid terganggu, Amenorrhea sekunder.
6. Kulit sekitar anus tebal.
7. Infeksi pada jalan lahir
8. Pada pemeriksaan spekulum terlihat dinding vesika menonjol keluar.
9. Flatus dari vagina, keluar cairan dari rektum.
2.4. Penatalaksanaan
1. Medis
Pengobatan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara operasi. Operasi untuk kasus ini
tanpa komplikasi memiliki tingkat keberhasilan 90%. Operasi ini sukses dapat memungkinkan
3
perempuan dapat hidup normal dan memiliki anak lagi. Perawatan pasca operasi sangat penting
untuk mencegah infeksi. Beberapa wanita yang tidak bersedia untuk operasi ini, dapat mencari
pengobatan alternatif yang disebut Urostomy ( Pengumpulan urin di pakai setiap hari ).
2. Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin antara lain masalah fisik, seperti konstipasi atau
diare yang berhubungan dengan perubahan anatomi, nyeri berhubungan dengan sokongan
pelvis dan/atau kesulitan eliminasi, dan resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan
kurangnya keterampilan dalam melakukan prosedur dalam perawatan diri atau kurang
pengetahuan tentang pentingnya mematuhi terapi. Diagnosa psikososial meliputi ansietas yang
berhubungan dengan prosedur bedah yang mungkin dilakukan, koping tidak efektif yang
berhubungan dengan perubahan citra tubuh, perubahan proses keluarga atau hubungan
interpersonal yang berhubungan dengan perubahan fungsional dan perubahan anatomi; isolasi
sosial distress spiritual, gangguan citra tubuh dan harga diri rendah berhubungan dengan
perubahan anatomi dan perubahan fungsi.
Perawat harus mendorong pemeriksaan fisik tahuan, yang meningkatkan diagnosis dan
pengobatan dini dan memfasilitasi perawatan diri serta kerjasama dengan program medis dan
bedah yang dianjurkan. Dengan sikap yang mendukung dan menerima, perawat dapat
meningkatkan harga diri, citra tubuh, dan konsep diri positif klien, meskipun ada perubahnan
fungsi tubuh.
4
Wanita harus diberi informasi tentang higiene yang baik dan tindakan yang mencegah
masalah yang berhubungan dengan perubahan topangan pada pelpis. Perawatan harus sensitif
dan bijaksana karna klien mungkin merasa malu karna bau dan pakaiannya yang menjadi kotor
diluar keinginannya. Ia mungkin akan menarik diri atau sebaliknya, menunjukkan sikap
bermusuhan. Tidak jarang wanita menjadi terbiasa dengan bau tersebut, sehingga mereka tidak
menyadarinya. Dauching deodoran komersial atau larutan b ukan komersial, seperti larutan
klorin (1 sdt klorin pemutih yang biasa digunakan dalam rumah tangga dicampur 1 L air ) dapat
digunakan. Rendam duduk (sitz baths) dan mencuci genitalia dengan cermat menggunakan
sabun ringan tidak berwarna dan tidak berbau serta air hangat dapat membantu. Penggunaan
bedah deodoran, seperti borat natrium, dapat bermanfaat. Perawatan higienis memakan waktu
dan harus sering dilakukan sepanjang hari. Pembalut pelindung atau celana pendek harus
digunakan. Semua aktivitas ini membuat wanita dan keluarganya menjadi tidak semangat.
Apabila terdapat fistula rektovagina, maka enema tinggi, yang diberikan sebelum
meninggalkan rumah, membuat wanita sementara bebas dari pajanan materi feses pada periode
pra operaksi.
Banyak upaya perawat mengatasi maslah ini diarahkan pada partisipaso wanitag dalam
upaya tim menyiapkan wanita tersebut untuk menjalani pembedahan. Perawat dilingkungan
promosi kesehatan biasanya paling mengetahui kondisi kehidupan wanita tersebut,
keterbatasan fisiknya, serta masalah sosialnya. Dengan demikian , perawat adalah orang yang
paling tepat untuk menkordinasi kontinuitas perawatan. Apabila fungsi sistem genitourinarius
tidak dapat diperbaiki sampai benar-benar pulih, baik melalui upaya bedah, medikasi maupun
terapin lain, maka sasaran yang terkait dengan kepatuhan terhadap program medis, yaitu
memproleh kembali atau mempertahankan diri, dan kepuasan keluarga serta proses
interpersonal sangat tepat untuk diupayakan.
1. Pengkajian
a. Sirkulasi
Tanda : peningkatan tekanan darah (efek pembesaran ginjal)
b. Eliminasi
Gejala: penurunan kekuatan atau dorongan aliran urine, tetesan.
Tanda: feses keluar melalui fistula.
c. Makanan/cairan
5
Gejala: anoreksia; mual dan muntah.
Tanda: penurunan berat badan.
d. Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri supra pubik, daerah fistula dan nyeri punggung bawah.
e. Keamanan
Gejala: demam
f. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: rencana pemmbedahan
Rencana pemulangan: memerlukan bantuan dengan manajemen terapi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan iritasi mukosa, proses imflamasi
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, proses
pembedahan.
c. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan pola defekasi.
d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, keselahan interpretasi.
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri b.d iritasi 1. Pain level 1.Lakukan pengkajian
mukosa, proses 2. Pain Control nyeri
inflamasi 3. Comfort level 2.Observasi reaksi
Kriteria hasil : komunikasi terapeutik
a. Mampu mengontrol nyeri untuk mengetahui
b. Melaporkan bahwa nyeri pengalaman nyeri
berkurang dengan pasien
menggunakan manajemen 3.Kaji kultur nyeri
nyeri pasien yang
c. Mampu mengendali nyeri mempengaruhi nyeri
d. Mengertakan rasa nyaman 4.Kurangi faktor
setelah nyeri berkurang presipitasi nyeri
6
5.Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi
6.Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
7.Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri.
7
perubahan a. Klien mampu 2. Nyatakan dengan
status mengungkapkan gejala jelas harapan
kesehatan cemas. terhadap perilaku
b. Mengidentifikasi, pasien.
mengungkapkan dan 3. Temani pasien untuk
menunjukkan teknik untuk memberikan keaman
mengontrol cemas. dan mengurangi
c. Vital sign dalam batas kecemasan
normal 4. Libatkan keluarga
d. Postur tubuh, ekpreksi wajah untuk mendampingi
dan tingkat aktivitas klien.
menunjukkan kurangnya 5. Intruksikan klien
kecemasan. untuk teknik
relaksasi.
6. Bantu pasien
mengenal situasi
yang menyebabkan
kecemasan.
7. Kelola pemberian
obat anti cemas.
8
BAB III
ANALISA JURNAL
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA