Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

FISTULA GENITALIA

Oleh: Kelompok 5/A1 2018


ANNIZHAH KARTINI NH0118010
ERNI NH0118016
FITRI RAMADHANI NH0118021
GITARIA MATOTA NH0118026
HEPPI LISTRA NH0118028
KHUSNUL KHATIMAH NH0118039
MASDALIA NH0118043
WAN HASLINDA NH0117150
HASLINDA BUNAHIRI NH0116060
REFIKA SEPTINIA BASRA NH0116139

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami naikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih
karunianya kami dapat menyelesikan makalah dengan judul “Fistula Genitalia“
ini.
Dalam penyusunan makalah ini, kami saling bertukar pikiran untuk
membuatnya. Dalam kesempatan ini kami ingin berterima kasih kepada dosen
yang telah memberikan kami tugas ini, agar membantu kami dalam mengetahui
lebih dalam mengenai Karakteristik Perawat Yang Memfasilitasi Hubungan
Terapeutik dengan mencari sendiri referensi yang kami butuhkan &
merampungkannya dalam sebuah makalah & tak lupa segala bantuan yang di
berikan oleh dosen yang bersangkutan, yang telah meluangkan waktunya
walaupun beliau sangat sibuk & memberikan kami bimbingan dalam
menyelesaikan makalah kami.
Kami menyadari betul bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu kami selaku penyusun makalah ini sangat
mengharapkan kritik & saran yang bersifat membangun dari dosen mata kuliah ini
& juga pembaca demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat.

Makassar, 02 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Fistula Genitalia 3
B. Etiologi Fistula Genitalia 6
C. Klasifikasi Fistula Genitalia 9
D. Manifestasi Klinis Fistula Genitalia 14
E. Patofisiologi Fistula Genitalia 15
F. Tanda dan Gejala Fistula Genitalia 16
G. Pencegahan Fistula Genitalia 16
H. Penatalaksanaan Fistula Genitalia 16
I. Komplikasi Fistula Genitalia 16
J. Asuhan Keperawatan Fistula Genitalia 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 17
B. Saran 17
Daftar Pustaka 18
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fistula adalah suatu ostium abnormal, berliku-liku antara dua organ
berongga internal atau antara organ berongga internal dan dengan tubuh
bagian luar. Nama fistula menandakan kedua area yang berhubungan secara
abnormal. Fistula merupakan saluran yang berasal dari rongga atau tabung
normal kepermukaan tubuh atau ke rongga lain, fistula ini diberi nama sesuai
dengan hubungannya (misalnya : rekto-vaginal, kolokutaneus). Fistula adalah
sambungan abnormal diantara dua permukaan epitel (Sarwono, 2016).
Fistula genitalia adalah keadaan dimana terjadi hubungan luar biasa antar
traktus genitalis dan traktus urinalis. Fistula genitalia banyak di temukan di
Negara berkembang sebagai akibat persalinan yang lama maupun
penanganan yang kurang baik. Di Negara maju kasus ini terbanyak di
sebabkan oleh tindakan operasi histerektomi maupun secara abdominal.
Fistula genitalia ini merupakan kasus yang tidak seorang pun membayangkan
akan terjadi pada penderitanya. Penderitaan pasien, bukan hanya di fisik saja
tetapi berupa mudah mengalami ISK. Namun memiliki dampak psikososial
yang di rasakan lebih menyakitkan. Penderita merasa terisolasi dari
pergaulan, keluarga dan lingkungan kerjanya oleh karena senantiasa
mengeluarkan urine dan bau yang tidak sedap setiap saat. Tidak jarang suami
meningggalkannya dengan alas an karena tidak terpenuhinya kebutuhan
biologis dengan wajarnya (Sarwono, 2016).
Kasus ini sering kali dialami oleh para wanita dari kalangan sosio
ekonomi yang rendah di mana pada saat kehamilan dan persalinan tidak
mendapat pelayanan yang memadai sehingga berlangsung lama dan terjebak
pada persalinan kasip. Angka kejadian di Indonesia sulit di dapatkan, oleh
karena itu banyak laporan hanya menggambarkan kejadian penderita yang
datang kerumah sakit. WHO (1991) melaporkan angka kejadian di afrika 55-
2

80 per 100.000 kelahiran hidup. Di Ethopia 90% di sebabkan oleh persalinan


kasip (Sarwono, 2016).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Fistula Genitalia?
2. Bagaimana Etiologi dan Klasifikasi Fistula Genitalia?
3. Bagaimana Manifestasi dan Patofisiologi Fistula Genitalia?
4. Bagaimana Tanda dan Gejala Fistula Genitalia?
5. Bagaimana Pencegahan Fistula Genitalia?
6. Bagaimana Penatalaksanaan Fistula Genitalia?
7. Bagaimana Komplikasi Fistula Genitalia?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
a. Mengetahui pengertian fistula genitalia
b. Mengetahui etiologi dan klasifikasi fistula genitalia
c. Mengetahui manifestasi dan patofisiologi fistula genitalia
d. Mengetahui tanda dan gejala fistula genitalia
e. Mengetahui pencegahan fistula genitalia
f. Mengetahui penatalaksanaan fistula genitalia
g. Mengetahui komplikasi fistula genitalia
2. Tujuan Khusus
a. Menyelesaikan tugas makalah keperawatan maternitas 1
b. Mengetahui konsep dan Keperawatan pada Fistula Genitalia
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Fistula Genitalia
Fistula adalah suatu ostium abnormal, berliku-liku antara dua organ
berongga internal atau antara organ berongga internal dan dengan tubuh
bagian luar. Nama fistula menandakan kedua area yang berhubungan secara
abnormal. Fistula merupakan saluran yang berasal dari rongga atau tabung
normal kepermukaan tubuh atau ke rongga lain, fistula ini diberi nama sesuai
dengan hubungannya (misalnya : rekto-vaginal, kolokutaneus). Fistula adalah
sambungan abnormal diantara dua permukaan epitel.
Genitalia ialah organ reproduksi (Kamus Keperawatan Lengkap). Fistula
vagina adalah suatu kondisi medis yang parah di mana suatu fistula (lubang)
berkembang antara rektum dan vagina atau antara kandung kemih dan vagina
setelah parah atau gagal melahirkan, saat perawatan medis yang cukup tidak
tersedia. Fistula genitalia adalah terjadinya hubungan antara traktus genitalia
dengan traktus urinarius atau, gastrointestinal.

B. Etiologi Fistula Genitalia


1. Sebab obstetrik
Terjadinya penekanan jalan lahir oleh kepala bayi dalam waktu lama,
seperti pada partus lama iskemia kemudian nekrosis lambat, atau akibat
terjepit oleh alat pada persalinan buatan. Partus dengan tindakan, seperti
pada tindakan SC, kranioklasi, dekapitasi, ekstraksi dengan cunam,
seksio-histerektomia.
2. Sebab ginekologik
a. Proses keganasan/carsinoma terutama carsinoma cervix,
radiasi/penyinaran, trauma operasi atau kelainan kongenital.
4

b. Histerektomi totalis
c. Lokasi terbanyak pada apeks vagina ukuran 1-2 mm terjadi akibat
terjepit oleh klem atau terikat oleh jahitan
3. Sebab trauma
Terjadi karena trauma (abortus kriminalis).

Fistula biasanya berkembang ketika terjadi penekanan persalinan yang


lama anak yang belum lahir begitu erat di jalan lahir yang di potong aliran
darah ke jaringan sekitarnya yang necrotise dan akhirnya membusuk. Cedera
ini dapat disebabkan oleh pemotongan kelamin perempuan, aborsi, atau
panggul patah tulang. Penyebab lainnya yang secara langsung potensial untuk
pengembangan fistula obstetrik adalah pelecehan seksual dan perkosaan,
terutama dalam konflik/pasca konflik daerah, trauma bedah lainnya, kanker
ginekologi atau radioterapi pengobatan terkait lainnya, dan mungkin yang
paling penting, terbatas atau tidak memiliki akses keperawatan kandungan
atau layanan darurat.
Penyebab distal yang dapat menyebabkan perkembangan isu-isu
kepedulian fistula obstetrik yaitu kemiskinan, kurangnya pendidikan,
pernikahan dini dan melahirkan, peran dan status perempuan di Negara
berkembang, dan praktek-praktek tradisional yang berbahaya dan kekerasan
seksual. Akses keperawatan darurat kebidanan merupakan salah satu
tantangan utama dalam mencegah perkembangan fistula obstetrik.
Ketersediaan dan akses kefasilitas kesehatan yang memiliki staf yang terlatih
dan peralatan bedah khusus yang diperlukan untuk kelahiran Caesar sangat
terbatas di bagian-bagian tertentu di dunia.

C. Klasifikasi Fistula Genitalia


5

Klasifikasi fistula urogenital secara umum dikelompokkan dalam empat


jenis; vesiko-uterina, vesiko-vaginal, urethro-vaginal dan uretero-vaginal.
Fistul bisa muncul di lokasi, jumlah, ukuran tertentu dan penyulit lainnya.
Kasus fistula vesikovaginal 75% muncul akibat komplikasi post histerktomi
transabdomen atau transvagina. Fistula bisa menutup spontan bila ukuran
kecil, jaringan sekitar yang tenang dan sikatrik minimal (Ertandri, 2016).
Kriteria diagnostik fistula vesiko vagina dengan mendapatkan anamnesa
menyeluruh faktor resiko munculnya fistula, pemeriksaan genital, dan tes
diagnostik spesifik. Tes diagnostik menggunakan tes methylen blue,
memerlukan beberapa kassa, catheter dan cairan metyhlen blue dengan cairan
steril atau salin 0,9 % sebanyak 20-30 cc dimasukan ke buli-buli melalui
catheter. Nilai rembesan methylen blue di kassa yang sudah dimasukan
kedalam liang vagina. Didapatkan lokasi, ukuran, dan bila mungkin jumlah
fistula (Ertandri, 2016).
Jika pemeriksaan ini tidak berhasil, tes diagnostik selanjutnya adalah
dengan cara cystoskopi. Kolaborasi pemeriksaan Cystoskopi dilakukan
bersama dengan ahli Urologi. Kegunaan Cystoskopi membantu memastikan
lokasi anatomis yang pasti dari fistula dan hubungan fistula vesikovagina
dengan muara urethra. Pada pasien ini tidak dilakukan karena lokasi yang
jelas, ukuran yang cukup besar, tidak multiple, tidak ada penyulit. Pada kasus
fistul lebih proksimal atau multiple, melibatkan kandung kemih atau leher
kandung kemih dan pada kasus fistula complex yang memerlukan penanganan
lebih lanjut, ahli Urogenital Obstetri Ginekologi akan berkolaborasi dengan
ahli Urologi. Dan operasi repair dikerjakan bersama (Ertandri, 2016).
Ada beberapa tehnik repair fistula vesiko vagina. Pada pasien ini
dilakukan repair fistula dengan menggunakan tehnik latzko dalam spinal
anesthesi. Tehnik ini efektif pada fistula vesikovaginal yang berada di puncak
vagina. Dengan melakukan exisi cirkular mukosa vagina yang sudah
6

diinfiltrasi adrenalin di sekitar muara fistula. Setelah mukosa vagina di exisi,


dilakukan penjahitan di muara fistul menggunakan vicril 3.0 tanpa tension,
lalu dilakukan penjahitan mucosa vagina. Penjahitan menjadi two layer.
Penanganan pasca operasi mempunyai peranan penting. Pengaturan cairan,
pemberian analgetik manajemen nyeri, pemasangan threeway catheter selama
14 hari, antibiotik profilak, vulva hygiene, jumlah urin 2-3 Liter dalam satu
hari untuk memastikan tidak ada regangan kandung kemih. Pada hari ke 14
pasien anjuran threeway catheter dilepas, dan dalam 2-3 hari tidak ada
rembesan urin dari kemaluan, pasien boleh pulang, kontrol tiga minggu post
operasi. Pasien dianjurkan tidak coitus selam 2-3 minggu (Ertandri, 2016).
Pendekatan pembedahan fistula urogenital dilakukan secara per
abdominal atau per vaginam. Hal ini tergantung pada temuan lokasi fistula.
Namun pembedahan perabdominal mulai ditinggalkan dengan
berkembangnya teknologi lapasrcopic surgery. Penemuan lokasi yang akurat
dilakukan dengan menggunakan cystoendoskopi. Fistula yang berada lebih
proksimal, melibatkan leher kandung kemih, ureter, jumlah multiple, lokasi
yang sulit diidentifikasi akan melibatkan ahli Urologi menggunakan tehnik
laparascopic surgery dalam penanganannya (Ertandri, 2016).

D. Manifestasi Klinis Fistula Genitalia


Gejala tergantung pada kekhususan defek. Pus atau feses dapat bocor
secara konstan dari lubang kutaneus. Gejala ini mungkin pasase flatus atau
feses dari vagina atau kandung kemih, tergantung pada saluran fistula. Fistula
yang tidak teratasi dapat menyebabkan infeksi sistemik disertai gejala yang
berhubungan.

E. Patofisiologi Fistula Genitalia


7

Trauma pada kandung kemih saat melakukan tindakan histerektomi


yang sulit atau persalinan operatif sectio cesarea (SC) dapat menimbulkan
fistula vesikovaginal. Kebanyakan terbentuknya fistula vesikovaginal adalah
saat melakukan diseksi tumpul yang luas pada daerah kandung kemih saat
memisahkan lapisan kandung kemih. Hal ini menyebabkan devaskularisasi
atau robekan yang tidak teridentifikasi pada dinding posterior kandung kemih.
Hal lain dalam tindakan pembedahan yang menyebabkan terjadinya fistula
adalah jahitan pada puncak vagina yang secara kebetulan melibatkan kandung
kemih, keadaan ini menjadikan jaringan sekitarnya iskemia, nekrosis dan
selanjutnya menjadi fistula (Mabeya, 2017).
Fistula sebagai hasil dari suatu proses persalinan terjadi saat persalinan
lama atau dengan kesulitan. Bagian kepala janin akan menekan bagian
trigonal dan leher kandung kemih dengan penekanan ke bagian tulang pubis
pada simfisis. Keadaan demikan juga dapat menyebabkan iskemia dan
nekrosis. Hampir 10 – 15 % fistula tidak dijumpai pada 10 – 30 hari setelah
tindakan pembedahan atau persalinan. Bahkan ada fistula yang tidak manifes
dalam hitungan bulan. Fistula yang timbul sebagai komplikasi radiasi tidak
tampak dalam kurun waktu tahun setelah radiasi. Manifestasi lambat tersebut
disebabkan oleh perubahan lanjutan oleh efek radiasi. Timbul fibrosis pada
jaringan subepitelial, hialinisasi jaringan ikat akan tampak dengan
pemeriksaan histologi. Terjadi perubahan vaskularisasi berupa obliterasi
pembuluh darah arteri. Perubahan pada pembuluh darah tersebut akan
menghasilkan atropi atau nekrosis pada epitel kandung kemih, kemudian
terjadi ulserasi atau terbentuk fissura (Mabeya, 2017).

F. Tanda dan Gejala Fistula Genitalia


Gangguan yang dihasilkan biasanya mencakup:
1. Inkontinensia urine
8

2. Infeksi parah dan ulserasi pada saluran vagina


3. Sering terjadi kelumpuhan yang disebabkan oleh kerusakan
4. Wanita merasa tidak nyaman
5. Haid terganggu, amenorrhoe sekunder
6. Kulit sekitar anus tebal
7. Infeksi pada jalan lahir
8. Pada pemeriksaan spekulum terlihat dinding vesika menonjol keluar
9. Flatus dari vagina, keluar cairan dari rectum

G. Pencegahan Fistula Genitalia


Pencegahan dapat dilakukan dengan cara:
1. Pemeriksaan secara rutin keperawatan kandungan
2. Dukungan dari profesional perawatn kesehatan terlatih selama kehamilan
3. Menyediakan akses ke keluarga berencana
4. Mempromosikan praktek jarak antar kelahiran
5. Mendukung perempuan `dalam bidang pendidikan
6. Menunda pernikahan dini

H. Penatalaksanaan Fistula Genitalia


1. Medis
Pengobatan yang dapat di lakukan yaitu dengan cara operasi.
Operasi untuk kasus ini tanpa komplikasi memiliki tingkat keberhasilan
90%. Operasi ini sukses dapat memungkin kan perempuan untuk hidup
norma dan memiliki anak lagi. Perawatan pasca operasi sangat penting
untuk mencegah infeksi. Beberapa wanita yang tidak bersedia untuk
operasi ini,dapat mencari pengobatan alternatif yang disebut urostomy
(pengumpulan urin dipakai setiap hari).
9

Manfaat terbesar dari perawatan bedah adalah bahwa banyak wanita


dapat kembali bergabung dengan keluarga mereka, masyarakat, dan
masyarakat tanpa rasa malu dari kondisi mereka karena bocor dan bau
tidak lagi sekarang.
2. Keperawatan
a. Pra operasi: persiapan fisik, lab, antibiotika profilaksis, persiapan
kolon bila perlu
b. Waktu reparasi, tergantung sebab:
1) Trauma operasi segera, saat operasi tersebut, atau ditunda jika
diketahui pasca op
2) Obstetric 3 bulan pascasalin, kecuali fistula fekalis dilakukan
setelah 3-6 bulan
c. Pasca operasi: drainase urine kateter terpasang

I. Komplikasi Fistula Genitalia


1. Infeksi
2. Gangguan fungsi reproduksi
3. Gangguan dalam berkemih
4. Gangguan dalam defekasi
5. Ruptur/perforasi organ yang terkait

J. Asuhan Keperawatan Fistula Genitalia


Kasus:
Seorang pasien perempuan usia 29 tahun datang ke ruangan Ginekologi RSUP
Dr.M. Djamil Padang tanggal 4 september 2013 pukul 09.30 WIB kiriman
poloklinik dengan diagnose fistula vesiko vaginalis.
Pasien megeluhkan BAK keluar dari vagina sejak 2 tahun yang lalu, mengalir
tanpa disadari sehingga pasien menggunakan pampers (2-3 kali ganti). Pasien
10

melahirkan anak ke-2 di Puskesmas 2 tahun yang lalu, lahir bayi perempuan
4000 gram secara spontan dan meninggal. BAB biasa. Tanda-tanda vital ibu
dalam batas normal, yaitu tekanan darah 110/70mmHg, nadi 82 kali/menit,
pernapasan 20 kali/meni dan suhu 37oC.

Pada saat itu dilakukan pemeriksaan:


a. Inspekulo
 Vagina : tumor (-), laserasi (-), tampak cairan bening merembes dari
dinding anterior vagina berbau pesing
 Portio : ukuran sebesar jempol tangan dewasa, OUE tertutup
b. VT Bimanual
 Vagina : teraba fistula sebesar jari tangan dewasa pada 1/3 tangan
pada vagina anterior
 Portio : ukuran sebesar jempol tangan dewasa, OUE tertutup
Pada tanggal 5 september 2013 pukul 11.00 WIB, dilakukan operasi
fistuloraphy selama 180 menit. Setelah dilakukan operasi, pasien diberi NaCl
0,9% pada three way kateter no. 22,16 tetes/menit selama 2 minggu.

Format Pengkajian Data:


Manajemen Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Reproduksi Pada Nyonya
“M” Post Fistuloraphy Atas Indikasi Fistula Vesiko Vaginalis

Tanggal : 9 September 2013


Pukul : 15.00 WIB
Pengumpulan Data
A. Identitas / Biodata
Nama Ibu : Ny. M
Umur : 29 tahun
Suku/Bangsa : Minang/Indonesia
11

Agama : islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat rumah : Surian, Kab. Solok Selatan
B. Data Subjektif
1. Keluhan utama ( jika ada pengeluaran pervagina kaji warnanya,
bau, banyaknya), nyeri yang dirasakan ibu atau ada
pembengkakan) : tidak ada
2. Riwayat perkawinan
 Kawin: 1 kali
 Kawin pertama umur : 22 tahun
 Dengan suami sekarang : 8 tahun
3. Riwayat Menstruasi
 Haid pertama : umur 13 tahun
 Teratur/tidak teratur : tidak teratur
 Siklus : kurang lebih 30 hari
 Lamanya : 3-4 hari
 Banyaknya : 2-3 kali ganti duk
 Sifat darah : encer
 Dismenorrhoe : ada

No Tgl Usia Tempat Jenis Penolong Komplikasi Bayi Nifas


Ibu Bayi BB/ kea lakt keada
lahir Keham persalina Persalina
PB daa asi an
anak ilan n n
n
1 2007 Aterm Dukun Spontan dukun - - Tdk bai baik baik
diukur k
2 2011 Aterm Puskesm Spontan bidan - Meni 4000 me baik baik
as ngga gr/49 nin
12

l cm gga
l

4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


5. Riwayat kontrasepsi
 Jenis kontrasepsi : pil KB
 Mulai penggunaan : th. 2007
 Berhenti : th. 2009
 Alasan berhenti : ingin punya anak lagi
6. Riwayat kesehatan
 Peyakit yang pernah/ sedang diderita : fistula vesiko vaginalis
 Penyakit yang pernah/sedang diiderita keluarga : tidak ada
 Riwayat peyakit sekarang : post fistuloraphy
7. Pola pemenuhan kesehaan sehari-sehari
 Pola nutrisi Makan Minuman
Frekuensi : 2-3x sehari 6-7 gelas/hari
Macam : nasi, lauk, sayur air putih, air teh
Jumlah : 1 piring sedang 1 gelas sedang
 Pola eliminasi BAK BAB
Frekuensi : dikateterisasi 1 x 2 hari
Warna : kuning jernih kuning kecoklatan
Jumlah : kurang lebih 2000
Cc/hari
 Pola aktivitas
Kegiatan sehari-hari : pekerjaan rumah tangga
Istirahat/tidur : kurang lebih 9 jam/hari
 Seksualitas
Frekuensi : sejak sakit tidak ada
13

Keluhan : urine mengalir dari vagina tanpa disadari


 Personal Hygiene
Kebiasaan mandi : 2x sehari
Membersihkan alat kelamin : ada, setiap mandi dan habis
BAK,BAB
Mengganti pakaian dalam : 2x sehari
Jenis pakaian dalam yang digunakan : bahan katun
8. Keadaan psikososial spiritual
 Penegtahuan ibu tentang gangguan penyakit yang di derita saat
ini:
Ibu tidak mengetahui mengenai penyakit yang sedang
dideritanya
 Pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi:
Ibu tidak tahu tentang kesehatan reproduksi
 Dukungan suami/keluarga:
Ada, suami selalu mendampingi iu selama di rawat di ruangan
ginekologi.
C. Data subjektif
1. Pemeriksaan Umum
 Kesadaan : CMC
 Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 37oC
 BB : 60 kg
 TB : 150 cm
2. Pemeriksaan Khusus
14

 Rambut : bersih, tidak ada ketombe


 Mata : konjungtiva merah muda, sclera tidak ikterik
 Mulut : bersih, tidak pucat, gigi tidak ada karies
 Leher : tidak ada pembesaran dan pembengkakan
 Payudara
Bentuk : simetris kiri dan kanan
Pembengkakan : tidak ada
Penegluaran : (-)
 Abdomen
Bentuk : normal
Pembesaran : normal
Bekas luka : tidak ada
Nyeri tekan : tidak ada
Massa : tidak ada
 Genitalia eksterna
Kebersihan : baik
Kemerahan : tidak ada
Pembengkakan : tidak ada
Varices : tidak ada
Oedema : tidak
Pengeluran pervaginaan : tidak ada
 Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan
 Ekstermitas
Atas : tidak oedema
Bawah : tidak oedema
D. Pemeriksaan Laboratorium (disesuaikan dengan indikasi)
 Labor biasa : Hb: 13,3 gr%
 Pemeriksaan getah vulva dan vagina : tidak dilakukan
15

 Pemeriksaan sitology vagina (pap smear)

Analisis Data

No Tanggal/jam Data Etiologi Problem


1. 9 sept 2013 DS: ibu merasa kainnya Robekan oleh Gangguan
15.00 basah karena banyak air forceps dan body image
ayang keluar dari nekrosis
kemaluannya setelah tekanan, dimana
kembali dari kamar mandi jaringan
DO: tertekan lama
- Tanda vital antara kepala
Tekanan darah: anak dan
110/70 mmHg sympisis seperti
Suhu : 37oC pada persalinan
Pernapasan : dengan panggul
20x/menit sempit dan
Nadi : 82x/menit terjadi
- Inspeksi: semua komplikasi
dalam batasan obstreksi yang
- Teraphy: cefixime mengakibatkan
2x1, Asam terjadinya
mefenamat 3x1 inkontinensia
- Ibu terpasang NaCl urine
0,9% pada three
way cateter
no.22,16
tetes/menit
- Pemeriksaan Labor:
Hb: 13,3 gr%
16

2 10 sept 2013 DS: ibu mengatakan gerah imobilisasi Gangguan


08.00 dan ingin mandi rasa nyaman
DO:
- Tanda vital
Tekanan darah:
110/70 mmHg
Suhu: 37oC
Pernapasan:
22x/menit
Nadi: 84x/menit
- Inspeksi: semua
dalam batas normal
- Teraphy: Cefixime
2x1, Asam
mefenamat 3x1
- Ibu terpasang NaCl
0,9% pada three
way cateter no.
22,16 tetes/menit

Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Tanggal ditemukan Tanggal teratasi


1. Gangguan body image 9 sept 2013 10 sept 2013
berhubungan dengan
inkonteninsia urine
2. Gangguan rasa nyaman 10 sept 2013 11 sept 2013
berhubungan dengan
imobilitas
17

Rencana Tindakan

No Diagnosa Perencanaan
Tujuan Tindakan
keperawatan
1. Gangguan body Setelah dilakukan  Berikan penkes pada
image berhubungan pemeriksaan 2x24 jam keluarga dan pasien
dengan pasen diharapkan bahwa keadaanya baik
inkonteninsia urine dapat menambah baik saja
percaya diri pasien  Anjurkan ibu untuk bed
rest total dan tidak boleh
duduk dan berjalan ke
kamar mandi dulu
selama 7 hari ini, karena
ibu masih dalam proses
pemulihan setelah
operasi
 Periksa leadaan kateter
ibu
 Anjurkan ibu untuk
banyak minum air putih
yaitu 3 botol aqua besar
per hari agar urine ibu
lancar dan untuk
mengontrol keadaan
urine ibu
 Anjurkan ibu untuk
makan yang cukup agar
kondisi ibu segera pulih
 Ingatkan ibu untuk
18

minum obat yang telah


di resepkan dokter untuk
memulihkan kondisi ibu
2 Gangguan rasa Setelah dilakukan  Informasikan kepada ibu
nyaman pemeriksaan 2x24 jam bahwa keadaan umum
berhubungan pasien diharapkan ibu baik
dengan imobilisasi pasien merasa nyaman  Fasilitas ibu untuk
mandi di tempat tidur
 Lakukan vulva hygiene

Pelaksanaan

No Tanggal waktu Tindakan keperawatan Respon tindakan


1. 9 sept 2014  Memberikan penkes  Ibu sudah
pada keluarga dan mengetahui hasil
pasien bahwa pemeriksaan
keadaannya baik-baik  Ibu mengerti dan
saja berjanji untuk
 Menganjurkan ibu tidak duduk dan
untuk bed rest total dan berjalan-jalan dulu
tidak boleh duduk dan  Sambungan selang
berjalan ke kamar infus ke kateternya
mandi dulu selama 7 longgar dan setelah
hari ini, Karena ibu dieratkan lagi
masih dalam proses  Ibu hanya mampu
pemulihan setelah menghabiskan ½
opeasi botol aqua besar
 Memeriksa keadaan air putih
kateter ibu perharinay
19

 Menganjurkan ibu  Porsi yang


untuk banyak minum air diberikan petugas
putih yaitu 3 botol aqua rumah sakit habis
besar per hari agar urine oleh ibu
ibu lancar dan untuk  Ibu sudah minum
mengontrol keadaan obat setelah makan
urine ibu siang
 Menganjurkan ibu
untuk makan yang
cukup agar kondisi ibu
segera pulih
 Mengingatkan ibu untuk
minum obat yang telah
di resepkan dokter
untuk memulihkan
kondisi ibu
2 10 sept 2014  Meginformasikan  Ibu sudah
kepada ibu bahwa mengetahui hasil
keadaan umum ibu baik pemeriksaan
 Memfasilitasi ibu untuk  Ibu sudah di bantu
mandi di tempat tidur untuk mandi di
 Melakukan vulva tempat tidur
hygiene  Vulva hygiene
telah dilakukan

Evaluasi
No Tanggal/waktu Evaluasi
1. 11 sept 2013 S : pasien mengatakan lebih percaya diri
09.00 O : pasien terlihat sering berinteraksi denagn orang
20

sekitar
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi di lanjutkan
2. 12 sept 2013 S : pasien mengatakan badannya terasa segar
10.00 O : pasien terlihat nyaman
A : masalah teratasi
P : intervensi di hentikan

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Fistula adalah suatu ostium abnormal, berliku-liku antara dua organ
berongga internal atau antara organ berongga internal dan dengan tubuh
bagian luar. Nama fistula menandakan kedua area yang berhubungan secara
abnormal. Fistula merupakan saluran yang berasal dari rongga atau tabung
21

normal kepermukaan tubuh atau ke rongga lain, fistula ini diberi nama sesuai
dengan hubungannya (misalnya : rekto-vaginal, kolokutaneus). Fistula adalah
sambungan abnormal diantara dua permukaan epitel.
Fistula biasanya berkembang ketika terjadi penekanan persalinan yang
lama anak yang belum lahir begitu erat di jalan lahir yang di potong aliran
darah ke jaringan sekitarnya yang necrotise dan akhirnya membusuk. Cedera
ini dapat disebabkan oleh pemotongan kelamin perempuan, aborsi, atau
panggul patah tulang. Penyebab lainnya yang secara langsung potensial untuk
pengembangan fistula obstetrik adalah pelecehan seksual dan perkosaan,
terutama dalam konflik/pasca konflik daerah, trauma bedah lainnya, kanker
ginekologi atau radioterapi pengobatan terkait lainnya, dan mungkin yang
paling penting, terbatas atau tidak memiliki akses keperawatan kandungan
atau layanan darurat.
Penyebab distal yang dapat menyebabkan perkembangan isu-isu
kepedulian fistula obstetrik yaitu kemiskinan, kurangnya pendidikan,
pernikahan dini dan melahirkan, peran dan status perempuan di Negara
berkembang, dan praktek-praktek tradisional yang berbahaya dan kekerasan
seksual. Akses keperawatan darurat kebidanan merupakan salah satu
tantangan utama dalam mencegah perkembangan fistula obstetrik.
Ketersediaan dan akses kefasilitas kesehatan yang memiliki staf yang terlatih
dan peralatan bedah khusus yang diperlukan untuk kelahiran Caesar sangat
terbatas di bagian-bagian tertentu di dunia.
B. SARAN
Dengan diberikannya tugas ini mahasiswa dapat lebih memahami dan
mengerti tentang bagaimana membuat makalah keperawatan maternitas II
tentang Fistula Genitalia dan dapat memberikan materi yang baik dan tepat
serta menegakkan asuhan keperawatan pada fistula genitalia. Dengan adanya
22

hasil tugas ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bacaan untuk menambah
wawasan dari ilmu yang telah didapatkan dan lebih baik lagi dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Ertandri, L. (2016). Fistula Vesiko Vaginalis. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(2), 475–
478.
Mabeya H.M, Characteristic of Women Admitted with Obstetric Fistula in the Rural
hospitals in West Pokot, Kenya, 2017
Miller S, Lester F, Webster M, et al, Obstetric Fistula ; A Preventable Tragedy, J
Midwife Women Health
23

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo 2016

Anda mungkin juga menyukai