Anda di halaman 1dari 14

Keperawatan Maternitas 1

Dosen : Wa Mina La Isa, S.Kep.,Ns., M.Kep

MAKALAH
“MIOM UTERI”

Disusun oleh :
Kelompok III
1. Fizriani Pandiali (NH0118022)
2. Fransiska Sisilia Tansala (NH0118023)
3. Frischa Yulia Nurain (NH0118024)
4. Gilda Desty Christin Ponto (NH0118025)
5. Gitaria Matota (NH0118026)
6. Gunawan Esomar (NH0118027)
7. Heppi Listra (NH0118028)
8. Herlan (NH0118029)
9. Holida Rachmawaty Renfaan (NH0118030)
10. Icha Susella (NH0118031)
11. Indah Sarnita (NH0118033)
12. Inayah Nurul Ilmi (NH0118032)
13. Muh. Alnajid (NH0118048)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas limpahan Rahmat-
NYA sehingga saya dapat menyelesaikan penusunan makalah ini yang berjudul
MIOM UTERI dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini

Makassar, 17 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii


BAB I PENDAHULUAN iv
A. LATAR BELAKANG iv
B. TUJUAN v
C. RUMUSAN MASALAH v

BAB II KONSEP TEORI 6


A. DEFINISI MIOM UTERI 6
B. PENCEGAHAN PRIMER MION UTERI 6
C. PENCEGAHAN SEKUNDER MIOM UTERI 6
D. PENCEGAHAN TERSIER MIOM UTERI 10

BAB III PENUTUP 12


A. KESIMPULAN 12
B. SARAN 12

DAFTAR PUSTAKA 13

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah kesehatan reproduksi merupakan salah satu masalah
kesehatan yang menjadi perhatian bersama dan bukan hanya individu
bersangkutan, karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek
kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Dengan
demikian kesehatan alat reproduksi sangat erat hubungannya dengan
angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian anak (AKA). Hasil
penelitian, wanita lebih rentan terkena berbagai penyakit dari pada laki-
laki. Salah satu penyakit yang ditakutkan oleh para wanita adalah penyakit
yang berhubungan dengan organ reproduksi wanita seperti mioma uteri
(Rudiyanti & Imron Riyanti, 2016).
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot
uterus dan jaringan ikat yang menumpang, sehingga dalam kepustakaan
dikenal dengan istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid. Mioma atau
disebut juga leiomioma atau fibroid adalah tumor jinak yang berasal dari
sel-sel otot polos. Tumor itu mengandung sejumlah jaringan ikat yang
berbeda yang mungkin terdiri dari sel-sel otot polos yang telah mengalami
degenerasi. Mioma bertumbuh dengan mendorong perbatasan dengan
sebuah kapsul palsu, dan bisa tumbuh menjadi sangat besar. Tempat
pertumbuhan yang paling sering adalah didalam korpus uteri (Rudiyanti &
Imron Riyanti, 2016).
Penelitian World Health Organisation (WHO) menyebutkan
penyebab angka kematian ibu karena mioma uteri tahun 2010 sebanyak
1,95%, dan tahun 2011 sebanyak 2,04%. Perihal penyebab pasti terjadinya
tumor mioma belum diketahui. bila mioma uteri bertambah besar pada
masa post menopause kemungkinan terjadinya degenerasi maligna
(sarcoma) dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih dari 5
kg dampak mioma uetri dalam kehamilan yaitu abortus, kelainan letak,

iv
plasenta previa, plasenta akreta, inersia uteri dan jika letaknya didekat
serviks dapat menimbulkan perdarahan post partum (Rudiyanti & Imron
Riyanti, 2016).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini :
Untuk mengetahui dan memahami tentang penyakit miom uteri
2. Tujuan Khusus
Tujuan dari penulisan makalah ini :
a. Untuk mengetahui tentang pencegahan primer penyakit
miom uteri
b. Untuk mengetahui tentang pencegahan sekunder penyakit
miom uteri
c. Untuk mengetahui tentang pencegahan tersier penyakit
miom uteri
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian penyakit miom uteri ?
2. Bagaimana pencegahan primer penyakit miom uteri ?
3. Bagaimana pencegahan sekunder miom uteri ?
4. Bagaimana pencegahan tersier miom uteri ?

v
vi
BAB II

KONSEP TEORI

A. DEFINISI MIOM UTERI


Mioma uteri merupakan salah satu penyakit yang tumbuh di bagian
organ reproduksi pada wanita. Mioma uteri ialah neoplasma jinak yang
berasal dari otot uterus dan jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan
disebut juga leiomioma, fibriomioma, atau fibroid. Neoplasma ialah
pertumbuhan jaringan baru yang tidak normal pada tubuh, dan dikenal
juga dengan istilah tumor. Mioma uteri merupakan tumor yang terbanyak
pada organ reproduksi wanita (Cahyasari & Sakti, 2017).
B. PENCEGAHAN PRIMER MIOM UTERI
Pencegahan primer merupakan pencegahan yang dilakukan pada
perempuan yang belum menarche atau sebelum terdapat resiko mioma
uteri. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan mengkonsumsi makanan
yang tinggi serat seperti sayuran dan buah. primer merupakan awal
pencegahan sebelum seseorang menderita mioma. Upaya pencegahan ini
dapat dilakukan dengan penyuluhan mengenai faktor-faktor resiko mioma
terutama pada kelompok yang beresiko yaitu wanita pada masa
reproduktif. Selain itu tindakan pengawasan pemberian hormon estrogen
dan progesteron dengan memilih pil KB kombinasi (mengandung estrogen
dan progesteron), pil kombinasi mengandung estrogen lebih rendah
dibanding pil sekuensil, oleh karena pertumbuhan mioma uteri
berhubungan dengan kadar estrogen (Anggaraini & Roberts, 2016).

C. PENCEGAHAN SEKUNDER MIOM UTERI


Pencegahan sekunder ditujukan untuk orang yang telah menunjukkan
gejala terkena mioma uteri, dan bertujuan untuk menghindari terjadinya
komplikasi. Pencegahan yang dilakukan adalah dengan melakukan
diagnosa dini dan pengobatan yang tepat.
1. Diagnosa

6
a. Gejala Subjektif Pada umumnya kasus mioma uteri ditemukan
secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik karena tumor ini
tidak mengganggu. Timbulnya gejala subjektif dipengaruhi oleh:
letak mioma uteri, besar mioma uteri, perubahan dan komplikasi
yang terjadi. Gejala subjektif pada mioma uteri (Anggaraini &
Roberts, 2016):
1) Perdarahan abnormal, merupakan gejala yang paling umum
dijumpai. Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah:
menoragia, dan metrorargia. Beberapa faktor yang menjadi
penyebab perdarahan ini antara lain adalah: pengaruh ovarium
sehingga terjadilah hiperplasia endometrium, permukaan
endometrium yang lebih luas dari pada biasa, atrofi
endometrium, dan gangguan kontraksi otot rahim karena
adanya sarang mioma di antara serabut miometrium, sehingga
tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan
baik. Akibat perdarahan penderita dapat mengeluh anemis
karena kekurangan darah, pusing, cepat lelah, dan mudah
terjadi infeksi.
2) Rasa nyeri, gejala klinik ini bukan merupakan gejala yang khas
tetapi gejala ini dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah
pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan
dilahirkan dan pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis
servikalis dapat menyebabkan juga dismenore
3) Tanda penekanan, Gangguan ini tergantung dari besar dan
tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan
menyebabkan poliuria, pada uretra dapat menyebabkan retensio
urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan
hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan
tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul
dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.

7
b. Gejala Objektif merupakan gejala yang ditegakkan melalui
diagnosa ahli medis. Gejala objektif mioma uteri ditegakkan
melalui (Anggaraini & Roberts, 2016):
1) Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan fisik dapat berupa
pemeriksaan Abdomen dan pemeriksaan pelvik. Pada
pemeriksaan abdomen, uterus yang besar dapat dipalpasi pada
abdomen. Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan tetap, area
perlunakan memberi kesan adanya perubahan degeneratif. Pada
pemeriksaan Pelvis, serviks biasanya normal, namun pada
keadaan tertentu mioma submukosa yang bertangkai dapat
mengakibatkan dilatasi serviks dan terlihat pada ostium
servikalis. Uterus cenderung membesar tidak beraturan dan
noduler. Perlunakan tergantung pada derajat degenerasi dan
kerusakan vaskular. Uterus sering dapat digerakkan, kecuali
apabila terdapat keadaan patologik pada adneksa.
2) Pemeriksaan Penunjang; Apabila keberadaan masa pelvis
meragukan maka pemeriksaan dengan ultrasonografi akan
dapat membantu. Selain itu melalui pemeriksaan laboratorium
(hitung darah lengkap dan apusan darah) dapat dilakukan.
c. Penatalaksanaan Medis Mioma Uteri
1) Pengobatan Konservatif Dalam dekade terakhir ada usaha
untuk mengobati mioma uterus dengan Gonadotropin releasing
hormone (GnRH) agonis. Pengobatan GnRH agonis selama 16
minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di
miometrium hingga uterus menjadi kecil. Setelah pemberian
GnRH agonis dihentikan mioma yang lisut itu akan tumbuh
kembali di bawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu
masih mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi tinggi
(Anggaraini & Roberts, 2016).
2) Pengobatan Operatif Tindakan operatif mioma uteri dilakukan
terhadap mioma yang menimbulkan gejala yang tidak dapat

8
ditangani dengan pengobatan operatif, tindakan operatif yang
dilakukan antara lain (Anggaraini & Roberts, 2016) :
a) Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma
saja tanpa pengangkatan uterus, misalnya pada mioma
submukosum pada mioma geburt dengan cara akstirpasi
lewat vagina. Apabila miomektomi dikerjakan karena
keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan
terjadi kehamilan 30-50%. Pengambilan sarang mioma
subserosum dapat dengan mudah dilaksanakan apabila
tumor bertangkai. Tindakan ini seharusnya hanya dibatasi
pada tumor dengan tangkai yang jelas yang dengan mudah
dapat dijepit dan diikat. Bila tidak mioma dapat diambil
dari uterus pada waktu hamil atau melahirkan, sebab
perdarahan dapat berkepanjangan dan terkadang uterus
dikorbankan
b) Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang
umumnya merupakan tindakan terpilih. Tindakan ini
terbaik untuk wanita berumur lebih dari 40 tahun dan tidak
menghendaki anak lagi atau tumor yang lebih besar dari
kehamilan 12 minggu disertai adanya gangguan penekanan
atau tumor yang cepat membesar. Histerektomi dapat
dilaksanakan perabdomen atau pervaginum. Adanya
prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan.
Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan
mencegah akan timbulnya karsinoma serviks uteri.
Histeroktomi supra vaginal hanya dilakukan apabila
terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus
keseluruhan.

9
D. PENCEGAHAN TERSIER MIOM UTERI
Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan setelah penderita
melakukan pengobatan. Umumnya pada tahap pencegahan ini adalah
berupa rehabilitasi untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah
timbulnya komplikasi. Pada dasarnya hingga saat ini belum diketahui
penyebab tunggal yang menyebabkan mioma uteri, namun merupakan
gabungan beberapa faktor atau multifaktor. Tindakan yang dilakukan
adalah dengan meningkatkan kualitas hidup dan mempertahankannya.
Penderita pasca operasi harus mendapat asupan gizi yang cukup dalam
masa pemulihannya (Anggaraini & Roberts, 2016).
Berikut beberapa makanan yang baik dikonsumsi setelah operasi (Candra
Swari, 2017):
1. Protein
Asam amino dari protein terlibat langsung pada proses
penyembuhan luka dan regenerasi jaringan. Protein terbaik berasal dari
jenis makanan yang rendah lemak seperti unggas, ikan, makanan laut,
telur, susu rendah lemak, daging tanpa lemak, produk kedelai, kacang
polong, kacang lentil dan kacang-kacangan lainnya.
2. Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber energi utama otak dan juga mampu
mencegah kerusakan otot. Karbohidrat yang tinggi serat seperti biji-bijian,
buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan dan polong-polongan sangat
bermanfaat karena menurut The Diet Channel, jenis makanan tersebut
dapat membantu mencegah sembelit sebagai efek samping yang umumnya
terjadi karena mengonsumsi obat nyeri.
3. Lemak sehat
Lemak sehat tidak hanya memberikan energi, tetapi terlibat juga
dalam memperkuat sistem kekebalan tubuh pasca operasi. Selain itu,

10
lemak sehat juga mampu membantu penyerapan vitamin dalam tubuh. Jika
Anda termasuk yang baru saja menjalani operasi, maka dianjurkan untuk
mengonsumsi makanan yang kaya lemak sehat seperti minyak zaitun,
alpukat, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
4. Vitamin
Vitamin A dan vitamin C sangat penting dikonsumsi setelah
operasi karena sifatnya yang mampu menyembuhkan luka. Vitamin A
berasal dari sayuran berwarna oranye dan hijau gelap seperti wortel, ubi
jalar, kangkung, bayam, dan brokoli. Sedangkan makanan yang kaya
vitamin C adalah jeruk, paprika manis, buah beri, kentang, tomat dan
melon.
Selain mengonsumsi dua jenis vitamin yang sudah disebutkan di atas,
mengonsumsi vitamin D, E, dan K juga sangat dianjurkan karena
memegang peranan penting dalam memulihkan kondisi pasca operasi.
Vitamin D mampu mempercepat penyembuhan tulang, vitamin E
berfungsi melindungi tubuh dari radikal bebas, sedangkan vitamin K
berperan dalam proses pembekuan darah.
5. Mineral
Jenis mineral seperti seng dan zat besi sangat dibutuhkan untuk
penyembuhan luka dan sebagai asupan energi setelah operasi. Makanan
kaya zat besi dan seng bisa ditemui pada semua jenis daging dan unggas,
kacang-kacangan, buah aprikot, telur, roti gandum, dan sereal.
6. Air
American Cancer Society merekomendasikan mengonsumsi
delapan gelas air setiap hari setelah operasi. Hal ini dikarenakan air
membantu proses pembuangan dan metabolisme tubuh yang mampu
membuang racun-racun lewat urine ataupun keringat. Oleh sebab itu,
hidrasi memerankan peranan yang penting selama proses penyembuhan.

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Mioma uteri merupakan salah satu penyakit yang tumbuh di bagian
organ reproduksi pada wanita. Mioma uteri ialah neoplasma jinak yang
berasal dari otot uterus dan jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan
disebut juga leiomioma, fibriomioma, atau fibroid. Untuk mencegah
penyakit yang menyerang system reproduksi pada wanita ini terdapat
beberapa pencegahan yang dapat dilakukan yang dibagi menjadi 3 yaitu :
pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan sekunder.
Pencegahan primer merupakan pencegahan yang dilakukan pada
perempuan yang belum menarche atau sebelum terdapat resiko mioma
uteri, pencegahan sekunder merupakan orang yang telah menunjukkan
gejala terkena mioma uteri, dan bertujuan untuk menghindari terjadinya
komplikasi. Dan pencegahan tersier merupakan upaya yang dilakukan
setelah penderita melakukan pengobatan. Umumnya pada tahap
pencegahan ini adalah berupa rehabilitasi untuk meningkatkan kualitas
hidup dan mencegah timbulnya komplikasi.
B. SARAN
Sebagai wanita kita harus banyak mengetahui tentang bagaimana
cara menjaga dan merawat tubuh dengan baik, terlebih khusus dalam
perawatan organ reproduksi agar proses reproduksi berjalan dengan baik
tanpa ada gangguan maupun kelainan pada organ reproduksi dan sebagai
perawat kita harus memberikan informasi kepada pasien tentang
pentingnya menjaga kesehatan reproduksi

12
DAFTAR PUSTAKA

Anggaraini, D., & Roberts, J. (2016). Mioma Uteri. Jurnal Universitas Sumatera
Utara, 2(1), 52–60.

Cahyasari, A. M. S. M., & Sakti, H. (2017). OPTIMISME KESEMBUHAN


PADA PENDERITA MIOMA UTERI. Jurnal Psikologi Undip, 13(1), 21–
33.

Candra Swari, R. (2017, April). 6 Jenis Makanan yang Baik untuk Dikonsumsi
Setelah Operasi. HelloSehat. Retrieved from https://hellosehat.com/hidup-
sehat/tips-sehat/makanan-setelah-operasi/

Rudiyanti, N., & Imron Riyanti. (2016). Hubungan usia menarche dan paritas
dengan mioma uteri. Jurnal Keperawatan, XII(2), 233–239.
https://doi.org/ISSN 1907 - 0357

13

Anda mungkin juga menyukai