Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA INFERTILITAS

Disusun oleh:

AGUS MUDA A (B2001002)

DESI UTAMININGSIH (B2002009)

FAUZIAH FAJRI (B2001013))

M.REZA PRIHATNA (B2001017)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN ALIH JALUR


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan karunia dan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak, baik yang berupa saran, kritik, bimbingan maupun
bantuan lainnya. Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Ibu Sri Sat Titi Hamranani, S.Kep.,Ns.,M.Sc. yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penulisan makalah ini.
2. Teman-teman yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan karuniaNya kepada semua
pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi serta bimbingan kepada
penulis.
Demikian penulisan makalah ini, penulis menyadari banyak keterbatasan dan
kekurangan pada di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi peningkatan wawasan kami dalam memberikan
penulisan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat pada semua pihak.

Klaten, Oktober 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Infertilitas merupakan salah satu permasalahan global yang
mempengaruhi lebih dari 80 juta orang di dunia. Terjadi sekitar 15% pada
pasangan suami-istri. Insiden infertilitas meningkat 40 tahun terakhir.
Infertilitas terjadi pada laki-laki sebanyak 50% baik sebagai problem primer
maupun sebagai problem kombinasi dengan pasangan wanitanya (Rahmawati,
2013). Pengertian klinis infertilitas yang digunakan WHO adalah suatu
permasalahan sistem reproduksi yang digambarkan dengan kegagalan untuk
memperoleh kehamilan setelah 12 bulan atau lebih dan melakukan hubungan
seksual minimal 2-3 kali seminggu secara teratur tanpa menggunakan alat
kontrasepsi (Oktarina, et al., 2014). Merokok merupakan salah satu gaya hidup
yang mengakibatkan dampak buruk pada kesuburan pria. Faktor yang
menyebabkan infertilitas antara lain hormone, infeksi, radiasi, obat dan bahan
kimia baik alami maupun sintetik yang dapat berinteraksi dengan sistem
endokrin, salah satu bahan toksik yang dapat menyebabkan infertilitas adalah
rokok. Pria yang merokok meningkatkan 2 kali lipat terjadinya infertilitas
dibandingkan dengan pria yang tidak merokok. Asap rokok yang
menyebabkan terganggunya tubulus seminiferus, merusak viabilitas sperma,
menimbulkan gangguan pada sperma (Rahmawati, 2013).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan infertilitas ?
2. Apa saja klasikasifikasi infertilitas ?
3. Apa etiologi infertilitas ?
4. Bagaimana pathofisiologi infertilitas ?
5. Bagaimana pathway infertilitas ?
6. Apa manifestasi klinis pemeriksaan diagnostic ?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostic pada infertilitas ?
8. Apa saja penatalaksanaan pada ainfertilitas ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian infertilitas
2. Untuk mengetahui klasfikasi infertilitas
3. Unutk mengetahui etiologi infertilitas
4. Untuk mengetahui pathofisiologi infertilitas
5. Untuk mengetahui pathway infertilitas
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis infertilitas
7. Untuk menegtahui pemeriksaan diagnostic pada infertilitas
8. Untuk mengetahu penatalaksanaan pada infertilitas
BAB II

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai
kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan
Medikal Bedah).
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah
selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan
alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).
Infertilitas berarti melaksanakan tugas dan upaya selama 1 tahun belum berhasil
hamil dengan situasi rumah tangga normal (Manuaba, 2001).
Definisi tradisional gasnggusn fertilitas adalah ketidakmampuan untuk
mengandung setelah sekurang-kurangnya satu tahun melakukan hubungan seksual
tanpa perlindungan (Bobak, 2006)

B. KLASIFIKASI INFERTILITAS

Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu:

1) Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun koitus teratur
dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.

2) Infertilitas sekunder yaitu disebut infertilitas sekunder jika perempuan pernah hamil,
akan tetapi kemudian tidak berhasil hamil lagi walaupun koitus teratur dan dihadapkan
kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
C. ETIOLOGI
1) Penyebab infertilitas pada perempuan (istri)

a) Faktor penyakit

 Endometriosis

Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya


berada di lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium)
terletak dan tumbuh di tempat lain. Endometriosis bisa terletak di
lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut
juga adenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran
telur, atau bahkan dalam rongga perut.

Gejala umum penyakit endometriosis adalah nyeri yang sangat


pada daerah panggul terutama pada saat haid dan berhubungan
intim, serta tentu saja infertilitas.

 Infeksi Panggul

Infeksi panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran


reproduksi wanita bagian atas, meliputi radang pada rahim,
saluran telur, indung telur, atau dinding dalam panggul.

Gejala umum infeksi panggul adalah: nyeri pada daerah pusar ke


bawah (pada sisi kanan dan kiri), nyeri pada awal haid, mual,
nyeri saat berkemih, demam, dan keputihan dengan cairan yang
kental atau berbau.

Infeksi panggul memburuk akibat haid, hubungan seksual,


aktivitas fisik yang berat, pemeriksaan panggul, dan pemasangan
AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim, misalnya: spiral).
 Mioma Uteri

Mioma uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran


jaringan otot yang ada di rahim. Tergantung dari lokasinya,
mioma dapat terletak di lapisan luar, lapisan tengah, atau
lapisan dalam rahim. Biasanya mioma uteri yang sering
menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang terletak di
lapisan dalam (lapisan endometrium). Mioma uteri biasanya
tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita dalam usia reproduksi
sehingga saat menopause mioma uteri akan mengecil atau
sembuh.
 Polip
Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang
biasanya diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan
teremas-remas oleh kontraksi rahim. Polip dapat menjulur keluar
ke vagina. Polip menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan
lingkungan uterus terganggu, sehingga bakal janin akan susah
tumbuh.
 Kista
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput
(membran) yang tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur
tubuh manusia. Terdapat berbagai macam jenis kista, dan
pengaruhnya yang berbeda terhadap kesuburan. Hal penting
lainnya adalah mengenai ukuran kista. Tidak semua kista harus
dioperasi mengingat ukuran juga menjadi standar untuk tindakan
operasi. Jenis kista yang paling sering menyebabkan infertilitas
adalah sindrom ovarium polikistik. Penyakit tersebut ditandai
amenore (tidak haid), hirsutism (pertumbuhan rambut yang
berlebihan, dapat terdistribusi normal maupun tidak normal),
obesitas, infertilitas, dan pembesaran indung telur. Penyakit ini
disebabkan tidak seimbangnya hormon yang mempengaruhi
reproduksi wanita.

 Saluran Telur yang Tersumbat

Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa


bertemu dengan sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias
tidak terjadi kehamilan. Pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui saluran telur yang tersumbat adalah dengan HSG
(Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam pemeriksaan rontgen
(sinar X) untuk melihat rahim dan saluran telur.
 Sel Telur

Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang


umumnya merupakan manifestasi dari gangguan proses
pelepasan sel telur (ovulasi). Delapan puluh persen penyebab
gangguan ovulasi adalah sindrom ovarium polikistik.
Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan dengan gangguan
haid. Haid yang normal memiliki siklus antara 26-35 hari,
dengan jumlah darah haid 80 cc dan lama haid antara 3-7 hari.
Bila haid pada seorang wanita terjadi di luar itu semua, maka
sebaiknya untuk periksa ke dokter
b) Faktor Fungsional

 Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan


bawaan (immunologis)

Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh
ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi
ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
 Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi)
Ovulasi atau proses pengeluaran sel telur dari ovarium terganggu
jika terjadi gangguan hormonal. Salah satunya adalah polikistik.
Gangguan ini diketahui sebagai salah satu penyebab utama
kegagalan proses ovulasi yang normal.
Ovarium polikistik disebabkan oleh kadar hormon androgen yang
tinggi dalam darah. Kadar androgen yang berlebihan ini
mengganggu hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dalam
darah. Gangguan kadar hormon FSH ini akan mengkibatkan folikel
sel telur tidak bisa berkembang dengan baik, sehingga pada
gilirannya ovulasi juga akan terganggu.
 Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran
telur)
Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang dapat
memperlancar perjalanan sperma. Jika produksi lendir terganggu,
maka perjalanan sperma akan terhambat. Sedangkan jika dalam
rahim, yang berperan adalah gerakan di dalam rahim yang
mendorong sperma bertemu dengan sel telur matang. Jika gerakan
rahim terganggu, (akibat kekurangan hormon prostaglandin) maka
gerakan sperma melambat. Terakhir adalah gangguan pada saluran
telur. Di dalam saluran inilah sel telur bertemu dengan sel sperma.
Jika terjadi penyumbatan di dalam saluran telur, maka sperma tidak
bisa membuahi sel telur. Sumbatan tersebut biasanya disebabkan
oleh penyakit salpingitis, radang pada panggul (Pelvic Inflammatory
Disease) atau penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur klamidia.
Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus
yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus
yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk
perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang. Kelainan
tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii
dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu.
 Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam Rahim
Setelah sel telur dibuahi oleh sperma dan seterusnya berkembang
menjadi embrio, selanjutnya terjadi proses nidasi (penempelan) pada
endometrium. Perempuan yang memiliki kadar hormon progesteron
rendah, cenderung mengalami gangguan pembuahan. Diduga hal ini
disebabkan oleh antara lain karena struktur jaringan endometrium
tidak dapat menghasilkan hormon progesteron yang memadai
 Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat
kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian
tubuh termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi
kesuburan
2) Penyebab Infertilitas pada Laki-laki
a) Kelainan pada alat kelamin
 Hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara
lain pada permukaan testis
 Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam
kandung kemih
 Varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju bauh
zakar terlalu besar, sehingga jumlah dan kemampuan gerak
spermatozoa berkurang yang berarti mengurangi kemampuannya
untuk menimbulkan kehamilan
 Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga tidak
turun
b) Kegagalan fungsional

 Kemampuan ereksi kurang

 Kelainan pembentukan spermatozoa

 Gangguan pada sperma

c) Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular)


Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas
mengeluarkan hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut mempengaruhi
testis dalam menghasilkan hormon testosteron, akibatnya produksi sperma
dapat terganggu serta mempengaruhi spermatogenesis dan keabnormalan
semen Terapi yang bisa dilakukan untuk peningkatan testosterone adalah
dengan terapi hormon.
d) Gangguan di daerah testis (testicular)
Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan fisik, atau
infeksi. Bisa juga terjadi, selama pubertas testis tidak berkembang dengan
baik, sehingga produksi sperma menjadi terganggu. Dalam proses produksi,
testis sebagai “pabrik” sperma membutuhkan suhu yang lebih dingin daripada
suhu tubuh, yaitu 34–35 °C, sedangkan suhu tubuh normal 36,5–37,5°C. Bila
suhu tubuh terus-menerus naik 2–3 °C saja, proses pembentukan sperma dapat
terganggu.
e) Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)
Gangguan terjadi di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat disalurkan
dengan lancar, biasanya karena salurannya buntu. Penyebabnya bisa jadi
bawaan sejak lahir, terkena infeksi penyakit seperti tuberkulosis (Tb), serta
vasektomi yang memang disengaja.
f) Tidak adanya semen
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina.
Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi).
Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau kecelakaan yang memengaruhi
tulang belakang.
g) Kurangnya hormon testosterone
Kekurangan hormon ini dapat mempengaruhi kemampuan testis dalam
memproduksi sperma.

h) Lingkungan

Pada lingkungan yang sering terkena paparan Radiasi dan obat-obatan anti
kanker.

3) Penyebab pada Suami dan Istri

a) Gangguan pada hubungan seksual

Kesalahan teknik sanggama dapat menyebabkan penetrasi tak sempurna ke


vagina, impotensi, ejakulasi prekoks, vaginismus, kegagalan ejakulasi, dan
kelainan anatomik seperti hipospadia, epispadia, penyakit Peyronie.
b) Faktor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri)

 Masalah tertekan karena sosial ekonomi belum stabil

 Masalah dalam pendidikan

 Emosi karena didahului orang lain hamil


D. Patofisiologi
1) Perempuan
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan
stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH
tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium.
Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi.
Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari
infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak
dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk
uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun
sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas ovarium, mempengaruhi
pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi proses pemasukan
sperma. Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang
menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak
berkembang dengan baik. Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan
melibatkan reaksi imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga
sperma tidak bisa bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut
perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot yang
berujung pada abortus.
2) Laki -laki

Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus


dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup
memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya
merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada
abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi
masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu
disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis.
Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga
menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi
sperma terganggu.
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS
1) Perempuan
a) Terjadi kelainan system endokrin
b) Hipominore dan amenore
c) Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat
menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi
genetik
d) Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang
tidak berkembang,dan gonatnya abnormal
e) Wanita infertil dapat memiliki uterus
f) Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat
infeksi, adhesi, atau tumor
g) Traktus reproduksi internal yang abnormal

2) Laki-laki

a) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi


(panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
b) Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan
vitamin tertentu Riwayat infeksi genitorurinaria
c) Hipertiroidisme dan hipotiroid
d) Tumor hipofisis atau prolactinoma
e) Disfungsi ereksi berat
f) Ejakulasi retrograt
g) Hypo/epispadia
h) Mikropenis
i) Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
j) Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
k) Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
l) Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
m) Abnormalitas cairan semen
G. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan fisik:
a) Hirsutisme diukur dengan skala ferryman dan gallway, jerawat
b) Pembesaran kel tiroid
c) Galaktorea
d) Inspeksi lender serviks di tunjukan dengan kualitas mucus
e) PDV untuk menunjukan adanya tumor uterus/ adneksa
2) Pemeriksaan Penunjang

a) Analisis sperma

Pengeluaran sperma dapat dilakukan di laboratorium yang menyedian tempat untuk


pasien mengeluarkan sperma. Pengeluaran juga dapat dilakukan dirumah bila pasien
bisa membawa specimen dari waktu dikeluwarkan sampai dilaboratorium kurang dari
30 menit. Pasien diminta untuk menahan ejakulasi kurang lebih 3 hari sebelum
pemeriksaan. Hasil pemeriksaan normal analisis sperma menurut WHO adalah
sebagai berikut: Volume 2-5 cc, Jumlah > 20 juta/ml; Motilitas > 50%;
Morfologi > 40% normal; likuefaksi: 15-30 menit. Bila dijumpai hasil
analisis sperma yang kurang atau kurang baik, maka biasanya diperlukan
pemeriksaan ulang 1 minggu sesudahnya pada keadaan yang lebih sehat/
nyaman guna mengkonfirmasi hal tersebut. Perlu diingat bahwa apapun hasil
analis sperma, sangat berguna untuk penentuan terapi, tindakan, dan
pemilihan penatalaksanaan infertilitas

b) Deteksi ovulasi

 Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi teratur :siklus ovulatoar


 Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 - 1⁰C setelah ovulasi : Bifasik
 Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi :
lendir serviks encer,daya membenang lebih panjang, pembentukan
gambaran daun pakis dan terjadi Estradiol meningkat
c) Hormonal : FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktin
Setelah semua pemeriksaan dilakukan, bila belum dapat memberikan tentang sebab
infertilitas, dapat dilakukan pemeriksaan hormonal untuk mengetahui keterangan tentang
hubungan hipotalamus dengan hipofise dan ovarial aksis. Hormon yang diperiksa
adalah gonadotropin (follicle stimulation hormone (FSH), hormone luteinisasi (LH), dan
hormone (estrogen dan progesterone, prolaktin). Pemeriksaan hormonal ini diharapkan
dapat menerangkan kemungkinan infertilitas dari kegagalannya melepaskan telur
(ovulasi). Demikian rancangan pemeriksaan diharapkan dapat selesai dalam waktu tiga
siklus menstruasi, sehingga rencana pengobatan dapat dilakukan. Oleh karena itu
pasangan infertilitas diharapkan mengikuti rancangan pemeriksaan sehingga kepastian
penyebabnya dapat ditegakkan sebagai titik awal pengobatan selanjutnya.
FSH Serum :10-60 mIU/ml
LH serum : 15-60 mIU/ml
Estradiol : 200-600 pg/ml
Progesterone : 5-20 mg/dl
Prolactin : 2-20 mg/dl

d) Sitologi vagina

Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina

e) Uji pasca senggama

Pemeriksaan uji pasca senggama dimaksudkan untuk mengetahui


kemampuan tembus spermatozoa menyerbu lender serviks. Caranya
dianjurkan melakukan hubungan seks dirumah dan setelah dua jam, dating
kerumah sakit untuk pemeriksaan. Lendir serviksdimbil dan selanjutnya
dilakukan pemeriksaan jumlah spermatozoa yang dijumpai dilendir tersebut.
Pemeriksaan ini dilakukan sekitar perkiraan masa ovulasi yaitu hari ke-12.
13, dan 14 dengan perhitungan menstruasi pertama dianggap hari pertama.
Hasilnya masih belum mendapat kesepakatan para ahli.
f) Biopsy endometrium terjadwal
Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya
dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.
g) Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini
dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan
parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal.
h) Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.

i) Pemeriksaan pelvis ultrasound

Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan,


perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uteri
j) Analisa Semen
Analisis semen merupakan tes untuk mengukur jumlah semen dan sperma
seorang pria. Semen merupakan cairan berwarna putih kental berisis sperma
yang dilepaskan saat ejakulasi. Pengumpulan sperma dapat diambil melalui
masturbasi untuk kemudian dimasukkan ke dalam container steril juga dapat
dikumpulkan selama persenggamaan dengan menggunakan kondom khusus.
k) Pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus,
hipofisis jika kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang
dilakukan bertujuna untuk menilai kadar hormon tesrosteron, FSH, dan
LH.
l) USG transvaginal
Secara serial: adanya ovulasi dan perkiraan saat ovulasi Ovulasi: ukuran
volikel 18-24m
m) Biopsi testis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis
memakai metoda invasif untuk mengidentifikasi adanya kelainan patologi
n) Uji penetrasi sperma
o) Uji hemizona
H. PENATALAKSANAAN

1) Perempuan

a) Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan


waktu yang tepat untuk coital
b) Pemberian terapi obat, seperti;
c) Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi
hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
d) Terapi penggantian hormon

e) Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal

f) Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan


penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat
g) GIFT ( gemete intrafallopian transfer )

h) Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara
luas

i) Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,

j) Pengangkatan tumor atau fibroid

k) Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi

2) Laki-laki

a) Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi


autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat
b) Agen antimikroba

c) Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan

d) HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme

e) FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis

f) Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau


hipotalamus

g) Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik

h) Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma

i) Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti,


perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan
ketat
j) Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung
spermatisida
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas
Nama, jenis kelamin, suku bangsa / latar belakang kebudayaan, agama, status
sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Wanita
1) Riwayat Kesehatan Dahulu

 Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan


reproduksi di rumah

 Riwayat infeksi genitorurinaria

 Hipertiroidisme dan hipotiroid, hirsutisme

 Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama

 Tumor hipofisis atau prolaktinoma

 Riwayat penyakit menular seksual

 Riwayat kista

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

• Endometriosis dan endometrits

• Vaginismus (kejang pada otot vagina)

• Gangguan ovulasi

• Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik

• Autoimun

3) Riwayat Kesehatan Keluarga


Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic

4) Riwayat Obstetri

 Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi

 Mengalami aborsi berulang

 Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat
kontrasepsi
b. Pria
1) Riwayat Kesehatan Dahulu

 Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan


reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
 Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin
tertentu

 Riwayat infeksi genitorurinaria

 Hipertiroidisme dan hipotiroid

 Tumor hipofisis atau prolactinoma

 Trauma, kecelakan sehinga testis rusak

 Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis

 Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi


contoh : operasi prostat, operasi tumor saluran kemih

 Riwayat vasektomi

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

 Disfungsi ereksi berat

 Ejakulasi retrograt

 Hypo/epispadia

 Mikropenis
 Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)

 Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas


sperma)

 Saluran sperma yang tersumbat

 Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )

 Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)

 Abnormalitas cairan semen

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic

3. Pemeriksaan Fisik
Terdapat kelainan pada organ genital wanita maupun pria
1) Pemeriksaan Wanita
a) Pemeriksaan Vagina

Masalah vagina yang dapat mengahambat penyimpanan air mani ke


dalam vagina sekitar serviks ialah adanya sumbatan atau peradangan.
Sumbatan psikogen disebut vaginismus atau disparenia, sedangkan
sumbatan anatomik dapat karena bawaan atau perolehan.

Pemeriksaan yang dilakukan adalah sebuah alat yang disebut


spekulum, yang dipakai untuk menahan agar vagina terbuka.
Kemudian mengambil cairan vagina untuk dianalisa di laboratorium.
Selama pemeriksaan, pasien harus berbaring terlentang dengan lutut
terbuka, atau tidur miring dengan lutut ditarik. Pemeriksaan ini tidak
memberikan rasa sakit, sehingga pasien dapat santai. Hal itu
memungkinkan untuk mengetahui secara jelas apakah ada masalah
pada vagina, misalnya bekas infeksi, fibroid, kista indung telur, atau
gangguan lain.
b) Pemeriksaan Leher Rahim
Pemeriksaan standar leher rahim yang dikenal sebagai PAP Smear
(smear test) ini perlu dilakukan 3-5 tahun sekali pada setiap wanita
dewasa dengan kehidupan seks yang aktif. Vagina dibuka dengan
spekulum dan contoh sel permukaan lehir rahim diambil dengan alat
spatula, lalu dibawa ke lab untuk dianalisa, jangan melakukan
hubungan seksual, Douche / menggunakan produk pembersih vagina
selama 24 jam setelah PAP Smear.
2) Pemriksaan Pria
a) Mengamati Kelainan Fisik
Dalam kesempatan pemeriksaan fisik dilihat penyebaran rambut dan
lemak yang tidak rata, atau konsistensi testis, bisa menjadi tanda akibat
ketidakseimbangan hormonal kelainan fisik lain dari alat reproduksi
pria yang perlu diperiksa adalah kemungkinan adanya parut atau varises
pada scrotum yang dapat mempengaruhi jumlah dan kemampuan
bergerak (mobilitas) sperma. Salah satu testis tidak turun
(kroptorkismus) berarti memperkecil kemampuan produksi sperma
b) Penampungan Air Mani
Air mani ditampung dengan jalam masturbasi langsung kedalam botol
gelas yang bermulut lebar (atau gelas minum), setelah abstensi 3-5 hari.
Sebaiknya penampungan dilakukan dirumah kemudian dibawa
kelaboratorium dalam 2 jam setelah dikeluarka
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic


2. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan
fertilitas
3. Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk
4. Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic
5. Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang kontrol terhadap prognosis
6. Resiko tinggi terhadap kerusakan koping individu / keluarga berhubungan
dengan metode yang digunakan dalam investigasi fertilitas

C. INTERVENSI:TUHUAN,CRITERIA HASIL,TINDAKAN

1. Diagnose 1 :
Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan ansietas klien
berkurang Kriteria Hasil:

a. Klien mampu mengungkapkan tentang infertilitas dan bagaimana


treatmentnya
b. Klien memperlihatkan adanya peningkatan kontrol diri terhadap diagnosa
infertile
c. Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile

INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan tujuan test dan Menurunkan cemas dan takut terhadap
prosedur
diagnosis dan prognosis
Tingkatkan ekspresi Biarkan pasien / orang terdekat mengetahui
perasaan dan takut, contoh : ini sebagai reaksi yang normal Perasaan tidak
menolak, depresi, dan diekspresikan dapat menimbulkan kekacauan
marah. internal dan efek gambaran diri
Dorong keluarga untuk Meyakinkan bahwa peran dalam keluarga
menganggap pasien seperti
dan kerja tidak berubah
sebelumnya
Kolaborasi : berikan Mungkin diperlukan untuk membantu pasien
sedative, tranquilizer sesuai rileks sampai secara fisik mampu
indikasi untuk membuat startegi koping adekuat

2. Diagnosa 2
Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien
mengalami perubahan harga diri

Kriteria Hasil:
a. Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile
b. Terjalin kontak mata saat berkomunikasi
c. Klien mampu Mengidentifikasi aspek positif diri

INTERVENSI RASIONAL
Tanyakan dengan nama apa Menunjukan kesopan santunan /
pasien
penghargaan dan pengakuan personal
ingin dipanggil
Identifikasi orang terdekat Memungkinkan privasi untuk hubungan
dari siapa pasien personal khusus, untuk mengunjungi atau
memperoleh kenyaman dan untuk tetap dekat dan menyediakan
siapa yang harus kebutuhan dukungan bagi pasien
memberitahuakan jika
terjadi keadaan bahaya
Dengarkan dengan aktif Menyampaikan perhatian dan dapat dengan
masalah dan ketakutan pasien lebih efektif mengidentifikasi kebutuhan dan
maslah serta strategi
koping pasien dan seberapa efektif
Dorong mengungkapkan Membantu pasien / orang terdekat untuk
perasaan, menerima apa yang memulai menerima perubahan dan
dikatakannya mengurangi ansietas mengenai perubahan
fungsi / gaya hidup
Diskusikan pandangan Persepsi pasien mengenai perubahan
pasien terhadap citra diri dan pada citra diri mungkin terjadi secara
efek yang ditimbulkan dari tiba- tiba atau kemudian
penyakit / kondisi

3. Diagnosa 3

Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk


Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien
mampu melakukan mekanisme koping yang baik
Kriteria Hasil:
a. Klien Menunjukan rasa pergerakan kearah resolusi dan rasa berduka dan
harapan untuk masa depan

b. Klien menunjukkan fungsi pada tingkat adekuat, ikut serta dalam pekerjaan
INTERVENSI RASIONAL
Berikan lingkungan yang kemampuan komunikasi terapeutik seperti aktif
terbuka pasien merasa bebas mendengarkan, diam, selalu bersedia, dan
untuk dapat mendiskusikan pemahaman dapat memberikan pasien
perasaan dan masalah secara kesempatan untuk berbicara secara bebas dan
realitas berhadapan dengan perasaan
Identifikasi tingkat rasa duka / Kecermatan akan memberikan pilihan
disfungsi : penyangkalan,
marah, tawar - menawar, intervensi yang sesuai pada waktu induvidu
depresi, penerimaan menghadapi rasa berduka dala berbagai cara
yang berbeda
Dengarkan dengan aktif Proses berduka tidak berjalan dalam cara yang
pandangan pasien dan selalu teratur, tetapi fluktuasainya dengan berbagai
sedia untuk membantu jika aspek dari berbagai tingkat yang
diperlukan muncul pada suatu kesempatan yang lain
Identifikasi dan solusi Mungkin dibutuhkan tambahan bantuan untuk
pemecahan masalah untuk berhadapan dengan aspek – aspek fisik dari
keberadaan respon – respon rasa berduka
fisik, misalnya makan, tidur,
tingkat aktivitas dan hasrat
seksual
Kaji kebutuhan orang Identifikasi dari masalah – masalah
terdekat dan bantu sesuai berduka disfungsional akan
petunjuk mengidentifikasi intervensi induvidual
Kolaborasi : rujuk sumber – Mungkin dibutuhkan bantuan tambahan untuk
sumber lainnya misalnya mengatasi rasa berduka, membuat rencana, dan
konseling, psikoterapi sesuai menghadapi masa depan
petunjuk

4. Diagnose 4 : Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic

Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri klien
berkurang
Kriteria Hasil:
a. Ekspresi klien terlihat tenang
b. Napas klien teratur
c. Skala nyeri 0-3
d. Ttv dalam rentang normal
e. Klien mengetahui penyebab nyeri
f. Kliem mampu menggunakan teknik distraksi relaksasi dengan baik
INTERVENSI RASIONAL
Lakukan komunikasi terapeutik kemampuan komunikasi terapeutik seperti
aktif mendengarkan, diam, selalu bersedia,
dan pemahaman dapat memberikan pasien
kesempatan untuk berbicara secara bebas
dan berhadapan
dengan perasaan
Pantau lokasi, lamanya Perhatikan tanda nonverbal, contoh
intensitas dan penyebaran peningkatan TD dan nadi, gelisah,
(PQRST) merintih
Untuk menentukan intervensi selanjutnya
Jelaskan penyebab nyeri dan Memberikan kesempatan untuk
pentingnya melaporkan ke staff pemberian analgesik sesuai waktu
terhadap karakteristik nyeri
Berikan tindakan relaksasi, Menurunkan tegangan otot dan meningkatan
contoh pijatan, lingkungan koping efektif
istirahat
Bantu atau dorong penggunaan Mengarahkan kembali perhatian dan
nafasefektif membantu dalam relaksasi otot

Bimbingan imajinasi Mengontrol aktivitas terapeutik

5. Diagnose 5 : Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang kontrol terhadap


prognosis
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien
mampu menerima keadaannya
Kriteria Hasil:

a. Klien mampu Mendemonstrasikan teknik / perubahan gaya hidup untuk


memenuhi kebutuhan perawatan diri
b. Klien mau Melakukan aktivitas perawatan diri sesuai tingkat kemampuan
sendiri
Klien mampu Mengidentifikasi sumber pribadi dan komunitas dalam
memberikan bantuan sesuai kebutuhan
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kemampuan dan Membantu dalam mengantisipasi /
tingkat kekurangan untuk
merencanakan pemenuhan kebutuhan secara
melaukan kebutuhan sehari –
hari individual
Hindari melaukan sesuatu Pasien ini mungkin menjadi sangat ketakutan
untuk pasien yang dapat dan sangat tergantung dan meskipun bantuan
dilakukan pasien sendiri, yang diberikan bermamfaat dalam mencegah
tetapi berikan bantuan sesuai frustasi, adalah penting bagi pasien untuk diri
kebutuhan sendiri untuk mempertahankan harga
diri
Sadari perilaku / aktivitas Dapat menunjukan kebutuhan intervensi dan
impulsif karena gangguan pengawasan tambahan untuk meningkatakan
dalam mengambil keputusan keamanan
pasien
Pertahankan dukungan, sikap Pasien akan memerlukan empati tetapi perlu
yang tegas, beri pasien waktu untuk mengetahui pemberi asuhan yang akan
yang cukup untuk membantu pasien
mengerjakan tugasnya secara konsisten

6. Diagnose 6 : Resiko tinggi terhadap kerusakan koping induvidu / keluarga


berhubungan dengan metode yang digunakan dalam investigasi fertilitas
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kerusakan
koping individu tidak terjadi
Kriteria Hasil:

a. Klien dapat Mengidentifikasi tingkah laku koping yang tidak efektif dan
konsekuensi

b. Klien Menunjukan kewaspadaan dari koping pribadi / kemampuan


memecahkan masalah
c. Klien dapat Memenuhi kebutuhan psikologis yang ditunjukan dengan
mengekspresikan perasaan yang sesuai, identifikasi pilihan dan
pengguanaan sumber – sumber

d. Klien mampu Membuat keputusan dan menunjukan kepuasaan dengan


pilihan yang diambil
INTERVENSI RASIONAL
Kaji keefektifan strategi kemampuan menyatakan perasaan dan
koping dengan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam
mengobservasi prilaku rencana pengobatan
Kembangkan mekanisme mengubah pola hidup seseorang, mengatasi
adaptif
hipertensi kronik, dan mengintegrasikan terapi
yang diharuskan kedalam kehidupan sehari –
hari

Bantu klien untuk Pengenalan terhadap stressor adalah


mengidentifikasi stresor langkah pertama dalam mengubah
spesifik dan kemungkinan respons seseorang terhadap stresor
strategi untuk mengatasinya
Libatkan pasien dalam Keterlibatan memberikan pasien perasaan
perencanaan perawatan dan kontrol diri yang berkelanjutan, memperbaiki
beri dorongan partisipasi keterampilan koping dan dapat meningkatkan
maksimal dalam rencana kerjasama dalam regimen terapeutik
pengobatan
Dorong pasien untuk Fokus perhatian pasien pada realitas
mengevaluasi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai


kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan
Medikal Bedah).
2. Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah
selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan
alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).
3. Klasifikasi infertilitas :

a. Infertilitas Primer

b. Infertilitas Skunder

4. Etiologi
Penyebab infertilitas pada perempuan (istri)
a. Faktor penyakit

 Endometriosis

 Infeksi Panggul

 Mioma Uteri

 Polip

 Kista

 Saluran Telur yang Tersumbat

 Sel Telur

b. Faktor fungsional
 Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan bawaan
(immunologis)
 Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi)
 Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran
telur)
 Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam Rahim

c. Lingkungan

Penyebab pada laki-laki (suami)

a. Kelainan pada alat kelamin

b. Kegagalan fungsional

c. Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular)

d. Gangguan di daerah testis (testicular)

e. Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)

f. Tidak adanya semen

g. Kurangnya hormon testosterone

h. Lingkungan

2. Penyebab pada suami dan istri

a. Gangguan pada hubungan seksual

b. Factor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri)

B. Saran
Demikian yang dapat penyusun paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
pembahasan dalama makalah ini. Tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Oleh karena itu , segala kritik dan saran yang bersifat membangun
akan diterima dengan baik demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, lowdermik, dan Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4.
Jakarta: EGC

Reeder,Martin,Koniak-Griffin.2015.Keperawatan Maternitas Volume


2.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC

Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta. Salemba Medika

Manuaba, Ida Bagus Gede dan I N Chandranita Manuaba. 20017. Pemgantar Kuliah
Obstetri. Jakarta: EGC

NANDA International. 2012.Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2012-


2014, Editor; Barrarah Barid, dkk. Jakarta: EGC

NANDA-I,2018-2020.Diagnosis Keperawatan.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran


EGC

Purwaningsih, Wahyu dan Siti Fatmawati. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas.


Jogjakarta : Nuha Medika

Sylvia A. Price.2015. patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit edisi 2 vol


2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai