Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PROSES BELAJAR MENGAJAR DALAM KOMUNITAS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Keperawatan komunitas 1

Oleh :

KELOMPOK 1

Widya Nurul Agni (701180001)


Krisma Mulyani (701180008)
Neng Rohmah Nurazizah (701180022)
Dede Yunus (701180033)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALE BANDUNG
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah HiRobbil 'alamin, Segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta
alam. Atas segala nikmat karunia Nya sehingga kami telah menyelesaikan makalah ini
dengan sebagaimana makalah mestinya. Makalah yang berjudul "Proses Belajar
Mengajar Dalam Komunitas " inimerupakan salah satu tugas mata kuliah
keperawatan komunitas I. Dalam penyelesaian tugas kelompok ini, penyusun banyak
mendapat pembahasan dari berbagai sumber, antara lain teman-teman yang tidak dapat
disebutkan satu persatu namanya yang telah banyak memberikan sumbangan, masukan,
dukungan, dalam menyelesaian makalah ini. Untuk itu, pada kesempatan ini penyusun
mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.
Untuk itu segala saran dan kritikan yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan
dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya.

Penyusun juga mengucapkan banyak terimakasih kepada rekan – rekan yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga dengan adanya tugas kelompok ini
akan dapat memberikan manfaat besar bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca
semua pada umumnya.

Bandung, November 2020


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses belajar mengajar di komunitas merupakan suatu bentuk pembelajaran yang


ditunjukan kepada individu, keluarga, dan kelompok melalui upaya peningkatan
kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penyuluhan kesehatan, koordinasi, dan pelayanan
keperawatan berkelanjutan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif.
Dalam proses belajar mengajar di komunitas, diupayakan dekat dengan masyarakat,
sehingga strategi pelayanan kesehatan yang utama mampu memotivasi masyarakat di
wilayah binaannya dengan alat edukatif sederhanan yang tersedia di wilayah tersebut.
Proses belajar dan mengajar dikomunitas yang diberikan oleh perawat komunitas karena
ketidakmampuan, ketidaktahuan, ketidakmauan masyarakat dalam mengenal masalah
kesehatan kesehatan serta dengan menggunakan potensi lingkungan berusaha
memandirikan masyarakat dan meningkatkan kesehatannya berdasarkan asas
kebersamaan dan kemandirian.

Dalam proses belajar mengajar memerlukan proses yang harus dilewati tahap demi
tahap. Dalam menunjang proses belajar mengajar harus menggunakan metode dan
media. Metode yang digunakan seperti ceramah, diskusi kelompok, curah pendapat,
demonstrasi, sedangkan media yang digunakan adalah leafleat, poster, lembar balik,
papan tulis.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Keperawatan komunitas ?


2. Apa saja teori belajar mengajar berhubungan dengan promosi kesehatan ?
3. Apa saja metode pendidikan kesehatan masyarakat ?
4. Apa saja media pendidikan kesehatan masyarakat ?
1.3 Tujuan Penulisan

1. Para pembaca dapat mengetahui pengertian dari keperawatan komunitas.

2. Para pembaca dapat mengetahui teori belajar mengajar berhubungan dengan


promosi kesehatan.
3. Para pembaca dapat mengetahui metode pendidikan kesehatan masyarakat.
4. Para pembaca dapat mengetahui media pendidikan kesehatan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keperawatan Komunitas

Keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu keperawatan, kesehatan
dan komunitas. Dimana setiap kata memiliki ari yang cukup luas. Azrul Azwar (2000)
mendefinisikan ketiga kata tersebut sebagai berikut :

1. Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak


terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan,
penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat
dalam system hayati tubuh manusia, baik secara individu, keluarga, ataupun
masyarakat dan ekosistem
2. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai dari
tingkat individu sampai tingkat ekosistem serta perbaikan fungsi setiap unit
dalam system hayati tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai dengan
tingkat system tubuh
3. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering
dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling
ketergantungan untuk memenuh keperluan barang dan jasa yan penting untuk
menunjang kehidupan sehari-hari.

Keperawatan komunitas adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang


merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh
perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan lainnya dan masyarakat untuk
memperoleh tingkat kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat yang lebih tinggi
(Departemen Kesehatan RI, 1986).Dari beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu
keperawatan yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatatif, secara menyeluruh dan terpadu
ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan
fungsi kehidupan manusia secara optimal.
2.2 Teori Belajar Mengajar Berhubungan deangan Promosi Kesehatan

1. Pengertian

Secara umum belajar adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,


pandangan, dan keterampilan yang diperlukan untuk menghasilkan sikap dan
perilaku tertentu, ketika menghadapi suatu keadaan. Perubahan perilaku yang terjadi
disebabkan proses belajar sehingga relative menetap (Azwar, 1983:38).
Mengajar adalah suatu proses mengajak orang lain untuk memilki pengetahuan,
pandangan, keterampilan tertentu yang diajukan dalam suatu sikap dan perilaku
tertentu yang direncanakan sebelumnya (Azwar, 1983). Seorang promoter kesehatan
dalam melakukan tugasnya penting memiliki kemampuan mengajar agar mampu
mengajak orang lain untuk berperilaku sehat.

2. Proses Belajar

1) Latihan : Merupakan penyempurnaan potensi tenaga yang ada dengan


mengulang-ulang aktivitas tersebut. Proses ini menghasilkan tindakan yang
tanpa disadari, cepat dan tepat. Dalam kegiatan itu, tampak adanya gerakan
berulang-ulang untuk mencapai kesempurnaaan.
2) Menambah atau Memperoleh Tingkah Laku Baru : Belajar sebenarnya
adalah suatu usaha untuk memperoleh hal-hal baru dalam tingkah laku
(pengetahuan, kecakapan, keterampilan, dan nilai-nilai) dengan aktivitas
kejiwaan sendiri. Sifat khas dari proses belajar adalah memperoleh sesuatu
yang baru, yang dulu belum ada seSIFATkarang menjadi ada, yang belum
diketahui menjadi diketahui.
3) . Teori Belajar : Teori belajar atau konsep belajar adalah suatu konsep
pemikiran yang dirumuskan mengenai bagaimana proses belajar itu terjadi.
4) Teori Stimulus Respons: Menurut teori ini, belajar adalah mengambil dan
menggabungkan tanggapan karena rangsangan diberikan berulang – ulang.
Semakin banyak stimulus yang diberikan, respons yang diperoleh juga
banyak. Konsep asosiasi dikategorikan menjadi trial and error learning,
conditioning dan imitasi & identifikasi
a) Trial and error learning. Saat menerima stimulus tertentu, respons
(perilaku) yang ditampilkan bersikap coba-coba dan akan diperbaiki
jika dianggap menemui kesalahan. Secara umum, perilaku
masyarakat termasuk kategori ini (misalnya, perilaku merokok dan
perilaku penyalahgunaan obat)
b) Conditioning. Jika menerima rangsangan tertentu, individu akan
melakukan respons tertentu pula. Mendidik pada dasarnya
memberikan stimulus tertentu yang menimbulkan respons yang
dinginkan. Agar hubungan stimulus dan respons menjadi kuat, hal
tersebut harus dilakukan berulang-ulang.
c) Imitasi dan identifikasi. Perilaku timbul karena meniru orang lain
atau pengidentifikasian terhadap orang lain (misalnya, meniru
perilaku tokoh idolanya).
3. Tipe – tipe Belajar Menurut Lewitt, terdapat beberapa jenis perubahan dalam
proses belajar.
a) Perubahan kognitif (bertambahnya pengetahuan)
b) Perubahan motivasi (lebih suka atau tidak suka)
c) Perubahan group belongingness atau ideologi kelompok (sering
menyangkut budaya)
d) Perubahan kemampuan mengatur pengarahan dan otot-otot tubuh
(belajar berbicara atau mengendalikan diri).

Kalau diamati, sebenarnya jenis perubahan diatas sama dengan perubahan


domain perilaku, yakni pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain,
perubahan sebagai hasil proses belajar merujuk pada perilaku tertentu. Untuk
mengetahui terjadinya perubahan dalam proses tersebut, harus ditentukan
terlebih dahulu kriteria ketercapaian perilaku yang diharapkan. Hal ini
berarti bahwa proses belajar menyangkut nilai dan norma.
Seorang pendidik atau petugas kesehatan cenderung akan memengaruhi
masyarakat untuk meniru normanya jika merasa normanya lebih baik dari
norma masyarakat. Masalahnya, apakah nilai dan norma petugas dan
masyarakat sama? Pada keyataannya, nilai dan norma yang diperkenalkan
petugas belum tentu sama dengan nilai dan norma yang selama ini diyakini
masyarakat. Jika norma atau nilai yang petugas anut tetap dipaksakan untuk
diterima masyarakat, akan timbul  ketidakpuasan, bahkan dapat terjadi
penolakan oleh masyarakat. Dalam mengantisipasi hal tersebut, diperlukan
pendekatan yang lebih lama, seksama, cermat dan hati-hati.

Berdasarkan hal tersebut, penting untuk mengenal situasi belajar di


masyarakat agar dapat menentukan metode yang sesuai dan tingkat
ketercapaian perubahan perilaku yang diharapkan. Dalam kesehatan,
terdapat tiga tipe atau situasi belajar (FKM-UI, 1989) , yaitu :

1) Required. Situasi yang membutuhkan suatu tindakan atau sikap


tertentu untuk dipelajari. Dalam situasi ini, proses pendidikan dapat
berlangsung cepat karena masyarakat tidak diberi alternative lain,
disamping yang diberi pendidik sehingga mereka harus menerima
apa saja yang diberikan. Pada situasi belajar ini, perubahan perilaku
atau tindakan tertentu benar-benar dibutuhkan individu atau
kelompok individu (misalnya, pendidikan dalam institusi pendidikan
atau kelompok masyarakat yang diserang wabah)
2) Recommended. Situasi belajar yang menyarankan peserta didik
untuk mempelajari perilaku tertentu. Hal ini berarti masyarakat tidak
diharuskan menerima perilaku yang disarankan, masyarakat boleh
menerima atau menolak. Tujuan program ini adalah memberikan
informasi, menyadarkan, menasehati orang dan mendorong
masyarakat menilai sendiri program yang disarankan.
3) Self-directive. Dalam situasi belajar ini, masyarakat telah mengetahui
pentingnya masalah kesehatan yang terjadi. Oleh sebab itu,
masyarakat atau sasaran pendidikan sendiri yang menentukan tujuan
yang harus dicapai. Tugas petugas dalam program ini adalah
membantu masyarakat dalam mencari informasi, mengevaluasi,
merencanakan, dan menyusun program mereka sendiri. Bantuan ini
berupa petunjuk, pengarahan, bimbingan, dan daran kepada
masyarakat.

4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Belajar Menurut J. Guilbert seperti yang


dikutip oleh Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi proses
belajar adalah sebagai berikut :

a) Faktor materi. Bahan pelajaran yang digunakan dalam proses belajar.


Materi untuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan substansinya akan
berbeda.
b) Faktor lingkungan. Mencakup lingkungan fisik (suhu, cuaca,
penerangan, kebisingan, dan kondisi tempat belajar). Dan lingkungan
sosial (manusia dengan segala interaksi dan statusnya).
c) Faktor instrumental. terdiri atas perangkat keras atau hardware
(perlengkapan belajar dan alat peraga), dan perangkat lunak atau
software (kurikulum, pengajar dan metode belajar).
d) Faktor individu atau subjek belajar. Yaitu kondisi individual subjek
belajar yang terdiri atas kondisi fisiologis (gizi, dan pancaindra terutama
pendengaran dan penglihatan), dan kondisi psikologis (intelegensi,
pengamatan, daya tangkap, ingatan, motivasi, bakat, sikap, daya
kreativitas, dan persepsi).

2.3 Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat

Pendidikan kesehatan merupakan salah satu kegiatan yang ditunjukan dalam rangka
promosi kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan penyampaian pesan
kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok,ataupun masyarakat agar mereka
memperoleh pengetahuan kesehatan, yang nantinya berpengaruh pada sikap dan
perilaku sehat mereka. Perubahan yang terjadi di masyarakat dapat dipengaruhi oleh
peran perawat komunitas dalam menyampaikan pesan kesehatan. Sasaran penerima
pesan kesehatan yang dalam hal ini adalah masyarakat, juga dipengaruhi oleh
bagaimana pesan terebut sampai di masyarakat dengan memerhatikan aspek waktu,
kesesuaian metode atau media atau alat peraga yang digunakan, ketersedian sarana dan
fasilitas yang ada di masyarakat, tujuan penyampaian pendidikan kesehatan, besarnya
kelompok masyarakat yang akan diberikan pesan kesehatan, dan kemampuan
masyarakat dalam menerima pesan kesehatan tersebut.
Metode pendidikan kesehatan dipilih berdasarkan besarnya kelompok masyarakat,
tingkat pendidikan masyarakat, dan tujuan pendidikan kesehatan. Pada sasaran
kelompok dan masyarakat, perawat komunitas dapat menggunakan metode ceramah,
diskusi kelompok, curah pendapat (brain storning), dan demonstrasi.

a. Ceramah
Ceramah merupakan salah satu metode penyampaian informasi oleh
perawat komunitas kepada masyarakat untuk menjelaskan ide, pengertian, atau
pesan kesehatan disertai diskusi dan tnya jawab secara langsung. Tujuan
penyampaian cermah adalah menyajikan satu pandangan tentang masalah yang
menarik, secara langsung dan logis, menyajikan satu masalah untuk dibahas
melalui diskusi umum sehingga merangsang masyarakat untuk berpikir dan
belajar lebih lanjut tentang suatu masalah.
Keuntungan penggunaan metode ceramah, yaitu dapat diterapkan pada
sekelompok besar orang dewasa, tidak melibatkan terlalu banyak alat bantu,
mudah diselenggarakan, dan dapat dilakukan pada masyarakat.
Perawat komunitas harus menguasai pokok pembicaraan dan harus dapat
memanfaatkan pendengarannya dengan menilai reaksi masyarakat baik verbal
maupun non verbal. Pandangan perawat harus tertuju pada semua sasaran
masyarakat dan perawat harus menggunakan suara yang cukup jelas dan
menunjukan performa yang menyakinkan serta menguasai seluruh topik materi
yang disampaikan.
b. Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok dapat dilakukan bila peserta diskusi kurang dari 15
orang. Agar semua peserta diskusi dapat berpartisipasi, diperlukan tata letak
duduk berhadapan dan saling memandang satu sama lain, seperti saat melakukan
refleksi diskusi kasus (RDK). Melalui diskusi, diharapkan terjadi keterbukaan
dan kebebasan mengeluarkan pendapat. Dengan demikian, diperlukan peran
fasilator ataupemimpin diskusi untuk mengarahkan dan mengatur jalannya
diskusi sehingga semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk
menyampaikan pendapatnya tanpa ada dominasi diantara mereka.

Keuntungan diskusi kelompok, yaitu dapat mendorong rasa kesatuan dan


menciptakan rasa kepemimpinan bersama dengan saling memberi dan menerima
pendapat. Kerungian diskusi kelompok adalah tidak dapat digunakan pada
kelompok besar karena dianggap kurang efektif dan dapat berlarut- larut,
terutama bila didominasi oleh orang- orang tertentu saja dan pemimpin diskusi
tidak dapat mengarahkan jalannya diskusi.
c. Curah Pendapat
Curah pendapat (brain storrning) merupakan proses pemecahan masalah
melalui penyampaian usul semua kemungkinan pemecaha masalah oleh anggota,
tanpa krtik dan evaluasi atas pendapat tersebut. Curah pendapat dapat dilakukan
pada saat focus group discussion (FGD). Prinsip pelaksanaan curah pendapat
sama dengan diskusi kelompok, memerlukan pemimpin diskusi untuk
memancing satu masalah yang menarik untuk dibahas bersama dan menjadi
kebutuhan masyarakat. Curah pendapat bertujuan menciptakan suasana
menyenangkan bagi peserta diskusi, dengan menggembangkan daya kreatif
untuk berpikir dan menggali pendapat masyarakat dengan merangsang
partisipasi semua peserta diskusi.
Keuntungan curah pendapat, yaitu dapat digunakan pada kelompok besar
maupun kecil dengan membangkitkan dan merangsang pendapat baru tanpa
memberikan evaluasi atas pendapat yang disampaikan, merangsang semua
peserta untuk berbicara dan mengeluarkan pendapat, dan tidak menyita banyak
waktu. Sedangkan kekuranga curah pendapat, yaitu sangat sulit membuat
anggota mengerti bahwa semua pendapatnya dapat diterima dan ada
kecendrungan peserta mengadakan evaluasi segera setelah pendapat diajukan,
bahkan terkadang diskusi “ lepas kendali”, terutama bila pemimpin diskusi atau
fasilator kurang mampu mengarahkan.

d. Demonstrasi
Demonstasi merupakan cara penyampaian ide yang dipersiapkan dengan
teliti untuk mengevaluasi perubahan psikomotor dengan memperlihatkan cara
melaksanakan suatu tindakan atau prosedur dengan alat peraga dan tanya jawab.
Demosntasi biasanya dilakukan oleh perawat komunitas untuk memberikan
gambaran tentang prosedur atau langkah- langkah pelaksanaan terapi modalitas
dan terapi pelengkap (terapi alternative) di masyarakat.
Tujuan demonstasi  adalah mengajarkan cara melaksanakan dan
memperagakan satu teknik baru, dengan menyakinkan masyarakat bahwa
prosedur baru tersebut telah terbukti bermanfaat. Selain itu, demonstrasi juga
bertujuan meningkatkan minat belajar dengan mencoba sendiri prosedur yang di
demonstrasikan.
Keuntungan demonstrasi, yaitu lebih menyakinkan masyarakat karena
dapat segera ditiru dan dibuktikan, tiak sekedar memberikan berita yang didegar
dan dibaca saja. Selain itu, peserta dapat memperoleh kesempatan
memperagakan kembali apa yang sudah di demonstrasikan. Kerungian,
demonstrasi memerlukan waktu dan biaya yang besar terkait pengadaan bahan
atau alat peraga yang diperlukan karena menggunakan bahan yang sesugguhnya.
Perbedaan utama keempat metode diatas terletak pada sasaran domain
perubahan yan ditimbulkan.  Metode ceramah dan curah pendapat dilakukan
dengan tujuan mengubah pengetahuan (knowledge) masyarakat yang tidak tahu
menjadi tahu.diskusi kelompok bertujuan mengubah sikap (attitude) masyarakat
yang tidak mau menjadi mau. Sementara itu, demonstrasi bertujuan mengubah
tindakan (practice) masyrakat dari tidam mampu menjadi mampu melakukan
kegiatan kesehatan sesuai harapan.
Kegiatan promosi kesehatan di masyarakat dapat dilakukan secara
langsung berhadapan dengan masyarakat,seperti penyampaian pendidikan
kesehatan melalui ceramah, diskusi, curah pendapat, dan demonstrasi. Selain itu,
kegiattan promosi kesehatan dapat dilakukan secara tidak langsung
(penyampaian pesan kepada masyarakat tanpa berhadapan langsung), yaitu
menggunakan perantara media cetak dan elektronik, seperti diskusi interaktif
yang membahas  masalah kesehatan masyarakat melalui televise dan radio
ataupun tulisan di majalah, koran, atau internet tentang konsultasi dan tanya
jawab kesehatan. Selain itu, promosi kesehatan juga dapat dilakukan dengan
melakukan pemasangan spanduk atau poster yang dipasang di pinggir jalan,
puskesma, rumah sakit, pasar, sekolah, atau tempat umum lain yang sering
dilalui dan menjadi tempat pertemuan dan berkumpul masyarakat. Semua
kesehatan tersebut bertujuan mengubah perilku masyarakat kea rah yang lebih
baik dan bermanfaat bagi kesehatan.

2.4 Media ( Alat Peraga ) Pendidikan Kesehatan Masyarakat

Media digunakan sebagai alat bantu penyampaian pesan pendidikan kesehatan


dengan menjelaskan fakta, prosedur, dan tindakan secara lebih sistematis. Semakin
banyak indra yang digunakan untuk menerima pesan, semakin jelas pula pengetahuan
yang diperoleh. Media dapat mempermudah penyampaian pesan kesehatan kepada
masyarakat dapat menghindari kesalahan persepsi dengan penampilan objek yang jelas
sehingga mengoptimalkan pencapaian sasaran belajar, sekaligus menumbuhkan minat
terhadap kelompok sasaran, membuat kelompok sasaran menyampaikan dan
meneruskan pesan kepada orang lain yang ada disekitar mereka.
Penggunaan alat peraga harus disesuaikan dengan sasaran, apakah individu atau
kelompok/masyarakat, bahasa yang digunakan oleh sasaran, minat dan perhatian
sasaran, pengetahuan dan pengalaman sasaran menerima pesan yang disampaikan, adat
istiadat dan kebiasaan sasaran, serta karakteristik sasaran, seperti pendidikan, umur, dan
pekerjaan. Dengan demikian, pembuatan alat peraga harus memenuhi kebutuhan
masyarakat, sesuai situasi dan kondisi sasaran. Masing- masing alat peraga mempunyai
intensitas yang berbeda- beda di dalam memfasilitasi pembentukan presepsi masyarakat.
Menurut Elgar Dale, alat peraga yang mempunyai intensitas yang paling tinggi adalah
benda asli, sedangkan yang mempunyai intesitas palieng rendah adalah kata- kata.
Alat peraga yang sering digunakan dalam pendidikan kesehatan di masyarakat antara
lain leafleat, poster, papan tulis, lembar balik, stiker dan majalah. Media elektronik
seperti VCD, OHP, dan televisi juga dapat digunakan sebagai alat peraga pendidikan
kesehatan di masyarakat.

Berikut ini adalah pembahasan singkat mengenai alat peraga tersebut :

a) Leaflet
Merupakan selembar kertas yang berisi tulisan tentang masalah
kesehatan tertentu yang ingin disampaikan, bertujuan menambah
pengetahuan sasaran, dan dapat digunakan sebagai bahan diskusi
sehingga mencapai sasaran yang lebih luas. Leaflet dapat disebarkan
kepada sasaran oleh perawat komunitas sebelum atau sesudah
penyampaian pendidikan kesehatan, agar sasaran lebih memahami
informasi yang disampaikan. Leaflet dapat dibawa pulang dan
dimanfaatkan untuk menybarkan informasi kepada sasaran yang lebih
luas seperti keluarga dan masyarakat lain yang ada di lingkungan
sasaran. Leaflet harus dibuat semanarik mungkin dengan warna dan
gambar yang mendukung pesan yang ingin disampaikan, dan harus
menerangkan pesan kesehatan selekap mungkin. Isi leaflet harus dapat
ditangkap dengan sekali baca dan leaflet harus dapat menerangkan
dirinya sendiri. Leaflet memilki ukuran kurang lebih 20-30 cm.
b) Poster 
Poster merupakan selembar kertas dalam bentuk gambar untuk
mempengaruhi seseorang agar tertarik pada pesan yang disampaikan.
Poster dibuat dengan gambar dan warna yang merangsang, dapat
menerangkan pesan yang disampaikan secara jelas, dibuat tidak lebih
dari 7 kata, dan dapat dibaca dengan jarak 6 meter. Poster biasanya di
pasang di tempat umum atau ditempat orang banyak, seperti di halte,
pasar, persimpangan jalan, rumah sakit, puskesmas ataupun sekolah.
Poster harus dapat menggungah emosi masyarakat yang melihatnya
sehingga mudah mengubah perilaku masyarakat. Poster memiliki ukuran
50x70 cm atau 35x50 cm.
c) Papan Tulis
Papan tulis biasanya digunakan oleh perawat komunitas saat melakukan
pendidikan kesehatan di tatanan sekolah. Papan tulis dapat digunakan
berulang kali, untuk mengungkapkan berbagai macam informasi yang
akan disampaikan. Pemanfaatan papan tulis harus di letakkan sejajar
dengan mata sasara agar sasaran tidak menengadah atau terlalu
menunduk. Papan tulis diletakkan pada tempat yang mudah dilihat dan
tidak terdapat pantulan sinar yang menganggu pandangan sasaran.
Tulisan yang ingin disampaikan harus jelas, singkat, dan mudah dibaca.
d) Lembar Balik
Lembar balik merupakan koleksi bagan yang disusun dalam urutan
tertentu, dengan ukuran sama dengan poster. Lembar balik dapat
dibawah kemana- mana penulisan dan jumlah lembar balik bergantung
pada pesan yang ingin disampaikan dan waktu penyampaian. Urutan
penyaji lembar balik dapat diatur dengan tepat sesuai kebutuhan.

Leaflet, Poster dan Lembar balik juga majalah serta stiker merupakan
media cetak, dengan fungsi terutama memberi informasi kesehatan
melalui gambar, kata- kata dan foto, menggunakan kombinasi warna
yang menarik. Media cetak tidak dapat menstimulasi efek suara dan
gerak, biaya murah, tidak memerlukan listrik, dan dapat dibawah kemana
saja. Sedangkan media elektronik, seperti televisi, OHP, dan VCD
merupakan media bergerak, dapat dilihat dan di dengar. Media elektronik
lebih mudah memberi pemahaman ke masyarakat, dan mengikutsertakan
semua panca indra, lebih menarik karena terdapat gambar dan suara, dan
jangkauan relatif lebih luas. Selain faktor media, faktor individu subjek
sasaran juga memengaruhi keberhasilan pendidikan kesehatan. Faktor ini
meliputi usia, tingkat pendidikan, kejayaan, dan adat istiadat yang
terkadang menghambat proses berubah, lingkungan tempat tinggal
sasaran yang tidak memungkinkan perubahan perilaku, kondisi fisik, dan
psikologis sasaran, seperti ketajaman pengamatan, intelegensi, daya
tangkap dan motivasi (notoatmodjo,1993). Faktor pemberi pesan
kesehatan atau petugas kesehatan juga mempengaruhi keberhasilan
pendidikan kesehatan. Faktor ini meliputi kurang persiapan dan
penguasaan materi yang akan disampaikan, bahasa yang disampaikan
kurang dapat dimengerti, penampilan kurang menyakinkan, suara terlalu
kecil serta pemilihan tempat dan penetapan waktu yang tidak sesuai
dengan keinginan sasaran (Effendy, 1998).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari materi yang sudah disampaikan dapat ditarik sebuah kesimpulan
bahwa Keperawatan komunitas adalah suatu upaya pelayanan
keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan
lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan individu,
keluarga, dan masyarakat yang lebih tinggi. Secara umum belajar adalah
suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, pandangan, dan
keterampilan yang diperlukan untuk menghasilkan sikap dan perilaku
tertentu, ketika menghadapi suatu keadaan. Mengajar adalah suatu proses
mengajak orang lain untuk memilki pengetahuan.
Teori dalam belajar yaitu trial and error learning, conditioning, Imitasi
dan identifikasi. Dalam proses belajar mengajar dituntut untuk terjadi
perubahan secara erubahan kognitif (bertambahnya pengetahuan),
perubahan motivasi (lebih suka atau tidak suka), perubahan group
belongingness atau ideologi kelompok (sering menyangkut budaya), dan
perubahan kemampuan mengatur pengarahan dan otot-otot tubuh (belajar
berbicara atau mengendalikan diri). Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar adalah sebagai faktor materi, faktor
lingkungan, faktor instrumental, dan faktor individu atau subjek belajar.
Dalam menunjang proses belajar mengajar harus menggunakan metode
dan media. Metode yang digunakan seperti ceramah, diskusi kelompok,
curah pendapat, demonstrasi, sedangkan media yang digunakan adalah
leafleat, poster, lembar balik, papan tulis.
3.2  Saran
Perawat dalam proses belajar mengajar harus menguasi apa yang
disampaikan dan dapat menerapkan berbagai strategi yang didalamnya
terdapat pendekatan, model, dan teknik agar masyarakat tertarik dan
mudah memahami apa yang disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Komang Ayu Henny. 2011. Asuhan Keperawatan Komunitas :


Teori dan Praktik. Jakarta : EGC.
Maulana, Heri D. J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC.
Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayati. 2009. Ilmu keperawatan
Komunitas Pengantar Teori. Jakarta : Selemba Medika.
Mubarak, Wahit Iqbal, Nurul Chayati, dan Bambang Adi Santosa. 2012.
Ilmu Keperawatan Komunitas 2 Konsep dan Aplikasi. Jakarta : Salemba
Medika.
Wijayaningsih, Kartika sari. 2013. Penuntun Praktis Asuhan
Keperawatan Komunitas. Jakarta : CV. Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai