Anda di halaman 1dari 21

PEDOMAN LAPORAN

KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT )

Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah


Keperawatan Jiwa II

Oleh :
Qori fadillah (701180005)

Fridayanti Nurvitria (701180034)

Nadia karomah (701180017)

Shinta safari (701180025)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALE BANDUNG
BANDUNG
2020
PENDOMAN LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH

(HOME VISITE)

I. Sistemtiika
a. Identitas klien
b. Tujuan kunjungan rumah
c. Rencana tindakan keperawatan
1. Orientasi
a) Salam, perkenalan dan jelaskan tujuan kunjungan
b) Evaluasi / validasi keadaan keluarga
c) Kontrak
d) Kaji informasi tentang klien (validasi data)
2. Kerja tindakan keperawatan
a) Tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan
b) Tindakan keperawatan untuk keluaga (sesuai tugas kesehatan
keluarga )
3. Terminasi
a) Evaluasi respon keluarga terhadap kunjungan rumah (subyektif)
b) Evaluasi kemampuan keluarga terhadap asuhan klien (obyektif)
c) Tindak lanjut ; kesepakatan keluarga terlibat dalam asuhan
(dirumah sakit atau di rumah )
d) Rencana pertemuan berikutnya (di rumah sakit atau di rumah )
II. Rencana kunjungan rumah
1. Identitas klien
Insial kiien : Nn. M
Umur : 17 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Tangan MRS: : 18 agustus 2018
Nama keluarga : Ibu susi
Hubungan dengan klien : Ibu kandung
Alamat : Jln.Banjaran No. 02 Rt 06
Bandung – jawa barat

2. Tujuan kunjungan rumah


a. Memberikan informasi kepada keluarga tentang kemanjuan dan
perkembangan klien
b. Memvalidasi dan melengkapi data yang telah diperoleh dari
klien dan data sekunder (dokumen meis medik dan perawat )
c. Mendapatkan informasi langsung dari keluarga
d. Melakukan tindakan keperawatan diagnosa keperawatan yang
berkaitan dengan diagnosa keperawatan dan tugas kesehatan
keluarga, serta melakukan pendidikan kesehatan sesuai dengan
masalah yang ditemukan.
e. Memotivasi keluarga untuk mengunjungi klien di rumah sakit
3. Rencana tindakan keperawatan
a. Orientasi
1. Mengucapkan salam, perkenalan, dan menjelaskan tujuan
kunjungan

Perawat : “ Assalamualaikum, selamat pagi bu.”

Keluarga :” Waalaikumsalam selamat pagi juga, silakan


masuk, sus.”

Perawat : Perkenalkan kami mahasiswa keperawatan yang


sedang melakukan praktek di rumah sakit jiwa A,
kebentulan saya merawat anak ibu, maksud
kedatangan kami kemari adalah ingin
menyampaikan perkembangan kesehatan Nn M
dan ingin mendapatkan informasi lebih lanjut,
dimana informasi sangat diperlukan untuk merawat
Nn.M, agar perawatan sesuai dengan masalah
yang sebenarnya .”

Keluarga : “Baiklah sus. “

2. Mengevaluasi/memvadilasi

Perawat :”Bagaimana perasaan ibu mengenai kunjungan


kami ke rumah ibu ? “
Keluarga : “Alhamdullillah saya senang anak saya ada yang
mau merawatnya selain saya. “
Perawat : “ Apakah ibu dan anggota keluarga ada rencana unuk
membesuk Nn. M di rumah sakit ? “
Keluarga : “ Rencananya hari sabtu ini sus.”
3. Menyepakati kontrak dengan keluarga
Perawat : “Baiklah ibu, saya berharap ibu bisa meluangkan
waktu selama kurang lebih satu jam di sini kita
akan mendiskusikan tentang keadaan Nn. M anak
ibu, dan selanjutnya saya akan menyampaikan
beberapa hal tentang bagaimana peran serta
keluarga dalam merawat Nn. M agar bisa sembuh
dan tidak kembali lagi ke rumah sakit. Apakah ibu
bersedia ?”

Keluargaa :”Tentu bisa sus, karena saya juga ingin mendengar


mengenai perkembangan anak saya. “

4. Mengkaji informasi tentang klien (validasi data)

Perawat : “Apa saya boleh mengetahui alasan kenapa anak


ibu dibawa ke rumah sakit jiwa ?”
Keluarga : “Saya sering melihat anak saya melamun, murung,
selalu ngunci diri di kamarnya, tidak mau makan,
dan mandi, bahkan sudah 2 bulan anak saya tiak
masuk sekolah .”
Perawat : “ Menurut ibu mengapa anak ibu melakukan hal
itu?”
Keluarga : “ Mungkin sejak ayahnya meninggal dunia sebulan
yang lalu, suami saya sudah 2 minggu di rawat di
rumah sakit suami saya mempunyai penyakit
gagal ginjal. 1 minggu sebelumnya suami saya
diperbolehkan pulang dan ia berjaji kepada anak
saya bahwa ia akan mengajaknya berlibur ke bali
untuk menghabiskan hari libur anak saya tetapi
seminggu kemudian suami saya di rawat di RS lagi
dan pada akhirnya suami saya meniggal dunia.
Sejak saat itu anak saya selalu melanun dan selalu
murung.”
Perawat :” Apakah ibu sudah pernah membawanya ke dokter ?

Keluarga :” Sudah sus, waktu anak saya mengalami deman


saya membawanya ke dokter dan saya mengatakan
gejala yang dia alami anak saya, dan dokter
meminta saya untuk membawanya ke dokter
psikiater.”
Perawat :”Apakah anak ibu mengkonsumsi obat tidur ?”
Keluarga :” tidak sus, anak saya tidak mengkonsumsi obat
tidur.”
Perawat :”Bagaimana pandangan ibu mengenai penyakit yang
anak ibu alami saat ini ?”
Keluarga :” Menurut pandangan saya yang anak saya mengalami
depresi.”
Perawat :” Apakah ada anggota keluarga lain yang
mengalami gangguan kejiwaan ?”
Keluarga : “ Alhamdulillah tidak ada sus.”
Perawat :” Apakah hal – hal yang dialami Nn. M sebelum di
rawat di rumah sakit ?
Keluarga :”Saat anak saya sakit teman – teman sekolahnya
datang untuk menengoknya, ada temennya yang
mengatakan sejak ayahnya meninggal ada anak yang
mengenjek anak saya dan menindasnya. Saya
mencoba berbicara dengan anak saya untuk
mengabaikannya tetapi anak saya mempunyai sifat
yang keras kepala dan tempramen .”
Perawat : “ kalau boleh tahu Nn.M mendapatkan penindasan
seperti apa bu ? “
Keluarga : “Menurut temennya anak saya mendapatkan
penindasan seperti tidak mempunyai ayah, si kurus
dan sebagainya.
Perawat : “Bagaimana hubungan Nn. M dengan anggota
keluarga, dengan tetangga, dan dengan teman –
temannya ,seusianya ?
Keluarga : “ Hubungan anak saya dengan tetangga dan keluarga
alhamdulillah biasa saja baik –baik saja. Tetapi ada
sebagian dari teman – temannya yang membully
anak saya dan tidak mau bertemen dengan anak
saya .”
Perawat :” Jika saya boleh tahu sudah berapa lama keluarga ibu
tinggal disini dan bersama siapa saja ?
Keluarga : “ Saya sudah lama tinggal disini mungkin sejak saya
menikah. Saya tinggal bersama almarhum suami
saya dan 1 anak saya.”
Perawat :” Bersama Nn. M ibu tinggal bertiga yah bersama bu
susi dan adik Nn.M ?
Keluarga :”Iya sus”

b. Kerja
Tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan untuk
keluarga :
1. Diagnosa : Harga Diri Rendah Kronis
2. Diagnosa : Defisit Perawatan Diri
3. Diagnosa : Risiko Tinggi Isolasi Sosial

Rencana tindakan :
Diagnosa Harga Diri Rendah Kronik, Sp 1 keluarga.
 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat klien.
 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah
kronik yang dialami klien.
 Menjelaskan cara merawat klien harga diri rendah kronik.

Diagnosa defisit perawatan diri, Sp 1 keluarga.


 Mendiskusikan masalh yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien.
 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala defisit perawatan diri,
dan jenis defisit perawatan diri yang dialami berserta proses
terjadinya
 Menjelaskan cara – cara merawat pasien defisit perawatan diri.
 Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien dengan
defisit perawatan diri.
 Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat langsung kepada
defist perawatan diri.

Diagnisa risiko tinggi isolasi sosial, Sp1 keluarga :


 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat klien.
 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala risiko tinggi isolasi
sosial yang dialami klien bersserta proses terjadinnya.
 Menjelasakn cara –cara merawat klien risiko tinggi isolasi
sosial.

Perawat :”Apa ibu mengalami kesulitan saat ibu merawat anak


ibu ?”

Keluarga :” Cukup kesulitan sus, karena beberapa temannya


selalu mengejeknya dan sejak ayahnya meninggal anak saya
selalu melewatkan jam makan bahkam tidak makan, mandi, dan
berdandan terkadang saya bingung untuk mengatasinya sendiri
ketika suami saya sudah tidak ada.”

Perawat :’Nah ibu, anak ibu mengalami penindasan dari


temannya itu kami menyebutnya sebagai harga diri rendah
kronik, yaitu perasaan negatif terhadap dirinya sendiri, termasuk
kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis,
tidak ada harapan dan putus asa. Dengan tanda dan gejalanya
yaitu mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, pandangan
hidup yang pesimis, penurunan produktivitas, penolakan
terhadap kemampuan diri.

Keluarga :” Lalu apa yang harus saya lakukan ketika anak saya
mengalami harga diri rendah kronnik ? ”

Peerawat : “ ibu bisa lakukan ini jika anak ibu mengalami harga
diri rendah kronik. Sebelumnya saya pernah menyakan kepada
anak ibu bahwa ia lebih suka memasak ibu bisa membantunya
saat memasak dan memendukung yang dalam hal memasak
dengan kesibukan yang dilakukan anak ibu akan membuatnya
lupa yang di cemaskan dan anak ibu juga tidak akan murung.
Jika ada hal baru yang di inginkan anak ibu, ibu bisa
mendukungnya, membantunya dan berikan pujian atas
keberhasilan anak ibu itu akan membuatnya senang.

Keluarga :” oh seperti itu sus, baik sus.”

Perawat : ” Sedangkan untuk anak ibu yang melewatkan jam


makan bahkan tidak makan, mandi dan berdandan karena anak
itbu mengalami defisit perawatan diri.”
Keluarga :” Apa itu defisit perawatan diri, sus ?”
Perawat :”Defisit perawatan diri adalah salah satu kemapuan
dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna
mempertahankan hidupnya, kesehatannya dan kesejahteraanya
sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien dinyatakan terganggu
perawatannya dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan
dirinya. Pendapat lain juga mengatakan kurang perawatan diri
pda pasien adanya perubahan proses pikir sehinggga kemampuan
untuk melakukan aktivitas keperawatan diri menurun. Kurang
perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan
diri diantaranya mandi, makan, dan minum secara mandiri,
brhias secara mandiri, dan toileting (buang air
bersar(BAB)/buang air kecil (BAK)). Adapun tanda dan gejala
klien dengan defisit perawatan diri yaitu : badan bau, rambut
kotor, kulit kotor, penampilan tidak rapih, malas tidak ada
inisiatif, merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina,
interaksi kurang, cara makan tidak teratur BAK dan BAB di
sembarang tempat, gosok gihi dan mandi tidak mampu mandiri.
Mendengar dari penjelasan dan cerita dari ibu defist pewaratan
diri yang di timbulkan dari faktor presipitasi yang menyebabkan
penurunan motivasi, cemas, lelah/lemah, serta ketidak mampuan
realitas ynag kurang menyebabkan ketidak peddulian terhadap
dirinya yang membuat anak ibu mnegalami defisit perawatan
diri. Menurut cerita yang ibu cerikan kepda saya pada saat
ayahnya meninggal ia mengurung diri di kamarnya karena karena
ketidak ilkhasannya nanak ibu atas kepergian ayahnya, serta
ketika ia berada di sekolah ia selalu diejek oleh temannya dan
tidak nanpuan untuk bercerita kepada ibu serta ketidak
peeduliannya dalam merawat dirinya, hingga menimbulkan
defisit perawatan diri.”
Keluarga :” Lalu apa yang harus saya lakukan ketika anak saya
kembali terjadi seperti itu ?”

Perawat :”saya sudah mempraktikannya cara merawat diri


kepada anak ibu, ibu juga bisa mempraktikannya bersama anak
ibu. Yang pertama, ibu bisa memfasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh anak ibu seperti sabun, sikat gigi, handuk ,
pakaian, alat – alat untuk berhias agar anak ibu dapat menjaga
kebersihan dirinya . Yang kedua ibu bisa mengingatkan anak
ibu untuk mandi, makan, berhias/berdanda, serta buang air kecil
dan buang air besar di kamar mandi . Dan ibu bisa membantu
anak ibu ketika merawat diri seperti makan ibu bisa
membantunya untuk menyiapkan makannya. Yang ketiga ketika
anak ibu berhasil melakukan merawat diri sendiri ibu bisa
memberikan pujian untuk anak ibu atas keberhasilanya agar
dapat menumbuhkan kepercayaan dirinya dalam merawat diri.
Saya juga di sini membawa selembaran yang berisi kegiatan
yang di lakukan oleh Nn.M. Yang keempat yaitu ibu bisa
mengingatkan anak ibu dalam mengkonsumsi obat tempat waktu
sesuai jadwal yang sudah diberikan terdapat 2 jenis yaitu yang
pertama Lorezepam adalah obat yang digunakan untuk
mengatasi gangguan kecemasan yang dialami oleh anak ibu dan
yang kedua yaitu obat Olanzapine adalah obat yang
digunnakan untuk memberikan efek yang mampu mengurangi
halusinasi dan kegelisahan yang membuat pikiran lebih tenang
dan berfikir positif, dan percaya diri. Obat itu harus diminum
sampai konsultasi berikutnya, jika obatnya akan habis dua hari
sebelumnya diharapkan ibu datang ke fasilitas pelayan kesehatan
untuk diberikan obat baru.

Keluarga :”Baik sus saya akan ingat dan tuliskan kembali apa
yang suster katakan.”

Perawat :”Jika defisit perawat diri anak ibu berkelanjutan akan


berisiko anak ibu mengalami risiko tinggi isolasi sosial.”

Keluarga :”risiko tinggi isolasi sosial itu apa, sus?”

Perawat :”Isolasi sosial adalah kedaan kesehatan dimana seorang


individu, mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pendapat
lain juga mengatakan isolasi sosial juga merupakan kesepian
yang dialami oleh invidu dan dirasakan saat didorongan oleh
keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan negatif atau
mengancam.”

c. Terminasi
1. Evaluasi reson keluarga terhadap kunjungan rumah
(subyektif)

Perawat :” Ibu bagaimna perasaan ibu setelah berdiskusi tentang


anak ibu?”

Keluarga :”Saya merasa lega karena sudah mengetahui apa


yang terjadi kepada anak saya.”

2. Evaluasi kemampuan keluarga terhadap asuhan klien


(obyektif)

Perawat :”Untuk memastikan kembali apakah ibu bisa


menjelaskan kembali apa itu defisit perawatan diri dan apa tanda,
gejalanya ?”
Keluarga :” Defisit perawatan diri adalah salah satu kemapuan
dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna
mempertahankan hidupnya, kesehatannya dan kesejahteraanya
sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien dinyatakan terganggu
perawatannya dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan
dirinya. Pendapat lain juga mengatakan kurang perawatan diri
pda pasien adanya perubahan proses pikir sehinggga kemampuan
untuk melakukan aktivitas keperawatan diri menurun. Kurang
perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan
diri diantaranya mandi, makan, dan minum secara mandiri,
brhias secara mandiri, dan toileting (buang air
bersar(BAB)/buang air kecil (BAK)). Adapun tanda dan gejala
klien dengan defisit perawatan diri yaitu : badan bau, rambut
kotor, kulit kotor, penampilan tidak rapih, malas tidak ada
inisiatif, merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina,
interaksi kurang, cara makan tidak tteratur BAK dan BAB di
sembarang tempat, gosok gihi dan mandi tidak mampu mandiri.

3. Tindak lanjut

Perawat :”Ibu apakah bisa dipahami apa yang kita diskusikan ?”

Keluarga :”Iya saya dapat memahaminya walupun sedikit


pusing.”
Perawat :”Apa ibu bisa menyebutklan dan mempratikan kembali
cara – caranya jika anak ibu mengalami defisit perawatan diri ?”

Keluarga :”Jika anak saya mengalami defisit perawatan diri


yang pertama saya akan memfasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh anak saya seperti sabun, sikat gigi, handuk ,
pakaian, alat – alat untuk berhias agar anak sayatidak melupakan
dan dapat menjaga kebersihan diri. Yang kedua saya kan
mengingatkan anak saya untuk mandi, makan, berhias/berdanda,
serta buang air kecil dan buang air besar. Dan saya kan
membantu anak saya ketika merawat diri seperti makan ibu bisa
membantunya untuk menyiapkan makannya. Yang ketiga ketika
anak saya berhasil melakukan merawat diri sendiri saya akan
memberikan pujian untuk anak saya atas keberhasilanya agar
dapat menumbuhkan kepercayaan dirinya dalam merawat diri.”

Perawat :”Baik bu sudah benar, saya harap ibu melakukannya.”

4. Kontrak pertemuan berikutnya

Perawat :”Ibu kapan mau berkunjung ke rumah sakit ?”


Keluarga :”Rencananya saya dan keluarga akan ke rumah sakit
sabtu ini sus.”
Perawat :”Saya senang sekali, ibu telah meluangkan waktu
mendiskusikan tentang masalah Nn.M anak ibu hari ini.
Baiklah nu, jka tidak ada yang ditanyakan lagi kita bertemu di
rumah sakit sabtu ini, assalamualaikum.”
Keluarga :”Baik sus, waalaikumsalam.”
III. Laporan Hasil Kunjungan Rumah (Home Visit)
Hasil Kunjungan Rumah
Berdasarkan surat tugas dari kepala bidan keperawatan rumah sakit jiwa
A nomor :........ maka pda 18 agustus 2018, mahasiswa melakuan
kunjungan rumah dalam rangka memberikan pelayanan kesehtan jiwa
khusunya kepada keluarga klien sebagai berikut :

1. Identitas klien
Insial kiien : Nn. M
Umur : 17 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status : Belem menikah
Tangan MRS: : 18 agustus 2018
Nama keluarga : Ibu susi
Hubungan dengan klien : Ibu kandung
Alamat : Jln.Banjran No. 02 Rt 06
Bandung – jawa barat

2. Tujuan kunjungan rumah


a. Memberikan informasi kepada keluarga tentang kemanjuan dan
perkembangan klien.
b. Memvalidasi dan melengkapi data yang telah diperoleh dari klien
dan data sekunder (dokumen meis medik dan perawat ) tenttang :
1) Alasan klien dibawa ke rumah sakit
2) Faktor predisposisi dan presipitasi
3) Genogram
4) Psikososial dan lingkungan
5) Presepsi keluarga terhadap penyakit klien
6) Support sytem dalam keluarga
c. Melakukan tindakan keperawatan diagnosa keperawatan yang
berkaitan dengan diagnosa keperawatan dan tugas kesehatan
keluarga, serta melakukan pendidikan kesehatan sesuai dengan
masalah yang ditemukan.
d. Memotivasi keluarga untuk mengunjungi klien di rumah sakit.

3. Hasil kunjungan rumagh


a. Memberikan informasi kepada keluarga tntang perkembangan
klien selama di rumah sakait sebelun pulang.:
pada minggu terakhir sebelum pulang, klien telah dapat memuhi
kebutuhan senderri seperti makan, minum, mandi 2 kali sehari dan
keramas mengganti baju sendiri, namun sudah mau berhias
(menisir rambut) sendiri. Klien dapat bergaul dengan klien lain,
juga kadang – kadang dilibatkan dalam kegiatan rumah sakit seperti
mengambil makanan dan menyediakannya serta menyapu ruangan,
klien mau minum obat secara teratur. Kadang – kadang klien nasih
narah dan menggedor gedor pintu. Klien beberapa kali mengatakan
ingin pulang dan menunggu orang tuanya.

b. Memvalidasi data
1. Alsan klien dirawat.
Klien di rumah sering mengurug dirinya dan klien juga sering
melewatkan makan bahkan tidak makan, minum, mandi,
berdandan, dan tidak mampuan BAB/BAK secara mandiri.

2. Faktor predisposisi dan presipitasi


Menurut ibu klien, klien mulai menderita gangguan jiwa
semenjak ayahnya meninggal dunia sebulan yang lalu,
suaminya sudah 2 minggu di rawat di rumah sakit suaminya
mempunyai penyakit gagal ginjal. 1 minggu sebelumnya
suaminya diperbolehkan pulang dan ia berjanji kepada anaknya
bahwa ia akan mengajaknya berlibur ke bali untuk menghabiskan
hari libur anaknya tetapi seminggu kemudian suaminya di rawat
di RS lagi dan pda akhirnya suaminya meniggal dunia. Sejak
saat itu anaknya selalu melanun dan selalu murung, tidak makan,
minum, mandi, berdandan, bahkan BAB dan BAK sembarangan
serta klien mendapatkan cemoohan dari temannya sehingga klien
tidak masuk sekolah hampir 2 bulan.

3. Genogram

4. Psikososial dan lingkungan


Hubungan anak saya dengan tetangga dan keluarga baik –
baik saja. Tetapi ada sebagian dari teman – temannya yang
menindas klien dan tidak mau bertemen dengan klien.
Tempat tinggal klien dalam gang dengan rumah berdempet –
dempetan .
5. Persepsi keluarga terhadap penyakit klien.
Menurut ibu klien, klien mengalami depresi atas kehilangan
ayahnya dan rasa cemas karena temen sekolah selalu
menindasnya.

6. Support system dalam keluarga.


Klien sangat menyayangi ayahnya, namun kini telah tiada.
Sealama klien dirawat di RS klien sering dikunjungi oleh ibunya
walaupun ibunya sibuk bekerja.

c. Melakukan implementasi berdasarkan diagnosa keperawatan


untuk keluarga.
1. Diagnosa keperawatan I : Harga Diri rendah kronik
Sp1 keluarga harga diri rendah kronik

Tindakan keperawatan Evaluasi Analisa Plannig


 Membina hubungan saling  Subyektif : Sp1 Dukung
percaya dengan keluarga 1. Keluarga mengatakan senang keluarg keputusa
 Mendiskusikan masalah dengan adanya kunjungan a n yang
yang dirasakan keluarga perawatsehingga dapat menanyakan tercapai telah
dalam merawat klien. hal –hal yanag belum diketahui diambil
 Menjelaskan pengertian, keluarga. keluarga,
tanda dan gejala harga diri 2. Keluarga mengatakan agak kesulitan motivasi
rendah kronik yang dialami mengahadapi klien bila dia tidak keluarga
klien. mau makan sendiri, mandi dan untuk

 Menjelaskan cara merawat BAB/ BAK di kamar mandi. memfasili

klien harga diri rendah 3. Keluarga mengatakan mengerti tas

kronik tentang pengertian harga diri rendah kebutuha


dan memahaminya. n klien.
4. Keluarga mengatakan mulai
mengerti cara merawat anggota
keluarga yang mengalami harga
diri rendah kronik.
 Objektif :
1. Keluarga bersikap ramah selama
berdiskusi.
2. Keluarga mendengarkan dengan
aktif.
3. Keluaraga secara verrbal dapat
menyebutkan hal – hal yanag dapat
dilakukan di rumah.

2. Diagnosa keperawatan II : defisit perawatan diri


Sp1 keluarga defisit perawatan diri

Tindakan keperawatan Evaluasi Analisa Plannig


 Mendiskusikan masalah  Subyektif : Sp1 Motivasi
yang dirasakan keluarga 1. Keluarga mengatakan bahwa di keluarga keluarga
dalam merawat pasien. rumah telah disediakan tercapai untuk
 Menjelasakn pengertian, perlengkapan mandi, seperti mempertah
tanda dan gejal defisit sabuan, sikat gigi, dan odol ankan
perawatn diri, dan jenis namaun klien kadang malas suasana di
defisit perawatan diri yang mandio dan berganti baju. lingkungan
dialami perserta berserta 2. Keluarga mengatakan bahwa bau, rumah yang
proses terjadinya kusam tuidak berganti baju adalah dapat
 Menjelaskan cara – cara tanda –tanda dari defisit perawatan meningkatk
merawat pasien defisit diri. an defisit
perawatan diri. 3. Keluarga mengatan akan perawatan

 Melatih keluarga membantu klien setiap klien dii.

mempraktikkan car kesulitan.


merawat pasien denagn 4. Keluarga mengatakan akan selalu
defisit perawatan diri. mensupprot klien.
 Melatih keluarga  Objektif :
mempraktikkan cara 1. Keluarga mendengarkan
merawat langsung kepada penjelaskan perawatan dengan
defist perawatan diri. penuh perhatian
2. Sesekali keluarga mengajukan
pertanyaan

3. Diagnosa keperawaatan II : risiko tinggi isolasi sosial


Sp1 keluarga risiko tinggi isolasi sosial.

Tindakan keperawatan Evaluasi Analisa Plannig


 Mendiskusikan masalah yang  Subyektif : Sp1 Motivasi
dirasakn keluarga dalam merawat 1. Keluarga mengatakan keluarga keluaraga agar
klien. akan selalu memaninya tercapai tetap
 Menjelasakn pengertian, tanda jika mendapatkan memperhatika
dan gejala risiko tinggi isolasi kesulitan. n klien dan
sosial yang dialami klien 2. Keluarga akan membuat akan selalu
bersserta proses terjadinnya. klien tersenyum lagi dan mendampingi
 Menjelasakn cara –car merawat merasa percaya diri lagi klien agar
klien risiko tinggi isolasi sosial  Objektif : tidak selalu
1. Pada saat perawat menyendiri.
kunjungan klien terlihat
tersenyum.
2. Klien terlihat lebih segar
tidak lesus lagi.

d. Terminasi.
1. Evaluasi respon keluarga terhadap kunjungan rumah (subyektif).
a. Ibu mengatakan merasa senang dan mengucapkan
terimakasih atas kunjungan perawat.
b. Klien merasa senang karean perawat memenuhi janjinya
untuk mengunjungi klien.
2. Evaluasi kemampuan keluarga terhadap asuhan klien (obyektif)
a. Keluarga (ibu) dapat menyebukan kembali hal – hal penting
yang perlu diperhatikan keluarga dalam merawat klien di
rumah.
b. Selama interaksi keluarga kooperatif.
3. Rencana tindak lanjut
a. Ibu mengatakan akan berusaha melakuan hal –hal yang telah
dianjurkan perawat.
b. Ibu mengatakan akan menjaga klien di rumah.
4. Kontrak pertemuan berikutnya.
Keluarga berjanji akan menghubungi perawat di rumah sakit
jika klien mengalami gejala –gejal yang menunjukkan
kekambuhan.

e. Kesimpulan.
Kunjungan rumah yang dilakukan pada keluarga Nn. M pada
dasarnya cukup berhasil kareana keluarga merasa mendapat
penjelasan yang bermanfaat tentang kondisi klien dan cara
melakukan perawatan klien selama di rumah. Pada saat diskusi
sikap dan perilaku keluarga terbuka dan kooperatif.

Anda mungkin juga menyukai