Q DENGAN
HALUSINASI DI RUANG MERPATI
RSJ CISARUA PROVINSI JAWA BARAT
Disusun oleh:
2. Fase Kerja
“ Apa yang bapak/ibu ketahui tentang masalah Nn.Q ?
“ Ya, memang benar sekali pak ? ya pak/bu gejala yang dialami oleh anak bapak/ibu
disebut halusinasi, yaitu halusinasi penglihatan yang sebenarnya tidak ada dan tidak bisa
dilihat orang lain. Jadi, jika anak bapak/ibu mengatakan melihat bayagan-bayangan,
sebenarnya bayangan itu tidak ada. Oleh karena itu, kita diharapkan membantunya
dengan beberapa cara. Terdapat beberapa cara untuk membantu anak bapak/ibu agar
bisa mengendalikan halusinasi.
Cara tersebut adalah : pertama, diharapkan anak bapak/ibu, jangan membantah, atau
mendukung halusinasi. Katakan saja bapak/ibu percaya bahwa Nn.Q memang melihat
bayangan- bayangan, tetapi bapak/ibu sendiri tidak melihatnya. Kedua, jangan biarakan
anak bapak/ibu melamun dan sendiri karena kalau melamun halusinasi akan muncul
lagi. Upayakan ada orang yang mau bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga
seperti makan bersama dan ibadah bersama. Terkait dengan kegiatan, saya telah melatih
anak bapak/ibu untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong bapak/ibu pantau
pelaksanaannya dan berikan pujian jika Nn.Q berhasil melakukannya! Ketiga, bantu
anak bapak/ibu minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi.
Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih anak bapak/ibu untuk minum obat
secara teratur. Jadi, bapak/ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada tiga macam
yang berwarna orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan bayangan. Yang
berwarna putih namanya THD berfungsi untuk membuat Nn.Q tenang dan tidak kaku.
Yang berwarna biru namnya HLP gunanya untuk menenangkan fikiran. Semua obat ini
harus Nn.Q minum 3x sehari pukul 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam. Obat harus selalu
diminum untuk mencegah kekambuhan. Terakhir, jika ada tanda-tanda halusinasi
muncul, putus halusinasi dengan cara menepuk punggung Nn.Q. Kemudian suruh Nn.Q
menghardik suara tersebut. Nn.Q sudah saya ajarkan unutk menghardik halusinasi.
Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi Nn.Q Sambil menepuk punggung adik
bapak/ibu katakan: Nn.Q, sedang apa kamu? Kamu ingat apa yang di ajarkan perawat
jika bayangan itu datang? Ya, usir bayangan itu, Nn.Q! Tutup mata kamu dan katakan
pada bayangan itu saya tidak mau lihat bayangaan itu palsu! Ucapkan berulang-ulang,
Nn.Q. Sekarang coba bapa/ibu praktikkan cara yang baru saya ajarkan. Bagus pak/bu!!”
Baiklah bu, tolong Nn.Q sering diingatkan untuk tetap minum obat secara rutin dan
cepat kontrol jika obat habis.’’
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon keluarga
1) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak / ibu setelah kita berdiskusi tentang pengertian,
jenis, tanda dan gejala dan cara merawat pasien dengan halusinasi.’’
2) Evaluasi Objektif
“Dapatkah bapak / ibu menjelaskan kembali masalah tentang pengertian
halusinasi, tanda dan gejala dan cara merawat pasien dengan halusinasi.
3) Rencana tindak lanjut
4) Memotivasi kepada keluarga untuk minum obat secara teratur dan kontrol
sebelum obat habis
5) Memberikan jadwal kegiatan yang dapat dilanjutkan di rumah
4. Terminasi Akhir
“Pak / bu saya mengadakan kunjungan rumah ini hanya satu kali, mudah-mudahan
bapak / ibu dapat menerapkan semua yang telah kita diskusikan, saya permisi.’’
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi Halusinas
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
perabaan pengecapan dan penghiduan (Keliat, 2009) Halusinasi pendengaran adalah
mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara sederhana sampai suara yang
berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut
(Stuart, 2007).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di
atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah suatu keadaan yang
merupakan gangguan persepsi panca indera tanpa ada rangsang dari luar yang dapat
meliputi semua system penginderaan pada seseorang dengan keadaan sadar penuh
(baik).
a. Faktor predisposisi
1) Faktor perkembangan
2) Faktor sosiokultural
1) Perilaku
E.Tahap – tahap
a. Fase pertama disebut juga fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap
ini masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik: klien mengalami stres, cemas,
perasaan perpisaan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan yang tidak dapat
diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan,
cara ini hanya menolong sementara. Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang
tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon ferbal
yang lambat jika sedang asik dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
b. Fase kedua disebut juga dengan fase condemning atau ansietas berat yaitu
halusinasi menjadi menjijikkan. Termasuk kedalam psikotik ringan. Karakteristik :
pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun,
dan berpikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas.
Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat mengiontrolnya. Perilaku klien :
meningkatnya tanda- tanda system saraf otonom seperti peningkatan denyut jantung
dan tekanan darah. Klien asik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan
realitas.
c. Fase ketiga adalah fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik. Karakteristik : bisikan,
suara, isi halusinasi, semakin meninjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien
menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya. Perilaku klien : kemauan
dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda-
tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah.
d. Fase ke empat adalah fase conquering atau panic yaitu klien lebur dengan
halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik: halusinasinya berubah
menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak
berdaya, hilang control dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain
di lingkungan. Perilaku klien: perilaku terror akibat panic, potensi bunuh diri,
perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon
terhadap perintah kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien halusinasi resiko menciderai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan.
G. Penatalaksanaan
H. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga
karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu
dengan lainnya, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1978) , dikutip dari Setyowati,
2008). Dari pengertian keluarga diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa keluarga
adalah seperangkat bagian yang saling tergantung satu sama lain serta memiliki
perasaan beridentitas dan berbeda dari anggota dan tugas utama keluarga adalah
memelihara kebutuhan psikososial anggota-anggotanya dan kesejahteraan hidupnya
secara umum.
I. Tipe Keluarga
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah,
ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi atau keduanya.
2) Diskusikan kapan muncul situasi yang menyebabkan (jika sendiri), isi dan frekuensi
b. Meningkatkan kontak dengan realita
1) Lakukan perlindungan