Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWAAN PADA KEGAWATDARATAN SISTEN

PERNAFASAN : TB PARU

Disusun Oleh:
Iis Intan L

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI BANDUNG


JURUSANKEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

TAHUN 2021
A. Konsep Dasar

1. Definisi

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan


oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberculosis
menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2008).
Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru dan organ di luar
paru seperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering
disebut dengan ekstrapulmonal TBC (Chandra, 2012).
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang paru-paru
yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis
jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada
orang lain (Santa Manurung, 2013).
2. Etiologi
a. Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberkulosis dengan ukuran
panjang 1 - 4/mm dan tebal 0.3 - 0.6/mm. Kuman mycobacterium tuberculosis
adalah kuman terdiri dari asam lemak, sehingga kuman leih tahan asam dan
tahan terhadap gangguan kimia dan fisis (Santa Manurung, 2013).
b. Kuman TBC menyebar melalui udara (batuk, tertawa dan bersin dan melepaskan
droplet. Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman, akan tetapi kuman
dapat hidup beberapa jam dalam suhu kamar (Dep Kes RI 2010)
3. Tanda dan Gejala
a. Demam 40-41°c, serta ada batuk / batuk darah

b. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi

c. Sesak nafas dan nyeri dada

d. Malaise, keringat malam

e. Anoreksia, Penurunan berat badan

f. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit


4. Patofisiologi
Kuman tuberculosis masuk ke dalam tubuh melalui udara pernafas an, bakteri,

pernafasan, bakteri yang terhirup akan dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli,

tempat dimana mereka berkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Selain itu

bakteri juga dapat dipindahkan melalui sistem limfe dan cairan darah ke bagian

tubuh yang lainnya.

Selain imun, tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit

menekan banyak bakteri, limposit spesifik tuberkulosis menghancurkan bakteri

dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat

dalam alveoli yang dapat menyebabkan broncho pneumonia. Infeksi awal

biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah pemajaman.

Massa jaringan baru yang disebut granuloma merupakan gumpalan basil

yang masih hidup dan sudah mati dikelilingi oleh makrofag dan membentuk

dinding protektif granuloma diubah menjadi jaringan fibrosa, bagian sentral dari

fibrosa ini disebut “TUBERKEL”, bakteri dan makrofag menjadi nekrotik

membentuk massa seperti keju.

Setelah pemajaman dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit

aktif karena penyakit tidak adekuatnya sistem imun tubuh. Penyakit aktif dapat

juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri. Tuberkel memecah,

melepaskan bahan seperti keju ke dalam bronchi. Tuberkel yang pecah

menyembuh dan membentuk jaringan parut paru yang terinfeksi menjadi lebih

membengkak dan mengakibatkan terjadinya bronchopneumonia lebih lanjut

(Santa Manurung, 2013)


5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah

a. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Laboratorium : Pemeriksaan darah tepi pada umumnya akan

memperlihatkan adanya :

1) Anemia, terutama bila penyakit berjalan menahun

2) Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit

b. Pemeriksaan sputum.

Pemeriksaan sputum / dahak sangat penting karena dengan di

ketemukannya kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan.

Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu datang, dahak pagi

dan dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif

maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu positif, dua kali negatif

maka pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan ulang akan

didapatkan satu kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA negatif.

c. Ziehl-Neelsen (pewarnaan terhadap sputum, Positif jika ditemukan bakteri

tahan asam.

d. Skin test (PPD, Mantoux)

Hasil tes mantoux dibagi menjadi dalam :

1) Indurasi 0-5 mm (diametenya) : mantoux negative

2) Indurasi 6-9 mm (diameternya) : hasil meragukan

3) Indurasi 10-15 mm (diameternya) : hasil mantoux positif

4) Indurasi lebih 16 mm (diameternya): hasil mantoux positif kuat


5) Reaksi timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen intra cutan, berupa
indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan
6) Reaksi timbul 48 – 72 jam setelah injeksi antigen intra kutan, berupa
indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan
antara antibody dan antigen tuberculin.
d. Rontgen dada, menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian
atas, timbunan kalsium dari lesi primer atau penumpukan cairan.
Perubahan yang menunjukkan perkembangan tuberkulosis meliputi adanya
kavitas dan area fibrosa.
e. Pemeriksaan histology / kultur jaringan, Positif bila terdapat mikobakterium

tuberkulosis.

f. Biopsi jaringan paru, menampakkan adanya sel-sel yang besar yang

mengindikasikan terjadinya nekrosis.

g. Pemeriksaan fungsi paru

Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang fungsi, meningkatnya rasio

residu udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen

sebagai akibat infiltrasi parenkim / fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan

kelainan pleura (akibat dari tuberkulosis kronis).


6. Pathway
Udara tercemar
Mycobacterium tuberculose dihirup individu rentan kurang informasi

Masuk paru Kurang pengetahuan

Reaksi inflamasi/peradangan Penumpukan eksudat dalam


Hipertermia

alveoli

Tuberkel produksi sekret berlebih

Meluas

mengalami perkejutan sekret susah dikeluarkan bersinPenyebaran

klasifikasi
Hematogen Ketidakefektifan bersihan
limfogen
jalan nafas

peritoneum mengganggu perfusi& difusi O2


Resti penyebaran
As lambung Mual, Anoreksia infeksi pada orang lain

Gangguan
pertukaran gas

Perubahan nutrisi Resti penyebaran


kurang dari infeksi pada diri sendiri
kebutuhan tubuh

Gambar 2.1 Skema Pathway TB ParuSumber : NANDA

(2013)

B. Konsep Asuhan Keperawatan


Menurut Doenges (2000) dasar data pengkajian pasien tergantung pada
tahap penyakit dan derajat yang terkena. Pada pasien dengan tuberkulosis paru
pengkajian pasien meliputi:

1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek karena kerja ,
kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil
dan/atau berkeringat.
Tanda : Takikardi, takipnea/dispnea pada saat kerja , kelelahan otot,
nyeri, sesak (tahap lanjut)
b. Integritas Ego
Gejala : Adanya faktor stres lama, masalah keuangan, perasaan tidak
berdaya/putus asa.
Tanda : Menyangkal (khususnya pada tahap dini), ansietas,
ketakutan,mudah terangsang.
c. Makanan dan cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan berat
badan.
Tanda : Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan otot/hilang
lemak subkutan
d. Nyeri dan Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisa.
e. Pernafasan
Gejala : Batuk, produktif atau tidak produktif , nafas pendek,
riwayat tuberkulosis/terpajan pada individu terinfeksi.
Tanda : Peningkatan frekuensi pernafasan Penyakit luas atau fibrosis
parenkim paru dan pleura), Pengembangan pernafasan tak simetris (effusi
pleural). Perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural atau
penebalan pleural). Bunyi nafas menurun / tak ada secara bilateral atau
unilateral (effusi pleural/pneumotorak). Bunyi nafas tubuler dan / atau
bisikan pektoral di atas lesi luas. Krekel tercatat diatas apek paru selama
inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels pasttussic).
f. Keamanan
Gejala: Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker, tes HIV
positif.
Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut.
g. Interaksi Sosial
Gejala : Perasaan terisolasi/penolakan karena penyakit menular,
perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik
untuk melaksanakan peran.
h. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang perlu dikaji pada pasien tuberkulosis paru
menurut Doenges (2000).
1) Klutur sputum: Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap
aktif penyakit
2) Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk
usapan cairan darah): positif untuk basil asam-cepat.
3) Tes kulit (PPD,Mantoux, potongan Vollmer): Reaksi positif (area indurasi
10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradermal
antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak
secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien
yang secara klinis sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau
infeksi disebabkan oleh mikrovakterium yang berbeda.
4) ELISA/Westren Blot : Dapat menyatakan adanya HIV
5) Foto Torak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas,
simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan
menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.
6) Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster, urine dan
cairan serebrospinal, biopsi kulit) : positif untuk Mycobacterium
tuberculosis.
7) Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB, adanya sel
raksasa menunjukkan nekrosis
8) Elektrosit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya
infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air
dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.
9) GDA : Dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa
pada paru.
10) Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital, peningkatan
ruang mati, peningkatan rasio uadar residu dan kapasitas paru total,
dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap inflitrasi
parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru, dan penyakit pleural (TB
paru meluas)
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan tuberkulosis paru
Nanda (2007)
adalah
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret
kental, kelemahan upaya batuk buruk.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukopurulen
dan kekurangan upaya batuk.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan
permukaan efektif paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar-
kapiler, sekret kental dan tebal
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kelemahan, anoreksia, ketidakcukupan nutrisi
3. Intervensi
Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
keperwatan hasil
Bersihan jalan nafas Setelah dilakuan - Kaji fungsi pernafasan contoh - Penurunan bunyi nafas dapat
bunyi nafas, kecepatan, irama, menunjukkan atelektasis, ronchi,
tidak efektif tindakan keperawatan
dan kelemahan dan penggunaan mengi menunjukkan akumulasi
berhubungan dengan bersihan jalan nafas otot bantu sekret / ketidakmampuan untuk
- Berikan pasien posisi semi atau membersihkan jalan nafas yang
sekret kental, tidak efektif dengan
fowler tinggi. Bantu pasien dapat menimbulkan penggunaan
kelemahan upaya kriteri hasil : untuk batuk dan latihan nafas otot aksesori pernafasan dan
dalam. peningkatan kerja pernafasan.
batuk buruk. Pasien dapat
- Bersihkan sekret dari mulut - Posisi membantu memaksimalkan
mempertahankan dan trakea, penghisapan ekspansi paru dan menurunkan
sesuai keperluan / suction upaya pernafasan. Ventilasi
jalan nafas dan
- Kolaborasi dengan pemberian maksimal membuka area atelektasis
mengeluarkan sekret obat-obatan sesuai indikasi dan meningkatkan gerakan
Agen mukolitik, bronkodilator, sekret kedalam jalan nafas besar
tanpa bantuan
kortikosteroid untuk dikeluarkan.
- Mencegah obstruksi respirasi,
penghisapan dapat diperlukan bila
pasien tidak mampu mengeluarkan
sekret. Pertahankan masukan cairan
sedikitnya 2500 mL/hari kecuali
kontra indikasi.
- Agen mukolitik untuk
menurunkan kekentalan dan
perlengketan sekret paru untuk
memudahkan pembersihan,
Bronkodilator meningkatkan
ukuran lumen percabangan
trakeobronkial sehingga
menurunkan tahanan terhadap
alira udara, Kortikosteroid berguna
pada adanya keterlibatan luas
dengan hipoksemia dan bila respons
inflamasi mengancam hidup.
Pola nafas tidak setelah dilakukan - Kaji kualitas dan kedalaman - kecepatan biasanya meningkat,
efektif berhubungan
tindakan keperawatan pernafasan, penggunaan otot dispnea terjadi peningkatan kerja
dengan sekresi
mukuporulen diharapkan pola nafas aksesoris dan catat setiap pernafasan, kedalaman pernafasan
dan kekurangan upaya
kembali efektif perubahan. bervariasi tergantung derajat gagal
batuk.
dengan kriteria hasil : - Kaji kualitas sputum, warna, nafas
Dipsnea, frekuensi bau dan konsistensi - Adanya sputum yang tebal,kental
pernafasan dan
- Baringkan pasien untuk berdarah atau purulen diduga terjadi
kedalaman
nafas kembali normal mengoptimalkan pernafasan sebagai maslah sekunder.
(Semi fowler/fowler tinggi) - posisi duduk mengoptimalkan
ekspansi paru maksimal upaya batuk
untuk memobilisasi dan membuang
sekret
Gangguan pertukaran Setelah dilakukan - Kaji dispnea, takipnea, tidak - TB paru menyebabkan efek luas
gas berhubungan
tindakan keerawatan normal atau menurunnya pada paru dari bagian kecil
dengan penurunan
permukaan efektif Tidak ada tanda- bunyi nafas, peningkatan bronkopneumonia sampai
paru, atelektasis,
tanda dispnea atau upaya pernafasan, inflamasi difusi luas nekrosis
kerusakan membran
alveolar- penurunan dispnea terbatasnya ekspansi dinding effusi pleural untuk fibrosis luas.
kapiler, sekret kental
dengan Kriteria hasil : dada dan kelemahan Efek pernafasan dapat dari ringan
dan tebal
Melaporkan tidak - Evaluasi perubahan pada sampai dipsnea berat sampai disstres
adanya penurunan tingkat kesadaran, catat pernafasan.
dispnea, menunjukkan sianosis dan perubahan pada - Akumulasi sekret/pengaruh jalan
perbaikan ventilasi warna kulit, termasuk nafas dapat mengganggu oksigenasi
dan oksigenasi membran mukosa dan kuku. organ vital dan jaringan
jaringan adekuat - Tingkatkan tirah - Penurunan kandungan
dengan GDA dalam baring/batasi aktivitas dan oksigen/kebutuhan selama periode
rentang normal, bebas bantu aktivitas pasien sesuai penurunan pernafasan dapat
dari gejala distres keperluan. menurunkan beratnya gejala.
pernafasan. - Kolaborasi medis dengan - Penurunan kandungan oksigen
mengawasi seri GDA/nadi (PAO2) dan/atau saturasi atau
dan pemberian oksigen peningkatan PaCO2 meunjukkan
kebutuhan untuk perubahan
program terapi. Alat dalam
memperbaiki hipoksemia yang
dapat terjadi sekunder terhadap
penurunan ventilasi/menurunnya
permukaan alveolar paru.

Ketidakseimbangan Setelah dilakukan - Catat status nutrisi pasien - Berguna dalam


nutrisi kurang dari dari penerimaan, catat turgor mendefinisikan derajat/luasnya
tindakan keperawatan
kebutuhan tubuh kulit,berat badan dan masalah dan pilihan intervensi yang
berhubungan dengan Kebutuhan nutrisi derajat kekurangannya berat tepat.
kelemahan, badan, integritas mukosa - Membantu dalam
terpenuhi (tidak
anoreksia, oral,kemampuan/ketidakmam mengidentifikan kebutuhan
ketidakcukupan terjadi perubahan puan menelan, adanya tonus pertimbangan keinginan individu
nutrisi usus, riwayat mual atau dapat memperbaiki masukan diet.
nutrisi)dengan
Kriteria hasil : muntah, diare. - Berguna dalam mengukur
- Pastikan pada diet biasa kefektifan nutrisi dan dukungan
Menunjukkan berat
pasien yang disukai atau tidak cairan
badan meningkat disukai. - Memberikan bantuan dalam
- Awasi masukan/pengeluaran perencanaan diet
mencapai
dan berat badan secara dengan nutrisi adekuat untuk
tujuan dengan nilai periodik. kebutuhan metabolik dan diet
- Kolaborasi dengan ahli gizi
laboratorium normal
untuk menentukan komposisi
dan bebas tanda- diet.
.
tanda
malnutrisi,
melalukan perilaku /
perubahan pola
hidup untuk
meningkatkan
dan/atau
mempertahankan
berat yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Kota Dumai, Dinkes. 2010. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis

Mertaniasih, M.N, Koendhori, E.B, Kusumaningrum, D. (eds). 2013. Tuberkulosis Diagnostik


Mikrobiologis, Surabaya : Airlangga University Press.

R.I, Kemkes. 2016. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran TataLaksana Tuberkulosis,


Jakarta: Ditjen P2PL

R.I, Kemkes. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.Jakarta: Ditjen P2PL

NANDA NIC-NOC, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis

Zamni, W.O. 2018. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn”H” dengan Penyakit Tuberkulosis
Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kalisusu Tahun 2018.http://repository.poltekkes-
kdi.ac.id.pdf.Diakses pada tanggal 9 Februari 2020.

Anda mungkin juga menyukai