Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa I

Dosen : Lucia Ariyanti,S.Kep., Ners, MH.Kes.

Disusun Oleh :

Iis Intan Lestari

1116007

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG

TAHUN AKADEMIK 2017


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya kepada saya sehingga bisa menyelesaikan penyusunan makalah dengan
judul “Asuhan Keperawatan Klien dengan Masalah Psikososial”.

Makalah ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih kepada segenap
pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.

Diluar itu, saya sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat
maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , saya selaku penyusun
menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah
khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.

Bandung, 19 Maret 2018

Penyusun

Iis Intan Lestari

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................….……i

Daftar Isi...................................................................................................................……….ii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………...….1


1.2 Rumus Permasalahan………………………………………………………………..2
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………….....2.

Bab II Pembahasan

2.1 Pengertian Psikosial………………………………………………………………...3

2.2 Ruang lingkup Psikososial………………………………………………………….3

2.3 Macam Macam Psikososial………………………………………………………....3

2.4 Contoh Asuhan Keperawatan Klien dengan Masalah Psikososia…………………11

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan………………………………………..………………………………16

Daftar Pustaka………...…………………………………………………………………..17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system


terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan
keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat.
Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan
diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk mencapai kepuasana dalam
kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif (Mirzal Tawi, 2008).
Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat
psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik. masalah kejiwaan dan
kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat terjadinya
perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat menimbulkan
gangguan jiwa (Depkes, 2011).
Contoh masalah psikososial antara lain: psikotik gelandangan dan pemasungan,
penderita gangguan jiwa, masalah anak: anak jalanan dan penganiayaan anak, masalah anak
remaja: tawuran dan kenakalan, penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, masalah
seksual: penyimpangan seksual, pelecehan seksual dan eksploitasi seksual, tindak
kekerasan sosial, stress pasca trauma, pengungsi/ migrasi, masalah usia lanjut yang
terisolir, masalah kesehatan kerja: kesehatan jiwa di tempat kerja, penurunan produktifitas
dan stres di tempat kerja, dan lain-lain: HIV/AIDS (Depkes, 2011).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan psikosial ?
2. Apa saja ruang lingkup dari psikososial ?
3. Apa saja macam macam psikososial ?
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan klien dengan masalah psikosial ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian psikososial
2. Untuk mengetahui ruang lingkup psikososial
3. Untuk mengetahui macam macam psikososial
4. Untuk memahami asuhan keperawatan psikososial

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Psikososial
Psikososial adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara
kondisi sosial seseorang dengan kesehatan mental/emosionalnya. Dari katanya, istilah
psikososial melibatkan aspek psikologis dan sosial. Psikososial adalah suatu kondisi
yang terjadi pada individu yang mencakup aspek psikis dan sosial, yang saling
berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Contohnya, hubungan antara ketakutan
yang dimiliki seseorang (psikologis) terhadap bagaimana cara ia berinteraksi dengan
orang lain di lingkungan sosialnya. Seseorang yang sehat mentalnya akan bereaksi
dengan cara yang positif dalam banyak situasi. Berbeda dengan orang yang tidak stabil
mentalnya, ia akan bereaksi negatif terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam hidup.

2.2 Ruang Lingkup Psikososial


Berdasarkan pengertian psikologi sosial di atas, maka Shaw & Constanzo membagi
ruang lingkup Psikologi Sosial dalam 3 wilayah studi, yaitu:

1. Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya: studi tentang
persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat).
2. Studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial,
perilaku meniru (imitasi), dan lainnya.
3. Studi tentang interaksi kelompok, misalnya kepemimpinan, komunikasi hubungan
kekuasaan, kerjasama, persaingan, dan konflik.
2.3 Macam Macam Psikososial

1. Kecemasan

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas yang berkaitan dengan


perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang
spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal.
Ansietas berbeda dengan rasa takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap

3
sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut
yang penyebabnya tidak diketahui. (Stuart, 2007).

Gejala-gejala kecemasan menurut (Nurarif & Kusuma,2013) yaitu :

1) Gejala perilaku dari kecemasan yaitu : penurunan produktivitas, gerakan yang


ireleven, gelisah, melihat sepintas, insomnia, kontak mata yang buruk, mengekspresikan
kekawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup, agitasi, mengintai dan tampak
waspada.

2) Gejala afektif dari kecemasan yaitu : gelisah, distres, kesedihan yang mendalam,
ketakutan, perasaan tidak adekuat, berfokus pada diri sendiri, peningkatan
kewaspadaan, iritabilitas, gugup senang berlebihan, rasa nyeri yang meningkatkan
ketidakberdayaan, peningkatan rasa ketidakberdayaan yang persisten, bingung,
menyesal, ragu/tidak percaya diri dan khawatir.
Tingkat cemas menurut (Stuart, 2007) adalah sebagai berikut :

1) Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari;


ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang
persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan
serta kreativitas.

2) Ansietas sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi individu.
Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat
berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.

3) Ansietas berat sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung


berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain.
Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut
memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

4) Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Hal
yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu

4
yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik
mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik,

2. Ketidakberdayaan

Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan


memengaruhi hasil secara bermakna, kurang pengendalian yang dirasakan terhadap
situasi terakhir atau yang baru saja terjadi. Pada ketidakberdayaan, pasien mungkin
mengetahui solusi terhadap masalahnya, tetapi percaya bahwa hal tersebut diluar
kendalinya untuk mencapai solusi tersebut (Wilkinson, 2007).

Tindakan keperawatan menurut (Nurarif & Kusuma, 2013) :


Self-eficacy enhancement :
a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menimbulkan
ketidakberdayaan
b. Diskusikan dengan pasien tentang pilihan yang realistis dalam perawatan
c. libatkan pasien dalam pengambilan keputusan tentang perawatan
d. Jelaskan alasan setiap perubahan perencanaan terhadap pasien
e. Dukung pengambilan keputusan
f. Kaji kemampuan untuk pengambilan keputusan
g. Beri penjelasan kepada pasien tentang proses penyaki

3. Keputuasaan

Keputusasaan adalah keadaan emosional subjektif yang berkepanjangan ketika


individu tidak menemukan alternatif atau pilihan pribadi untuk memecahkan masalah
yang dihadapi atau mencapai hal yang diinginkan dan tidak dapat mengerahkan energi
demi kepentingannya sendiri untuk menetapkan tujuan. Keputuasaan berbeda dari
ketidakberdayaan, yakni ketika seseorang yang putus asa tidak menemukan solusi atas
permasalahannya atau cara untuk mencapai hal yang diinginkan, sekalipun ia
memegang kendali atas kehidupannya. Seseorang yang tidak berdaya mampu melihat
alternatif atau jawaban atas permasalahannya (Carpenito-Moyet, 2013).

5
Faktor yang berhubungan dengan keputusasaan menurut Nanda (2012) yaitu :

a. Diasingkan
b. Penurunan kondisi fisiologis
c. Stres jangka panjang
d. Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual
e. Kehilangan kepercayaan pada nilai penting
f. Pembatasan aktivitas jangka panjang
g. Isolasi sosial

Tindakan keperawatan menurut Carpenito-Moyet (2013) yaitu :

1. Tunjukkan empati untuk mendorong klien menyampaikan keraguan,


ketakutan dan kekhawatirannya
2. Tentukan adanya risiko bunuh diri
3. Dorong klien untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapan
menjadi hal yang penting dalam kehidupannya
4. Dorong klien mengungkapkan bagaimana harapan menjadi sesuatu yang
tidak pasti dan harapannya yang tidak terwujud
5. Ajarkan cara mengatasi aspek-aspek keputusasaan dengan memisahkannya
dari aspek-aspek harapan
6. Kaji dan mengerahkan sumber daya dalam diri individu (otonomi,
kemandirian, rasionalitas, pemikiran kognitif, fleksibilitas, spiritualitas)
7. Bantu klien mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misalnya hubungan
antar-sesama, keyakinan, hal-hal yang ingin dicapai)
8. Ciptakan lingkungan yang mendukung ekspresi spiritual
9. Bantu klien mengembangkan tujuan jangka panjang dan jangka pendek yang
realistis (berkembang dari tujuan yang sederhana ke tujuan yang lebih
kompleks, dapat menggunakan “poster tujuan” untuk mengindikasikan jenis
dan waktu untuk mencapai tujuan yang spesifik).

6
10. Ajari klien cara mengantisipasi pengalaman yang menyenangkan (misalnya
berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat)
11. Kaji dan mengerahkan sumber daya di luar diri individu (orang terdekat, tim
layanan kesehatan, kelompok pendukung, Tuhan atau kekuatan yang lebih
tinggi)
12. Bantu klien menyadari bahwa ia dicintai, disayangi dan merupakan sosok
penting dalam kehidupan orang lain, terlepas dari kondisi kesehatannya yang
menurun
13. Dorong klien untuk menceritakan kekhawatirannya pada orang lain yang
pernah mempunyai masalah atau penyakit yang sama dan telah memiliki
pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang
efektif
4. Gangguan Citra Tubuh
Gangguan citra tubuh adalah perubahan presepsi tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk struktur, fungsi keterbatasan, makna dan
obyek yang sering kontak dengan tubuh (Yusuf, 2015).
Gangguan citra tubuh adalah kekacauan pada cara seseorang merasakan citra
tubuhnya. Evaluasi diri dan perasaan tentang kemampuan diri negatif, yang dapat
diekspresikan secara langsung atau tidak langsung.
Suatu gangguan citra tubuh dapat diketahui perawat dengan mewawancarai
dan mengamati pasien secara berhati-hati untuk mengidentifikasi bentuk ancaman
dalam citra tubuhnya (fungsi signifikan bagian yang terlibat, pentingnya penglihatan
dan penampilan fisik bagian yang terlibat); arti kedekatan pasien terhadap anggota
keluarga dan anggota penting lainnya dapat membantu pasien dan keluarganya
(Kozier, 2004).

A. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Citra Tubuh


Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik.
Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan
mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan

7
aspek lainnya dari konsep diri. Selain itu, sikap dan nilai kultural dan sosial juga
mempengaruhi citra tubuh. Pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan
fisik dan oleh persepsi dan pandangan orang lain. Cara individu memandang dirinya
mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang
realistik terhadap dirinya, menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan
membuatnya lebih merasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan
meningkatkan harga diri. Proses tumbuh kembang fisik dan kognitif perubahan
perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek
penampakan yang lebih besar pada tubuh bila dibandingkan dengan aspek lain dari
konsep diri.
B. Tanda dan Gejala:
1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.
2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi.
3. Menolak penjelasan perubahan tubuh.
4. Persepsi negatif pada tubuh.
5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang.
6. Mengungkapkan keputusaaan.
7. Mengungkapkan ketakutan.
C. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
Masalah keperawatan yang mungkin timbul (Fitria dkk, 2013):
1. Gangguan citra tubuh.
2. Koping individu tidak efektif.
3. Gangguan identitas personal.
4. Keputusasaan/ketidakberdayaan.
5. Harga diri rendah situaional.

8
5. Gangguan Harga Diri
Gangguan harga diri adalah perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,
hilang kepercayaan diri, serta merasa gagal mencapai keinginan sebagai respon
terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang sebelumnya
mempunyai evaluasi diri positif. Misalnya, seseorang yang mengalami kecelakaan,
cerai, putus sekolah, perasaan malu karena sesuatu, dsb. Harga diri rendasituasional
bila tidak diatasi dapat menyebabkan harga diri rendah kronis (Fitria dkk, 2013).

a. Faktor-faktor penyebabnya yaitu :


1. Faktor predisposisi
a. Faktor yang memengaruhi harga diri diantaranya adalah penolakan orang
tua, harapan orang tua yang tidak realistis, ketergantungan pada orang lain
dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang memengaruhi performa peran adalah steriotif peran gender,
tuntutan peran kerja, nilai-nilai budaya yang tidak dapat diikuti oleh
individu.
c. Faktor yang memengaruhi identitas pribadi adalah ketidakpercayaan orang
tua, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial.
2. Faktor Presipitasi
a. Trauma, seperti mengalami hal yang tidak menyenangkan atau
menyaksikan peristiwa yang mengancm kehidupan.
b. Ketegangan peran, individu mengalami frustasi ketika dihadapkan
dengan situasi yang berhubungan dengan peran atau posisi.
b. Tanda dan Gejala
- Perasaan malu terhadap diri sendiri, misalnya karena perubahan fisik yang
disebabkan oleh penyakit.
- Rasa bersalah terhadap diri sendiri, menyalahkan, mengkritik, mengejek diri
sendiri.
- Merendahkan martabat diri sendiri.
- Gangguan hubungan social.

9
10
2.4 Contoh Asuhan Keperawatan Klien dengan Masalah Psikososial
A. Pengkajian
1. Faktor predisposisi

Menurut Stuart dan Laraia (1998) terdapat beberapa teori yang dapat
menjelaskan ansietas, di antaranya sebagai berikut :

a. Faktor biologis
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini
membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama
dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya
dengan endorpin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan
selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
2. Faktor psikologis
a) Pandangan psikoanalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian- id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls
primitive, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas
adalah mengingkatkan ego bahwa ada bahaya.
b) Pandangan interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan
penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma,
seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan spesifik.

11
c) Pandangan perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala seseuatu yang menggangu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku
mengganggap sebagai dorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk
menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini
dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam
kehidupan selanjutnya.
d) Sosial budaya
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang
tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
Faktor ekonomi berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
3. Faktor prepistasi
Faktor prepistasi dibedakan menjadi berikut :
a) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan dating menurunnya kapisaitas untuk melakukan aktivitas hidup
sehari-hari.
b) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat menbahayakan identitas, harga
diri, dan fungsi social yang terintegrasi seseorang.
4. Sumber koping
Individu mengatasi ansietas dengan menggerakkan sumber koping di lingkungan.
5. Mekanisme koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping yaitu
sebagai berikut :
a) Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari da berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realistic tuntutan situasi stress,
misalnya perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan. Menarik diri untuk memindahkan dari sumber stress.
Kompromi untuk mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.

12
b) Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang
tetapi, belangsung tidak sadr, melibatkan penipuan diri, distorsi realitas, dan
bersifat maladaptive.
B. Diagnosis
Ansietas
C. Rencana Intervensi
Tindakan keperawatan untuk pasien
1. Tujuan
a. Pasien mampu mengenal ansietas
b. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi
c. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk
d. mengatasi ansietas
2. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar
pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang harus
dilakukan dalam membina hubungan saling percaya adalah sebagai berikut :
- Mengucapkan salam terapeutik
- Berjabat tangan
- Menjelaskan tujuan interaksi
- Membuat kontra topic, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien
b. Bantu pasien mengenal ansietas
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan
- Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas
- Bantu pasien mengenal penyebab ansietas
- Bantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas

13
c. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan control dan rasa percaya
diri
- pengalihan situasi
- Latihan ralaksasi dengan tarik napas dalam, mengerutkan, dan
mengendurkan oot-otot
- Hipnotis diri sendiri ( latihan lima jari)
- Motivasi pasien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas muncul
3. Tindakan keperawatan untuk keluarga
a. Tujuan
a) Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota keluargannya
b) Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah ansietas
c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas
d) Keluarga mampu mempraktikkan cara merawat pasien dengan ansietas
e) Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami ansietas
b. Tindakan keperawatan
a) Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
b) Diskusikan tentang proses terjadinya ansietas serta tanda dan gejala
c) Diskusikan tentang penyebab dan akibat dari ansietas
d) Diskusikan cara merawat pasien dengan ansietas dengan cara
mengajarkan teknik relaksasi :
- Mengalihkan situasi
- Latihan relaksasi dengan napas dalam, menerutkan, dan mengendurkan
otot
- Menghipnotis diri sendiri (latihan lima jari).
-

14
D. Evaluasi
1. Menyebutkan penyebab ansietas
2. Menyebutkan situasi yang menyertai ansietas
3. Menyebutkan perilaku terkait ansietas
4. Melakukan teknik pengalihan situasi, yaitu tarik napas dalam, relaksasi otot dan
teknik lima jari
5. Keluarga menyebutkan pengertian ansietas
6. Keluraga menyebutkan tanda dan gejala ansietas
7. Keluarga mengajarkan ke pasien teknik pengalihan situasi, tarik napas dalam,
relaksasi otot dan teknik lima jari

15
BAB III
PENUTUP
   3.1 Kesimpulan
Psikologi sosial sebagai ilmu yang merupakan cabang ilmu pengetahuan psikologi
pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam
hubungannya dengan situasi-situasi sosial, seperti situasi kelompok,situasi massa dan
sebagainya termasuk di dalamnya interaksi antara orang dan hasil kebudayanya.
Berdasarkan pengertian psikologi sosial di atas, maka Shaw & Constanzo membagi
ruang lingkup Psikologi Sosial dalam 3 wilayah studi, yaitu:
1. Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya: studi tentang
persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat).
2. Studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial,
perilaku meniru (imitasi), dan lainnya.
3. Studi tentang interaksi kelompok, misalnya kepemimpinan, komunikasi hubungan
kekuasaan, kerjasama, persaingan, dan konflik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans Info
Media.
Fitria, N. dkk. 2013. Laporan Pendahuluam tentang Masalah Psikososial. Jakarta: Salemba
Medika.
Ah,Yusuf.2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta : Salemba Medika

17

Anda mungkin juga menyukai