Oleh:
Home visite adalah suatu kegiatan kunjungan rumah dimana petugas yang
informasi dari keluarga kemudian memvalidasi data yang telah dicapai. Selain itu
Kunjungan rumah atau home visit pada keluarga klien yang sedang
dirawat atau yang pernah dirawat di RS Dr. Ernaldi Bahar Palembang merupakan
NIM : 04064881618044
Muhammad Aguscik beralamatkan di Jln. Kamboja Lrg. Sehat No. 1414 Rt.22.
Rw. 08 Kelurahan Ilir Timur III. Kecamatan ilir timur. Kunjungan rumah akan
dilakukan pada tanggal 14 Juli 2017 yang sebelumnya sudah melakukan kontrak
dengan keluarga.
A. IDENTITAS
1. KLIEN
Nama : Tn. A
Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Status : Kawin . Tgl MRS : 26 Juni 2017
Alamat : Jln. Kamboja Lrg. Sehat No. 1414 Rt.22. Rw. 08
Kelurahan Ilir Timur III. Kecamatan ilir timur I
2. Penanggung Jawab
Nama : Bp.R
Umur : 60 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Status : Kawin
Hubungan : Ayah
Alamat : Jln. Kamboja Lrg. Sehat No. 1414 Rt.22. Rw. 08
Kelurahan Ilir Timur III. Kecamatan ilir timur I
B. KONDISI KLIEN
Kondisi Klien sekarang yaitu Klien sudah tidak mendengar suara
bisikan lagi, tidak sering melamun dan sudah tidak berbicara sendiri lagi.
Klien Sudah Nampak kooperatif dan berbicaranya sudah terarah. Klien
sudah mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman dan
lingkungan sekitarnya.
C. TUJUAN KUNJUNGAN
1. Tujuan Umum
Keluarga dapat berpasrtisipasi dalam memberikan perawatan yang
sesuai dengan kondisi klien dan keluarga dapat menjadi sistem
pendukung yang efektif untuk klien.
2. Tujuan Khusus
1. Memberikan informasi kepada keluarga tentang perkembangan
klien di RS
2. Mangklarifikasi dan melengkapi data yang diperoleh dari klien dan
data sekunder (dokumen medik) tentang :
a. alasan klien masuk RS
b. Faktor penyebab dan Faktor pencetus
c. Genogram
d. Psikososial dan Lingkungan
e. Persepsi keluarga tentang penyakit klien
f. Dukungan dalam keluarga
3. Mendapatkan informasi langsung dari keluarga
4. Melakukan implementasi diagnose keperawatan yang terkait
dengan diagnosa keperawatan dan tugas kesehatan keluarga.
5. Melakukan pendidikan kesehatan sesuai dengan masalah klien
6. Memotivasi keluarga untuk berpartisipasi merawat klien
7. Mengobservasi lingkungan rumah.
8. Keluarga dapat membantu klien menggunakan obat dengan benar.
2. Fase Kerja
Baiklah, kita mulai saja sekarang. Bisakah bapak ceritakan alasan Tn.
A dibawa ke RS Ernaldi Bahar? perilaku apa yang dilakukan Tn.
A terakhir sehingga anak bapak dibawa ke RS Ernaldi Bahar? Bisa bapak
ceritakan tentang Tn. A sehari harinya dalam berinteraksi dengan orang
lain?
Apakah bapak memiliki gangguan seperti kelemahan fisik,
ketidakberdayaan, keputusasaan, hayalan, ngomong sendri, percaya diri
yang kurang, dan apakah Tn. A pernah mendapatkan hinaan atau kritikan
dari keluarga atau orang lain. Apakah Tn.A sebelumnya pernah mengalami
kehilangan seseorang yang di cintai atau pekerjaan? Apa saja yang dapat
keluarga lakukan jika Tn.A mangalami gangguan/kambuh? Bagaimana
cara bapak merawat anak bapak? Sejauh mana keluarga mempersiapkan
lingkungan dalam perawatan dirumah? Dan jika keluarga tidak mampu
merawat, apakah keluarga meminta bantuan/mambawa kemana?
Baiklah pak bila Tn. A di rumah apakah ada masalah dalam merawat anak
bapak?.
Sebelumnya apakah bapak mengetahui apa itu persepsi sensori
halusinasi? Baiklah saya jelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala
serta proses terjadinya perilaku kekerasan.
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang
dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren:
persepsi palsu. Sekarang akan saya jelaskan tentang tanda dan gejala yang
dialami Tn.A yaitu: Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri,
sering didapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah
tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau
menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang
menikmati sesuatu
Nah..sekarang saya akan menjelaskan bagaimana merawat seseorang
dengan persepsi sensori halusinasi (penjelasan dari lefleat) yaitu pertama
bapak harus mengetahui penyebab yang mungkin membuat anak bapak
berbicara sendiri, agar bapak bisa menasehatinya. Yang kedua yaitu
mencegah halusinasi secara fisik yaitu dengan mengajarkan Tn.A menutup
telinga ketika Tn.A berhalusinasi. Yang ketiga yaitu ajarkan Tn.A supaya
bercakap-cakap dengan orang lain. Yang keempat yaitu ajarkan cara
melakukan aktivitas harian di rumah seperti mencuci piring, nyapu rumah,
ngepel dan lain-lain. Dan yang terakhir yaitu dengan patuh minum obat
karena bila anak bapak tidak minum obat maka tidak bisa mengontrol
halusinasinya dan bisa kambuh kembali. Baiklah pak, apakah bapak ada
pertanyaan? (memberikan lefleat kepada keluarga mengenai semua
masalah yang terjadi pada klien). Saat ini keadaan anak bapak yaitu Tn.A
sudah tidak pernah melakukan berbicara sendiri atau melamun karena
sudah kami ajarkan dalam terapi aktivitas kelompok yaitu mencegah
halusinasi dan saya sudah mengevaluasinya. anak bapak juga sekarang
sudah mampu berinteraksi dengan kami selama di rumah sakit. Kemudian
sering berkumpul kumpul dengan temanya.
Saya rasa sudah cukup penjelasan yang saya berikan tadi, waktu yang
telah kita sepakati juga sudah habis. sekarang saya harus pamit pulang.
Selamat siang pak....
3. Terminasi
a. Evaluasi respon subjectif terhadap kunjungan rumah
Bagaimana perasaan bapak sekarang setelah diberi penjelasan tentang
pengertian, tanda dan gejala, kemudian penyebab terjadinya
halusinasi? dan bagaimana perasaan bapak jika perawat melakukan
kunjungan rumah?
b. Evaluasi respon objektif keluarga dalam memberikan asuhan
keperawatan klien.
Setelah saya jelaskan tadi, apakah bapak sudah memahami/mengerti
tentang apa itu halusinasi, tanda dan gejalanya, dan bagaimana proses
terjadinya. Selain itu bagaimana merawat klien ? Coba sekarang bapak
jelaskan secara singkat pada saya apa yang sudah saya jelaskan.
c. Rencana Tindak Lanjut
Bapak, disini peran bapak sebagai saudara sangat berpengaruh bagi
kesehatan Tn.A dimana kita harus bisa menjauhkan hal-hal yang buat
membuat Tn.A melamun dan bicara sendiri.
d. Terminasi Akhir
Bapak, seandainya masih kurang jelas dengan informasi yang telah
saya berikan tadi, bapak bisa datang ke RS Ernaldi Bahar untuk
mendapatkan penjelasan lebih lanjut saya mengadakan kunjungan
rumah ini satu kali, mudah-mudahan bapak dapat menerapkan semua
yang telah kita diskusikan, terimakasih atas waktunya saya permisi
Selamat siang
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERAN KELUARGA MERAWAT PASIEN DENGAN HALUSINASI
I. Topik
Pokok Bahasan : Halusinasi
Sasaran : Keluarga
Waktu : 30 menit
Hari/ Tanggal : jumat, 14 juli 2017
Tempat : Rumah Klien Tn. R
II. Tujuan
a. Tujuan Umum
Memberikan Informasi secara umum mengenai Halusinasi agar
keluarga dapat merawat klien di rumah dengan baik
b. Tujuan Khusus
Menjelaskan pengertian Halusinasi
Menjelaskan penyebab Halusinasi
Menjelaskan tanda dan gejala Halusinasi
Menjelaskan cara mengontrol Halusinasi
Menjelaskan cara merawat pasien dengan Halusinasi
IV. Media
Leafleat
V. Pelaksanaan Kegiatan
Evaluasi
1. Meminta keluarga menyebutan kembali mengenai Halusinasi
2. Meminta keluarga untuk mencoba mempraktekkan langsung cara
merawat pasien Halusinasi
LANDASAN TEORI
A. Masalah Utama
Halusinasi Pendengaran
B. Proses terjadinya Masalah
1. Pengertian Halusinasi
2. Penyebab Halusinasi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami.
Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan
otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi
pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan
perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter
yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor
dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan
anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu
sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi
realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang
hidup klien.
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi
realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,
kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai
stress.
b. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan
tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap
stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan
kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan
halusinasi adalah:
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untuk diinterpretasikan.
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi
terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor.