Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL

HOME VISITE (Kunjungan Rumah)

PROGAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI STASE


KEPERAWATAN JIWA

Oleh:

Denny Yoand Afrizan., S.Kep


04064881618044

POGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSTAS SRIWIJAYA
2017
PRE PLANNING

Home visite adalah suatu kegiatan kunjungan rumah dimana petugas yang

ditugaskan akan mengunjungi rumah klien dengan tujuan untuk mendapatkan

informasi dari keluarga kemudian memvalidasi data yang telah dicapai. Selain itu

memberikan informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan perawatan keluarga

pada klien khususnya perawatan di rumah.

Kunjungan rumah atau home visit pada keluarga klien yang sedang

dirawat atau yang pernah dirawat di RS Dr. Ernaldi Bahar Palembang merupakan

salah satu bentuk tindakan keperawatan yang bertujuan untuk memberdayakan

keluarga sehingga keluarga dapat melakukan perawatan di rumah.

Adapun kegiatan kunjungan rumah ini berdasarkan surat izin yang

dikeluarkan oleh kepala RS Dr. Ernaldi Bahar Palembang. Adapun kegiatan

kunjungan ini saya :

Nama : Denny Yoand Afrizan., S.Kep

NIM : 04064881618044

Program : Profesi Ners

Institusi : Program Studi Ilmu Keperawatan FK Unsri

Akan mengadakan kunjungan rumah pada keluarga klien yang bernama

Muhammad Aguscik beralamatkan di Jln. Kamboja Lrg. Sehat No. 1414 Rt.22.

Rw. 08 Kelurahan Ilir Timur III. Kecamatan ilir timur. Kunjungan rumah akan

dilakukan pada tanggal 14 Juli 2017 yang sebelumnya sudah melakukan kontrak

dengan keluarga.

Setelah dilakukan kunjungan rumah, diharapkan keluarga memahami


penjelasan yang diberikan oleh perawat klien dirumah.
PROPOSAL HOME VISITE

A. IDENTITAS
1. KLIEN
Nama : Tn. A
Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Status : Kawin . Tgl MRS : 26 Juni 2017
Alamat : Jln. Kamboja Lrg. Sehat No. 1414 Rt.22. Rw. 08
Kelurahan Ilir Timur III. Kecamatan ilir timur I

2. Penanggung Jawab
Nama : Bp.R
Umur : 60 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Status : Kawin
Hubungan : Ayah
Alamat : Jln. Kamboja Lrg. Sehat No. 1414 Rt.22. Rw. 08
Kelurahan Ilir Timur III. Kecamatan ilir timur I

B. KONDISI KLIEN
Kondisi Klien sekarang yaitu Klien sudah tidak mendengar suara
bisikan lagi, tidak sering melamun dan sudah tidak berbicara sendiri lagi.
Klien Sudah Nampak kooperatif dan berbicaranya sudah terarah. Klien
sudah mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman dan
lingkungan sekitarnya.
C. TUJUAN KUNJUNGAN
1. Tujuan Umum
Keluarga dapat berpasrtisipasi dalam memberikan perawatan yang
sesuai dengan kondisi klien dan keluarga dapat menjadi sistem
pendukung yang efektif untuk klien.
2. Tujuan Khusus
1. Memberikan informasi kepada keluarga tentang perkembangan
klien di RS
2. Mangklarifikasi dan melengkapi data yang diperoleh dari klien dan
data sekunder (dokumen medik) tentang :
a. alasan klien masuk RS
b. Faktor penyebab dan Faktor pencetus
c. Genogram
d. Psikososial dan Lingkungan
e. Persepsi keluarga tentang penyakit klien
f. Dukungan dalam keluarga
3. Mendapatkan informasi langsung dari keluarga
4. Melakukan implementasi diagnose keperawatan yang terkait
dengan diagnosa keperawatan dan tugas kesehatan keluarga.
5. Melakukan pendidikan kesehatan sesuai dengan masalah klien
6. Memotivasi keluarga untuk berpartisipasi merawat klien
7. Mengobservasi lingkungan rumah.
8. Keluarga dapat membantu klien menggunakan obat dengan benar.

D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orientasi
a. Salam Terapetik
Assalamualaikum pak. Pak perkenalkan nama saya Denny Yoand
Afrizan., S.Kep, bapak bisa panggil saya Denny. Saya mahasiwa
dari PSIK FK UNSRI pak, saya yang merawat Tn. A selama Tn. A
dirawat di RS dari tanggal 26 juni hingga sekarang. Tujuan saya
kesini yaitu untuk membantu keluarga dalam merawat klien saat di
rumah. Bagaimana pak ? Apakah bapak bersedia?
b. Validasi dan Evaluasi
Selain bapak siapa saja yang tinggal di rumah ini? Apakah bapak
mengetahui perubahan yang terjadi pada anak bapak selama di
rawat di Rumah sakit, Bagaimana pandangan bapak tentang
keadaan yang di alami anak bapak saat ini? .
c. Kontrak
Baiklah pak, sesuai dengan tugas yang diberikan dari Institusi
baik Pendidikan maupun Rumah Sakit Ernaldi Bahar saya akan
menjelaskan tentang masalah yang terjadi pada Tn. A, yaitu
mengenai persepsi sensori halusinasi. Saya akan menjelaskannya
sekarang, di ruangan ini tidak lama kurang lebih 30 menit saja.

2. Fase Kerja
Baiklah, kita mulai saja sekarang. Bisakah bapak ceritakan alasan Tn.
A dibawa ke RS Ernaldi Bahar? perilaku apa yang dilakukan Tn.
A terakhir sehingga anak bapak dibawa ke RS Ernaldi Bahar? Bisa bapak
ceritakan tentang Tn. A sehari harinya dalam berinteraksi dengan orang
lain?
Apakah bapak memiliki gangguan seperti kelemahan fisik,
ketidakberdayaan, keputusasaan, hayalan, ngomong sendri, percaya diri
yang kurang, dan apakah Tn. A pernah mendapatkan hinaan atau kritikan
dari keluarga atau orang lain. Apakah Tn.A sebelumnya pernah mengalami
kehilangan seseorang yang di cintai atau pekerjaan? Apa saja yang dapat
keluarga lakukan jika Tn.A mangalami gangguan/kambuh? Bagaimana
cara bapak merawat anak bapak? Sejauh mana keluarga mempersiapkan
lingkungan dalam perawatan dirumah? Dan jika keluarga tidak mampu
merawat, apakah keluarga meminta bantuan/mambawa kemana?
Baiklah pak bila Tn. A di rumah apakah ada masalah dalam merawat anak
bapak?.
Sebelumnya apakah bapak mengetahui apa itu persepsi sensori
halusinasi? Baiklah saya jelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala
serta proses terjadinya perilaku kekerasan.
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang
dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren:
persepsi palsu. Sekarang akan saya jelaskan tentang tanda dan gejala yang
dialami Tn.A yaitu: Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri,
sering didapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah
tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau
menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang
menikmati sesuatu
Nah..sekarang saya akan menjelaskan bagaimana merawat seseorang
dengan persepsi sensori halusinasi (penjelasan dari lefleat) yaitu pertama
bapak harus mengetahui penyebab yang mungkin membuat anak bapak
berbicara sendiri, agar bapak bisa menasehatinya. Yang kedua yaitu
mencegah halusinasi secara fisik yaitu dengan mengajarkan Tn.A menutup
telinga ketika Tn.A berhalusinasi. Yang ketiga yaitu ajarkan Tn.A supaya
bercakap-cakap dengan orang lain. Yang keempat yaitu ajarkan cara
melakukan aktivitas harian di rumah seperti mencuci piring, nyapu rumah,
ngepel dan lain-lain. Dan yang terakhir yaitu dengan patuh minum obat
karena bila anak bapak tidak minum obat maka tidak bisa mengontrol
halusinasinya dan bisa kambuh kembali. Baiklah pak, apakah bapak ada
pertanyaan? (memberikan lefleat kepada keluarga mengenai semua
masalah yang terjadi pada klien). Saat ini keadaan anak bapak yaitu Tn.A
sudah tidak pernah melakukan berbicara sendiri atau melamun karena
sudah kami ajarkan dalam terapi aktivitas kelompok yaitu mencegah
halusinasi dan saya sudah mengevaluasinya. anak bapak juga sekarang
sudah mampu berinteraksi dengan kami selama di rumah sakit. Kemudian
sering berkumpul kumpul dengan temanya.
Saya rasa sudah cukup penjelasan yang saya berikan tadi, waktu yang
telah kita sepakati juga sudah habis. sekarang saya harus pamit pulang.
Selamat siang pak....
3. Terminasi
a. Evaluasi respon subjectif terhadap kunjungan rumah
Bagaimana perasaan bapak sekarang setelah diberi penjelasan tentang
pengertian, tanda dan gejala, kemudian penyebab terjadinya
halusinasi? dan bagaimana perasaan bapak jika perawat melakukan
kunjungan rumah?
b. Evaluasi respon objektif keluarga dalam memberikan asuhan
keperawatan klien.
Setelah saya jelaskan tadi, apakah bapak sudah memahami/mengerti
tentang apa itu halusinasi, tanda dan gejalanya, dan bagaimana proses
terjadinya. Selain itu bagaimana merawat klien ? Coba sekarang bapak
jelaskan secara singkat pada saya apa yang sudah saya jelaskan.
c. Rencana Tindak Lanjut
Bapak, disini peran bapak sebagai saudara sangat berpengaruh bagi
kesehatan Tn.A dimana kita harus bisa menjauhkan hal-hal yang buat
membuat Tn.A melamun dan bicara sendiri.
d. Terminasi Akhir
Bapak, seandainya masih kurang jelas dengan informasi yang telah
saya berikan tadi, bapak bisa datang ke RS Ernaldi Bahar untuk
mendapatkan penjelasan lebih lanjut saya mengadakan kunjungan
rumah ini satu kali, mudah-mudahan bapak dapat menerapkan semua
yang telah kita diskusikan, terimakasih atas waktunya saya permisi
Selamat siang
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERAN KELUARGA MERAWAT PASIEN DENGAN HALUSINASI

I. Topik
Pokok Bahasan : Halusinasi
Sasaran : Keluarga
Waktu : 30 menit
Hari/ Tanggal : jumat, 14 juli 2017
Tempat : Rumah Klien Tn. R

II. Tujuan
a. Tujuan Umum
Memberikan Informasi secara umum mengenai Halusinasi agar
keluarga dapat merawat klien di rumah dengan baik
b. Tujuan Khusus
Menjelaskan pengertian Halusinasi
Menjelaskan penyebab Halusinasi
Menjelaskan tanda dan gejala Halusinasi
Menjelaskan cara mengontrol Halusinasi
Menjelaskan cara merawat pasien dengan Halusinasi

III. Metode Penyuluhan


Ceramah dan Tanya Jawab

IV. Media
Leafleat
V. Pelaksanaan Kegiatan

No Tahap Waktu Kegiatan penyuluh Kegiatan peserta Metoda


kegiatan

1. Pendahuluan 5 menit Memberi salam. Menjawab salam Ceramah


Memperkenalkan diri. Mendengarkan
Kontrak waktu. Menyetujui

2. Isi 15 menit Menjelaskan : Mendengarkan Ceramah


Pengertian Memperhatikan dan
Etiologi Menyimak Tanya
Tanda dan gejala jawab
Cara Merawat pasien
dengan Halusinasi

3 Penutup 10 menit Memberikan kesempatan Bertanya Ceramah


bertanya bagi yang belum Memperhatikan dan
jelas. jawaban Tanya
Menjawab pertanyaan. Menjawab salam jawab
Melakukan evaluasi
dengan beberapa
pertanyaan kepada peserta.
Menyimpulkan hasil
penyuluhan.
Mengucapkan salam.

Evaluasi
1. Meminta keluarga menyebutan kembali mengenai Halusinasi
2. Meminta keluarga untuk mencoba mempraktekkan langsung cara
merawat pasien Halusinasi
LANDASAN TEORI

A. Masalah Utama
Halusinasi Pendengaran
B. Proses terjadinya Masalah
1. Pengertian Halusinasi

Halusinasi pendengaran merupakan gangguan atau perubahan


persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa
stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005). Halusinasi adalah
kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai
halusinasi di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa halusinasi
pendengaran adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap
lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.

2. Penyebab Halusinasi

a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami.
Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan
otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi
pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan
perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter
yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor
dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan
anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu
sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi
realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang
hidup klien.
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi
realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,
kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai
stress.
b. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan
tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap
stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan
kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan
halusinasi adalah:
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untuk diinterpretasikan.
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi
terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor.

3. Tanda dan gejala :

Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan


duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum
atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain,
gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga
keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang
dilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis
berdasarkan halusinasi (Keliat, 2006) :
a. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis:
1) Menyeriangai / tertawa tidak sesuai
2) Menggerakkan bibir tanpa bicara
3) Gerakan mata cepat
4) Bicara lambat
5) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
b. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis:
1) Cemas
2) Konsentrasi menurun
3) Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
c. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis:
1) Cenderung mengikuti halusinasi
2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
3) Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
4) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti
petunjuk).
d. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis:
1) Pasien mengikuti halusinasi
2) Tidak mampu mengendalikan diri
3) Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
4) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

4. Akibat dari Halusinasi

Adanya gangguan persepsi sensori halusinasi dapat beresiko


mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, 2006). Menurut
Townsend, M.C suatu keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri
maupuan orang lain.
Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada
diri sendiri dan orang lain dapat menunjukkan perilaku :
a. Data subjektif :
1) Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam
2) Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir
b. Data objektif :
1) Wajah tegang, merah
2) Mondar-mandir
3) Mata melotot rahang mengatup
4) Tangan mengepal
5) Keluar keringat banyak
6) Mata merah

5. Peran Keluarga Dalam Penanganan Halusinasi


a) Mencegah terjadinya Halusinasi :

1) Diskusikan masalah yang dirasakn keluarga dalam merawat Klien


2) Jelaskan pengertian tanda dan gejala, dan jenis halusinasi yang
dialami Klien serta proses terjadinya
3) Jelaskan dan latih cara-cara merawat Klien halusinasi
4) Latih keluarga melakukan cara merawat Klien halusinasi secara
langsung
5) Discharge planning : jadwal aktivitas dan minum obat
b) Mengontrol Halusinasi dengan mengajarkan klien :
1) Menghardik Halusinasi
2) Bercakap-cakap dengan orang lain
3) Melakukan aktivitas harian terjadwal
4) Mendampingi klien dalam minum obat secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.


Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya:Airlangga
University Press.
Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan
Keluarga, Edisi I. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Stuart, G.W & lararia. 2001. Buku Saku Keperawatan Jiwa(Terjemahan). Edisi 3,
EGC, Jakarta.
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan
Jiwa(Terjemahan). Jakarta: EGC.
Townsend, M.C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan
Psikiatri (terjemahan), Edisi 3. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai