Anda di halaman 1dari 12

Nama LAPORAN

dokumen KUNJUNGAN RUMAH


PEND JIWA
No. kode /IV/UKM/7/2016
dokumen
No. terbit 01
BLUD UPT No. revisi 00
Puskesmas Tanggal 1 JULI 2016
Dadirejo
berlaku
Halaman Halaman2dari 6

PRE PLANNING HOME VISIT


PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI

A. Latar Belakang
Dalam rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan

kesehatan jiwa di BLUD UPT PUSKESMAS Dadirejo, salah satu aspek

penting yang menjadi perhatian dalam rangka upaya rehabilitasi dan spiritual

yaitu peran serta keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam pelayanan

kesehatan gangguan jiwa pada pasien yang dilakukan perawatan atau rawat

inap.
Peningkatan peran keluarga pada pelayanan terapi rehabilitasi klien

gangguan jiwa dapat ditingkatkan oleh petugas kesehatan yang bersangkutan

salah satunya melalui home visit. Home Visite atau kunjungan rumah

berarti mengunjungi tempat tinggal klien dan bertemu dengan keluarga untuk

mendapatkan berbagai informasi penting yang diperlukan dalam rangka


membantu klien dalam proses terapi maupun untuk melakukan pendidikan

kesehatan terkait dengan kebutuhan pasien selama dirawat.


Peran dan partisipasi keluarga dalam proses terapi merupakan alat

yang sangat penting dalam membantu proses kesembuhan pasien, karena

rumah sakit jiwa sebagai tempat pelayanan kesehatan jiwa tidak berarti

menjadi pelayanan utama seumur hidup, tetapi rumah sakit hanya merupakan

fasilitas yang membawa klien dan keluarga mengembangkan kemampuan

dalam mencegah terjadinya masalah, menanggulangi berbagai masalah dan

mempersatukan keadaan adaptif.


Salah satu pasien yang saat ini menjadi kelolaan adalah Tn M

dengan diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori halusinasi yang

sudah memiliki riwayaty 4 kali di rawat di rumah sakit jiwa Magelang .

Pasien yang bersangkutan pada dasarnya kooperatif dan mendapatkan

dukungan yang baik dari keluarga, namun berdasarkan anamnesa yang

dilakukan oleh pengkaji ditemukan data bahwa klien masuk ke rumah sakit

jiwa saat ini dengan cara datang sendiri tanpa ditemani oleh keluarga dengan

alasan pada saat masuk rumah sakit jiwa klien sering marah-marah, mondar-

mandir, mendengarkan suara-suara yang menakuti atau kadang mengancam

klien dan respon klien dengan hal tersebut adalah berteriak-teriak. Dengan

alasan tersebut klien takut akan menjadi ancaman tersendiri bagi dirinya,

sehingga klien berinisiatif untuk datang ke rumah sakit jiwa Magelang .

Sebelumnya riwayat pengobatan yang pernah dijalani kurang efektif, karena

pernah drop out pengobatan selama 2 bulan dan telat melakukan kontrol.
Berdasarkan hal tersebut, maka kunjungan rumah merupakan

alternatif yang baik untuk dilakukan sebagai salah satu upaya membantu
proses perubahan respon maladaptif pasien menjadi respon yang adaptif, hal

ini menjadi alasan bahwa melalui kunjungan rumah akan didapatkan informasi

data fisik maupun non fisik klien dan keluarga yang dibutuhkan untuk proses

terapi di rumah sakit secara lebih lengkap dan sesuai dengan keadaan riil

pasien, selain itu juga dapat memberikan bantuan kepada klien dalam

pemberian motivasi dan informasi terhadap keluarga klien agar klien dapat

diterima keberadaannya dan diperlakukan sewajarnya baik di lingkungan

keluarga maupun di lingkungan masyarakat sekitarnya.


B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Keluarga mampu merawat pasien di rumah atau setelah

dipulangkan dari rumah sakit dan dapat menjadi sistem pendukung yang

efektif untuk pasien.


2. Tujuan Khusus
a. Memberikan informasi tentang perkembangan pasien kelolaan.
b. Melaksanakan pengkajian pengetahuan tentang cara merawat klien

dengan gangguan persepsi sensori Halusinasi.


c. Keluarga tahu tentang masalah keperawatan klien terkait dengan

gangguan persepsi sensori Halusinasi.


d. Keluarga mengetahui dan dapat mengoptimalkan enam fungsi

keluarga.
1) Keluarga dapat mengenal masalah pada klien dengan gangguan

persepsi sensori halusinasi.


2) Keluarga dapat mengambil keputusan untuk berperan aktif

merawat klien selama di rumah.


3) Keluarga dapat memodifikasi lingkungan rumah dalam merawat

klien.
4) Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
5) Keluarga dapat membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk

minum obat dan menjelaskan follow up pasien setelah pulang.


C. Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Senen , 08 Februari 2016
Jam : 10.00 wib - selesai
Tempat : Desa Bapangsari
Sasaran : Keluarga Pasien
D. Metode
1. Observasi
2. Wawancara
3. Diskusi
E. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Berikan informasi kepada keluarga tentang kondisi dan masalah

keperawatan yang dialami oleh klien saat ini kepada keluarga.


2. Diskusikan dengan keluarga tentang pentingnya peran aktif keluarga

dalam merawat pasien dengan gangguan persepsi sensori Halusinasi.


3. Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang masalah

keperawatan klien terkait dengan gangguan persepsi sensori Halusinasi.


4. Lakukan SP Keluarga dengan gangguan persepsi sensori Halusinasi.
a. Jelaskan tentang gangguan persepsi sensori halusinasi kepada

keluarga.
b. Jelaskan tentang cara merawat klien dengan gangguan persepsi sensori

halusinasi.
c. Berikan pendidikan kesehatan cara menentukan rencana tindak lanjut

dalam perawatan pasien.


d. Motivasi keluarga untuk memberikan follow up dalam perawatan

pasien selama di rumah.


F. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menyampaikan tujuan kunjungan rumah: keluarga dapat memahami

dan berperan aktif dalam merawat klien setelah pulang ke rumah

berdasarkan asuhan keperawatan


d. Evaluasi/Validasi
1) Kondisi klien saat di rumah
2) Perasaan dan sikap klien terhadap klien
3) Sikap masyarakt terhadap klien
4) Status sosial ekonomi keluarga
5) Apa yang dilakukan keluarga terhadap klien dengan gangguan jiwa

saat ini.
e. Membuat kontrak
Topik : memberikan pendidikan kesehatan mengenai masalah klien,

yaitu halusinasi dan cara perawatanannya.


Waktu : pukul 10.00 selesai
Tempat : rumah keluarga klien.
Tertera sebagaimana tersebut pada penjelasan sebelumnya.
2. Fase Kerja
a. Memberikan informasi kepada keluarga tentang kondisi dan masalah

keperawatan yang dialami oleh klien.


b. Mendiskusikan potensi keluarga untuk membantu klien dalam

mengatasi gangguan jiwanya, yaitu gangguan persepsi sensori

halusinasi.
c. Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang hal-hal

umum terkait pasien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi.


d. Melakukan SP Keluarga dengan gangguan persepsi sensori Halusinasi.
1) Menjelaskan tentang gangguan persepsi sensori halusinasi kepada

keluarga.
- Pengertian halusinasi
- Tanda dan gejala halusinasi
- Penyebab dan akibat dari halusinasi
2) Memberikan penjelasan tentang cara merawat klien dengan

gangguan persepsi sensori halusinasi.


- Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki oleh

pasien dan memotivasi memberikan pujian kepada pasien.


- Ajarkan keluarga cara mengamati perubahan perilaku pasien.
3) Memberikan pendidikan kesehatan cara menentukan rencana

tindak lanjut dalam perawatan pasien.


4) Memotivasi keluarga untuk memberikan follow up dalam

perawatan pasien selama di rumah..


3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Menanyakan perasaan keluarga setelah dikunjungi oleh mahasiswa dan

diberikan informasi terkait perkembangan pasien.


b. Evaluasi Obyektif
Keluarga dapat mengungkapkan kembali yang sudah disampaikan oleh

mahasiswa tentang halusinasi.


c. Rencana Tindak Lanjut
Kesepakatan keluarga terlibat dalam asuhan keperawatan klien di

rumah sakit dan rumah:


- Klien dapat diperlakukan seperti anggota keluarga yang sehat.
- Lingkungan rumah disesuaikan dengan kondisi klien.
- Mengingatkan kembali keluarga untuk memotivasi pasien dan

memberikan pujian realistik kepada pasien.


- Melibatkan pasien dalam setiap kegiatan, baik dalam lingkungan

rumah maupun masyarakat.


d. Kontrak Yang Akan Datang
Menganjurkan keluarga untuk mengunjungi rumah sakit pada hari

kerja dan melanjutkan konsultasi dengan dokter dan perawat yang

telah merawat pasien di ruang rawat inap.

LAPORAN HOME VISITE


PADA Tn M DENGAN HALUSINASI
DI DESA BAPANGSARI
A. Identitas Pasien

No. RM :-

Nama : Tn M

Tempat / tanggal lahir : Bapangsari 26 tahun

Suku : Jawa - Indonesia

Agama : Islam

Kedudukan dalam keluarga : Anak III dari IV bersaudara

Status perkawinan : perjaka

Pendidikan terakhir : SMP

Pekerjaan :-

Penanggung Jawab : Orang Tua

Diagnosa Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi

Berapa kali pernah dirawat : 4 kali di rawat di RSJ magelang

Alamat : bapangsari
B. Identitas Keluarga Pasien
Nama : Tn. K
Alamat : Bapangsari
Jumlah Anggota Keluarga : 5 orang
Istri : Ny. S
Anak : 3 orang
Secara umum digambarkan dalam genogram berikut ini:

Klien merupakan anak ke III dari IV bersaudara, berjenis kelamin pria . Klien

tinggal bersama dengan kedua orang tuanya dan satu orang kakak dan satu

orang adik
Sosial Ekonomi
Keluarga klien tinggal di rumah milik sendiri dengan keadaan

bangunan yang layak. Rumah berada di permukiman padat penduduk, dengan

dinding terbuat dari dinding bata, atap dari genteng tanah dan lantai dari

keramik semen dan beberapa ada yang terbuat dari keramik. Secara umum

keadaan rumah tampak bersih, meskipun rumah tidak terlalu luas, namun

secara penataan ruang terlihat rapi dengan dilengkapi oleh lemari, televisi,

meja dan sofa, serta beberapa alat rumah tangga yang lainnya.
Penanggung jawab dalam keluarga adalah ayah (orang tua) yang

saat ini bekerja sebagai Petani . dan kakak klien bekerja di bengkel sebagai

teknisi.
Dalam keluarga tidak ditemukan anggota keluarga yang sedang

menderita sakit kronis maupun menular lainnya. Ayah klien tampak sudah tua

(lansia) dengan produktivitas sehari-hari yang menurun, sehingga dalam

kegiatan terkadang lebih banyak menunggu pelanggan yang datang ke rumah

untuk membeli air bersih.


C. Penilaian Sikap Keluarga Terhadap Penerimaan Kembali Pasien Mental

Dari Rumah Sakit Jiwa


1. Riwayat Sakit
Keluarga menjelaskan bahwa klien pertama kali menunjukkan

gejala gangguan jiwa adalah ketika SMP, ditandai dengan klien sering

berdiam diri dan murung, sering merasa iri kepada kakaknya yang lebih

sukses dalam bekerja, sering merasa iri kepada tentangga, terkadang

marah-marah atau berbicara sendiri ketika ada di kamar tidur.


Selama proses dari pertama kali gejala muncul hingga saat ini,

klien berobat jalan di rumah sakit Jiwa Provinsi Magelang , telah

menjalani proses rawat inap sebanyak 4 kali dengan tanda dan gejala yang
tiba-tiba muncul. Riwayat pengobatan sebelumnya kurang efektif karena

klien sering tidak patuh terhadap obat, sehingga jadwal kontrolpun kadang

terlewat dari jadwal yang telah ditentukan.


Keluarga menerima klien apa adanya, dengan dukungan yang

sepenuhnya dan menyatakan namanya juga anak, apapun bentuknya

mesti diterima yang dinyatakan oleh ayah dari klien. Menurut ibu klien,

tetangga sudah tau tentang keadaan klien, sehingga mereka memaklumi

dengan keadaan yang ada terhadap klien, sehingga secara umum tetangga

tidak mengucilkan klien dalam pergaulan maupun sosialisasi masyarakat.


2. Permasalahan Penerimaan Terhadap Pasien
Orang tua klien mengatakan kadang merasa malu kepada

masyarakat karena biasanya anak saya sering keluyuran dan bicara

sendiri, kadang juga marah dengan teriak-teriak yang tidak jelas. Dalam

kaitannya hal tersebut, keluarga menyadari tentang kekurangan klien,

sehingga dalam pergaulan klien lebih banyak diharapkan di rumah agar

tidak terlalu mengganggu masyarkat sekitar.


Dalam hal pekerjaan klien memang belum memiliki pekerjaan

pasti, sehingga keluarga (ibu klien) hanya bisa mengikutsertakan klien

dalam kegiatan sehari-hari,


3. Dukungan Untuk Menerima Klien
Keluarga klien secara umum menerima klien dengan sepenuhnya,

dalam perlakuan diperlakukan sama dengan anggota keluarga yang lain,

dan terkadang timbul rasa iba dari anggota keluarga yang lain terkait

dengan gangguan jiwa yang dialami oleh klien.


D. Penilaian Disabilitas Pasien Mental Dalam Bidang Psikososial

No Tingkah Laku Sasaran 1 2 3 4 5


1 Tingkah laku yang berhubungan dengan kegiatan
kebutuhan sehari-hari (activity Daily Living):
- BAB 5
- BAK 5
- Waktu mandi 4
- Ganti pakaian 4
- Makan dan minum 5
- Menjaga kebersihan 5
- Menjaga keselamatan diri 5
- Kebutuhan istirahat tidur 3
Tingkah laku social:
- Hubungan dengan keluarga dekat 4
- Bergaul 4
2.
- Mematuhi tata tertib 4
- Sopan santun 4
- Menjaga kebersihan lingkungan 3
Tingkah laku okupasional:
- Tertarik pada kegiatan atau pekerjaan 3
- Mau melakukan kegiatan 3
- Aktif / rajin melakukan kegiatan 3
3.
- Produktif dalam kegiatan 3
- Terampil dalam melakukan kegiatan 3
- Menghargai hasil pekerjaan 3
- Mau menerima perintah/larangan/kritik 3
Keterangan:
1. bila sangat banyak tingkah laku yang mengganggu
2. bila banyak tingkah laku yang mengganggu
3. bila ada tingkah laku yang mengganggu
4. sama sekali tidak ada tingkah laku yang mengganggu
5. tidak ada tingkah laku yang mengganggu dan punya inisiatif

E. Kesulitan Yang Dihadapi Keluarga


Secara umum kesulitan yang dihadapi oleh keluarga dalam dalam hal

ekonomi untuk memenuhi kebutuhan klien dalam program pengobatan, hal ini

dirasakan oleh keluarga karena keluhan jarak antara rumah dengan rumah

sakit jiwa yang jauh dan untuk menempuh perjalanan menuju rumah sakit jiwa

memerlukan biaya yang lumayan berat bagi keluarga. Hal ini jugalah yang

menjadi latar belakang kenapa kelurga tidak segera menjenguk klien ke rumah

sakit untuk memberikan dukungan secara moral kepada klien agar cepat

sembuh dan kembali lagi ke rumah.


F. Implementasi
Implementasi keperawatan kepada keluarga pada umumnya berjalan

sesuai dengan yang tertera pada Proposal Home Visite Keluarga, yang terdiri

dari:
5. Berikan informasi kepada keluarga tentang kondisi dan masalah

keperawatan yang dialami oleh klien saat ini kepada keluarga.


6. Diskusikan dengan keluarga tentang pentingnya peran aktif keluarga

dalam merawat pasien dengan gangguan persepsi sensori Halusinasi.


7. Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang masalah

keperawatan klien terkait dengan gangguan persepsi sensori Halusinasi.


8. Lakukan SP Keluarga dengan gangguan persepsi sensori Halusinasi.
e. Jelaskan tentang gangguan persepsi sensori halusinasi kepada

keluarga.
f. Jelaskan tentang cara merawat klien dengan gangguan persepsi sensori

halusinasi.
g. Berikan pendidikan kesehatan cara menentukan rencana tindak lanjut

dalam perawatan pasien.


h. Motivasi keluarga untuk memberikan follow up dalam perawatan

pasien selama di rumah.

Anda mungkin juga menyukai