Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

CEREBRAL PALSY
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak yang
diampu oleh Ibu Lucia Endang Hartati, S.Kp,MN

Oleh :
SEBTINA AYU ROHMAIA
P 17420113029
2A1

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
SEMARANG
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmatNya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Cerebral Palsy Penyusunan makalah
ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Keperawatan Anak di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Semarang.
Dalam penulisan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1.

Ibu Lucia Endang Hartati Skp ,MN selaku dosen koordinator pada mata

kuliah Keperawatan Anak


2. Rekan-rekan yang mengikuti perkuliahan Keperawatan Anak
3. Ibu dan Bapak penulis yang selalu mendukung penyusun
4. Semua pihak yang ikut membantu penyusunan makalah
Kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan dalam penyusunan
makalah ini baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penyusun. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Semarang, Januari 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.........................................................................................................4
Rumusan Masalah....................................................................................................5
Tujuan ..................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI ...................................................................................6
A.Definisi.................................................................................................................6
B.Klasifikasi.............................................................................................................6
C.Etiologi ..............................................................................................................10
D.Patofisiologi.......................................................................................................12
E.Pathway...............................................................................................................13
E.Manifestasi Klinis...............................................................................................14
G.Komplikasi.........................................................................................................16
H.Faktor Resiko.....................................................................................................17
I.Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................18
J.Pemeriksaan Diagnostik......................................................................................18
K.Penatalaksanaan.................................................................................................19
L.Pencegahan.........................................................................................................20
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................22
A. Pengkajian..................................................................................................22
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................23
C. Perencanaan Keperawatan..........................................................................23
BAB IV PENUTUP...............................................................................................28
A.KESIMPULAN..................................................................................................28
B.SARAN...............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................29

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi
pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel
motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif

akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai
pertumbuhannya. Walaupun lesi serebral bersifat statis dan tidak progresif,
tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat
maturasi serebral. Yang pertama kali memperkenalkan penyakit ini adalah
William John Little (1843), yang menyebutnya dengan istilah cerebral
diplegia, sebagai akibat prematuritas atau afiksia neonatorum. Sir William
Olser adalah yang pertama kali memperkenalkan istilah cerebral palsy,
sedangkan Sigmund Freud menyebutnya dengan istilah Infantile Cerebral
Paralysis. Walaupun sulit, etiologi cerebral palsy perlu diketahui untuk
tindakan pencegahan. Fisioterapi dini memberi hasil baik, namun adanya
gangguan perkembangan mental dapat menghalangi tercapainya tujuan
pengobatan.
Winthrop Phelps menekankan pentingnya pendekatan multi disiplin dalam penanganan penderita cerebral palsy, seperti disiplin anak,
saraf, mata, THT, bedah tulang, bedah saraf, psikologi, ahli wicara,
fisioterapi, pekerja sosial, guru sekolah Iuar biasa. Di samping itu juga
harus disertakan peranan orang tua dan masyarakat.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi insidensi penyakit ini yaitu:
populasi yang diambil, cara diagnosis, dan ketelitiannya. Misalnya
insidensi cerebral palsy di Eropa (1950) sebanyak 2,5 per 1000 kelahiran
hidup, Gilory memperoleh 5 dan 1000 anak memperlihatkan deficit
motorik yang sesuai dengan cerebral palsy, 50 % kasus termasuk ringan
sedangkan 10% termasuk berat. Yang dimaksud ringan ialah penderita
yang dapat mengurus dirinya sendiri, sedangkan yang tergolong berat
ialah penderita yang memerlukan perawatan khusus, 25 % mempunyai
intelegensi rata-rata (normal), sedangkan 30 % kasus menunjukkn IQ di
bawah 70, 35 % disertai kejang, sedangkan 50 % menunjukan gangguan
bicara. Laki-laki lebih banyak dari pada wanita ( 1,4 : 1,0).
B. Rumusan Masalah
a. Apa Definisi dari Cerebral Palsy?
b. Bagaimana Klasifikasi dari Cerebral Palsy?
c. Apa saja etiologi Cerebral Palsy?
d. Bagaimana Patofisiologi dari Cerebral Palsy?

e.
f.
g.
h.
i.
j.

Bagaimana manifestasi klinis pada penderita Cerebral Palsy?


Apa saja komplikasi yang terjadi pada penderita Cerebral Palsy?
Apa saja pemeriksaan penunjang pada penderita Cerebral Palsy??
Bagaimana penatalaksanaan pada penderita Cerebral Palsy?
Bagaimana pencegahan dari Cerebral Palsy??
Bagaimanakah asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan

Cerebral Palsy?
k. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak dengan Cerebral
Palsy?
l.
B. Tujuan
Tujuan Umum : Mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien anak dengan
Cerebral Palsy
Tujuan Khusus :
a. Mengidentifikasi Definisi dari Cerebral Palsy
b. Mengidentifikasi Klasifikasi dari Cerebral Palsy
c. Mengidentifikasi Etiologi dari Cerebral Palsy
d. Mengidentifikasi Patofisiologi dari Cerebral Palsy
e. Mengidentifikasi Pathway dari Cerebral Palsy
f. Mengidentifikasi Manifestasi Klinis dari Cerebral Palsy
g. Mengidentifikasi Komplikasi dari Cerebral Palsy
h. Mengidentifikasi Faktor Resiko dari Cerebral Palsy
i. Mengidentifikasi Pemeriksaan Penunjang dari Cerebral Palsy
j. Mengidentifikasi Pemeriksaan Diagnostik dari Cerebral Palsy
k. Mengidentifikasi Pencegahan dari Cerebral Palsy
l. Mengidentifikasi Asuhan Keperawatan dari Cerebral Palsy

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN CEREBRAL PALSY
A. DEFINISI
Cerebral palsy adalah ensefalopatistatis yang mungkin di
defenisikan sebagai kelainan postur dan gerakan non-progresif, sering
disertai dengan epilepsy dan ketidak normalan bicara, penglihatan, dan
kecerdasan

akibat

dari

cacat

atau

lesi

otak

yang

sedang

berkembang. ( Behrman : 1999, hal 67 70 )


Cerebral palsy ialah suatu gangguan nonspesifik yang disebabkan
oleh abnormalitas system motor piramida ( motor kortek, basal ganglia
dan otak kecil ) yang ditandai dengan kerusakan pergerakan dan postur
pada serangan awal. ( Suriadi Skep : 2006, hal 23 27 ).
Cerebral palsy adalah kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak
progresif, terjadi pada waktu masih muda ( sejak dilahirkan ) serta
merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran klinik dapat
berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan
pergerakan, disertai kelainan neurologist berupa kelumpuhan spastis,
gangguan ganglia basal dan sebelum juga kelainan mental. ( Ngastiyah :
2000, hal 54 56 ).
Jadi, Cerebral (otak) cpacry( KeIumpuhan ) adalah suatu kelainan
otak yang ditandai dengan gangguan mengontrol hingga timbul kesulitan
dalam bergerak dan meletakkan posisi tubuh disertai gangguan fungsi
tubuh lainnya akibat kerusakan /kelainan fungsi bagian otak tertentu pada
bayi / anak dapat terjadi ketika bayi dalam kandungan, saat lahir atau
setelah lahir, sering disertai dengan epilepsy dan ketidak normalan bicara,
penglihatan, kecerdasan kurang, buruknya pengendalian otot, kekakuan,
kelumpuhan dan gangguan fungsi saraf lainnya.

DERAJAT KEPARAHAN CEREBRAL PALSY


(Gross Motor Function Classification System/GMFCS)
Derajat I

: berjalan tanpa hambatan, keterbatasan terjadi pada

gerakan motorik kasar yang lebih rumit.


Derajat II

: berjalan tanpa alat bantu, keterbatasan dalam ber-jalan di

luar rumah dan di lingkunganmasyarakat.


Derajat III

: berjalan dengan alat bantu mobilitas, keterbatasan dalam

berjalan di luar rumah dan di lingkungan masyarakat.


Derajat IV

: kemampuan bergerak sendiri terbatas, mengguna-kan alat

bantu gerak yang cukup canggih untuk berada di luar rumah dan di
lingkungan masyarakat.
Derajat V

: kemampuan bergerak sendiri sangat terbatas, walaupun

sudah menggunakan alat bantu yang canggih.


B. KLASIFIKASI CEREBRAL PALSY
Cerebral Palsy dibagi menjadi 4 kelompok :
1. Tipe spastic atau pyramidal ( 50% dari semua kasus CP, otot-otot
menjadi kaku dan lemah. Pada tipe ini gejala yang hampir selalu ada
adalah :
a. Hipertoni ( fenomena pisau lipat )
b. Hiperrefleksi yang disertai klonus.
c. Kecenderungan timbul kontraktur.
d. Reflex patologis.
Secara topografi distribusi tipe ini adalah sebagai berikut :
a. Hemiplegia apabila mengenai anggota gerak sisi yang sama.
b. Spastic diplegia, mengenai keempat anggota gerak, anggota
gerak atas sedikit lebih berat.
c. Kuadriplegi, mengenai keempat anggota gerak, anggota gerak
atas sedikit lebih berat.
d. Monopologi, bila hanya satu anggota gerak.
e. Triplegi apabila mengenai satu anggota gerak atas dan dua
anggota gerak bawah, biasanya merupakan varian dan
kuadriplegi.
2. Tipe disginetik ( koreatetoid, 20% dari semua kasus CP ), otot lengan,
tungkai dan badan secara spontan bergerak perlahan, menggeliat dan

tak terkendali, tetapi bisa juga timbul gerakan yang kasar dan
mengejang. Luapan emosi menyebabkan keadaan semakin memburuk,
gerakan akan menghilang jika anak tidur.
3. Tipe ataksik, ( 10% dari semua kasus CP ), terdiri dari tremor, langkah
yang goyah dengan kedua tungkai terpisah jauh, gangguan koordinasi
dan gerakan abnormal.
4. Tipe campuran ( 20% dari semua kasus CP ), merupakan gabungan
dari 2 jenis diatas, yang sering ditemukan adalah gabungan dari tipe
spastic dan koreoatetoid. Berdasarkan derajat kemampuan fungsional :
a. Ringan
Penderita masih bisa melakukan pekerjaan / aktivitas sehari-hari
sehingga sama sekali tidak atau hanya sedikit sekali membutuhkan
bantuan khusus.
b. Sedang
Aktivitas sangat terbatas, penderita membutuhkan bermacammacam bantuan khusus atau pendidikan khusus agar dapat
mengurus dirinya sendiri, dapat bergerak dan berbicara. Dengan
pertolongan secara khusus, diharapkan penderita dapat mengurus
diri sendiri, berjalan atau berbicara sehingga dapat bergerak,
bergaul, hidup di tengah masyarakat dengan baik.
c. Berat
Penderita sama sekali tidak bisa melakukan aktifitas fisik dan tidak
mungkin dapat hidup tanpa pertolongan orang lain. Pertolongan
atau pendidikan khusus yang diberikan sangat sedikit hasilnya.
Sebaiknya penderita seperti ini ditampung dengan retardasi mental
berat, atau yang akan menimbulkan gangguan social-emosional
baik bagi keluarganya maupun lingkungannya.
C. ETIOLOGI
Penyebab dari cerebral palsy dibagi menjadi 3 bagian :
1. Pranatal
a. infeksi yang terjadi pada masa kehamilan menyebabkan
kelainan pada janin, misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela
dan penyakit infeksi sitomegalik.
b. Radiasi sinar X
c. Malformasi Kongenital

d. Asfiksia dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta, plasenta


previa, anoksi maternal, atau tali pusat yang abnormal)
2. Perinatal
a. Anoreksia/Hipoksia
Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah
cidera otak. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya
anoksia. Hal demikian terdapat pada keadaan presentasi bayi
abnormal, disproporsi sefalopelvik, partus lama, plasenta
previa, infeksi plasenta, partus menggunakan bantuan alat
tertentu dan lahir dengan seksio sesar.
b. Perdarahan otak
Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga
sukar membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi
batang otak, mengganggu pusat pernapasan dan peredaran
darah sehingga terjadi anoksia. Perdarahan dapat terjadi di
ruang subaraknoid dan menyebabkan penyumbatan CSS
sehingga mangakibatkan hidrosefalus. Perdarahan di ruang
subdural dapat menekan korteks serebri sehingga timbul
kelumpuhan spastis.
c. Prematuritas
Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita
perdarahan otak lebih banyak dibandingkan dengan bayi cukup
bulan, karena pembulu darah, enzim, faktor pembekuan darah
dan lain-lain masih belum sempurna.
d. Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan
jaringan otak yang kekal akibat masuknya bilirubin ke ganglia
basal, misalnya pada kelainan inkompatibilitas golongan darah.
Terjadi ikterus bila bilirubin dalam darah lebih dari 20 mg/dl.
e. Meningitis purulenta

Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak


tepat pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa
palsi serebral.
3. Postnatal
a. Trauma Kapitis
b. Infeksi misalnya : meningitis bakterial, abses serebri,
tromboplebitis, ensefalomielitis.
c. Luka Parut pada otak pasca bedah.
Beberapa penelitian menyebutkan factor prenatal dan perinatal
lebih berperan dari pada factor pascanatal. Studi oleh nelson
dkk ( 1986 ) menyebutkan bayi dengan berat lahir rendah,
asfiksia saat lahir, iskemia prenatal, factor penyebab cerebral
palsy. Faktor prenatal dimulai saat masa gestasi sampai saat
akhir, sedangkan factor perinatal yaitu segala factor yang
menyebabkan Cerebral palsy mulai dari lahir sampai satu bulan
kehidupan. Sedangkan factor pascanatal mulai dari bulan
pertama kehidupan sampai 2 tahun. ( Hagbreg dkk, 1975 ), atau
sampai 5 tahun kehidupan ( Blair dan Stanley, 1982 ), atau
sampai 16 tahun ( Perlstein, Hod, 1964 )

D.

PAOFISIOLOGI
Adanya malformasi hambatan pada vaskuler, atrofi, hilangnya
neuron dan degenarasi laminar akan menimbulkan narrowergyiri,
suluran sulci dan berat otak rendah. Serebral palsi digambarkan
sebagai kekacauan pergerakan dan postur tubuh yang disebabkan oleh
cacat nonprogressive atau luka otak pada saat anak-anak. Suatu
presentasi serebral palsi dapat diakibatkan oleh suatu dasar kelainan
(structural otak : awal sebelum dilahirkan , perinatal, atau luka-luka

10

/kerugian setelah kelahiran dalam kaitan dengan ketidak cukupan


vaskuler, toksin atau infeksi).

E. PATHWAY

11

Ganggua
n wicara
Resiko
injuri

Wong (2003) dan Pillitteri 1999

F. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis cerebral plasy tergantung dari bagian dan luas jaringan
otak yang mengalami kerusakan :
1. Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dan reflek yang disertai dengan klonus
dan reflek Babinski kerusakan yaitu :

12

a. Monoplegia/ Monoparesis : Kelumpuhan keempat anggota


gerak, tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari yang
lainnya.
b. Hemiplegia / hemiparisis : Kelumpahan lengan dan tungkai
dipihak yang sama.
c. Diplegia / diparesis : Kelumpuhan keempat anggota gerak, tapi
tungkai lebih hebat dari pada lengan.
d. Tetraplegia / tetraparesis : Kelumpuhan keempat anggota gerak,
tapi lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan
tungkai yang lain.
2. Tonus otot yang berubah
Bayi pada golongan ini, pada usia bulan pertama tampak fleksid
(lemas) dan berbaring seperti kodok terlentang sehingga tampak
seperti kelainan pada lower motor neuron. Menjelang umur 1 tahun
barulah terjadi perubahan tonus otot dari rendah hingga tinggi. Bila
dibiarkan berbaring tampak fleksid dan sikapnya seperti kodok
terlentang, tetapi bila dirangsang atau mulai diperiksa otot tonusnya
berubah menjadi spastis, Refleks otot yang normal dan refleks babinski
negatif, tetapi yang khas ialah refelek neonatal dan tonic neck reflex
menetap. Kerusakan biasanya terletak di batang otak dan disebabkan
oleh afiksia perinatal atau ikterus.
3. Koreo-atetosis
Kelainan yang khas yaitu sikap yang abnormal dengan pergerakan
yang terjadi dengan sendirinya (involuntary movement). Pada 6 bulan
pertama tampak flaksid, tetapa sesudah itu barulah muncul kelainan
tersebut. Refleks neonatal menetap dan tampak adanya perubahan
tonus otot. Dapat timbul juga gejala spastisitas dan ataksia, kerusakan

13

terletak diganglia basal disebabkan oleh asfiksia berat atau ikterus kern
pada masa neonatus.
4. Ataksia
Kelainan yang khas yaitu sikap yang abnormal dengan pergerakan
yang terjadi dengan sendirinya (involuntary movement). Pada 6 bulan
pertama tampak flaksid, tetapa sesudah itu barulah muncul kelainan
tersebut. Refleks neonatal menetap dan tampak adanya perubahan
tonus otot. Dapat timbul juga gejala spastisitas dan ataksia, kerusakan
terletak diganglia basal disebabkan oleh asfiksia berat atau ikterus kern
pada masa neonatus.
5. Gangguan pendengara
Terdapat 5-10% anak dengan serebral palsi. Gangguan berupa kelainan
neurogen terutama persepsi nadi tinggi, sehingga sulit menangkap
kata-kata. Terdapat pada golongan koreo-atetosis.
6. Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retradasi mental.
Gerakan

yang

terjadi

dengan

sendirinya

dibibir

dan

lidah

menyebabkan sukar mengontrol otot-otot tersebut sehingga anak sulit


membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur.
7. Gangguan mata
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan
refraksi.pada keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak.
8. Paralisis
Dapat berbentuk hemiplegia, kuadriplegia, diplegia, monoplegia,
triplegia. Kelumpuhan ini mungkin bersifat flaksid, spastik atau
campuran.

14

9. Gerakan involunter
Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor dengan tonus yang
dapat bersifat flaksid, rigiditas, atau campuran.
10. Kejang
Dapat bersifat umum atau lokal
11. Gangguan perkembangan mental
Retardasi mental ditemukan kira-kira pada 1/3 dari anak dengan
cerebral palsy terutama pada grup tetraparesis, diparesis spastik dan
ataksia. Cerebral palsy yang disertai dengan retardasi mental pada
umumnya disebabkan oleh anoksia serebri yang cukup lama, sehingga
terjadi atrofi serebri yang menyeluruh. Retardasi mental masih dapat
diperbaiki bila korteks serebri tidak mengalami kerusakan menyeluruh
dan masih ada anggota gerak yang dapat digerakkan secara volunter.
Dengan dikembangkannya gerakan-gerakan tangkas oleh anggota
gerak, perkembangan mental akan dapat dipengaruhi secara positif.
G. KOMPLIKASI
1. Kontraktur yaitu sendi tidak dapat digerakkan atau ditekuk karena otot
memendek.
2.

Skoliosis yaitu tulang belakang melengkung ke samping disebabkan


karena kelumpuhan hemiplegia.

3. Dekubitus yaitu adanya suatu luka yang menjadi borok akibat


mengalami kelumpuhan menyeluruh, sehingga ia harus selalu
berbaring di tempat tidur.
4.

Deformitas (perubahan bentuk) akibat adanya kontraktur.

5.

Gangguan mental. Anak CP tidak semua tergangu kecerdasannya,


mereka ada yang memiliki kadar kecerdasan pada taraf rata-rata,

15

bahkan ada yang berada di atas rata-rata. Komplikasi mental dapat


terjadi apabila yang bersangkutan diperlakukan secara tidak wajar.

H. FAKTOR RESIKO
Faktor-faktor resiko yang menyebabkan kemungkinan terjadinya CP
semakin besar antara lain adalah :
1. Letak sungsang.
2. Proses persalinan sulit
Masalah vaskuler atau respirasi bayi selamaa persalinan merupakan
tanda awal yang menunjukkan adanya masalah kerusakan otak atau
otak bayi tidak berkembang secara normal. Komplikasi tersebut dapat
menyebabkan kerusakan otak permaanen.
3. Apgar score rendah.
Apgar score yang rendah hingga 10 20 menit setelah kelahiran.
4. BBLR dan prematuritas.
Resiko CP lebih tinggi diantara bayi dengan berat lahir
5. Kehamilan ganda.
6. Malformasi SSP.
Sebagian besar bayi-bayi yang lahir dengan CP memperlihatkan
malformasi SSP yang nyata, misalnya lingkar kepala abnormal
(mikrosefali). Hal tersebut menunjukkan bahwa masalah telah terjadi
pada saat perkembangan SSP sejak dalam kandungan.
7. Perdarahaan maternal atau proteinuria berat pada saat masa akhir
kehamilan.
Perdarahan vaginal selama bulan ke 9 hingga 10 kehamilan dan
peningkatan jumlah protein dalam urine berhubungan dengan
peningkatan resiko terjadinya CP pada bayi.
8. Hipertiroidism maternal, mental retardasi dan kejang.
9. Kejang pada bayi baru lahir.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis
sebral palsi di tegakkan.

16

2. Fungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan


penyebabnya suatu proses degeneratif. Pada serebral palsi. CSS
normal.
3. Pemeriksaan EKG dilakukan pada pasien kejang atau pada golongan
hemiparesis baik yang disertai kejang maupun yang tidak.
4. Foto rontgen kepala.
5. Penilaian psikologis perlu dikerjakan untuk tingkat pendidikan yang
dibutuhkan.
6. Pemeriksaan metobolik untuk menyingkirkan penyebablain dari
reterdasi mental.
J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis dini dan tepat adanya lesi di otak sangat penting sebagai
dasar dalam seleksi prosedur-prosedur terapeutik yang akan diambil.
Pada anamnesis perlu diketahui mengenai riwayat prenatal,
persalinan dan post natal yang dapat dikaitkan dengan adanya lesi otak.
Tahap-tahap perkembangan fisik anak harus ditanyakan, umpamanya
kapan mulai mengangkat kepala, membalik badan, duduk, merangkak,
berdiri dan berjalan.
Pada

pemeriksaan

spastisitas lengan/tungkai,
lain. Adanya

refleks

fisik

gerakan

fisiologik

diperhatikan

involunter,

seperti

refleks

adanya

ataksia

dan

lain-

moro

dan

tonic

neck reflex pada anak usia 4 bulan harus dicurigai adanya CP, demikian
pula gangguan penglihatan, pendengaran, bicara dan menelan, asimetri
dari kelompok otot-otot, kontraktur dan tungkai yang menyilang
menyerupai gunting
K. PENATALAKSANAAN
a. Medik

17

Pengobatan kausal tidak ada, hanya simtomatik. Pada keadaan ini


perlu kerja sama yang baik dan merupakan suatu tim dokter anak,
neurolog, psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikolog,
fisioterapi, occupatiional therapist, pekerja sosial, guru sekolah luar
biasa dan orangtua pasien.
b. Fisioterapi
Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif. Orang tua turut
membantu program latihan dirumah. Untuk mencegah kontraktur
perlu diperhatikan posisi pasien pada waktu istirahat atau tidur. Bagi
pasien yang berat dianjurkan untuk sementara tinggal dipusat latihan.
Fisioterapi ini dilakukan sepanjang pasien hidup.

c. Tindakan bedah
Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk
dilakukan pembedahan otot, tendon atau tulang untuk reposisi kelainan
tersebut. Pembedahan stereotatik dianjurkan pada pasien dengan
pergerakan koreotetosis yang berlebihan.
d. Obat-obatan
Pasien sebral palsi (CP) yang dengan gejala motorik ringan adalah
baik, makin banyak gejala penyertanya dan makin berat gejala
motoriknya makin buruk prognosisnya. Bila di negara maju ada
tersedia institute cerebral palsy untuk merawat atau untuk menempung
pasien ini.
e. Tindakan keperawatan
Mengobservasi dengan cermat bayi-nayi baru lahir yang beresiko
(

baca

status

bayi

secara

cermat

mengenai

riwayat

kehamilan/kelahirannya . jika dijumpai adanya kejang atau sikap bayi


yang tidak biasa pada neonatus segera memberitahukan dokter agar
dapat dilakukan penanganan semestinya.
Jika telah diketahui bayi lahir dengan resiko terjadi gangguan pada
otak walaupun selama di ruang perawatan tidak terjadi kelainan agar

18

dipesankan kepad orangtua/ibunya jika melihat sikap bayi tidak normal


supaya segera dibawa konsultasi ke dokter.
f. Occupational therapy
g. Ditujukan untuk meningkatkan kemampuan untuk menolong diri
sendiri, memperbaiki kemampuan motorik halus, penderita dilatih
supaya bisa mengenakan pakaian, makan, minum dan keterampilan
lainnya.
h. Speech therapy
Diberikan pada anak dengan gangguan wicara bahasa, yang ditangani
seorang ahli.
L. PENCEGAHAN
Pencegahan merupakan usaha yang terbaik. CP dapat dicegah dengan jalan
menghilangkan faktor etiologik kerusakan jaringan otak pada masa
prenatal, natal dan post natal. Sebagian daripadanya sudah dapat
dihilangkan, tetapi masih banyak pula yang sulit untuk dihindari. "Prenatal
dan perinatal care" yang baik dapat menurunkan insidens CP. Kernikterus
yang disebabkan "haemolytic disease of the new born" dapat dicegah
dengan transfusi tukar yang dini, "rhesus incompatibility" dapat dicegah
dengan pemberian "hyperimmun anti D immunoglobulin" pada ibu-ibu
yang

mempunyai

rhesus

negatif.

Pencegahan

lain

yang

dapat

dilakukan ialah tindakan yang segera pada keadaan hipoglikemia,


meningitis, status epilepsi dan lain-lain.

19

BB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Kaji riwayat kehamilan ibu
2.

Kaji riwayat persalinan

3. Identifikasi anak yang mempunyai resiko


4. Kaji iritabel anak, kesukaran dalam makan/menelan, perkembangan yang
terlambat dari anak normal, perkembangan pergerakan kurang, postur
tubuh yang abnormal, perkembangan pergerakan kurang, postur tubuh
yang abnormal, refleks bayi yang persisten, ataxic, kurangnya tonus otot.
5.

Monitor respon bermain anak

6. Kaji fungsi intelektual


7. Tidak koordinasi otot ketika melakukan pergerakan (kehilangan
keseimbangan)
8. Otot kaku dan refleks yang berlebihan (spasticas)
9. Kesulitan mengunyah, menelan dan menghisap serta kesulitan berbicara.
10. Badan gemetar
11. Kesukaran bergerak dengan tepat seperti menulus atau menekan tombol.
12. Anak-anak dengan cerebral palsy mungkin mempunyai permasalahan
tambahan, termasuk yang berikut: kejang, masalah dengan penglihatan

20

dan pendengaran serta dalam bersuara, terdapat kesulitan belajar dan


gangguan perilaku, keterlambatan mental, masalah yang berhubungan
dengan masalah pernafasan, permasalahan dalam buang air besar dan
buang air kecil, serta terdapat abnormalitas bentuk ulang seperti scoliosis.
13. Riwayat penyakit dahulu : kelahiran prematur, dan trauma lahir.
14. Riwayat penyakit sekarang : Kelemahan otot, Retardasi Mental,
Gangguan hebat- Hipotonia, Melempar/ Hisap makan, gangguan bicara
/suara, visual dan mendengar.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko terhadap perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan disfagia sekunder terhadap gangguan motorik
mulut.
2. Gangguan persepsi sensori b.d kerusakan nervus okulomotorikus
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan spasme dan
kelemahan otot-otot.
4. Perubahan tumbuh dan kembang berhubungan dengan gangguan
neuromuskular.
5. Risiko injury berhubungan dengan spasme, pergerakan yang tidak
terkontrol dan kejang.
6. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengaan kerusakaan
kemampuan untuk mengucap kata-kata yang berhubungan dengan
keterlibatan otot-otot fasial sekunder adanya rigiditas.
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Resiko terhadap perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan disfagia sekunder terhadap gangguan motorik
mulut.
Tujuan :
Anak berpartisipasi dalam aktivitas makan sesuai kemampuannya
Anak mengkonsumsi jumlah yang cukup
Intervensi :
- Berikan nutrisi dengan cara yang sesuai dengan kondisi anak

21

Catat masukan dan haluaran


Pantau pemberian makan intravena (bila diinstruksikan)
Berikan formula makanan yang ditentukan dengan selang

nasogastrik (sesuai indikasi)


Berikan anak beberapa otonomi dalam cara makan pasif
Baringkan pasien dengan kepala tempat tidur 30-45 derajat,
posisi duduk dan menegakkan leher
R/ posisi ideal saat makan sehingga menurunkan resiko

tersedak
Libatkan dalam pemilihan makanan dan urutan makan yang

dihidangkan (dalam batasan diet dan nutrisi)


Berikan makanan semipadat dan cairan melalui sedotan untuk
anak yang berbaring pada posisi telungkup
R/ mencegah aspirasi dan membuat makan/minum menjadi

lebih mudah
Berikan makanan daan kudapaan tinggi kalori dan tinggi
protein
R/ memenuhi kebutuhan tubuh untuk metabolisme dan

pertumbuhan
Beri makanan yang disukai anak
R/ mendorong anak agar mau makan
Perkaya makanan dengan suplemen nutrisi mis.susu bubuk atau
suplemen yang lain
R/ memaksimalkan kualitas asupan makanan
Pantau berat badan dan pertumbuhan
R/ intervensi pemberian nutrisi tambahan dapat
diimpementasikan bila pertumbuhan mulai melambat dan berat
badan menurun
Evaluasi :
Klien mendapat masukan nutrisi yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan metabolismenya.
2. Gangguan persepsi sensori b.d kerusakan pada nervus
okulomotorikus
Tujuan : Anak akan berinteraksi secara sesuai dengan orang lain
dan lingkungan.
Intervensi :
- Pantau dan dokumentasikan perubahan status neurologis anak.
- Identifikasi faktor yang berpengaruh terhadap gangguan
persepsi sensori, seperti deprivasi tidur, ketergantungan bahan-

22

bahan kimia, pengobatan, penanganan, ketidakseimbangan


-

elektrolit dan sebagainya.


Pantau kemampuan untuk membedakan tajam/ tumpul, panas/

dingin.
Tingkatkan jumlah stimuli untuk mencapai input sensori yang

sesuai.
Adakan terapi okupasi rujukan, jika diperlukan.
Evaluasi : Tidak ada gangguan persersi sensori
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan spasme dan
-

kelemahan otot-otot..
Tujuan : Anak akan memiliki kemampuan pergerakan yang
maksimum dan tidak mengalami kontraktur.
Intervensi :
- Ajarkan cara berkomunikasi dengan kata-kata yang pendek.
- Ajak untuk latihan yang berbeda-beda pada ekstremitas.
- Kaji pergerakan sendi-sendi dan tonus otot.
- Lakukan terapi fisik.
- Lakukan reposisi setiap 2 jam.
- Evaluasi kebutuhan alat-alat khusus untuk makan, menulis dan
-

membaca dan aktivitas.


Ajarkan dalam menggunakan alat bantu jalan.
Ajarkan cara duduk, merangkak pada anak kecil, berjalan, dan

lain-lain.
Ajarkan bagaimana cara menggapai benda.
Ajarkan untuk menggerakkan anggota tubuh.
Ajarkan rom yang sesuai.
Berikan periode istirahat.
Evaluasi : Kemampuan mobilisasi fisik anak meningkat
4. Perubahan tumbuh dan kembang berhubungan dengan gangguan
-

neuromuskular.
Tujuan : Anak akan mengekspresikan tentang kebutuhan dan
mengembangkan berat badan dalam batas normal.
Intervensi :
- Kaji tingkat tumbuh kembang.
- Ajarkan untuk intervensi awal dengan terapi rekreasi dan
-

aktivitas sekolah.
Berikan aktivitas yang sesuai, menarik diri dan dapat dilakukan
oleh anak.
Evaluasi : Tumbuh kembang anak dalam tingkat optimum

23

5. Risiko injury berhubungan dengan spasme, pergerakan yang tidak


terkontrol dan kejang.
Tujuan : Anak akan selalu aman dan terbebas dari injury.
Intervensi :
- Hindari anak dari benda-benda yang membahayakan;
-

misalnya dapat terjatuh.


Perhatikan anak-anak saat beraktifitas.
Beri istirahat bila anak lelah.
Gunakan alat pengaman bila diperlukan.
Bila ada kejang; pasang alat pengaman dimulut agar lidah
tidak tergigit
Pemberian anti kejang bila terjadi kejang.
Evaluasi : Keamanan anak meningkat dan mencegah injuri

6. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengaan kerusakaan


kemampuan untuk mengucap kata-kata yang berhubungan dengan
keterlibatan otot-otot fasial sekunder adanya rigiditas
Tujuan :
Klien melakukaan proses komunikasi dalam batas kerusakan.
Intervensi :
- Beri tahu ahli terapi wicara dengan lebih dini
R/ sebelum anak mempelajari kebiasaan komunikasi yang
-

buruk.
Bicara pada anak dengan perlahan
R/ memberikan waktu padaa anak untuk memahami
pembicaraan
Gunakan artikel dan gambar
R/ menguatkan bicara adaan mendorong pemahaman
Gunakan teknik makan
R/ membantu memudahkan bicara seperti menggunakan

bibir, gigi dan berbagai gerakan lidah.


Ajari dan gunakan metode komunikasi

(mis.,bahasa isyarat) untuk anak dengan disartria berat.


Bantu keluarga mendapatkan alat elektronik untuk

non-verbal

memudahkan komunikasi non-verbal (mis., mesin tik,


microkomputer dengan pengolah suara).
Evaluasi : Komunikasi anak meningkat

24

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cerebral (otak) cpacry( KeIumpuhan ) adalah suatu kelainan otak
yang ditandai dengan gangguan mengontrol hingga timbul kesulitan dalam
bergerak dan meletakkan posisi tubuh disertai gangguan fungsi tubuh
lainnya akibat kerusakan /kelainan fungsi bagian otak tertentu pada bayi /
anak dapat terjadi ketika bayi dalam kandungan, saat lahir atau setelah
lahir, sering disertai dengan epilepsy dan ketidak normalan bicara,
penglihatan, kecerdasan kurang, buruknya pengendalian otot, kekakuan,
kelumpuhan dan gangguan fungsi saraf lainnya. Cerebral palsy dapat
disebabkan oleh prenatal, perinatal dan post natal da nada berbagai macam
klasifikasi pada cerebral palsy. Pencegahan merupakan usaha yang terbaik.
CP dapat dicegah dengan jalan menghilangkan faktor etiologik
kerusakan jaringan otak pada masa prenatal, natal dan post natal. Sebagian
daripadanya sudah dapat dihilangkan, tetapi masih banyak pula yang sulit
untuk dihindari.
B. SARAN
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami
pengertian dan etiologi dari Cerebral palsy. Dengan demikian, diharapkan
nantinya dapat melakukan pencegahan dan pengobatan terhadap Cerebral
palsy.

25

DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Wilkinson, M. Judith. 2006. Buku saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Adnyana, I Made Oka. 2007. Cerebral Palsy Ditinjau dari Aspek Neurologi.
Available from: http://www.cerminduniakedokteran.com. Diunduh pada tanggal 1
Februari 2014.
Nn. 2007. Asuhan Keperawatan Cerebral Palsi. Available from:
http://www.wikipedia.com. Diunduh pada tanggal 1 Februari 2014.

26

LAMPIRAN

27

28

Anda mungkin juga menyukai