CEREBRAL PALSY
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak yang
diampu oleh Ibu Lucia Endang Hartati, S.Kp,MN
Oleh :
SEBTINA AYU ROHMAIA
P 17420113029
2A1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmatNya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Cerebral Palsy Penyusunan makalah
ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Keperawatan Anak di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Semarang.
Dalam penulisan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1.
Ibu Lucia Endang Hartati Skp ,MN selaku dosen koordinator pada mata
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.........................................................................................................4
Rumusan Masalah....................................................................................................5
Tujuan ..................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI ...................................................................................6
A.Definisi.................................................................................................................6
B.Klasifikasi.............................................................................................................6
C.Etiologi ..............................................................................................................10
D.Patofisiologi.......................................................................................................12
E.Pathway...............................................................................................................13
E.Manifestasi Klinis...............................................................................................14
G.Komplikasi.........................................................................................................16
H.Faktor Resiko.....................................................................................................17
I.Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................18
J.Pemeriksaan Diagnostik......................................................................................18
K.Penatalaksanaan.................................................................................................19
L.Pencegahan.........................................................................................................20
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................22
A. Pengkajian..................................................................................................22
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................23
C. Perencanaan Keperawatan..........................................................................23
BAB IV PENUTUP...............................................................................................28
A.KESIMPULAN..................................................................................................28
B.SARAN...............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi
pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel
motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif
akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai
pertumbuhannya. Walaupun lesi serebral bersifat statis dan tidak progresif,
tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat
maturasi serebral. Yang pertama kali memperkenalkan penyakit ini adalah
William John Little (1843), yang menyebutnya dengan istilah cerebral
diplegia, sebagai akibat prematuritas atau afiksia neonatorum. Sir William
Olser adalah yang pertama kali memperkenalkan istilah cerebral palsy,
sedangkan Sigmund Freud menyebutnya dengan istilah Infantile Cerebral
Paralysis. Walaupun sulit, etiologi cerebral palsy perlu diketahui untuk
tindakan pencegahan. Fisioterapi dini memberi hasil baik, namun adanya
gangguan perkembangan mental dapat menghalangi tercapainya tujuan
pengobatan.
Winthrop Phelps menekankan pentingnya pendekatan multi disiplin dalam penanganan penderita cerebral palsy, seperti disiplin anak,
saraf, mata, THT, bedah tulang, bedah saraf, psikologi, ahli wicara,
fisioterapi, pekerja sosial, guru sekolah Iuar biasa. Di samping itu juga
harus disertakan peranan orang tua dan masyarakat.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi insidensi penyakit ini yaitu:
populasi yang diambil, cara diagnosis, dan ketelitiannya. Misalnya
insidensi cerebral palsy di Eropa (1950) sebanyak 2,5 per 1000 kelahiran
hidup, Gilory memperoleh 5 dan 1000 anak memperlihatkan deficit
motorik yang sesuai dengan cerebral palsy, 50 % kasus termasuk ringan
sedangkan 10% termasuk berat. Yang dimaksud ringan ialah penderita
yang dapat mengurus dirinya sendiri, sedangkan yang tergolong berat
ialah penderita yang memerlukan perawatan khusus, 25 % mempunyai
intelegensi rata-rata (normal), sedangkan 30 % kasus menunjukkn IQ di
bawah 70, 35 % disertai kejang, sedangkan 50 % menunjukan gangguan
bicara. Laki-laki lebih banyak dari pada wanita ( 1,4 : 1,0).
B. Rumusan Masalah
a. Apa Definisi dari Cerebral Palsy?
b. Bagaimana Klasifikasi dari Cerebral Palsy?
c. Apa saja etiologi Cerebral Palsy?
d. Bagaimana Patofisiologi dari Cerebral Palsy?
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Cerebral Palsy?
k. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak dengan Cerebral
Palsy?
l.
B. Tujuan
Tujuan Umum : Mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien anak dengan
Cerebral Palsy
Tujuan Khusus :
a. Mengidentifikasi Definisi dari Cerebral Palsy
b. Mengidentifikasi Klasifikasi dari Cerebral Palsy
c. Mengidentifikasi Etiologi dari Cerebral Palsy
d. Mengidentifikasi Patofisiologi dari Cerebral Palsy
e. Mengidentifikasi Pathway dari Cerebral Palsy
f. Mengidentifikasi Manifestasi Klinis dari Cerebral Palsy
g. Mengidentifikasi Komplikasi dari Cerebral Palsy
h. Mengidentifikasi Faktor Resiko dari Cerebral Palsy
i. Mengidentifikasi Pemeriksaan Penunjang dari Cerebral Palsy
j. Mengidentifikasi Pemeriksaan Diagnostik dari Cerebral Palsy
k. Mengidentifikasi Pencegahan dari Cerebral Palsy
l. Mengidentifikasi Asuhan Keperawatan dari Cerebral Palsy
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN CEREBRAL PALSY
A. DEFINISI
Cerebral palsy adalah ensefalopatistatis yang mungkin di
defenisikan sebagai kelainan postur dan gerakan non-progresif, sering
disertai dengan epilepsy dan ketidak normalan bicara, penglihatan, dan
kecerdasan
akibat
dari
cacat
atau
lesi
otak
yang
sedang
bantu gerak yang cukup canggih untuk berada di luar rumah dan di
lingkungan masyarakat.
Derajat V
tak terkendali, tetapi bisa juga timbul gerakan yang kasar dan
mengejang. Luapan emosi menyebabkan keadaan semakin memburuk,
gerakan akan menghilang jika anak tidur.
3. Tipe ataksik, ( 10% dari semua kasus CP ), terdiri dari tremor, langkah
yang goyah dengan kedua tungkai terpisah jauh, gangguan koordinasi
dan gerakan abnormal.
4. Tipe campuran ( 20% dari semua kasus CP ), merupakan gabungan
dari 2 jenis diatas, yang sering ditemukan adalah gabungan dari tipe
spastic dan koreoatetoid. Berdasarkan derajat kemampuan fungsional :
a. Ringan
Penderita masih bisa melakukan pekerjaan / aktivitas sehari-hari
sehingga sama sekali tidak atau hanya sedikit sekali membutuhkan
bantuan khusus.
b. Sedang
Aktivitas sangat terbatas, penderita membutuhkan bermacammacam bantuan khusus atau pendidikan khusus agar dapat
mengurus dirinya sendiri, dapat bergerak dan berbicara. Dengan
pertolongan secara khusus, diharapkan penderita dapat mengurus
diri sendiri, berjalan atau berbicara sehingga dapat bergerak,
bergaul, hidup di tengah masyarakat dengan baik.
c. Berat
Penderita sama sekali tidak bisa melakukan aktifitas fisik dan tidak
mungkin dapat hidup tanpa pertolongan orang lain. Pertolongan
atau pendidikan khusus yang diberikan sangat sedikit hasilnya.
Sebaiknya penderita seperti ini ditampung dengan retardasi mental
berat, atau yang akan menimbulkan gangguan social-emosional
baik bagi keluarganya maupun lingkungannya.
C. ETIOLOGI
Penyebab dari cerebral palsy dibagi menjadi 3 bagian :
1. Pranatal
a. infeksi yang terjadi pada masa kehamilan menyebabkan
kelainan pada janin, misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela
dan penyakit infeksi sitomegalik.
b. Radiasi sinar X
c. Malformasi Kongenital
D.
PAOFISIOLOGI
Adanya malformasi hambatan pada vaskuler, atrofi, hilangnya
neuron dan degenarasi laminar akan menimbulkan narrowergyiri,
suluran sulci dan berat otak rendah. Serebral palsi digambarkan
sebagai kekacauan pergerakan dan postur tubuh yang disebabkan oleh
cacat nonprogressive atau luka otak pada saat anak-anak. Suatu
presentasi serebral palsi dapat diakibatkan oleh suatu dasar kelainan
(structural otak : awal sebelum dilahirkan , perinatal, atau luka-luka
10
E. PATHWAY
11
Ganggua
n wicara
Resiko
injuri
F. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis cerebral plasy tergantung dari bagian dan luas jaringan
otak yang mengalami kerusakan :
1. Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dan reflek yang disertai dengan klonus
dan reflek Babinski kerusakan yaitu :
12
13
terletak diganglia basal disebabkan oleh asfiksia berat atau ikterus kern
pada masa neonatus.
4. Ataksia
Kelainan yang khas yaitu sikap yang abnormal dengan pergerakan
yang terjadi dengan sendirinya (involuntary movement). Pada 6 bulan
pertama tampak flaksid, tetapa sesudah itu barulah muncul kelainan
tersebut. Refleks neonatal menetap dan tampak adanya perubahan
tonus otot. Dapat timbul juga gejala spastisitas dan ataksia, kerusakan
terletak diganglia basal disebabkan oleh asfiksia berat atau ikterus kern
pada masa neonatus.
5. Gangguan pendengara
Terdapat 5-10% anak dengan serebral palsi. Gangguan berupa kelainan
neurogen terutama persepsi nadi tinggi, sehingga sulit menangkap
kata-kata. Terdapat pada golongan koreo-atetosis.
6. Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retradasi mental.
Gerakan
yang
terjadi
dengan
sendirinya
dibibir
dan
lidah
14
9. Gerakan involunter
Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor dengan tonus yang
dapat bersifat flaksid, rigiditas, atau campuran.
10. Kejang
Dapat bersifat umum atau lokal
11. Gangguan perkembangan mental
Retardasi mental ditemukan kira-kira pada 1/3 dari anak dengan
cerebral palsy terutama pada grup tetraparesis, diparesis spastik dan
ataksia. Cerebral palsy yang disertai dengan retardasi mental pada
umumnya disebabkan oleh anoksia serebri yang cukup lama, sehingga
terjadi atrofi serebri yang menyeluruh. Retardasi mental masih dapat
diperbaiki bila korteks serebri tidak mengalami kerusakan menyeluruh
dan masih ada anggota gerak yang dapat digerakkan secara volunter.
Dengan dikembangkannya gerakan-gerakan tangkas oleh anggota
gerak, perkembangan mental akan dapat dipengaruhi secara positif.
G. KOMPLIKASI
1. Kontraktur yaitu sendi tidak dapat digerakkan atau ditekuk karena otot
memendek.
2.
5.
15
H. FAKTOR RESIKO
Faktor-faktor resiko yang menyebabkan kemungkinan terjadinya CP
semakin besar antara lain adalah :
1. Letak sungsang.
2. Proses persalinan sulit
Masalah vaskuler atau respirasi bayi selamaa persalinan merupakan
tanda awal yang menunjukkan adanya masalah kerusakan otak atau
otak bayi tidak berkembang secara normal. Komplikasi tersebut dapat
menyebabkan kerusakan otak permaanen.
3. Apgar score rendah.
Apgar score yang rendah hingga 10 20 menit setelah kelahiran.
4. BBLR dan prematuritas.
Resiko CP lebih tinggi diantara bayi dengan berat lahir
5. Kehamilan ganda.
6. Malformasi SSP.
Sebagian besar bayi-bayi yang lahir dengan CP memperlihatkan
malformasi SSP yang nyata, misalnya lingkar kepala abnormal
(mikrosefali). Hal tersebut menunjukkan bahwa masalah telah terjadi
pada saat perkembangan SSP sejak dalam kandungan.
7. Perdarahaan maternal atau proteinuria berat pada saat masa akhir
kehamilan.
Perdarahan vaginal selama bulan ke 9 hingga 10 kehamilan dan
peningkatan jumlah protein dalam urine berhubungan dengan
peningkatan resiko terjadinya CP pada bayi.
8. Hipertiroidism maternal, mental retardasi dan kejang.
9. Kejang pada bayi baru lahir.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis
sebral palsi di tegakkan.
16
pemeriksaan
spastisitas lengan/tungkai,
lain. Adanya
refleks
fisik
gerakan
fisiologik
diperhatikan
involunter,
seperti
refleks
adanya
ataksia
dan
lain-
moro
dan
tonic
neck reflex pada anak usia 4 bulan harus dicurigai adanya CP, demikian
pula gangguan penglihatan, pendengaran, bicara dan menelan, asimetri
dari kelompok otot-otot, kontraktur dan tungkai yang menyilang
menyerupai gunting
K. PENATALAKSANAAN
a. Medik
17
c. Tindakan bedah
Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk
dilakukan pembedahan otot, tendon atau tulang untuk reposisi kelainan
tersebut. Pembedahan stereotatik dianjurkan pada pasien dengan
pergerakan koreotetosis yang berlebihan.
d. Obat-obatan
Pasien sebral palsi (CP) yang dengan gejala motorik ringan adalah
baik, makin banyak gejala penyertanya dan makin berat gejala
motoriknya makin buruk prognosisnya. Bila di negara maju ada
tersedia institute cerebral palsy untuk merawat atau untuk menempung
pasien ini.
e. Tindakan keperawatan
Mengobservasi dengan cermat bayi-nayi baru lahir yang beresiko
(
baca
status
bayi
secara
cermat
mengenai
riwayat
18
mempunyai
rhesus
negatif.
Pencegahan
lain
yang
dapat
19
BB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Kaji riwayat kehamilan ibu
2.
20
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko terhadap perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan disfagia sekunder terhadap gangguan motorik
mulut.
2. Gangguan persepsi sensori b.d kerusakan nervus okulomotorikus
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan spasme dan
kelemahan otot-otot.
4. Perubahan tumbuh dan kembang berhubungan dengan gangguan
neuromuskular.
5. Risiko injury berhubungan dengan spasme, pergerakan yang tidak
terkontrol dan kejang.
6. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengaan kerusakaan
kemampuan untuk mengucap kata-kata yang berhubungan dengan
keterlibatan otot-otot fasial sekunder adanya rigiditas.
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Resiko terhadap perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan disfagia sekunder terhadap gangguan motorik
mulut.
Tujuan :
Anak berpartisipasi dalam aktivitas makan sesuai kemampuannya
Anak mengkonsumsi jumlah yang cukup
Intervensi :
- Berikan nutrisi dengan cara yang sesuai dengan kondisi anak
21
tersedak
Libatkan dalam pemilihan makanan dan urutan makan yang
lebih mudah
Berikan makanan daan kudapaan tinggi kalori dan tinggi
protein
R/ memenuhi kebutuhan tubuh untuk metabolisme dan
pertumbuhan
Beri makanan yang disukai anak
R/ mendorong anak agar mau makan
Perkaya makanan dengan suplemen nutrisi mis.susu bubuk atau
suplemen yang lain
R/ memaksimalkan kualitas asupan makanan
Pantau berat badan dan pertumbuhan
R/ intervensi pemberian nutrisi tambahan dapat
diimpementasikan bila pertumbuhan mulai melambat dan berat
badan menurun
Evaluasi :
Klien mendapat masukan nutrisi yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolismenya.
2. Gangguan persepsi sensori b.d kerusakan pada nervus
okulomotorikus
Tujuan : Anak akan berinteraksi secara sesuai dengan orang lain
dan lingkungan.
Intervensi :
- Pantau dan dokumentasikan perubahan status neurologis anak.
- Identifikasi faktor yang berpengaruh terhadap gangguan
persepsi sensori, seperti deprivasi tidur, ketergantungan bahan-
22
dingin.
Tingkatkan jumlah stimuli untuk mencapai input sensori yang
sesuai.
Adakan terapi okupasi rujukan, jika diperlukan.
Evaluasi : Tidak ada gangguan persersi sensori
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan spasme dan
-
kelemahan otot-otot..
Tujuan : Anak akan memiliki kemampuan pergerakan yang
maksimum dan tidak mengalami kontraktur.
Intervensi :
- Ajarkan cara berkomunikasi dengan kata-kata yang pendek.
- Ajak untuk latihan yang berbeda-beda pada ekstremitas.
- Kaji pergerakan sendi-sendi dan tonus otot.
- Lakukan terapi fisik.
- Lakukan reposisi setiap 2 jam.
- Evaluasi kebutuhan alat-alat khusus untuk makan, menulis dan
-
lain-lain.
Ajarkan bagaimana cara menggapai benda.
Ajarkan untuk menggerakkan anggota tubuh.
Ajarkan rom yang sesuai.
Berikan periode istirahat.
Evaluasi : Kemampuan mobilisasi fisik anak meningkat
4. Perubahan tumbuh dan kembang berhubungan dengan gangguan
-
neuromuskular.
Tujuan : Anak akan mengekspresikan tentang kebutuhan dan
mengembangkan berat badan dalam batas normal.
Intervensi :
- Kaji tingkat tumbuh kembang.
- Ajarkan untuk intervensi awal dengan terapi rekreasi dan
-
aktivitas sekolah.
Berikan aktivitas yang sesuai, menarik diri dan dapat dilakukan
oleh anak.
Evaluasi : Tumbuh kembang anak dalam tingkat optimum
23
buruk.
Bicara pada anak dengan perlahan
R/ memberikan waktu padaa anak untuk memahami
pembicaraan
Gunakan artikel dan gambar
R/ menguatkan bicara adaan mendorong pemahaman
Gunakan teknik makan
R/ membantu memudahkan bicara seperti menggunakan
non-verbal
24
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cerebral (otak) cpacry( KeIumpuhan ) adalah suatu kelainan otak
yang ditandai dengan gangguan mengontrol hingga timbul kesulitan dalam
bergerak dan meletakkan posisi tubuh disertai gangguan fungsi tubuh
lainnya akibat kerusakan /kelainan fungsi bagian otak tertentu pada bayi /
anak dapat terjadi ketika bayi dalam kandungan, saat lahir atau setelah
lahir, sering disertai dengan epilepsy dan ketidak normalan bicara,
penglihatan, kecerdasan kurang, buruknya pengendalian otot, kekakuan,
kelumpuhan dan gangguan fungsi saraf lainnya. Cerebral palsy dapat
disebabkan oleh prenatal, perinatal dan post natal da nada berbagai macam
klasifikasi pada cerebral palsy. Pencegahan merupakan usaha yang terbaik.
CP dapat dicegah dengan jalan menghilangkan faktor etiologik
kerusakan jaringan otak pada masa prenatal, natal dan post natal. Sebagian
daripadanya sudah dapat dihilangkan, tetapi masih banyak pula yang sulit
untuk dihindari.
B. SARAN
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami
pengertian dan etiologi dari Cerebral palsy. Dengan demikian, diharapkan
nantinya dapat melakukan pencegahan dan pengobatan terhadap Cerebral
palsy.
25
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Wilkinson, M. Judith. 2006. Buku saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Adnyana, I Made Oka. 2007. Cerebral Palsy Ditinjau dari Aspek Neurologi.
Available from: http://www.cerminduniakedokteran.com. Diunduh pada tanggal 1
Februari 2014.
Nn. 2007. Asuhan Keperawatan Cerebral Palsi. Available from:
http://www.wikipedia.com. Diunduh pada tanggal 1 Februari 2014.
26
LAMPIRAN
27
28