SEKSUAL/AIDS
“ANALISIS DAMPAK SOSIAL, EKONOMI DAN POTENSI SDM KARENA
AIDS”
Dosen Pengampu:
dr. Wihardi Triman, MQIH
KELOMPOK 3
RIZKI AMALIA NURRAHMI (1511211020)
TULUS JULFI (1511211030)
AULIA RAHMA SEPTIADI (1511212004)
DEVY SHINTYA (1511212064)
SURY SAGITA RIZKI (1611216035)
NEFI HILDAYELTI (1611216060)
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan nikmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
dengan judul “Analisis Dampak Sosial, Ekonomi dan Potensi SDM karena AIDS”.
Selanjutnya, shalawat beserta salam kami sampaikan kepada junjungan umat
muslim sedunia, yakni Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari
zaman jahiliyah hingga zaman berilmu yang dapat kita rasakan seperti saat sekarang
ini.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata
kuliah Epidemiologi Penyakit Menular Seksual/AIDS. Dalam penulisan makalah ini,
kami banyak mengalami rintangan, tantangan, dan hambatan. Namun hal itu dapat
dilalui berkat petunjuk dari Allah SWT serta pihak lain yang ikut membantu. Oleh
karena itu, pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak
dr. Wihardi Triman, MQIH. dan semua rekan kelompok 3 yang telah bekerja keras
untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu, saran dan kritikan pembaca terhadap makalah ini kami harapkan untuk perbaikan
di masa yang akan datang.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
2.1 Dampak Sosial, Ekonomi, dan Potensi SDM karena AIDS ........................... 5
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi
HIV telah ditetapkan sebagai penyebab AIDS, tingkat HIV dalam tubuh dan
timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah
berkembang menjadi AIDS (Hoyle, 2016; 12)
Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS tidak dapat dipisahkan
dari aspek hukum dan hak Asasi manusia (HAM). Permasalahan pokok yang
menyangkut hukum berkaitan dengan maraknya kasus HIV/ AIDS adalah bagaimana
menyeimbangkan antara perlindungan kepentingan masyarakat dan kepentingan
individu pengidap HIV dan penderita AIDS (Indar, 2010; 12) Aspek hukum dan
HAM merupakan dua komponen yang sangat penting dan ikut berpengaruh terhadap
berhasil tidaknya program penanggulangan yang dilaksanakan. Telah diketahui
bahwa salah satu sifat utama dari fenomena HIV & AIDS terletak pada keunikan
dalam penularan dan pencegahannya. Berbeda dengan beberapa penyakit menular
lainnya yang penularannya dibantu serta dipengaruhi oleh alam sekitar, pada HIV &
AIDS justru penularan dan pencegahannya berhubungan dengan dan atau tergantung
pada perilaku manusia. Perilaku manusia selalu bersentuhan dengan hukum dan
HAM. Hukum adalah suatu alat dengan dua fungsi utama, yakni sebagai social
control dan social engineering. Sebagai social control, hukum dipakai sebagai alat
untuk mengontrol perilaku tertentu dalam masyarakat sehingga perilaku tersebut tidak
merugikan diri sendiri dan anggota masyarakat lainnya. Sebagai social engineering,
hukum dijadikan sebagai alat yang dapat merekayasa sebuah masyarakat sesuai
keinginan dan cita-cita hukum (Asa, Simplexius, dkk, 2009)
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dampak sosial, ekonomi dan potensi SDM karena AIDS.
2. Mengetahui langkah-langkah untuk menanggulangi hal tersebut.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
ditambah dengan laki-laki yang berhubungan seks dengan WPS pada tahun
sebelumnya (Kementrian Kesehatan RI, 2016; 20).
Penyakit HIV AIDS menimbulkan stigma tersendiri bagi penderita dan
masyarakat. Dampak sosial, ekonomi, dan psikologis dirasakan sangat mendalam
seperti yang diungkapkan oleh Kemensos (2011) bahwa, seseorang yang terjangkit
HIV AIDS dapat berdampak sangat luas dalam hubungan sosial, dengan keluarga,
hubungan dengan teman-teman, relasi dan jaringan kerja akan berubah baik kuantitas
maupun kualitas. Orang-orang yang terjangkit HIV AIDS secara alamiah hubungan
sosialnya akan berubah. Dampak yang paling berat dirasakan oleh keluarga dan
orang-orang dekat lainnya. Perubahan hubungan sosial dapat berpengaruh positif atau
negatif pada setiap orang.Reaksi masing -masing orang berbeda, tergantung sampai
sejauh mana perasaan dekat atau jauh, suka dan tidak suka seseorang terhadap yang
bersangkutan.
6
mengalami masalah fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Masalah psikologis yang
muncul adalah stres, keyakinan diri yang rendah dan kecemasan.
Indikator sosial yang mengalami perubahan setelah responden terkena
penyakit HIV/AIDS adalah intensitas keikutsertaan dalam rapat, intensitas
berkunjung ke rumah keluarga atau kerabat, intensitas keikutsertaan gotong royong di
lingkungan sekitar tempat tinggal, dan intensitas menghadiri undangan adat.
Sedangkan indikator sosial yang tidak mengalami perubahan setelah responden
terkena HIV/AIDS adalah variabel komunikasi, intensitas sembahyang/ibadah
bersama keluarga atau masyarakat, dan interaksi dengan keluarga.
Latri Mumpuni (2001) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa perilaku
sosial penderita menunjukkan perilaku yang berubah-ubah dan sangat situasional,
mengalami kesulitan melaksanakan adaptasi sosial terhadap lingkungannya.
Ketidakmampuan melaksanakan penyesuaian sosial terhadap lingkungan berpijak
pada dua aspek, yaitu perilaku situasional yang dilakukannya menyebabkan yang
bersangkutan tidak berkemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya
dan ketidakmampuan masyarakat untuk melakukan penyesuaian sosial terhadap
penderita. Penemuan lain dalam penelitian ini, terjadi perubahan perilaku yang
sedemikian cepat oleh para penderita. Perilaku yang ditampilkan tergantung pada
kemampuannya untuk menafsirkan stimuli yang berasal dari lingkungannya, jika
lingkungan memberikan dukungan, maka yang terjadi adalah penampilan perilaku
secara konstruktif dan optimistik. Sebaliknya, jika menurut penafsirannya, ternyata
lingkungan menolak, maka penderita akan menampilkan dirinya sebagai orang yang
menarik diri, mengasingkan diri dan bahkan disertai dengan sikap menutup diri
terhadap lingkungan sosialnya.
7
ini menyebabkan meningkatnya pengangguran, mengurangi kesejahteraan penderita
HIV AIDS, khususnya di negara-negara miskin dengan penderita HIV AIDS yang
tinggi, sedangkan bagi negara maju Produk Domestik Bruto yang dimiliki
diproyesikan menyusut rata -rata 3.8 persen untuk pengobatan antiretroviral ini. IMF
memproyesikan bahwa pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang akan turun
dari 6.1 persen di tahun 2008 menjadi 1.6 persen pada 2009, sehingga hal ini
mengharuskan pemerintah mengurangi ruang fiskal untuk pengeluaran dalam bidang
kesehatan. Dana yang diperlukan bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah untuk terapi bagi penderita HIV AIDS diperkirakan akan terus bertambah
walaupun mendapat bantuan bilateral dari negara lain atau dari IMF.
Menurut Pardita (2014) dampak HIV/AIDS di bidang ekonomi dapat dilihat
dari dua sisi, yaitu dampak secara langsung dan secara tidak langsung. Dampak ini
dimulai dari tingkat individu, keluarga, masyarakat dan akhirnya pada negara bahkan
dunia.
a. Dampak Ekonomi Secara Langsung
Epidemi HIV/AIDS akan menimbulkan biaya tinggi, baik pada pihak ODHA
maupun rumah sakit. Hal ini dikarenakan belum ditemukan obat penyembuh
HIV/AIDS, sehingga ODHA dan atau anggota keluarganya harus
menanggung biaya perawatan untuk memperpanjang usia ODHA. Dana yang
diperlukan untuk pengobatan dan perawatan semakin lama semakin besar,
sementara penghasilan tetap atau bahkan berkurang. Akhirnya ODHA
mengalami kesulitan memperoleh pendapatan. Hal ini terjadi karena ODHA
kehilangan pekerjaan, tabungan habis dan keluarga tidak mau memberikan
bantuan lagi.
b. Dampak Ekonomi Secara Tidak Langsung
HIV/AIDS memperlambat pertumbuhan ekonomi dengan merusak jumlah
penduduk yang mempunyai kemampuan produksi (human capital) yang baik.
ODHA tidak hanya tidak bisa bekerja, tetapi juga akan membutuhkan fasilitas
kesehatan yang memadai. Daerah yang memiliki jumlah penderita yang
banyak telah meninggalkan banyak anak yatim piatu yang dirawat oleh kakek
8
dan neneknya yang telah tua (Greener, R : 2002) dalam Pardita (2014).
Semakin tinggi tingkat kematian (mortalitas) di suatu daerah akan
mengakibatkan menurunnya tenaga kerja dan orang-orang yang memiliki
keterampilan. Tenaga kerja yang menurun ini akan didominasi oleh anak
muda, dengan pengetahuan dan pengalaman kerja yang lebih rendah sehingga
produktivitas menurun. Kondisi ini diperparah dengan meningkatnya cuti
pekerja yang digunakan untuk menjenguk anggota keluarga yang sakit atau
bahkan tenaga kerja tersebut cuti karena sakit juga akan mengurangi
produktivitas. Tingkat kematian yang meningkat juga akan melemahkan
mekanisme produksi dan investasi sumber daya manusia (human capital) pada
masyarakat, karena hilangnya pendapatan dan meninggalnya para orang tua.
Akibatnya HIV/AIDS dapat menurunkan pembayaran pajak, menguras dana
publik yang seharusnya dialokasikan untuk pendidikan dan fasilitas kesehatan
lain akan tetapi pada akhirnya digunakan untuk mengatasi HIV/AIDS.
Keadaan ini akan membebani keuangan negara dan memperlambat
pertumbuhan ekonomi.
Indikator ekonomi yang mengalami perubahan setelah responden terkena
penyakit HIV/AIDS adalah variabel jam kerja, artinya ada perbedaan jam kerja,
sebelum dan sesudah terkena HIV/AIDS di Kota Denpasar. Sedangkan indikator
yang tidak mengalami perubahan setelah responden terkena penyakit HIV/AIDS
adalah variabel keadaan bekerja atau tidak, lapangan pekerjaan, status pekerjaan, dan
pendapatan.
9
Menurunkan mutu SDM masa yang akan datang
Menurunkan produktivitas tenaga kerja yang sedang aktif.
10
aspek layanan, seperti tingkat kecepatan layanan, kapabilitas tenaga kesehatan dalam
memberikan layanan, perlakuan yang lebih ramah dari tenaga kesehatan, dan
terjaganya kerahasiaan pasien.
Secara nyata langkah-langkah yang harus dilakukan dalam upaya
penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Surakarta adalah melalui program –
program terpadu baik Satuan Kerja Perangkat Daerah (KPAD, Stake Holder (WPS,
LSL, PPS, Waria, IDU’S) dan Masyarakat (WPA, LSM, Perusahaan dsb).
1. ASPEK HUKUM
Dari aspek substansi hukum antara lain dengan lebih memperkuat landasan
operasional terutama petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan yang mengatur
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, monitoring, sanksi) . Dari aspek
struktur/kelembagaan antara lain meningkatkan fungsi dan tugas KPA baik secara
kualitas, manegement serta kelembagaan KPA dan program pendukung berupa
pendanaan/pengalokasian anggaran pada setiap SKPD terkait . Meningkatkan akses
dan kualitas pelayanan kesehatan bagi ODHA dan anak dengan HIV dan
AIDS/ADHA, dan kelompok yang beresiko tinggi tertular (RISTI), dan Orang Yang
Hidup dengan HIV dan AIDS/OHIDHA) . Meningkatkan keterlibatan swasta dan
pelaku usaha/industri/perusahaan khususnya terhadap karyawan dan penggalangan
dana, sarana dan prasarana yang mendukung program penanggulangan HIV dan
AIDS di lingkungannya.
Pemenuhan kebutuhan Sumber Daya Manusia dilakukan melalui pengadaan
tenaga kerja multiplier, pengalihan tugas, dan penambahan jumlah staf melalui jalur
reguler atau pengadaan khusus lewat tenaga honorer maupun jalur proyek. Tenaga
outreach, konselor, dan manajer kasus, misalnya, dapat direkrut sebagai tenaga
kesehatan melalui skema PNS atau tenaga honorer. Memberikan kesempatan sektor
non pemerintah atau masyarakat sipil yang terlatih, pemerintah turut andil
mewujudkan pengakuan terhadap kesetaraan serta mengurangi stigma dan
diskriminasi.
2. ASPEK BUDAYA/KULTUR
11
Dari aspek budaya/kultur baik petugasmaupun stake holder dan masyarakat
antara lain meningkatkan pemahaman masyarakat tentang HIV dan AIDS dengan
benar dan peran serta masyarakat dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS.
Meningkatkan keterlibatan PopulasiKunci dengan cara mengundang Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) peduli HIV dan AIDS dan kelompok resikotinggi
dalam perencanaan program danmenjalankan program serta evaluasiprogram sebagai
petugas lapangan (PL), Konselor, Manager Kasus dalam Komisi Penanggulangan
AIDS. Dalam pembentukan budaya/kultur dilakukan dengan cara mempengaruhi
sikap dan perilaku secara terus menerus/rutin agar dapat memahami, menyikapi
prosespenanggulangan dan empati, sehingga diharapkan memperkecil diskriminasi
terhadap ODHA.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dampak sosial, ekonomi, dan psikologis dirasakan sangat mendalam seperti
yang diungkapkan oleh Kemensos (2011) bahwa, seseorang yang terjangkit HIV
AIDS dapat berdampak sangat luas dalam hubungan sosial, dengan keluarga,
hubungan dengan teman-teman, relasi dan jaringan kerja akan berubah baik kuantitas
maupun kualitas. Orang-orang yang terjangkit HIV AIDS secara alamiah hubungan
sosialnya akan berubah. Dampak yang paling berat dirasakan oleh keluarga dan
orang-orang dekat lainnya.
Indikator sosial yang mengalami perubahan setelah responden terkena
penyakit HIV/AIDS adalah intensitas keikutsertaan dalam rapat, intensitas
berkunjung ke rumah keluarga atau kerabat, intensitas keikutsertaan gotong royong di
lingkungan sekitar tempat tinggal, dan intensitas menghadiri undangan adat.
Sedangkan indikator sosial yang tidak mengalami perubahan setelah responden
terkena HIV/AIDS adalah variabel komunikasi, intensitas sembahyang/ibadah
bersama keluarga atau masyarakat, dan interaksi dengan keluarga. Indikator ekonomi
yang mengalami perubahan setelah responden terkena penyakit HIV/AIDS adalah
variabel jam kerja, artinya ada perbedaan jam kerja, sebelum dan sesudah terkena
HIV/AIDS di Kota Denpasar. Sedangkan indikator yang tidak mengalami perubahan
setelah responden terkena penyakit HIV/AIDS adalah variabel keadaan bekerja atau
tidak, lapangan pekerjaan, status pekerjaan, dan pendapatan.
HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita, orang
tua maupun anak muda dan bayi. Data selama ini menunjukkan bahwa AIDS banyak
menyerang usia produktif (83%) bahkan 65% diantaranya berusia muda (15-30
tahun). Keadaan ini membawa dampak yang sangat besar terhadap pengembangan
SDM (Sumber Daya Manusia).
13
3.2 Saran
Makalah ini telah disusun dengan sebaik mungkin, namun masih ada hal-hal
yang masih kurang untuk dijelaskan. Diharapkan kepada pembuat makalah
selanjutnya bisa mengembangkan dan menambahkan lagi hal-hal yang dirasa perlu
agar makalah ini bisa menjadi lebih baik.
14
DAFTAR PUSTAKA
15