WAHYU NIKMATURROHMI
2211016017
2022 B
UNIVERSITAS MULAWARMAN
MARET 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat serta hidayat-Nya sehingga tugas makalah yang berjudul “Peran
Penanggulangan Penyakit Menular dalam Capaian Global Health di Indonesia” ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Kesehatan Global (One Health) dengan dosen pengampu Bapak Dr.
Ratno Adrianto, SKM., M.Kes.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki. Namun, penulis tetap berharap agar
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Penulis pun mengharapkan
segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sebagai
perbaikan untuk makalah selanjutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang berhubungan seks dengan sesama jenis, waria dan narapidana
(Kementerian Kesehatan, 2017).
Kondisi dan angka prevalensi tersebut sudah sepatutnya harus
diwaspadai karena tergolong memprihatinkan. Sehingga perlu dilakukan
upaya penanganan bersama dengan efektif dan efisien untuk menekan angka-
angka prevalensi tersebut, dengan mengoptimalkan peran setiap orang dalam
melaksanakan gerakan penyadaran masyarakat akan pentingnya menjaga
PHBS dan risiko seks bebas dari berbagai potensi PMS lainnya, serta dengan
membuat program yang ditargetkan pada populasi yang berisiko terkena
HIV/AIDS.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Terdapat 1,7 juta kasus infeksi HIV baru di dunia pada tahun 2019
(UNAIDS, 2020), dengan jumlah total kematian terkait AIDS di seluruh dunia
mencapai 690.000, dimana sekitar 600.000 adalah orang dewasa dan 95.000
adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun.
3
2.1.1 Faktor Risiko dan Penularan HIV/AIDS
Menurut Ditjen P2P (Sistem Informasi HIV/AIDS dan IMS
(SIHA), Laporan Tahun 2019), terdapat sepuluh provinsi dengan kasus
AIDS terbanyak di Indonesia, yakni Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI
Jakarta, Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Kepulauan
Riau, Bali, Sumatera Barat, dan Kalimantan Barat. Jumlah tersebut
tergolong banyak. Sehingga pola-pola epidemiologi pada kejadian
HIV/AIDS haruslah kita ketahui dan dapat dijabarkan melalui faktor-
faktor yang ada pada segitiga epidemiologi sebagai berikut, yakni:
a. Faktor agent: Human Immunodeficiency Virus (HIV) termasuk
dalam kelompok retrovirus yang mengalami mutasi dan
menyebabkan AIDS, sehingga sulit untuk menemukan pengobatan
yang dapat membunuh virus tersebut. Virus HIV sangat rentan dan
sensitif jika berada di luar tubuh manusia, sehingga virus tersebut
perlu hospes untuk berkembang selamanya di tubuh manusia.
4
HIV/AIDS adalah infeksi penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh hubungan seksual. Seks heteroseksual yang tidak
aman seperti tidak menggunakan alat pencegahan (kontrasepsi) dan
sering berganti-ganti pasangan merupakan transmisi utama dalam
penyebaran HIV/AIDS.
5
mengerti dan sadar bagaiamana untuk menjaga kesehatan dirinya
(Prawira, Uwan dan Ilmuwan, 2019). Sebagian besar infeksi
HIV/AIDS terjadi pada individu dengan jenjang pendidikan SMA,
yang disebabkan oleh kekurangan pengetahuan dan pemahaman
tentang penularan HIV/AIDS.
6
keletihan, sakit leher, radang kelenjar getah bening, nyeri di tubuh dan
ruam-ruam di kulit.
- Gejala Mayor
Gejala mayor atau gejala utama ialah gejala bahwa seseorang telah
terinfeksi HIV, tapi tidak unik dan khas, karena penderita penyakit
lain selain HIV juga merasakan gejala yang serupa. Setidaknya
terdapat dua gejala untuk memastikan bahwa seseorang menderita
HIV. Tanda dan gejala tersebut yaitu:
a. Penderita mengalami penurunan berat badan yang lebih dari
10% dalam kurun waktu satu bulan.
b. Demam yang berkepanjangan selama lebih dari 1 bulan.
c. Mengalami diare yang kronik dalam waktu lebih dari 1 bulan.
d. Kesadarannya mengalami penurunan dan adanya gangguan
neurologis.
e. Mengalami demensia, yakni penurunan daya ingat.
7
- Gejala Minor
Gejala minor adalah gejala-gejala yang jauh lebih spesifik
dibandingkan dengan gejala mayor untuk dikatakan termasuk
infeksi HIV, walaupun juga bisa sama dengan gejala penyakit lain.
Dimana salah satu dari gejala minor ini bila disertai dengan 2
gejala utama maka sudah cukup untuk mencurigai seseorang
terinfeksi virus HIV. Tanda dan gejala tersebut yaitu:
a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan.
b. Dermatitis generalisata.
c. Adanya herpes Zoster multisegmental dan herpes zoster yang
berulang.
d. Kandidiasis orofaringeal.
e. Herpes simpleks kronis progresif (meluas dan berat).
f. Limfadenopati generalisata (meluas).
g. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.
h. Retinitis virus sitomegalo.
8
mencegah terjadinya penyakit, dengan cara perubahan perilaku berisiko
tertular HIV menjadi perilaku tidak berisiko, perubahan perilaku masyarakat
dalam mengakses informasi yang benar dan mencari pengobatan terkait
HIV/AIDS, dan meningkatkan motivasi kesehatan dari masing-masing
individu. Terdapat juga intervensi perubahan perilaku yang meliputi konseling
dan pendekatan (perubahan) perilaku individu/kelompok sasaran, didukung
dengan advokasi, kemitraan dan pemberdayaan masyarakat dalam
mengupayakan transformasi sosial sejalan dengan tujuan perubahan perilaku
agar terjadi perubahan nilai, sikap dan perilaku di tingkat kelompok.
9
Pemerintah dan sektor yang terlibat memastikan bahwa fasilitas-
fasilitas dan keperluan dalam upaya penanggulangannya itu
tersedia dan terpenuhi dengan baik, agar usaha masyarakat untuk
menurunkan tingat risiko HIV/AIDS juga mendukung tercapainya
tujuan penanggulangan penyakit menular di negara tersebut.
Seperti menyediakan fasilitas konseling HIV/AIDS.
- Peningkatan akses pengobatan sebagai bagian dari pencegahan.
Seperti pemberian pengobatan yang mendukung, pengedalian
penyakit oportunistik, pemberian obat ARV (Antiretroviral)
dengan prioritas CD4, serta juga menangani dampak psikososial
dari penderita HIV/AIDS.
10
- Penguatan kemitraan dan peran serta masyarakat termasuk pihak
swasta, dunia usaha, dan multisektor lainnya baik di tingkat
nasional maupun internasional
- Pengembangan inovasi program sesuai kebijakan pemerintah
- Penguatan manajemen program melalui monitoring, evaluasi, dan
tindak lanjut.
11
faithful), dan penggunaan kondom (use condom), tidak memakai
narkoba (drugs), dan selalu ingin menambah pengetahuan terkait
HIV/AIDS (education).
- Memastikan bahwa darah yang dipakai untuk transfusi tidak
tercemar HIV, termasuk alat suntik dan alat lain yang dapat
melukai kulit.
- Melakukan pembinaan terhadap program pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
HIV/AIDS merupakah salah satu isu terkait masalah kesehatan
penyakit menular yang cakupannya sangat luas, hingga negara-negara di
seluruh dunia. Merupakan penyakit yang menyerang sel darah putih manusia
dan menyebabkan sistem pertahanan tubuh manusia menjadi turun dan
melemah. Terdapat beberapa faktor risiko yang memengaruhi terjadinya
HIV/AIDS di Indonesia, diantaranya ialah yang termasuk latar belakang
individu seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, serta
kebiasaan atau pola hidup individu sehari-hari.
13
ODHA. Kebijakan-kebijakan tersebut diatas akan sulit dicapai jika cakupan
penemuan kasus dan akses pemberian pengobatan masih rendah.
3.2 Saran
Agar bangsa kita bisa berdaya saing di masa mendatang dengan
negara-negara lain, maka penerus bangsa ini haruslah diselamatkan
secepatnya dari risiko-risiko yang nantinya akan mengancam negara kita.
Pemerintah dan pihak berwenang sudah sepatutnya untuk turun tangan dan
menegakkan kebijakan serta strategi, bukan hanya pemerintah saja, tetapi juga
seluruh sektor masyarakat. Serta melakukan monitoring dan evaluasi yang
bertujuan untuk menilai dan memantau keefektifan dari pelaksanaan program-
program yang telah dilakukan terkait penanggulangan HIV/AIDS, terutama
dilihat dari pencapaian kinerja terutama dalam hal menurunkan jumlah infeksi
baru dan meningkatkan kualitas hidup ODHA.
14
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, S., Arman, E., & Angelia, I. (Oktober 2018). Hubungan Peranan
Lingkungan Terhadap Kejadian HIV/AIDS. Jurnal Manajemen Kesehatan
Yayasan RS. Dr. Soetomo Vol. 4 (2), 134-143.
Ismayanti, N., & Suryamah, Y. (January, 2022). Kajian Naratif: Faktor Risiko
Kejaidan HIV/AIDS pda Kelompok LSL. Jurnal Sehat Masada Vol. XVI (1),
108-117.
Susilowati, T., Sofro, M. A., & Sari, A. B. (2015). Faktor Risiko yang Mempengaruhi
Kejaidan HIV/AIDS di Magelang. PROSIDING: SEMINAR NASIONAL
REKAM MEDIS & INFORMASI KESEHATAN, 85-95.
Sutrasno, M. A., Yulia, N., Rumana, N. A., & Fannya, P. (2022). Literature Review
Gambaran Karakteristik Pasien HIV/AIDS. Jurnal Manajemen Informasi dan
Administrasi Kesehatan Vol. 5 (1).
15
Widyaningtyas, P. A. (March, 2019). Implementasi Kebijakan Pengendalian
Penularan HIV/AIDS melalui Hubungan Seksual. Jurnal Ikesma Vol. 15 (1),
24-30.
16