Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan HIV/AIDS
DISUSUN OLEH,
KELOMPOK 1 :
3
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Atas rahmat dan hidayahnya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, Shalawat serta salam
semoga selalu terhaturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW,
Para Keluarga, Sahabatnya dan para pengikutnya yang tetap istiqamah hingga
akhir Zaman. Dan tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Dosen-Dosen
yang telah memberi kami Masukan dan arahan sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kelompok
4
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................3
C. Sistematika Penulisan...................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI.................................................................................................4
A. Trend dan Issue Keperawatan HIV AIDS.....................................................4
B. Issue dan Etik Dalam Keperawatan HIV/AIDS di Indonesia.....................12
BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................15
A. Kesimpulan.................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus HIV/AIDS masih menjadi perhatian dunia dikarenakan angka
kejadian kasus yang terus meningkat. Menurut World Health Organization
(WHO) pada tahun 2017 di dunia didapatkan 36.900.000 orang terinfeksi
HIV/AIDS. Berdasarkan data Dirjen PP & PL Kemenkes RI tahun 2017,
masalah HIVAIDS Triwulan IV (Oktober sampai Desember) jumlah
penderita HIVsebanyak 14,640 orang. Berdasarkan kelompok umur,
persentase kasus HIV tahun 2017 didapatkan tertinggi pada usia 25-49
tahun (69,2%) diikuti kelompok umur 20 – 24tahun (16,7%), dan
kelompok umur 50 tahun (7,6%). Persentase faktor risiko HIV tertinggi
adalah hubungan seks berisiko pada heteroseksual (22%),homoseksual
(21%) dan penggunaan jarum suntiktidak steril pada penasun
(2%).Sedangkan jumlah penderita AIDS sebanyak 4.725 orang.
Berdasarkan kelompok umur, persentase kasus AIDS tahun 2017
didapatkan tertinggi pada usia 30-39 tahun (35,2%), diikuti kelompok
umur 20-29tahun (29,5%) dan kelompok umur 40-49 tahun (17,7%).
Persentase faktor risikoAIDS tertinggi adalah hubungan seks berisiko pada
heteroseksual (71%),homoseksual (Lelaki Saks Lelaki) (20%), perinatal
(3%), dan IDU (2%). Rasio HIV dan AIDS antara lakilaki dan perempuan
adalah 2:1 (Kemenkes, 2017).
Pemerintah Indonesia telah mengupayakan penanggulangan
HIV/AIDS dengan berbagai macam cara. Menurut Permenkes RI (2013),
penanggulangan HIV/AIDS dilakukan melalui 5 (lima) kegiatan yaitu; 1)
promosi kesehatan; 2) pencegahan penularan HIV/AIDS; 3) pemeriksaan
diagnosis HIV/AIDS; 4) pengobatan, perawatan dan dukungan; serta 5)
rehabilitasi. Menurut Kemenkes RI (2014), layanan pencegahan,
1
perawatan, dukungan dan pengobatan HIV/AIDS diwujudkan melalui
voluntary counseling and testing (VCT).
Infeksi HIV pada kelompok berisiko, populasi berisiko, yakni
pengguna narkoba suntik (penasun), pekerja seks wanita langsung, pekerja
seks wanita tidak langsung (terselubung menggunakan perantara), waria,
dan Lelaki Sesama Lelaki (LSL), hanya prevalensi HIV pada pekerja seks
wanita langsung dan tidak langsung yang tidak meningkat dalam kurun
waktu 2003-2017.
Trend prevalensi jumlah HIV dan AIDS yang dilaporkan per tahun
sampai dengan desember 2017, HIV 48.300 dan AID 9280. Kelompok
umur pada kelompok 25-49 menjadi kelompok tertinggi yaitu 69,2 %.
Demikian juga prevalensi HIV yang dilaporkan menurut jenis kelamin
Oktober-Desember 2017 tertinggi yaitu pada laki-laki sebesar 62%.
Kebijakan pemerintah pada kurun waktu 2013-2017 antara lain intervensi
terhadap populasi berisiko, seperti pengguna narkoba suntik, pekerja
seksual, dan pencegahan penularan dari ibu kepada bayinya. Sebagai
contoh, periode 2013 hingga desember 2017, jumlah ibu hamil HIV positif
yang mendapat obat Antiretroviral (ARV) terus meningkat, secara
berturut-turut 601 orang, 1.070 orang, 1.544 orang, dan 1.456 orang.
Seperti telah dikemukakan sebelumnya, epidemi HIV di indonesia
sebagian besar terkonsentrasi pada kelompok populasi kunci, dengan tren
dan tingkat pravalensi yang bervariasi antara satu provinsi dengan provinsi
lain. Situasi yang berbeda terdapat di tanah papua yang memiliki epidemi
meluas tingkat rendah dan jumlah Orang Dengan HIV AIDS (ODHA)
perempuan melebihi jumlah ODHA laki-laki. Angka kasus HIV terbesar
terdapat di DKI jakarta, provinsi padat penduduk lainnya di pulau Jawa,
Papua Barat dan Papua. Dalam periode terdahulu epidemi HIV dipicu oleh
perilaku berbagai alat suntik di kelompok penasun, dan saat ini penularan
seksual menjadi mode utama HIV dengan dampak besar pada kelompok
Lelaki Sesama Lelaki (LSL)
Indonesia telah membuat kemajuan yang luar biasa dalam
meningkatkan angka pemeriksaan HIV. Secara bersamaan jumlah ODHA
yang menjalani pengobatan ARV telah meningkat menjadi lebih dari
60.000 pada tahun 2015 dari hanya beberapa ribu saja di tahun 2011.
Meskipun demikian, tingkat cakupan ini tidak cukup mencapai tujuan
2020. Peran tenaga kesehatan seperti dokter, perawat dan seluruh tim
sangatlah penting untuk tahu tentang trend perilaku yang berisiko tertular
dan menular kan HIV/AIDS.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk membahas tentang
tren dan issue keperawatan HIV-AIDS di Indonesia, Issue dan Etik dalam
keperawatan HIV/AIDS di Idonesia.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui trend dan issue keperawatan HIV-AIDS di
Indonesia
2. Untuk mengetahui issue dan etik dalam keperawatan HIV/AIDS
BAB II TINJAUAN
TEORI
Ada tiga faktor risiko penularan HIV dari ibu ke anak, yaitu
sebagai berikut.
1) Faktor ibu
2) Faktor bayi
a) Usia kehamilan dan berat badan bayi saat lahir: bayi
prematur atau bayi dengan berat lahir rendah lebih rentan
tertular HIV karena sistem organ dan kekebalan tubuh
belum berkembang baik.
b) Periode pemberian ASI: risiko penularan melalui pemberian
ASI bila tanpa pengobatan berkisar antara 5-20%.
c) Adanya luka di mulut bayi: risiko penularan lebih besar
ketika bayi diberi ASI.
10
10
dengan terapi antiretroviral, stadium penyakit ibu dan berat lahir
bayi. Banyak penelitian tidak menyesuaikan dengan muatan virus.
Pada pasien yang menggunakan ARV dengan muatan virus tidak
terdeteksi, resiko penularan menjadi sangat rendah sehingga timbul
pertanyaan akan manfaat kelahiran sesar pada kondisi ini.
Durasi ketuban pecah dapat dikaitkan dengan tingkat
penularan yang lebih tinggi. Meta analisis kelompok HIV Perinatal
Internasional menemukan bahwa resiko penularan vertical
meningkat 2% untuk siap peningkatan 1 jam durasi ketuban pecah.
Data menunjukkan bahwa tidak ada penurunan tingkat transmisi
jika kelahiran sesar dilakukan setelah ketuban pecah. Keputusan
metode persalinan menjadi bersifat individual. Mark dkk meneliti
pada kelompok ibu hamil HIV dengan muatan virus tidak terdektsi,
90 ribu (54%) memiliki kelahiran pervaginam dan 77 ibu (46%)
memiliki kelahiran seksio sesarea. Tidak ditemukan kasus
penularan HIV pada bayi.
Penggunaan terapi yang tepat akan menurunkan muatan
virus sebanyak 1 log dalam bulan pertama dan menjadi tidak
terdeteksi dalam 6 bulan kemudian. Semakin tinggi muatan virus,
semakin lama penurunannya, namun jika muatan virus menetap
atau meningkat pada 6 bulan, maka dapat dipertimbangkan sebagai
kegagalan pengobatan. Kegagalan virul didefinisikan sebagai
muatan virus yang tetap terdeteksi melebihi 1000 kopi (yaitu dua
pengukuran muatan virus berturut-turut dalam interval 3 bulan)
setelah setidaknya 6 bulan setelah memulai rejimen ARV
baru.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trend adalah suatu gerakan (kecenderungan) naik atau turun dalam
jangka panjang, yang diperoleh dari rata–rata perubahan dari waktu ke
waktu. Rata-rata perubahan tersebut bisa bertambah bisa berkurang. Jika
rata-rata perubahan bertambah disebut trend positif atau trend mempunyai
kecenderungan naik. Sebaliknya, jika rata–rata perubahan berkurang
disebut trend negatif atau trend yang mempunyai kecenderungan menurun.
Berdasarkan data Dirjen PP & PL Kemenkes RI tahun 2017, masalah
HIVAIDS Triwulan IV (Oktober sampai Desember) jumlah penderita
HIVsebanyak 14,640 orang. Berdasarkan kelompok umur, persentase
kasus HIV tahun 2017 didapatkan tertinggi pada usia 25-49 tahun (69,2%)
diikuti kelompok umur 20 – 24tahun (16,7%), dan kelompok umur 50
tahun (7,6%). Persentase faktor risiko HIV tertinggi adalah hubungan seks
berisiko pada heteroseksual (22%),homoseksual (21%) dan penggunaan
jarum suntiktidak steril pada penasun (2%).Sedangkan jumlah penderita
AIDS sebanyak 4.725 orang. Berdasarkan kelompok umur, persentase
kasus AIDS tahun 2017 didapatkan tertinggi pada usia 30-39 tahun
(35,2%), diikuti kelompok umur 20-29tahun (29,5%) dan kelompok umur
40-49 tahun (17,7%). Persentase faktor risikoAIDS tertinggi adalah
hubungan seks berisiko pada heteroseksual (71%),homoseksual (Lelaki
Saks Lelaki) (20%), perinatal (3%), dan IDU
(2%). Rasio HIV dan AIDS antara lakilaki dan perempuan adalah 2:1
(Kemenkes, 2017).
B. Saran
1. Saran Bagi Institusi/Pemerintah
Hendaknya institusi pelayanan dan pemerintah melakukan
peningkatan berbagai upaya dalam pencegahan HIV-AIDS, lebih
giatnya dilakukan penyuluhan tentang bahaya HIV-AIDS dan perlunya
pengobatan seumur hidup jika terinfeksi.
2. Saran Bagi Mahasiswa Perawat
Diharapkan dapat menambahkan koleksi sumber refrensi dan buku
terbaru di perpustakaan tentang keperawatan HIV-AIDS yang terbaru.
3. Saran Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat tidak mendiskriminasi pasien HIV AIDS
tetapi memberi dukungan untuk saling mengingatkan pentingnya
minum obat secara teratur. Masyarakat diharapkan memiliki perilaku
hidup yang baik, saling percaya kepada pasangan masing-masing,
tidak melakukan seks bebas, minum-minuman, tato, dan penggunaan
jarum suntuk bersamaan.
DAFTAR PUSTAKA