Anda di halaman 1dari 20

A.

LANJUT USIA
1. Pengertian Lanjut Usia
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga
tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia
tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai
dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin memburuk, gerakan lambat
dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2006).
WHO

dan

Undang-Undang

Nomor

13

Tahun

1998

tentang

kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa


usia 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit,
tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan
kumulatif,

merupakan

proses

menurunya daya

tahan

tubuh

dalam

menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh.


Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun
ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999). Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat
bertahan

terhadap

infeksi

dan

memperbaiki

kerusakan

yang

terjadi

(Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak
distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan
lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono,
1999).

2. Batasan Lansia

WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/


biologis menjadi 4 kelompok yaitu :
1)

usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59

2)

lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun

3)

lanjut usia tua (old) 75 90 tahun

4)

usia sangat tua (Very old) di atas 90 tahun.


Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1965 Pasal 1 seseorang dapat

dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah bersangkutan mencapai
umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. UndangUndang No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia bahwa lansia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas
Penggolongan lansia menurut Depkes RI dikutip dari Azis (1994) menjadi
tiga kelompok yakni :
1)

Kelompok lansia dini (55 64 tahun), merupakan kelompok yang baru

memasuki lansia.
2)

Kelompok lansia (65 tahun ke atas).

3)

Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70

tahun.
3. Karakteristik Lansia
Menurut Budi Anna keliat (1999), lansia memiliki Karakteristik sebagai
berikut .
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang
kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif maupun
kondisi maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

4. Tipe Lansia

Beberapa tipe pada lansia bergantung

pada karakter, pengalaman

hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, social, dan ekonominya (Nugroho,


2000).Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan, menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas
Konflik

lahir

batin

menentang prose penuaan sehingga

menjadi

pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut.
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif, dan acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif

tipe

dependen (kebergantungan, ,tipe defensive (bertahan), tipe militan dan serius,


tipe pemarah lftrustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta
tipe putus asa serta benci pada diri sendiri).
Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai
berdasarkan kemapuan untuk melakukan aktifitas

sehari-hari ( indeks

kemandirian Katz), para lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu
lansia

mandiri sepenunhya, lansia

mandiri

dengan

bantuan

langsung

keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan
bantuan badan social, lansia dip anti werdha, lansia yang dirawat dirumah sakit,
dan lansia dengan gangguan mental.

5. Tugas perkembangan Lansia


Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan
diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh tumbuh kembang
pada tahap sebebelumnya. Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang
sebelumnya, melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta
membina hubungan yang serasi dengan orang-orang yang disekitarnya, maka
pada usia lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pada
tahap perkembangan sebelumnya seperti olahraga, mengembangkan hobi,
bercocok tanam, dan lain-lain.
Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut.
1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun
2. Mempersiapkan diri untuk pension
3. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
4. Mempersiapkan kehidupan baru.
Perkembangan kehidupan lansia yang diharapkan mencakuppenyesuaian
terhadap pension (bagi mereka yang bekerja disektor formal ) dan penurunan
penghasilan,

penyesuaian

terhadap

kematian

pasangan

atau

kerabat,

membangun suatu perkumpulan dengan sekelompok seusia, mengambil dan


beradaptasi terhadap peran sosial dengan cara yangeksibel, serta membuat
pengaturan hidup atau kegiatan asik yang menyenangkan.
Adapun mekanisme terhadap lansia dalam menyesuaikan diri terhadap
adanya perubahan yang dipengarui oleh faktor -faktor sebagai berikut:
a. Usia dan jenis pekerjaan.
Semakin bertambah usia seorang, semakin siap pula dalammenerima
cobaan, hal ini didukung oleh teori aktivitas yang menyatakan bahwa hubungan
antara sistem sosial dengan individu bertahan stabil pada saat individu bergerak
dari usia pertengahan menuju usia tua (Cox, 1984 ). Teori ini menekankan
bahwa kestabilan sistem kepribadian sebagai individu, bergerak ke arah usia tua.
Oleh sebab itu, tidak dibutuhkan suatu kompensasi terhadap kehilangan,
sepert i pensiun dari peran sosial karena menua. Keterkaitannya dengan jenis
pekerjaan juga membawa dampak yang berarti.

b. Jenis kelamin
Perbedaan gender juga dapat merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi psikologis lansia, sehingga akan berdampak pada bentuk
adaptasi

yang digunakan, (Darmojo dkk,1999), menyatakan hasil penelitian

mereka yang memaparkan bahwa ternyata keadaan psikososial lansia di


Indonesia secara umum masih lebih baik dibandingkan lansia di Negara maju,
antara lain tanda- tanda depresi (pria 4,3 % dan wanita 4,2 %), menunjukkan
kelakuanl tabiat buruk (pria 7,3 % dan wanita3,7 %), serta cepat marah
irritable( pria 17,2 % dan wanita 7,1 %). Jadi, dapat diasumsikan bahwa wanita
lebih siap dalam menghadapi masalah dibandingkan laki- laki, karena wanita
lebih mampu menghadapi masalah dari pada kaum lelaki yang cenderung lebh
emosional.
c. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan juga merupakan hal terpenting dalam menghadapi
masalah. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin banyak pengalaman
hidup yang dilaluinya, sehingga akan lebih siap dalam menghadapi masalah yang
terjadi.Umumnya lansia yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi
masih dapat produktif, mereka justru banyak memberikan kontribusinya sebagai
pengisi waktu luang dengan menulis buku-buku ilmiah maupun biografinya
sendiri.
d. Motivasi
Adanya motivasi akan sangat membantu individu dalam menghadapi dan
menyelesaikan masalah . Individu yang tidak mempunyai motivasi untuk
menghadapi dan menyelesaikan masalah akan membentuk mekanisme terhadap
lansia dlam menyelesaikan perubahan( koping) yang destruktif.Menurut
Maslow(1968) ,jika tiap -tiap kebutuhan dapat dicapai, maka individu termotivasi
untuk mencari kebutuhan pada tahapyang lebih tinggi berikutnya, sehingga
individu akan mempunyai kemampuan dalam memecahkan masalah.
e. Dukungan keluarga.
Keluarga masih merupakan tempat berlindung yang paling disukai para
lansia. Sampai sekarang penelitian dan observasi tidak menemukan bukti -bukti
yang menujukkan bahwa anakl keluarga segan untuk melakukan hal ini.

Menempatkan lansia dipanti werdha merupakan alternative terakhir.Martabat


lansia dalam keluarga dan keakraban hidup kekeluargaan di dunia timur seperti
yang kita rasakan perlu untuk dipertahankan. Dari negative, penghargaan kepada
rang tua ini yang sering dijumpai berupa over protecktif (Hodkinson, 1976).
Dukungan dari keluarga merupakan unsur

terpenting dalam membatu individu

menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan,rasa percaya diri akan bertambah


dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat (Stuart dan
Sundeen,1995).
f. Dukungan sosial
Kebiasaan sosial budaya

masyarakat

didunia timur sampai sekarang

masih menempatkan orang- orang usia lanjut pada tempat terhormat dan
penghargaan yang tinggi.Menurut brojkelehurust dan Allen (1987)lansia sering
dianggap lamban, baik dalam berpikir maupun dalam bertindak. Anggapan ini
bertentangan dengan pendapat- pendapat pada zaman sekarang, yang justru
menganjurka masih tetap ada social

involvement (keterlibatan sosial) yang

dianggap penting meyakinkan. Contohnya dalam bidang pendidikannya, sehingga


dapat meningkatkan intelegensi dan memperluas wawasannya. Hal ini merupakan
suatu dukungan bagi lansia dalam menghadapi masalah yang terjadi.
B. RUMAH JOMPO
1. Pengertian Rumah jompo
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata panti }ompo diartikan
sebagai tempat merawat dan menampung jompo, dan Perda No, 15 Tahun 2002
mengenai Perubahan atas Perda No. 15 Tahun 2000 Tentang Dinas Daerah, maka
Panti Sosial Tresna Werdha berganti nama menjadi Balai Perlindungan Sosial
Tresna Werdha. Fasilitas untuk panti jompo diatur dalam Peraturan PerundangUndangan dan Penyelenggaraan Penyandang Cacat Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14
dan Pasal 15 yang mencangkup akses ke dan dari dalam bangunan, pintu, tangga,
lift, tempat parkir, toilet dan beberapa lainnya dalam aksebilitas pada bangunan
umum. Dalam Departemen Sosial manula dimasukkan kedalam kategori
penyandang cacat, mental maupun fisik.

Sesuai yang ditegaskan dalam buku pedoman pembinaan orang lanjut


usialjompo melalui sistem panti yakni :
a. Tinjauan Kenyamanan Bangunan Panti Jompo
Nyaman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah segar; sehat.
Sedangkan kenyamanan adalah keadaan nyaman; kesegaran; kesejukan.Dan
kenyamanan sebuah bangunan diatur dalam Undang- Undang RI No. 28 Tahun
2002 Tanggal 16 Desember 2002, Bagian Keempat Pasal 26 ayat 1 sampai dengan
ayat 7. Undang- Undang RI No. 28 Tahun 2002

tentang Persyaratan Kendala

Bangunan Gedung, Paragraf 4 pasal 26 yaitu ayat (1) Persyaratan kenyamanan


bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) sampai dengan
ayat (6) meliputi kenyamanan ruang gerak, dan hubungan antar ruang, kondisi
udara dalam ruang, pandangan, serta tingkat getaran, dan tingkat kebisingan.
Hal- hal tersebut menjadi syarat minimal kenyamanan sebuah gedung, terlebih
bagi sebuah bangunan panti jompo.
b.

Kenyamanan Ruang Gerak


Seperti disebutkan dalam pasal 26 ayat (2) yaitu tentang Kenyamanan

Ruang Gerak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan kenyamanan yang
diperoleh dari dimensi ruang dan tata letak ruang yang memberikan kenyamanan
bergerak dalam ruang.
c.

Kenyamanan Hubungan Antar Ruang


Seperti

disebutkan

dalam

pasal

26

ayat

(3)

yaitu

tentang

Kenyamanan Hubungan Antar Ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat


(1)

merupakan kenyamanan yang diperoleh dari tata letak ruang dan sirkulasi

antar ruang dalam bangunan gedung untuk terselenggaranya fungsi bangunan


gedung.
d. Kenyamanan Kondisi Udara
Seperti disebutkan dalam pasal 26 ayat (4) yaitu tentang Kenyamanan
Kondisi Udara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tingkat
kenyamanan yang diperoleh dari temperatur dan kelembaban didalam ruang untuk
terselenggaranya fungsi bangunan gedung.
e.

Kenyamanan Pandangan

Seperti disebutkan dalam pasal 26 ayat (5) yaitu tentang Kenyamanan


Pandangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan kondisi dimana hak
pribadi orang dalam melaksanakan kegiatan didalam bangunan gedungnya
tidak terganggu dari bangunan gedung lain disekitarnya.
f . Kenyamanan Kondisi Tingkat Getaran dan Kebisingan
Seperti disebutkan dalam pasal 26 ayat (6) yaitu tentang Kenyamanan
Tingkat Getaran dan Kebisingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
merupakan tingkat kenyamanan yang ditentukan oleh suatu keadaan yang
tidak

mengakibatkan pengguna dan fungsi bangunan gedung terganggu oleh

getaran atau kebisingan yang timbul baik dari dalam gedung atau lingkungannya.
2. Keuntungan Tinggal Dipanti Jompo
a. Perawatan dan perbaikan wisma dan perlengkapannya

dikerjakan oleh

lembaga.
b. Semua makanan mudah didapat dengan biaya yang memadai.
c. Perabot dibuat untuk rekreasi dan hiburan.
d. Terdapat kemungkinan untuk berhubungan dengan teman seusia yang
mempunyai minat dan kemampuan yang sama.
e. Kesempatan yang besar untuk dapat diterima secara temporer oleh teman
seusia dari pada orang yang lebih muda.
f. Menghilangkan kesepian karena orang-orang disitu dapat dijadikan teman.
g. Perayaan hari libur bagi mereka yang tidak mempunyai keluarga tersedia
disini.
h. Ada kesempatan untuk berprestasi berdasarkan prestasi di masa lalu
kesempatan semacam ini tidak mungkin terjadi dalam kelompok orang orang
muda.
3. Kerugian Tinggal Dipanti Jompo
a. Lebih mahal daripada tinggal dirumah sendiri.
b. Seperti halnya makanan disemua lembaga ,biasanya kurang menarik daripada
masakan rumah sendiri.
c. Pilihan makanan terbatas dan seringkali diulang-ulang.
d. Berhubungan dekat dan menetap dengan beberapa orang yang tidak
menyenangkan
e. Letaknya seringkali jauh dari tempat pertokoan, hiburan dan organisasi
masyarakat.

f. Tempat tinggalnya cenderung leih kecil daripada rumah yang dulu.


C. TEORI SOSIAL
1. Teori interaksi sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu
situasi tertentu, yaitu atas dasar hal- hal yang dihargai masyarakat . Mauss (1954),
Homans (1961 )dan Blau (1964 ) mengemukakan bahwa interaksi sosial
terjadi berdasarkan atas hukum dan pertukaran barang dan jasa. Sedangkan pakar
lain Simmons (1945), mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus
menjalin interaksi social merupakan kunci untuk memperthankan status
sosialnyaa atas dasar kemampuannya untuk melakukan tukar - menukar
Menurut Dowd (1980 ), interaksi antara pribadi dan kelompok merupakan
upaya untuk meraih keuntungan sebesar- besarnya dan menekan kerugian hingga
sesedikit mungkin. Kekuasaan akan timbul apabila seseorang atau kelompok
mendapatkan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan pribadi atau kelompok
lainnya.
Pada lansia, kekuasaan dan prestisenya berkurang, sehingga menyebabkan
interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan
kemampuan mereka untuk mengikuti perintah.
2. Teori aktivitas
Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965 ) Lemon et al.(1972) yang
menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung dari bagaimana seorang
lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan
aktivitas tersebut

lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas

yang

dilakukan. Dari satu sisi aktivitas lansia dapat menurun, akan tetapi di lain sisi
dapat dikembangkan, misalnya peran baru lansia sebagai relawan, kakek atau
nenek, ketua RT, seorang duda atau janda, serta karena ditinggal wafat pasangan
hidupnya.
Dari pihak lansia sendiri terdapat anggapan bahwa proses penuaan
merupakan

suatu

perjuangan

untuk

tetap

muda

mempertahamkan perilaku mereka semasa mudanya.

dan

berusaha

untuk

3. Teori Kesinambungan
Teori ini dianut oleh banyak pakar sosial. Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Pengalaman hidup seorang pada
suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia, hali ini
dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak
berubah meskipun ia telah menjadi lansia.
D. STRESS
1. Pengertian Stress
Pengertian stress akan berbeda satu dengan lainnya, hal ini bergantung
dengan cara pandang seseorang dalam mendefinisikannya. Ada beberapa
pengertian yang perlu diketahui mahasiswa yaitu,
a.

Hans Selye,1976
Stress adalah rspon tubuh yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap

tuntutan beban atasnya.


b.

Emanuelsen& Rosenlicht, 1986


Stress didefinisikan sebagai respon fisik dan emosionalterhadap tuntutan

yang dialami individu yang diiterpretasikansebagai sesuatu yang mengancam


keseimbangan
c.

Soeharto Heerdjan, 1987


Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang

menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang.


d.

Maramis, 1999
Secara umum, yang dimaksud Stres adalah reaksi tubuhterhadap situasi

yang menimbulkan tekanan, perubahan,ketegangan emosi, dan lain-lain. Stres


adalah segala masalahatau tuntutan penyesuaian diri, dan karena itu, sesuatu
yangmengganggu keseimbangan kita
e.

Vincent Cornelli, sebagai mana dikutip oleh Grant Brecht(2000)


Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yangdisebabkan oleh

perubahan dan tuntutan kehidupan, yangdipengaruhi baik oleh lingkungan


maupun penampilan individudi dalam lingkungan tersebut.

f.

Keliat, B.A. , 1999


Stress adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapatdihindari.

Stres disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian.


g.

Lazarus & Folkman , 1984


Stres merupakan hubungan antara individu denganlingkungan yang oleh

individu

dinilai

membebani

atau

melebihikekuatannya

dan

mengancam

kesehatannya.
h.

Spilberger (Handoyo, 2001)


Stress adalah tuntutan eksternal yang mengenai seseorang,misalnya objek-

objek dalam lingkungan atau seatu stimulus yangsecara objektif adalah berbahaya
2. Gejala Stress
Stres sifatnya universiality, yaitu umum semua orang sama dapat
merasakannya, tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity. Sesuai
dengan karakteristik individu, maka responnya berbeda- beda untuk setiap orang.
Seseorang yang mengalami stres dapat mengalami perubahan-perubahan yang
terjadi. Menurut Braham, gejala stres dapat berupa tanda-tanda,sebagai berikut :
a. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidak dapat tidur teratur, sakit kepala, sulit buang air
besar, adanya gangguan pencernaan, radang usus, kulit gatal-gatal.
b. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung, terlalu sensitif,gelisah dan
cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis.
c. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit
berkonsentrasi, suka melamun, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja
d. Interpersonal, yaitu acuh, kurang percaya kepada orang lain, sering
mengingkari janji, suka mencari kesalahan orang lain, menutup diri, mudah
menyalahkan orang lain.
3. Ciri-Ciri Stres
Ciri-ciri stres yang baik:
a. Mengahadapi sesuatu dengan penuh harapan untuk melawan rasa takut dalam
diri.
b. Memiliki jadwal yang sangat padat, tetapi didalam sela-sela jadwal yang padat
itu ada

aktivitas yang sangat diharapkan dan sangat dinikmati.

c. Memiliki komitmen yang lebih terhadap apa yang Anda sayangi. Misalnya:
pernikahan, menjadi seorang ayah/ibu, menjadi pekerja, atau menjadi pegawai
negeri.
d. Bekerja dengan tujuan tertentu dan Anda tahu kecepatan Anda saat bergerak
akan berkurang saat tujuan itu tercapai atau bahkan saat baru akan tercapai.
e. Merasa tertantang, siap dan bersemangat untuk menerima dan menyelesaikan
tugas yang akan Anda hadapi.
f. Merasakan kondisi badan yang cukup lelah namun akhirnya akan menikmati
tidur yang lelap dan nyaman.
4. Ciri-ciri stres yang jahat:
a. Menghadapi segala sesuatu dengan perasan takut, resah, gelisah dan khawatir.
b. Memiliki jadwal yang sangat padat, tetapi tak ada satupun yang dapat Anda
nikmati dan mau tidak mau, harus Anda penuhi kewajiban itu.
c. Merasa bahwa semua yang Anda lakukan tidaklah penting, tidak memenuhi
seluruh kebutuhan Anda, dan tak sebanding dengan tenaga, pikiran dan waktu
yang Anda curahkan.
d. Merasa tidak memegang kendali dan selalu merasa panic seakan-akan tidak ada
jalan keluar untuk menyelesaikan tugas, merasa tidak ada selesainya, dan
merasa tidak ada yang membantu menyelesaikannya.
e. Merasa lebih baik bekerja daripada berhenti/istirahat sejenak saat jam kerja.
f. Memiliki tidur yang tidak lelap, tidur yang resah, sering sakit maag, sakit
punggung dan mempunyai sakit yang sifatnya menahun.
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stress
Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressors.
Meskipun stress dapat diakibatkan oleh hanya satu stressors, biasanya karyawan
mengalami stress karena kombinasi stressors. Menurut Robbins (2001:565-567)
ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan timbulnya stress yaitu :

a. Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan
pengaruh pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan.
Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress bagi

karyawan yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat
karena adanya penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang
mengalami ancaman terkena stress. Hal ini dapat terjadi, misalnya perubahan
teknologi yang begitu cepat. Perubahan yang baru terhadap teknologi akan
membuat keahlian seseorang dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir
semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat
dengan adanya teknologi yang digunakannya.
b. Faktor Organisasi
Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan
stress yaitu role demands, interpersonal demands, organizational structure dan
organizational leadership. Pengertian dari masing-masing faktor organisasi
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Role Demands
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu organisasi
akan mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan hasil akhir
yang ingin dicapai bersama dalam suatu organisasi tersebut.
2) Interpersonal Demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam
organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu
dengan karyawan lainnya akan dapat menyeba bkan komunikasi yang tidak
sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam organisasi terutama yang
berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat perkembangan sikap dan
pemikiran antara karyawan yang satu dengan karyawan lainnya.
3) Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut
dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan atau
peraturan maka akan dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam
organisasi.
4) Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam
suatu organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group
(Robbins, 2001:316) dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih
mengutamakan atau menekankan pada hubungan yang secara langsung antara
pemimpin dengan karyawannya serta karakteristik pemimpin yang hanya
mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja. Empat faktor

organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam mengukur tingginya tingkat
stress. Pengertian dari tingkat stress itu sendiri adalah muncul dari adanya
kondisi-kondisi suatu pekerjaan atau masalah yang timbul yang tidak
diinginkan oleh individu dalam mencapai suatu kesempatan, batasan-batasan,
atau permintaan-permintaan dimana semuanya itu berhubungan dengan
keinginannya dan dimana hasilnya diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti
tapi penting (Robbins, 2001:563).
c. Faktor Individu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam
keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan.
Hubungan pribadi antara keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat
pada pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat tersebut dapat terbawa dalam
pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari bagaimana
seseorang tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan
keluarga serta dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya.
Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat menimbulkan
stress terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut.
Sehingga untuk itu, gejala stress yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur
dengan benar dalam kepribadian seseorang.

E. DIAGNOSA

KEPERAWATAN:

SINDROM

STRESS

AKIBAT

PERPINDAHAN
1. Denfinisi
Gangguan fisiologis dan/atau psikososial setelah pindah dari satu lingkungan ke
lingkungan lain.
2. Batasan Karakteristik
Ansietas
Depresi

Enggan berpindah
Frustasi
Harga diri rendah
Kehilangan indentitas
Kahilangan makna diri
Kesepian
Ketakutan
Ketergantungan
Khawatir
Khawatir terhadap perpindahan
Marah
Menarik diri
Merasa sendirian
Merasa tidak aman
Peningkatan gejala fisik
Penigkatan verbalisasi kebutuhan
Perasaan asing
Perburukan penyakit
Perubahan pola tidur
Pesimis

3.

Faktor Yang Berhubungan


Gangguan kesehatan psikososial
Isolasi sosial
Kendala bahasa
Kurang sistem dukungan
Kurangnya konseling pra-keberangkatan
Pengalaman yang tidak terduga
Penurunan status kesehatan
Pindah dari satunlingkungan ke lingkungan lain
Riwayat kesehatan
Strategi koping tidak efeektif
Tidak berdaya

F. PENATALAKSANAAN DEPRESI PADA LANSIA


1. Terapi biologi
a) Pemberian obat antidepresan

Terdapat beberapa pilihan obat anti depresi yaitu jenis Selective Serotonin
Reuptake Inhibitors (SSRIs): Prozac (fluoxetine); Zoloft (setraine), Cipram
(citalopram) dan Paxil (paroxetine). Jenis NASSA: Remeron (mirtazapine). Jenis
Tricylic antidepresan: Tofranil (imipramine) dan Norpramin (desipramine).
Reversible Inhibitor Mono Amine Oxidase (RIMA) Inhibitors: Aurorix. Stablon.
(Tianeptine).
b) Terapi kejang listrik (ECT), shock theraphy
Penggunaan Electroconvulsive Therapy (ECT) dengan cara shock therapy
untuk pasien yang tidak memberi respon positif terhadap, obat antidepresan dan
psikoterapi. ECT bekerja untuk menyeimbangkan unsur kimia pada otak, dirasa.
cukup aman dan efektif serta dapat diulang 3 kali seminggu sampai pasien
menunjukan perbaikan. Efek samping ECT adalah kehilangan kesadaran
sementara.pada pasien namun cukup efektif untuk mengurangi resiko bunuh diri
pada pasien tertentu.
c) Terapi sulih hormon
d) Transcranial Magnetic Stimulation (TMS)
2. Terapi Psikososial (Psikoterapi)
Bertujuan mengatasi masalah psikoedukatif, yaitu mengatasi kepribadian
maladaptif, distorsi pola berpikir, mekanisme koping yang tidak efektif, hambatan
relasi interpersonal. Terapi ini juga dilakukan untuk mengatasi masalah
sosiokultural, seperti keterbatasan dukungan dari keluarga, kendala terkait faktor
kultural, perubahan peran sosial.
Psikoterapi yang dapat ditempuh dengan sesi pembicaraan dengan psikiater
dan psikolog dapat membantu pasien melihat bahwa perasaan yang dialaminya
juga dapat terjadi pada orang lain namun karena menderita depresi ia mengalami
kondisi yang berlebihan atas perasaannya sendiri.
Seluruh instrumen yang terdapat pada diri perawat merupakan alat praktek
yang memiliki efek terapi apabila digunakan secara tepat.
Dalam tehnik percakapan ini perawat lebih banyak menjadi pendengar yang
efektif. Saat klien telah mampu mengungkapkan perasaannya maka berilah
kesempatan yang seluas-seluasnya, dengan aman, dan nyaman untuk bercerita.

Dengan bercerita dan perawat mendengar dengan penuh minat, maka klien telah
mulai bekerja mengeluarkan segala kecemasan, serta perasaan-perasaan yang
menekan jiwanya. jika dilakukan secara terencana dan. kontinyu, maka
kernungkinan besar toksin (racun) depresi pada klien akan terangkat seluruhnya
sampai bersih.
3. Perubahan gaya hidup
Aktivitas fisik terutama olah-raga. Pasien dibiasakan berjalan kaki setup
pagi atau sore sehingga energi dapat ditingkatkan serta mengurangi stress karena
kadar norepinefrin meningkat. Selain itu, pasien juga dapat diperkenalkan pada
kebiasaan meditasi serta yoga untuk menenangkan pikirannya: Setidaknya ada dua
alasan penting mengapa olah raga perlu untuk penderita depresi.
a) Pertama, olah raga meningkatkan kesadaran sistem syaraf sentral. Denyut nadi
meningkat dan membangkitkan semua sistem. Hal ini berlawanan dengan
penurunan kesadaran syaraf sentral akibat adanya depresi.
b) Kedua, olah raga bisa memacu sistem syaraf sentral. Endorphin adalah molekul
organik yang seperti halnya norepinephrine dan serotonin, berfungsi sebagai kurir
kimiawi. Kadang endorphin dianggap, sebagai candu (opium) alami yang
berfungsi untuk meningkatkan proses biologic untuk mengatasi depresi.
Karenanya perawat diharapkan bisa mengidentifikasi olah-raga yang disenangi
oleh klien yang terindikasi depresi dan mendesainnya menjadi sebuah program
yang kontinyu dan rutin. Perawat dapat bekerjasama dan berkonsultasi dengan
tenaga medis mengenai berbagai bentuk gerak yang efektif yang bisa menstimulus
detak jantung.
4. Diet sehat
Untuk mengurangi asupan gizi yang menambah kadar stress juga perlu
dilakukan. Memperhatikan jenis makanan yang akan disajikan kepada lanjut usia
yang mengalami depresi. Depresi berhubungan dengan tingkat kesadaran yang
rendah. Kesadaran mengacu pada proses psikologis yang meliputi hal-hal seperti
misalnya kemampuan untuk memusatkan perhatian seseorang dan kemampuan
untuk bekerja secara efektif. Makanan berat secara otomatis akan memicu

tindakan bagian syaraf parasimpatik yakni cabang dari sistem syaraf otonom yang
menurunkan kesadaran. Darah dialirkan ke proses pencernaan untuk membantu
seseorang mencerna makanan yang dimakan. Sewaktu darah meninggalkan otak
dan tangan serta kaki, tubuh akan merasa lemas dan mengantuk, karena itu
makanan berat cenderung memicu depresi. Karena itu dianjurkan untuk makan
makanan ringan, ketika lapar diantara jam-jam makan, akan tetapi sebaiknya
menghindari makanan yang mengandung kadar gala yang tinggi. Sementara
kudapan yang rendah kalori dan berprotein tinggi akan membuat seseorang tetap
segar, memuaskan rasa lapar, dan tidak mengganggu kesadaran optimal seseorang.

G. INTERVENSI KEPERAWATAN
1.
Coping Enhancement
a) Dorong aktifitas social dan komunitas
b) Dorong pasien untuk mengembangkan hubungan
c) Dorong berhubungan dengan seseorang yang memiliki tujuan dan
ketertarikan yang sama
d) Dukung pasein untuk menguunakan mekanisme pertahanan yang sesuai.
e) Kenalkan pasien kepada seseorang yang mempunyai latar belakang
pengalaman yang sama.
2.
Keterlibatan keluarga (Family involvement)
a) Mengidentifikasikan kemampuan anggota keluarga untuk terlibat dalam
perawatan pasien.
b) Menentukan sumber fisik, psikososial dan pendidikan pemberi pelayanan
kesehatan yang utama.
c) Mengidentifkasi deficit perawatan diri pasien
d) Menentukan tinggat ketergantungan pasien terhadap keluarganya yang sesuai
dengan umur atau penyakitnya.
3.
Anxiety Control
a) Bimbingan antisipasi; mempersiapkan pasien menghadapi kemungkinan
krisis perkembangan atau situasiona
b) Penurunan ansietas; meminimalkan kekhawatiran, ketakutan, prasangka atau
perasaan tiak tenang yang berhubungan dengan sumber bahaya yang
diantisipasi dan tidak jelas

c) Teknik menenangkan diri; meredakan kecemasan pada pasien yang


mengalami distress akut
d) Peningkatan koping; membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi
stressor, perubahan atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntunan
dan peran hidup
e) Dukungan emosi; memberikan penenangan, penerimaan, dan dukungan
selama stress

4.
Anxiety Reduction
a) Bantu pasien untuk menidentifikasi situasi percepatan cemas
b) Dampingi pasien untuk mempromosikan kenyamanan dan mengurangi
c)
d)
5.
a)
b)
c)
d)
6.
a)

ketakutan
Identifikasi ketika perubahan level cemas
Instuksikan pasien dalam teknik relaksasi
Family Support
Bantu pekembangan harapan yang realistis
Identifikasi alami dukungan spiritual bagi keluarga
Berikan kepercayaan dalam hubungan dengan keluarga
Dengarkan untuk berhubungan dengan keluarga, perasan dan pertanyaan
Penanaman Harapan (hope instillation)
Pengkaji pasian atau keluarga untuk mengidentifikasi area pengharapan

b)
c)
d)
e)

dalam hidup
Melibatkan pasien secara aktif dalam perawatan diri
Mengajarkan keluarga tentang aspek positif pengharapan
Memberikan kesempatan pasien atau keluarga terlibat dalam support group.
Mengembangkan mekanisme paran koping pasien

DAFTAR PUSTAKA

1. Maryam RS,ekasari,MF,dkk .2008.mengenal


perawatannya.Jakarta:salemba medika

usia

lanjut

dan

2. Tamher,s,noorkasiani.2009.kesehatan usia lanjut dengan pendekatan


asuhan keperawatan.Jakarta:salemba medika
3. Pranaka, Kris. 2010. Buku Ajar Boedhi Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut). Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
4. Stockslager, Jaime L . 2008. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Edisi 2.
Jakarta: EGC
5. Stanley M, Patricia GB.2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2.
Jakarta: EGC
6. Pudjiastuti SS, Budi Utomo. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC
7. Maryam RS, ekasari MF, dkk .2008. Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya. Jakarta: Salemba
8. Herdman TH, Kamitsuru S. 2015. Nanda Internasional Inc. Diagnosis
keperawatan: definisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC
9. Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
10. Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC)

Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Anda mungkin juga menyukai