LANJUT USIA
1. Pengertian Lanjut Usia
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga
tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia
tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai
dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin memburuk, gerakan lambat
dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2006).
WHO
dan
Undang-Undang
Nomor
13
Tahun
1998
tentang
merupakan
proses
menurunya daya
tahan
tubuh
dalam
terhadap
infeksi
dan
memperbaiki
kerusakan
yang
terjadi
(Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak
distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan
lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono,
1999).
2. Batasan Lansia
2)
3)
4)
dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah bersangkutan mencapai
umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. UndangUndang No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia bahwa lansia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas
Penggolongan lansia menurut Depkes RI dikutip dari Azis (1994) menjadi
tiga kelompok yakni :
1)
memasuki lansia.
2)
3)
Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70
tahun.
3. Karakteristik Lansia
Menurut Budi Anna keliat (1999), lansia memiliki Karakteristik sebagai
berikut .
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang
kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif maupun
kondisi maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
4. Tipe Lansia
lahir
batin
menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut.
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif, dan acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif
tipe
sehari-hari ( indeks
kemandirian Katz), para lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu
lansia
mandiri
dengan
bantuan
langsung
keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan
bantuan badan social, lansia dip anti werdha, lansia yang dirawat dirumah sakit,
dan lansia dengan gangguan mental.
penyesuaian
terhadap
kematian
pasangan
atau
kerabat,
b. Jenis kelamin
Perbedaan gender juga dapat merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi psikologis lansia, sehingga akan berdampak pada bentuk
adaptasi
masyarakat
masih menempatkan orang- orang usia lanjut pada tempat terhormat dan
penghargaan yang tinggi.Menurut brojkelehurust dan Allen (1987)lansia sering
dianggap lamban, baik dalam berpikir maupun dalam bertindak. Anggapan ini
bertentangan dengan pendapat- pendapat pada zaman sekarang, yang justru
menganjurka masih tetap ada social
Ruang Gerak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan kenyamanan yang
diperoleh dari dimensi ruang dan tata letak ruang yang memberikan kenyamanan
bergerak dalam ruang.
c.
disebutkan
dalam
pasal
26
ayat
(3)
yaitu
tentang
merupakan kenyamanan yang diperoleh dari tata letak ruang dan sirkulasi
Kenyamanan Pandangan
getaran atau kebisingan yang timbul baik dari dalam gedung atau lingkungannya.
2. Keuntungan Tinggal Dipanti Jompo
a. Perawatan dan perbaikan wisma dan perlengkapannya
dikerjakan oleh
lembaga.
b. Semua makanan mudah didapat dengan biaya yang memadai.
c. Perabot dibuat untuk rekreasi dan hiburan.
d. Terdapat kemungkinan untuk berhubungan dengan teman seusia yang
mempunyai minat dan kemampuan yang sama.
e. Kesempatan yang besar untuk dapat diterima secara temporer oleh teman
seusia dari pada orang yang lebih muda.
f. Menghilangkan kesepian karena orang-orang disitu dapat dijadikan teman.
g. Perayaan hari libur bagi mereka yang tidak mempunyai keluarga tersedia
disini.
h. Ada kesempatan untuk berprestasi berdasarkan prestasi di masa lalu
kesempatan semacam ini tidak mungkin terjadi dalam kelompok orang orang
muda.
3. Kerugian Tinggal Dipanti Jompo
a. Lebih mahal daripada tinggal dirumah sendiri.
b. Seperti halnya makanan disemua lembaga ,biasanya kurang menarik daripada
masakan rumah sendiri.
c. Pilihan makanan terbatas dan seringkali diulang-ulang.
d. Berhubungan dekat dan menetap dengan beberapa orang yang tidak
menyenangkan
e. Letaknya seringkali jauh dari tempat pertokoan, hiburan dan organisasi
masyarakat.
yang
dilakukan. Dari satu sisi aktivitas lansia dapat menurun, akan tetapi di lain sisi
dapat dikembangkan, misalnya peran baru lansia sebagai relawan, kakek atau
nenek, ketua RT, seorang duda atau janda, serta karena ditinggal wafat pasangan
hidupnya.
Dari pihak lansia sendiri terdapat anggapan bahwa proses penuaan
merupakan
suatu
perjuangan
untuk
tetap
muda
dan
berusaha
untuk
3. Teori Kesinambungan
Teori ini dianut oleh banyak pakar sosial. Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Pengalaman hidup seorang pada
suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia, hali ini
dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak
berubah meskipun ia telah menjadi lansia.
D. STRESS
1. Pengertian Stress
Pengertian stress akan berbeda satu dengan lainnya, hal ini bergantung
dengan cara pandang seseorang dalam mendefinisikannya. Ada beberapa
pengertian yang perlu diketahui mahasiswa yaitu,
a.
Hans Selye,1976
Stress adalah rspon tubuh yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap
Maramis, 1999
Secara umum, yang dimaksud Stres adalah reaksi tubuhterhadap situasi
f.
individu
dinilai
membebani
atau
melebihikekuatannya
dan
mengancam
kesehatannya.
h.
objek dalam lingkungan atau seatu stimulus yangsecara objektif adalah berbahaya
2. Gejala Stress
Stres sifatnya universiality, yaitu umum semua orang sama dapat
merasakannya, tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity. Sesuai
dengan karakteristik individu, maka responnya berbeda- beda untuk setiap orang.
Seseorang yang mengalami stres dapat mengalami perubahan-perubahan yang
terjadi. Menurut Braham, gejala stres dapat berupa tanda-tanda,sebagai berikut :
a. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidak dapat tidur teratur, sakit kepala, sulit buang air
besar, adanya gangguan pencernaan, radang usus, kulit gatal-gatal.
b. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung, terlalu sensitif,gelisah dan
cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis.
c. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit
berkonsentrasi, suka melamun, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja
d. Interpersonal, yaitu acuh, kurang percaya kepada orang lain, sering
mengingkari janji, suka mencari kesalahan orang lain, menutup diri, mudah
menyalahkan orang lain.
3. Ciri-Ciri Stres
Ciri-ciri stres yang baik:
a. Mengahadapi sesuatu dengan penuh harapan untuk melawan rasa takut dalam
diri.
b. Memiliki jadwal yang sangat padat, tetapi didalam sela-sela jadwal yang padat
itu ada
c. Memiliki komitmen yang lebih terhadap apa yang Anda sayangi. Misalnya:
pernikahan, menjadi seorang ayah/ibu, menjadi pekerja, atau menjadi pegawai
negeri.
d. Bekerja dengan tujuan tertentu dan Anda tahu kecepatan Anda saat bergerak
akan berkurang saat tujuan itu tercapai atau bahkan saat baru akan tercapai.
e. Merasa tertantang, siap dan bersemangat untuk menerima dan menyelesaikan
tugas yang akan Anda hadapi.
f. Merasakan kondisi badan yang cukup lelah namun akhirnya akan menikmati
tidur yang lelap dan nyaman.
4. Ciri-ciri stres yang jahat:
a. Menghadapi segala sesuatu dengan perasan takut, resah, gelisah dan khawatir.
b. Memiliki jadwal yang sangat padat, tetapi tak ada satupun yang dapat Anda
nikmati dan mau tidak mau, harus Anda penuhi kewajiban itu.
c. Merasa bahwa semua yang Anda lakukan tidaklah penting, tidak memenuhi
seluruh kebutuhan Anda, dan tak sebanding dengan tenaga, pikiran dan waktu
yang Anda curahkan.
d. Merasa tidak memegang kendali dan selalu merasa panic seakan-akan tidak ada
jalan keluar untuk menyelesaikan tugas, merasa tidak ada selesainya, dan
merasa tidak ada yang membantu menyelesaikannya.
e. Merasa lebih baik bekerja daripada berhenti/istirahat sejenak saat jam kerja.
f. Memiliki tidur yang tidak lelap, tidur yang resah, sering sakit maag, sakit
punggung dan mempunyai sakit yang sifatnya menahun.
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stress
Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressors.
Meskipun stress dapat diakibatkan oleh hanya satu stressors, biasanya karyawan
mengalami stress karena kombinasi stressors. Menurut Robbins (2001:565-567)
ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan timbulnya stress yaitu :
a. Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan
pengaruh pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan.
Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress bagi
karyawan yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat
karena adanya penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang
mengalami ancaman terkena stress. Hal ini dapat terjadi, misalnya perubahan
teknologi yang begitu cepat. Perubahan yang baru terhadap teknologi akan
membuat keahlian seseorang dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir
semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat
dengan adanya teknologi yang digunakannya.
b. Faktor Organisasi
Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan
stress yaitu role demands, interpersonal demands, organizational structure dan
organizational leadership. Pengertian dari masing-masing faktor organisasi
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Role Demands
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu organisasi
akan mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan hasil akhir
yang ingin dicapai bersama dalam suatu organisasi tersebut.
2) Interpersonal Demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam
organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu
dengan karyawan lainnya akan dapat menyeba bkan komunikasi yang tidak
sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam organisasi terutama yang
berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat perkembangan sikap dan
pemikiran antara karyawan yang satu dengan karyawan lainnya.
3) Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut
dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan atau
peraturan maka akan dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam
organisasi.
4) Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam
suatu organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group
(Robbins, 2001:316) dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih
mengutamakan atau menekankan pada hubungan yang secara langsung antara
pemimpin dengan karyawannya serta karakteristik pemimpin yang hanya
mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja. Empat faktor
organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam mengukur tingginya tingkat
stress. Pengertian dari tingkat stress itu sendiri adalah muncul dari adanya
kondisi-kondisi suatu pekerjaan atau masalah yang timbul yang tidak
diinginkan oleh individu dalam mencapai suatu kesempatan, batasan-batasan,
atau permintaan-permintaan dimana semuanya itu berhubungan dengan
keinginannya dan dimana hasilnya diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti
tapi penting (Robbins, 2001:563).
c. Faktor Individu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam
keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan.
Hubungan pribadi antara keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat
pada pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat tersebut dapat terbawa dalam
pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari bagaimana
seseorang tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan
keluarga serta dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya.
Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat menimbulkan
stress terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut.
Sehingga untuk itu, gejala stress yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur
dengan benar dalam kepribadian seseorang.
E. DIAGNOSA
KEPERAWATAN:
SINDROM
STRESS
AKIBAT
PERPINDAHAN
1. Denfinisi
Gangguan fisiologis dan/atau psikososial setelah pindah dari satu lingkungan ke
lingkungan lain.
2. Batasan Karakteristik
Ansietas
Depresi
Enggan berpindah
Frustasi
Harga diri rendah
Kehilangan indentitas
Kahilangan makna diri
Kesepian
Ketakutan
Ketergantungan
Khawatir
Khawatir terhadap perpindahan
Marah
Menarik diri
Merasa sendirian
Merasa tidak aman
Peningkatan gejala fisik
Penigkatan verbalisasi kebutuhan
Perasaan asing
Perburukan penyakit
Perubahan pola tidur
Pesimis
3.
Terdapat beberapa pilihan obat anti depresi yaitu jenis Selective Serotonin
Reuptake Inhibitors (SSRIs): Prozac (fluoxetine); Zoloft (setraine), Cipram
(citalopram) dan Paxil (paroxetine). Jenis NASSA: Remeron (mirtazapine). Jenis
Tricylic antidepresan: Tofranil (imipramine) dan Norpramin (desipramine).
Reversible Inhibitor Mono Amine Oxidase (RIMA) Inhibitors: Aurorix. Stablon.
(Tianeptine).
b) Terapi kejang listrik (ECT), shock theraphy
Penggunaan Electroconvulsive Therapy (ECT) dengan cara shock therapy
untuk pasien yang tidak memberi respon positif terhadap, obat antidepresan dan
psikoterapi. ECT bekerja untuk menyeimbangkan unsur kimia pada otak, dirasa.
cukup aman dan efektif serta dapat diulang 3 kali seminggu sampai pasien
menunjukan perbaikan. Efek samping ECT adalah kehilangan kesadaran
sementara.pada pasien namun cukup efektif untuk mengurangi resiko bunuh diri
pada pasien tertentu.
c) Terapi sulih hormon
d) Transcranial Magnetic Stimulation (TMS)
2. Terapi Psikososial (Psikoterapi)
Bertujuan mengatasi masalah psikoedukatif, yaitu mengatasi kepribadian
maladaptif, distorsi pola berpikir, mekanisme koping yang tidak efektif, hambatan
relasi interpersonal. Terapi ini juga dilakukan untuk mengatasi masalah
sosiokultural, seperti keterbatasan dukungan dari keluarga, kendala terkait faktor
kultural, perubahan peran sosial.
Psikoterapi yang dapat ditempuh dengan sesi pembicaraan dengan psikiater
dan psikolog dapat membantu pasien melihat bahwa perasaan yang dialaminya
juga dapat terjadi pada orang lain namun karena menderita depresi ia mengalami
kondisi yang berlebihan atas perasaannya sendiri.
Seluruh instrumen yang terdapat pada diri perawat merupakan alat praktek
yang memiliki efek terapi apabila digunakan secara tepat.
Dalam tehnik percakapan ini perawat lebih banyak menjadi pendengar yang
efektif. Saat klien telah mampu mengungkapkan perasaannya maka berilah
kesempatan yang seluas-seluasnya, dengan aman, dan nyaman untuk bercerita.
Dengan bercerita dan perawat mendengar dengan penuh minat, maka klien telah
mulai bekerja mengeluarkan segala kecemasan, serta perasaan-perasaan yang
menekan jiwanya. jika dilakukan secara terencana dan. kontinyu, maka
kernungkinan besar toksin (racun) depresi pada klien akan terangkat seluruhnya
sampai bersih.
3. Perubahan gaya hidup
Aktivitas fisik terutama olah-raga. Pasien dibiasakan berjalan kaki setup
pagi atau sore sehingga energi dapat ditingkatkan serta mengurangi stress karena
kadar norepinefrin meningkat. Selain itu, pasien juga dapat diperkenalkan pada
kebiasaan meditasi serta yoga untuk menenangkan pikirannya: Setidaknya ada dua
alasan penting mengapa olah raga perlu untuk penderita depresi.
a) Pertama, olah raga meningkatkan kesadaran sistem syaraf sentral. Denyut nadi
meningkat dan membangkitkan semua sistem. Hal ini berlawanan dengan
penurunan kesadaran syaraf sentral akibat adanya depresi.
b) Kedua, olah raga bisa memacu sistem syaraf sentral. Endorphin adalah molekul
organik yang seperti halnya norepinephrine dan serotonin, berfungsi sebagai kurir
kimiawi. Kadang endorphin dianggap, sebagai candu (opium) alami yang
berfungsi untuk meningkatkan proses biologic untuk mengatasi depresi.
Karenanya perawat diharapkan bisa mengidentifikasi olah-raga yang disenangi
oleh klien yang terindikasi depresi dan mendesainnya menjadi sebuah program
yang kontinyu dan rutin. Perawat dapat bekerjasama dan berkonsultasi dengan
tenaga medis mengenai berbagai bentuk gerak yang efektif yang bisa menstimulus
detak jantung.
4. Diet sehat
Untuk mengurangi asupan gizi yang menambah kadar stress juga perlu
dilakukan. Memperhatikan jenis makanan yang akan disajikan kepada lanjut usia
yang mengalami depresi. Depresi berhubungan dengan tingkat kesadaran yang
rendah. Kesadaran mengacu pada proses psikologis yang meliputi hal-hal seperti
misalnya kemampuan untuk memusatkan perhatian seseorang dan kemampuan
untuk bekerja secara efektif. Makanan berat secara otomatis akan memicu
tindakan bagian syaraf parasimpatik yakni cabang dari sistem syaraf otonom yang
menurunkan kesadaran. Darah dialirkan ke proses pencernaan untuk membantu
seseorang mencerna makanan yang dimakan. Sewaktu darah meninggalkan otak
dan tangan serta kaki, tubuh akan merasa lemas dan mengantuk, karena itu
makanan berat cenderung memicu depresi. Karena itu dianjurkan untuk makan
makanan ringan, ketika lapar diantara jam-jam makan, akan tetapi sebaiknya
menghindari makanan yang mengandung kadar gala yang tinggi. Sementara
kudapan yang rendah kalori dan berprotein tinggi akan membuat seseorang tetap
segar, memuaskan rasa lapar, dan tidak mengganggu kesadaran optimal seseorang.
G. INTERVENSI KEPERAWATAN
1.
Coping Enhancement
a) Dorong aktifitas social dan komunitas
b) Dorong pasien untuk mengembangkan hubungan
c) Dorong berhubungan dengan seseorang yang memiliki tujuan dan
ketertarikan yang sama
d) Dukung pasein untuk menguunakan mekanisme pertahanan yang sesuai.
e) Kenalkan pasien kepada seseorang yang mempunyai latar belakang
pengalaman yang sama.
2.
Keterlibatan keluarga (Family involvement)
a) Mengidentifikasikan kemampuan anggota keluarga untuk terlibat dalam
perawatan pasien.
b) Menentukan sumber fisik, psikososial dan pendidikan pemberi pelayanan
kesehatan yang utama.
c) Mengidentifkasi deficit perawatan diri pasien
d) Menentukan tinggat ketergantungan pasien terhadap keluarganya yang sesuai
dengan umur atau penyakitnya.
3.
Anxiety Control
a) Bimbingan antisipasi; mempersiapkan pasien menghadapi kemungkinan
krisis perkembangan atau situasiona
b) Penurunan ansietas; meminimalkan kekhawatiran, ketakutan, prasangka atau
perasaan tiak tenang yang berhubungan dengan sumber bahaya yang
diantisipasi dan tidak jelas
4.
Anxiety Reduction
a) Bantu pasien untuk menidentifikasi situasi percepatan cemas
b) Dampingi pasien untuk mempromosikan kenyamanan dan mengurangi
c)
d)
5.
a)
b)
c)
d)
6.
a)
ketakutan
Identifikasi ketika perubahan level cemas
Instuksikan pasien dalam teknik relaksasi
Family Support
Bantu pekembangan harapan yang realistis
Identifikasi alami dukungan spiritual bagi keluarga
Berikan kepercayaan dalam hubungan dengan keluarga
Dengarkan untuk berhubungan dengan keluarga, perasan dan pertanyaan
Penanaman Harapan (hope instillation)
Pengkaji pasian atau keluarga untuk mengidentifikasi area pengharapan
b)
c)
d)
e)
dalam hidup
Melibatkan pasien secara aktif dalam perawatan diri
Mengajarkan keluarga tentang aspek positif pengharapan
Memberikan kesempatan pasien atau keluarga terlibat dalam support group.
Mengembangkan mekanisme paran koping pasien
DAFTAR PUSTAKA
usia
lanjut
dan