Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,
disertasi pelepasan (deskuamasi) endometrium. Proses terjadinya menstruasi ini
terjadi melalui empat tahap yaitu fase menstruasi, fase ploriferasi, fase
luteal/sekresi, dan fase iskemik. (Perry, 2010).
Gangguan haid merupakan masalah yang cukup banyak dihadapi oleh wanita,
tujuh puluh lima persen pada wanita tahap remaja akhir mengalami gangguan yang
terkait dengan haid terutama pada usia remaja. Lamanya siklus haid, haid yang
tertunda, haid yang tidak teratur merupakan keluhan tersering yang menyebabkan
remaja wanita menemui dokter. (Perry, 2010).
Wanita yang mengalami gangguan reproduksi berkaitan dengan peristiwa
haid, ditentukan oleh proses somato-psikis, sifatnya kompleks meliputi unsurunsur
hormonal, biokimiawi dan psikososial, disertai dengan gangguan fisik dan mental
yang disebabkan oleh pikiran, kecemasan, dan stres. Perempuan dewasa yang stres
juga dapat mengakibatkan terlambatnya haid, memperpanjang atau memperpendek
siklus haid. Stres bisa membuat siklus haid terhenti. Adanya gangguan hormon
maupun faktor psikis dapat mempengaruhi kerja hormon, dapat menyebabkan
ketidakteraturan haid. Gangguan ini sering merupakan sumber kecemasan bagi
wanita. (Perry, 2010).
Siklus haid setiap perempuan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya,
bukan saja antara beberapa perempuan, tetapi juga pada perempuan yang sama.
Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar siklus haidnya tidak terlalu sama.
Sebelum datangnya haid, setiap perempuan umumnya mengalami sindrom bulanan
atau yang lebih dikenal dengan sindrom pra-haid. Sindrom ini sangat mengganggu
aktifitas perempuan, terutama mereka yang aktif bekerja diluar rumah.
Selain itu, gangguan haid juga sering terjadi seperti: dismenorea,
hipermenorea, hipemenorea, amenorea, dan masih banyak gangguan haid lainnya
yang sering dialami oleh para perempuan.
1
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari menstruasi
2. Untuk mengetahui etiologi dari gangguan yang terjadi saat menstruasi
3. Untuk mengetahui macam – macam gangguan menstruasi
4. Untuk mengetahui manifestasi dari gangguan menstruasi
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari gangguan mentruasi
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dan pelaksanaan pada
gangguan menstruasi
7. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada gangguan menstruasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP MEDIS
2.1.1 Definisi
Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari
uterus, disertasi pelepasan (deskuamasi) endometrium. Proses terjadinya
menstruasi ini terjadi melalui empat tahap yaitu fase menstruasi, fase ploriferasi,
fase luteal/sekresi, dan fase iskemik. (Perry, 2010).
Kelainan menstruasi adalah masalah fisik atau mental yang mempengaruhi
siklus menstruasi, menyebabkan nyeri, perdarahan yang tidak biasa yang lebih
banyak atau sedikit, terlambatnya menarche atau hilangnya siklus menstruasi
tertentu. Kelainan haid sering menimbulkan kecemasan pada wanita karena
kehawatiran akan pengaruh kelainan haid terhadap kesuburan dan kesehatan wanita
pada umumnya.
2.1.2 Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi yang terjadi di nilai dari tiga hal pertama yaitu siklus
menstruasi yang berkisar antara 28 hari, kedua lama menstruasi yaitu 3-6 hari,
ketiga yaitu jumlah darah yang keluar selama siklus menstruasi 20-80 ml. Peroses
ini diawali dengan terangsangnya hipotalamus yang akan di teruskan ke hipofisis
anterior, sehingga dapat muncul hormon gonadotropik/ GnRH (gonadotropin
releasing hormon) yang akan merangsang FSH (Follicle Stimullating Hormone)
dan kemudian akan diteruskan oleh folikel primordial (folikel perimer yang
merangsang hormon estrogen sehingga akan di tandai dengan munculnya seks
sekunder). Ketika hormon estrogen meningkat, akan menekan FSH dan
merangsang hormon GnRH dan mengeluarkan LH (Leutenizing Hoemone)
kemudian akan merangsang folikel de graff guna melepas sel telur. Telur yang
dilepas kemudian di tangkap oleh rumbai tuba fallopi dan setelah itu, telur di
bungkus oleh korona radiata dan mendapatkan nutrisi selama 48 jam. Kemudian
telur akan berubah menjadi rubrum (merah) yang di sebabkan karena perdarahan.
Folikel yang pecah kemudian akan menutup kembali dan membentuk korpus
luteum (kuning). Korpus luteum akan mengeluarkan hormon progesteron.
3
Hormon ini yang mempersiapkan uterus agar siap di tempati oleh embrio. Jika
sperma telah memfertilisasi sel telur (proses pembuahan), maka telur yang dibuahi
akan melewati tuba fallopi kemudian turun ke uterus untuk melakukan proses
implantasi. Pada tahap ini seorang perempuan sudah di anggap hamil. Tetapi jika
pembuahan tidak terjadi, sel telur akan melewati uterus, mengering dan
meninggalkan tubuh sekitar 2 minggu kemudian melalui vagina. Oleh karena
dinding uterus tidak dibutuhkan untuk menopang kehamilan maka lapisan akan
rusak dan luruh. Darah dan jaringa dari dinding uterus (endometrium) bergabung
untuk membentuk menstruasi yang umumnya berlangsung selama 3-7 hari
(Wahyu, 2013).
2.1.3 Fase Siklus Menstruasi
Beberapa fase yang terjadi selama siklus enstruasi berlangsung menurut
(Verrawaty, 2012)
1. Fase menstruasi
Merupakan fase pertama yaitu luruhnya sel ovum matang yang tidak
dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek. Dapat diakibatkan
juga oleh berhentinya sekresi hormone estrogen dan progresteron sehingga
produksi hormon hormone estrogen dan progresteron menurun.
2. Fase ploriferasi
ditandai dengan menurunnya hormone progresteron sehingga memacu
kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang follikel dalam
ovarium, serta dapat membuat hormone estrogen diproduksi kembali. Sel follikel
berkembang menjadi follikel de graaf yang masak dan menghasilkan hormone
estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis.
3. Fase luteal/sekresi
Ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya sel ovum pada hari
ke 14 sesudah menstruasi pertama. Sel ovum yang matang akan meninggalkan
follikel dan follikel akan mengkerut dan berubah menjadi corpus luteum. Dimana
corpus luteum berfungsi menghasilkan hormone progresteron yang berfungsi untuk
mempertebal dinding endometrium yang kaya akan pembuluh darah.
4
4. Fase iskemik
Ditandai dengan corpus luteum yang mengecil dan rigit dan berubah
menjadi corpus albican yang berfungsi untuk menghambat sekresi hormone
estrogen dan progesteron sehingga hipofisis aktif mensekresi FSH dan LH. Dengan
berhentinya sekresi progresteron maka penebalan dinding endometrium akan
berhenti sehingga menyebabkan endometrium mengering dan robek. Sehingga
terjadilah fase perdaharan/ menstruasi kembali.
2.1.4 Etiologi
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi Beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi siklus menstruasi
1. Stres
Stres menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh, khusunya sistem
persyarafan dalam hipotalamus melaluli perubahan hormon reproduksi
(Kusmiran, 2011).
2. Penyakit kronis
Penyakit kronis seperti diabetes. Gula darah yang tidak stabil berkaitan erat
dengan perubahan hormonal, sehingga bila gula darah tidak terkontrol akan
mempengarui siklus menstruasi dengan terpengaruhnya hormon reproduksi
(Kusmiran, 2011).
3. Gizi buruk
Penurunan berat badan akut akan menyababkan gangguan pada fungsi
ovarium, tergantung drajat ovarium dan lamanya penurunan berat badan.
Kondisi patologis seperti berat badan yang kurang/kurus dapat menyebabkan
amenorrhea (Kusmiran, 2011).
4. Aktivitas fisik
Tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat mempengaruhi kerja
hipotalamus yang akan mempengaruhi hormon menstruasi sehingga dapat
membatasi siklus menstruasi (Kusmiran, 2011).
5. Konsumsi obat-obatan tertentu seperti antidepresan antipsikotik, tiroid dan
beberapa obat kemoterapi Hal ini dikarenakan obat-obatan yang mengandung
5
bahan kimia jika di konsumsi terlalu banyak dapat menyebabkan sistem
hormonal terganggu, seperti hormon reproduksi (Welch, 2012).
6. Ketidakseimbangan hormon
Dimana kerja hormon ovarium (estrogen dan progesteron) bila tidak seimbang
akan mempengaruhi siklus menstruasi (proverawati, 2009).
2.1.5 Macam – macam Gangguan Menstruasi
Berdasarkan volume darah yang keluar kelainan haid bisa dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu:
1. Hipermenorea
Pendarahan haid yang lebih banyak dari normal yang ditandai dengan waktu lebih
lama dari biasanya, yaitu lebih dari 14 hari. Penyebabnya adalah karena adanya
mioma uteri, polip endometrius, gangguan pelepasan endometrium, disfungsional
uteri hingga gangguan hormonal.
2. Hipomenorea
Pendarahan haid yang lebih pendek atau kurang dari normal. Biasanya sering terjadi
kurang dari 2 hari. Penyebabnya bisa karena kesuburan endometrium atau adanya
penyakit menahun.
Gangguan pada siklus menstruasi Menurut Kusmiran, (2011) mengatakan
gangguan pada siklus menstruasi di bagi menjadi:
1. Polimenorea
Polimenorea adalah panjang siklus menstruasi yang memendek dari panjang siklus
menstruasi normal, yaitu kurang dari 21 hari persiklusnya, sementara volume
perdarahannya kurang lebih sama atau lebih banyak dari volume perdarahan
menstruasi biasanya.
2. Oligomenorea
Oligomenorea adalah panjang siklus menstruasi yang memanjang dari panjang
siklus normalnya, volume perdarahan umumnya lebih sedikit dari volume
perdarahan biasanya.
6
3. Amenorea
Amenorea adalah panjang siklus menstruasi yang memanjang dari panjang siklus
menstruasi normalnya ( Oligomenorea) atau tidak terjadi perdarahan menstruasi
minimal 3 bulan berturut-turut.
2.1.6 Manifestasi
Premenstrual Syndrome:
PMS terjadi selama 1-2 minggu sebelum haid dimulai. Beberapa perempuan
mengalami berbagai gejala fisik maupun emosional. Perempuan lainnya dapat
mengalami gejala yang lebih sedikit atau bahkan tidak sama sekali. PMS dapat
menyebabkan:
1. perut kembung
2. mudah emosi
3. nyeri punggung
4. sakit kepala
5. nyeri pada payudara
6. jerawat
7. kelaparan
8. rasa lelah
9. depresi
10. gelisah
11. stres
12. insomnia
13. konstipasi
14. diare
15. kram perut ringan
2.1.7 Patofisiologi
1. Polimenorrhea
a. Stadium proliferasi pendek
b. Stadium sekresi pendek
c. Keduanya
7
Pemendekan stadium sekresi biasanya diakibatkan karena corpus luteum
yangterbentuk dari sisa ovulasi akan cepat mengalami degenerasi. Terjadi pada
klimakterium dan penyakit kronis seperti TBC.
2. Oligomenorrhea
Biasanya berhubungan dengan anovulasi, kelainan endokrin seperti
kehamilan, gangguan hipofisis – hipotalamus, menopause, kehilangan berat
badan berlebih, dan sering terjadi pada wanita astenis. Sindrom ovarium
polikistik dihasilkan androgen tinggi. Stress fisik dan emosional, penyakit
kronis, tumor yang mensekresi estrogen, nutrisi buruk bisa juga karena
ketidakseimbangan hormonal pada awal pubertas. Beberapa faktor
pemanjangan siklus yang terjadi akibat
a. Pemanjangan stadium folikular
b. Pemanjangan stadium luteal
c. Keduanya
3. Amenorrhae
Amenorrhae primer Disebabkan ketidak adaannya uterus juga bisa
karana kelainan aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium Hypogonadotropic →
FSH & LH ↓ → Kegagalan stimulus ovarium untuk mengeluarkan esterogen
dan progesterone →Endometrium tidak menebal → Amenorrhae (Disfungsi
Hipotalamus & hipofisis anterior) Hypergonadotropic → FSH & LH cukup →
Ovarium tidak mampu menghasilkanesterogen dan progesterone →
Amenorrhae (ovum gonad tidak berespon terhadap LSH dan FH) Amenorrhae
sekunder Kelainan berada diluar aksis hipotalamus – hipofisis – ovarium.
Contoh obstruksi aliran darah haid akibat polycystic ovary syndrome
(kelebihan androgen)
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Riwayat kesehatan rinci, dapat mendeteksi penyebabnya dan memberikan
informasi secara akurat.
2. Pemeriksaan fisik yang komprehensif, untuk memahami apakah terdapat
penyakit sistemik yang serius.
8
3. Pemeriksaan panggul untuk deteksi awal apakah terdapat malformasi
genital, tumor atau peradangan.
4. Pemeriksaan tambahan:
a. B-USG: deteksi kondisi rahim, ovarium, dan panggul.
b. Sitologi: untuk pemeriksaan fungsi ovarium serta menghilangkan lesi
ganas.
c. Biopsy: untuk menentukan jenis penyakit, lebih sering digunakan untuk
mendiagnosis tumor.
d. Penentuan endokrin: dapat digunakan untuk mengukur gonadotropin
hipofisis, prolaktin, ovarium, tiroid, dan hormon adrenal. Secara klinis
untuk memahami fungsi ovarium dapat menggunakan cara pap smear
vagina, mucus serviks, suhu tubuh basal, dan biopsi endometrium.
e. X-Ray: pemeriksaan uterin lipiodol dapat digunakan untuk memahami
kondisi rongga rahim, apakah terdapat fibroid mukosa atau polip. Juga
untuk memahami apakah terdapat tumor hipofisis.
f. Laparoskopi dan histeroskopi: untuk mendeteksi lesi uterine serta
panggul.
g. Pemeriksaan fungsi hati, ginjal, serta aliran darah. Lakukan
pemeriksaan kromosom bila diperlukan.
2.1.9 Penatalaksanaan
1. Faktor diet: pengaturan pola makan dimulai sekitar 14 hari sebelum haid
dapat membantu beberapa orang dalam gangguan ringan menstruasi, seperti
kram. Petunjuk umum diet sehat untuk semua orang: termasuk
mengonsumsi makanan gandum utuh, buah dan sayuran segar, menghindari
lemak jenuh dan makanan cepat saji. Membatasi konsumsi garam (sodium)
dapat membantu mengurangi kembung. Membatasi asupan kafein, gula, dan
alkohol juga dapat bermanfaat.
2. Cegah dan atasi anemia
3. Olahraga. Berolahraga dapat mengurangi nyeri haid
4. Aktivitas seksual. Terdapat laporan bahwa orgasme dapat mengurangi kram
akibat haid
9
5. Rasa hangat. Menempelkan kompres hangat pada bagian abdomen, atau
berendam air hangat, dapat mengurangi nyeri dan kram akibat haid.
6. Kebersihan menstruasi. Ganti pembalut setiap 4-6 jam. Hindari
menggunakan pembalut atau tampon berparfum; deodoran wanita dapat
mengiritasi bagian kewanitaan Anda. Douching tidak disarankan karena
dapat membunuh bakteri alami yang hidup di vagina. Mandi seperti biasa
sudah cukup.
2.2 KONSEP KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian
Data Biografi
a. Identitas pasien.
Identitas pasien meliputi:
1. Nama pasien :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pekerjaan :
5. Agama :
6. Suku / bangsa :
7. Alamat :
b. Identitas Penanggung Jawab
Identitas penanggung jawab meliputi
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Hubungan Dengan Pasien :
10
a. Riwayat penyakit dahulu pasien-pasien dengan dismenore mungkin
menceritakan riwayat nyeri serupa yang timbul pada setiapsiklus haid.
Dismenore primer biasanya mulai sesaat setelah menarche. Kadang-
kadang pasienmengemukakan riwayat kelelahan yang berlebihan dan
ketegangan saraf.
b. Riwayat Penyakit Sekarang Tidak Ada
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
Nutrisi
Pola Latihan
Pengetahuan Klien mengenai penyakitnya
Konsep diri (body image)
Skala nyeri 4-6
Pengkajian juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik mulai B1-B6
B1 (Breath)
Pernapasan tidak teratur
B2 (Blood)
Tekanan darah Rendah (90/60 mmHg)
Akral Basah dan dingin
B3 (Brain)
Penurunan Konsentrasi
Pusing Konjungtiva Anemia
B4 (Bladder)
Warna kuning dan Volume 1,5 L/Hari
B5 (Bowel)\
Nyeri pada adomen
Nafsu makan Menurun
B6 (Bone)
Badan mudah capek
Nyeri pada punggung
11
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Abdomen : Abdomen lunak tanpa adanya rangsangan
peritoneum atau suatu keadaan patologik yang terlokalisir. Bising usus
normal
b. Pemeriksaan Pelvis : Pada kasus dismenore Primer, pemeriksaan pelvis
adalah normal
2.2.2 Diagnosa
1. Nyeri akut
2. Ansietas
12
2.2.3 Intervensi
13
1. Ekspresi Wajah Nyeri (misalnya 1 : tidak pernah menunjukan membantu relaksasi 2. Agar nyeri yang dirasakan
meringis) 2 : jarang menunjukan untuk memfasilitasi oleh klien akbat pemberian
2. Fokus menyempit (Interaksi dengan 3 : kadang-kadang menunjukan penurunan nyeri analgesic bisa berkurang
orang lain dan lingkungan) 4 : sering menunjukan - Lakukan tindakan-
3. Laporan tentang perilaku nyeri 5 : secara konsisten menunjukan tindakan untuk
4. Mengekspresikan perilaku (merengek, menurunkan efek
menangis) samping analgesik
5. Perubahan posisi untuk menghindari (misalnya, konstipasi dan
nyeri iritasi lambung)
6. Perubahan pola makan Kolaborasi Kolaborasi
- Kolaborasikan dengan 1. Agar tidak terjadi kesalahan
dokter apakah obat, dosis, dalam tindakan pemberian
rute pemberian, atau obat dan sebagainya.
perubahan interval
dibutuhkan, buat
rekomendasi khusus
berdasarkan prinsip
analgesik
He He
14
1. Ajarkan tentang penggunaan 1. Agar pasien mengetahui
analgesik, strategi untuk tentang dasar peggunaan
menurunkan efek samping, analgesik dan tindakan yang
dan harapan terkait dengan akan menurunkan efek
keterlibatan dalam keputusan samping
pengurangan nyeri
15
bahaya dan memampukan individu untuk 1. Berat
bertindak mengahadapi ancaman. 2. Cukup berat HE HE
Batasan karakteristik : 3. Sedang 1. Instruksikan klien untuk 1. Untuk mengurangi dan
1. Agitasi 4. Ringan menggunakan tekhnik memberi perasaan relaks
2. Gelisah 5. Tidak ada relaksasi pada klien
3. Gerakan ekstra
4. Insomnia
5. Kontak mata yang buruk
6. Melihat sepintas
16
2.2.4 Pathway
Progesteron menurun
FSH dan LH ↓
Labilisasi membrane lisosom
(mudah pecah )
Ovarium tidak terangsang
Enzim fosfolipid A2
Estrogen dan progesteron meninngkat
tidak dihasilkan
Ansietas
Prostaglandin
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kelainan menstruasi adalah masalah fisik atau mental yang mempengaruhi
siklus menstruasi, menyebabkan nyeri, perdarahan yang tidak biasa yang lebih
banyak atau sedikit, terlambatnya menarche atau hilangnya siklus menstruasi
tertentu. Kelainan haid sering menimbulkan kecemasan pada wanita karena
kehawatiran akan pengaruh kelainan haid terhadap kesuburan dan kesehatan
wanita pada umumnya.
3.2 Saran
Bagi masyarakat khususnya wanita usia reproduksi yang mengalami siklus
menstruasi yang tidak teratur agar segera memeriksakan diri ke dokter, karena
menstruasi yang tidak teratur bisa merupakan tanda dari infertilitas (kemandulan)
dan berbagai penyakit reproduksi lainnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek M. Gloria, Dkk. 2016. Nursing Interventoins Classification Edisi Ke 6.
Elsevier
Kusmiran. E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta : Salemba
Medika
Moorhead Sue, Dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification Edisi Ke 5. Elsevier
Perry, S.E, & Hockenberry.MJ. 2010. Maternal Child Nursing Care Edition 4.
Kanada: Mosby Elsvier
Proverawati, A. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta:
Nuha Medika
T. Heatrher Herman. 2015. Diagnosis Keperawatan, Definisi & Klasifikasi Edisi
10. Jakarta : EGC
Verawaty, S.N. 2012. Wanita, Merawat Dan Menjaga Kesehatan Seksual. Bandung
: PT Grafindo Media Pratama
Wahyu , P Dan Sukarni, I.K. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta
: Nuha Medika
Welch, C. 2012. Balance Your Hormones, Balance Your Life. Jakarta : Penebar
Plus
19