id/2009/07/beban-kerja-
perawat.htmlBeban Kerja Perawat
PENDAHULUAN
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan Tahun 1992, Pasal 23, dalam Depkes,
2006).
Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen
utama dalam upaya kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga
komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang optimal.
Beban kerja berkaitan erat dengan produktifitas tenaga kesehatan, dimana 53,2%
waktu yang benar-benar produktif yang digunakan pelayanan kesehatan langsung dan
sisanya 39,9% digunakan untuk kegiatan penunjang (Gani, dalam Irwandy, 2007). Tenaga
kesehatan khususnya perawat, dimana analisa beban kerjanya dapat dilihat dari aspek-
aspek seperti tugas-tugas yang dijalankan berdasarkan fungsi utamanya, begitupun tugas
tambahan yang dikerjakan, jumlah pasien yang harus dirawat, kapasitas kerjanya sesuai
dengan pendidikan yang ia peroleh, waktu kerja yang digunakan untuk mengerjakan
tugasnya sesuai dengan jam kerja yang berlangsung setiap hari, serta kelengkapan fasilitas
yang dapat membantu perawat menyelesaikan kerjanya dengan baik (Irwady, 2007).
Banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh perawat dapat menganggu
penampilan kerja dari perawat. Akibat negatif dari banyaknya tugas tambahan perawat
diantaranya timbulnya emosi perawat yang tidak sesuai dengan yang diharapkan dan
berdampak buruk bagi produktifitas perawat (Irwady, 2007). Menurut hasil survey dari
PPNI tahun 2006, sekitar 50,9% perawat yang bekerja di empat propinsi di Indoonesia
mengalami stress kerja, sering pusing, lelah, tidak bisa beristirahat karena beban kerja
terlalu tinggi dan menyita waktu, gaji rendah tanpa insentif memadai. Namun, perawat di
rumah sakit swasta dengan gaji lebih baik ternyata mengalami stress kerja lebih besar
dibandingn perawat di rumah sakit pemerintah yang berpenghasilan rendah. Sementara
hasil penelitian yang dilakukan International Council of Nurses (ICN) menunjukkan,
peningkatan beban kerja perawat dari empat pasien jadi enam orang telah mengakibatkan
14% peningkatkan kematian pasien yang dirawat dalam 30 hari pertama sejak dirawat di
rumah sakit. Ini menunjukkan adanya hubungan antara jumlah kematian dengan jumlah
perawat per pasien dalam sehari (Rachmawati, 2007).
Perhitungan beban kerja dapat dilihat dari 3 aspek, yakni fisik, mental dan
panggunaan waktu. Aspek fisik meliputi beban kerja berdasarkan kriteria-kriteria fisik
manusia. Aspek mental merupakan perhitungan beban kerja dengan mempertimbangkan
aspek mental (psikologis). Sedangkan aspek pemanfaatan waktu lebih mempertimbangkan
pada aspek pengunaan waktu untuk bekerja (Adipradana, 2008). Aspek mental atau
psikologis lebih menekankan pada hubungan interpersonal antara perawat dengan kepala
ruang, perawat dengan perawat lainnya dan hubungan perawat dengan pasien, yang dapat
mempengaruhi keserasian dan produktifitas kerja bagi perawat sebagai alokasi
penggunaan waktu guna peningkatan pelayanan keperawatan terhadap pasien.
TINJAUAN PUSTAKA
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja
dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan
dirinyan sendiri maupun masyarakat disekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang
optimal (UU Kesehatan tahun 1992, Pasal 23, dalam Depkes RI, 2006).
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja disemua lapangan
kerja setinggi-tingginya baik fisik, psikis atau mental maupun kesejahteraan sosialnya.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh
keadaan atau kondisi lingkungan kerjanya.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
1. Kapasitas kerja
Kapasitas kerja yang baik seperti status kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik. Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai modal awal
seorang untuk melakukan pekerjaan harus pula mendapat perhatian. Kondisi awal
seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja dan lain-
lain.
2. Beban kerja
Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun psikis atau mental. Akibat beban
kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan
seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
3. Lingkungan kerja
Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising debu, zat-zat kimia dan lain-lain)
dapat merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit
akibat kerja.
Beban kerja adalah frekuensi kegiatan rata-rata dari masing-masing pekerjaan dalam
jangka waktu tertentu (Irwandy, 2007).
Beban kerja merupakan salah satu unsur yang harus diperhatikan bagi seorang tenaga
kerja untuk mendapatkan keserasian dan produktivitas kerja yang tinggi selain unsur beban
tambahan akibat lingkungan kerja dan kapasitas kerja (Sudiharto, 2001).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa beban kerja perawat adalah
frekuensi kegiatan rata-rata dari seseorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya dalam jangka waktu
tertentu.
Kelebihan beban kerja (beban kerja berat) yang dirasakan oleh perawat meliputi
(French dan Caplan, 1973) :
2. Terlalu banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan demi kesehatan dan keselamatan pasien.
3. Beragamnya jenis pekerjaan yang harus dilakukan demi kesehatan dan keselamatan pasien.
6. Pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan.
10. Tanggung jawab yang tinggi dalam melaksanakan asuhan keperawatan klien di ruangan.
11. Menghadapi pasien dengan karakteristik tidak berdaya, koma dan kondisi terminal.
12. Setiap saat melaksanakan tugas delegasi dari dokter (memberikan obat-obatan secara
intensif).
Prestasi suatu organisasi atau perusahaan yang buruk dapat dengan mudah terjadinya
penghentian tenaga kerja yang besar-besaran ataupun menyebabkan diperlukannya banyak
sekali waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan (Tulus, 1996).
Salah satu cara untuk mengurangi beban kerja perawat yang terlalu tinggi adalah
dengan menyediakan tenaga kerja yang cukup baik kuantitas maupun kualitasnya sesuai
dengan tuntutan kerja. Semakin banyak pasien yang ditangani seorang perawat selama periode
waktu tertentu, maka semakin berat atau besar beban kerja perawat tersebut (Gilles, 1996).
Pelayanan keperawatan yang bermutu dapat dicapai salah satunya tergantung pada
seimbangnya antara jumlah tenaga perawat dengan beban kerjanya di suatu rumah sakit.
Menurut Suyanto (2008), perhitungan tenaga kerja perawat perlu diperhatikan hal-hal,
sebagai berikut :
a. Faktor klien, meliputi : tingkat kompleksitas perawat, kondisi pasien sesuai dengan jenis
penyakit dan usianya, jumlah pasien dan fluktuasinya, keadaan sosial ekonomi dan
harapan pasien dan keluarga.
b. Faktor tenaga, meliputi : jumlah dan komposisi tenaga keperawatan, kebijakan pengaturan
dinas, uraian tugas perawat, kebijakan personalia, tingkat pendidikan dan pengalaman
kerja, tenaga perawat spesialis dan sikap ethis professional.
c. Faktor lingkungan, meliputi : tipe dan lokasi rumah sakit, lay outkeperawatan, fasilitas dan
jenis pelayanan yang diberikan, kelengkapan peralatan medik atau diagnostik, pelayanan
penunjang dari instalasi lain dan macam kegiatan yang dilaksanakan.
d. Faktor organisasi, meliputi : mutu pelayanan yang ditetapkan dan kebijakan pembinaan
dan pengembangan.
b. Hasil Work Shop Perawatan oleh Dep.Kes RI di Ciloto Tahun 1971 menyebutkan bahwa :
Adanya kerja sama antara perawat dengan perawat dan perawat dengan kepala
ruangan serta kerja sama antara perawat dengan pasien yang dirawatnya akan mempercepat
proses penyembuhan penyakit. Tidak terjalinnya kerja sama dengan baik akan menimbulkan
beban psikologis bagi perawat selain juga beban fisik yang dialaminya. Beban psikis yang
berlebihan menyebabkan perawat mengalami stress kerja, sering merasa pusing, lelah, dan
tidak dapat istirahat dengan nyenyak. Akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan
fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang perawat menderita gangguan atau
penyakit akibat kerja (Depkes, 2006).
Efek psikologis yang paling sederhana dan jelas dari kelebihan beban kerja adalah
stress kerja yang mengakibatkan menurunnya motivasi kerja perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan. Motivasi sangat dibutuhkan oleh seorang perawat sebagai dorongan untuk
meningkatkan gairah kerja. Kinerja perawat timbul sebagai respon efektif atau emosional
terhadap tugas pekerjaan yang dilakukan perawat. Stress kerja disebabkan oleh konflik kerja,
beban kerja, waktu kerja, karakteristik tugas, dukungan kelompok dan pengaruh kepemimpinan
(Rusman, 2006).
PEMBAHASAN
Untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara perawat dengan kepala ruangan,
maka kepala ruangan harus memiliki kemampuan seperti memberikan pengarahan dan petunjuk
yang jelas, sehingga dapat dimengerti oleh pelaksana keperawatan, memberikan saran/nasehat
dan bantuan kepada pelaksana keperawatan, memberikan motivasi untuk meningkatkan
semangat kerja pelaksana keperawatan, memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan
serta memberikan penghargaan bagi yang berprestasi dan hukuman bagi yang melanggar
peraturan. Selain dari kepala ruangan, perawat juga diharapkan dapat melaksanakan arahan
yang diberikan oleh kepala ruangan dan melaksanakan tanggung jawab yang diberikan dengan
sebaik-baiknya.
Hubungan mengurangi beban psikis karena beban kerja maka, antar sesama perawat
sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerja perawat, untuk itu perlu adanya kerja sama yang
baik antara perawat dengan perawat dan adanya rasa tanggung jawab setiap melaksanakan
tindakan keperawatan. Antar sesama anggota tim perawat perlu adanya rasa saling pengertian
sehingga dalam memberikan asuhan, perawat dapat saling menutupi kekurangan yang dimiliki
sehingga pelayanan yang diberikan kepada pasien dapat optimal.
Jumlah pasien yang tidak sesuai dengan jumlah perawat, dalam hal ini jumlah pasien
yang lebih banyak dari jumlah perawat akan menimbulkan beban psikis bagi perawat. Menurut
Rachmawati (2007) tidak memadainya jumlah dan kualifikasi perawat ternyata berhubungan
dengan kejadian gangguan psikis pada perawat. Kurang kooperatifnya pasien juga bisa
menimbulkan beban psikis bagi perawat oleh karena perawat perlu waktu dan tenaga yang lebih
banyak untuk pasien yang kooperatif serta setiap tindakan yang diberikan kepada pasien tidak
dipatuhi oleh pasien. Kelebihan beban kerja yang menyebabkan beban psikis bisa terjadi karena
perawat harus melaksanakan observasi pasien secara ketat selama kerja, kontak langsung
perawat dengan klien secara terus menerus selama 24 jam, tuntutan keluarga pasien untuk
keselamatan dan kesehatan pasien, serta menghadapi pasien dengan karakteristik tidak
berdaya, koma dan kondisi terminal. Hal-hal tersebut bisa menjadi beban psikis bila perawat
yang bersangkutan kurang pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya.
Perawat perlu memiliki kemampuan komunikasi yang baik, oleh karena setiap pasien
mempunyai sifat yang berbeda-beda sehingga cara komunikasi kepada pasien juga disesuaikan
dengan individu setiap pasien. Perawat harus meningkatkan kemampuan yang dimilikinya
supaya bisa mengikuti perkembangan dalam ilmu kesehatan khususnya perawatan agar
tindakan yang dilaksanakan bisa mempercepat proses penyembuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
http://adipradana.wordpress.com/2008/11/27/analisis-beban-kerja/
http://www.depkes.go.id/index.php?
http://irwandykapalawi.wordpress.com/2007/10/28/
http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php
Tulus, A. (1996). Manajemen Sumber Daya manusia, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.