LAPORAN
Tugas Individu ini diajukan untuk memenuhi EARLY EXPOSURE IV (DARING)
Mata Kuliah Keperawatan Kegawatdaruratan (GADAR)
Dosen : Rosliana Dewi, SKp., M.HKes, M.Kep
Oleh :
KELOMPOK 4
3B
PROGAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
AIRWAY
a. Oropharyngeal Airway
Tujuan:
1) Untuk menjaga atau memelihara kepatenan jalan udara
2) Memfasilitasi pengisapan oropharyngeal
3) Untuk membantu kepatenan jalan udara pada pasien terutama digunakan dalam
waktu yang tidak lama, yaitu ketika postanesthesia atau postictal stage.
b. Nasopharyngeal Airway
Pengaturan jalan udara dengan prosedur nasopharyngeal airway insertion and care
bertujuan untuk memelihara kepatenan jalan udara terutama bagi pasien yang baru
mengalami pembedahan oral atau facial trauma dan pasien dengan gigi berlubang,
tidak kuat, atau avulsed. Serta melindungi mukosa nasal dari cedera ketika pasien
membutuhkan pengisapan nasotracheal secara teratur dan sering.
c. Esophageal Airway
Bertujuan untuk memelihara atau menjaga ventilasi pada pasien yang tidak sadarkan
diri sepanjang kardiak dan sistem respirasi tertahan atau terganggu.
1) Untuk menghindari obstruksi lidah
2) Untuk mencegah masuknya udara ke dalam perut
3) Untuk menjaga isi perut dalam risiko untuk memasuki trakea
Kompetensi lain yang juga harus dimiliki dalam melakukan airway management
meliputi:
1) Mendengkur (snoring), disebabkan oleh pangkal lidah yang jatuh ke posterior. Cara
mengatasinya dengan head tilt, chin lift, jaw thrust, pemasangan pipa
orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal, pemasangan Masker Laring
(Laryngeal Mask Airway).
2) Suara berkumur (gargling), penyebabnya adalah adanya cairan di daerah hipofaring. Cara
mengatasi: finger sweep, suction atau pengisapan.
3) Crowing Stridor, oleh karena sumbatan di plika vokalis, biasanya karena edema. Cara
mengatasi: cricotirotomi, trakeostomi.
b. Obstruksi total, dapat dinilai dari adanya pernapasan “see saw” pada menit- menit
pertama terjadinya obstruksi total, yaitu adanya paradoksal breathing antara dada
dan perut. Dan jika sudah lama akan terjadi henti napas yang ketika diberi napas
buatan tidak ada pengembangan dada. Menjaga stabilitas tulang leher, ini jika ada
dugaan trauma leher, yang ditandai dengan adanya trauma wajah/maksilo-facial,
ada jejas di atas clavicula, trauma dengan riwayat kejadian ngebut (high velocity
trauma), trauma dengan defisit neurologis dan multiple trauma.
Pembebasan jalan nafas ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Head tild atau tindakan ekstensi kepala dan angkat leher Tindakan ini dilakukan dengan
cara mengekstensikan leher sejauh mungkin dengan satu tangan yang lain menyangga
leher pasien. Tindakan ini dapat dilakukan apabila tidak terdapat trauma pada leher.
2. Chin lift atau tindakan angkat dagu.Tindakan ini dilakukan dengan menarik bagian dagu
ke arah sentral dengan meletakkan salah satu tangan pada bawah rahang. Tindakan ini
tidak boleh dilakukan dengan hiperekstensi tulang leher. Manuver ini berguna pada
pasien dengan patah tulang leher.
3. Jaw thrust atau tindakan mendorong rahang bawah
Dilakukan dengan memegang sudut rahang bawah pada bagian kanan maupun kiri,
kemudian mendorongnya ke depan.
1. Pasien yang tidak bergerak, pupil berdilatasi, dan pernafasannya terhenti yang
diakibatkan adanya cedera kepala.
2. Pasien yang telah mendapatkan resusitasi selama 30 menit tetapi menunjukkan prognosis
yang buruk, seperti: tidak bergerak dengan pupil berdilatasi, nadi femoralis dan karotis
yang tidak teraba, dan tidak didaatkannya pernafasan .
3.
LAPORAN PENDAHULUAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)
A. Resusitasi Jantung Paru
Resusitasi Jantung Paru terdiri dari 2 tahap yaitu:
a. Survei primer yang dapat dilakukan oleh seiap orang terdiri dari airway, breathing,
circulation.
b. Survei sekunder dilakukan oleh tenaga medis dan paramedis dan merupakan lanjutan
survei primer.
B. Tujuan Resusitasi Jantung Paru
Tujuan resusitasi jantung paru adalah untuk mengadakan kembali pembagian sirkulasi
sementara sehingga memberikan waktu untuk pemulihan fungsi jantung dan paru secara
spontan. Kapan saja resusitasi jantung dilakukan pada saat:
• Infrak jantung kecil yang mengakibatkan kematian listrik
• Hipoksia akut
• Tenggelam dan kecelakaan lain yang masih memberi peluang hidup
Resusitasi jantung paru harus dihentikan jika pasien kembalinya ventilasi dan sirkulasi
spontan penolong lelah,tanda kematian ireversibel.
B. Sistem Rujukan
Adalah suatu proses pengiriman pasien kefasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Tujuan dari rujukan pasien untuk
sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pasien yang tidak bisa ditangani di suatu
rs atau puskesmas untuk mendapatkan fasilitas penanganan lebih tinggi. Rujukan adalah
pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan
yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti satu strata
sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara
horisontal dalam arti antar sarana pelayanan kesehatan yang sama.
1. Rujukan Kesehatan
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat
kesehatan. Dengan demikian rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk pelayanan
kesehatan masyarakat (public health service). Rujukan kesehatan dibedakan atas tiga macam
yakni rujukan teknologi, sarana, dan operasional. Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam
pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini
adalah rujukan uang menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya pencegahan penyakit
(preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi,
sarana dan opersional.
2. Rujukan Medik
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan.
Dengan demikian rujukan medik pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kedokteran (medical
service). Sama halnya dengan rujukan kesehatan, rujukan medik ini dibedakan atas tiga macam
yakni rujukan penderita, pengetahuan dan bahan bahan pemeriksaan. Rujukan medik yaitu
pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang timbul baik secara vertikal
maupun horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu menangani secara rasional. Jenis
rujukan medik antara lain: