Anda di halaman 1dari 16

KONSEP LANSIA DAN MASALAH LANSIA

DI INDONESIA
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa
Dosen Pembimbing: Dr. Rr Sri Endang Pujiastuti, SKM, MNS

Disusun oleh :
1. Widagdo Ciptaning A.M (P1337420617032)
2. Ibi Yulia Setyani (P1337420617032)

3A3 RKI

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau
lebih yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu
penyakit melainkan suatu proses natural tubuh meliputi terjadinya
perubahan deoxyribonucleic acid (DNA), ketidaknormalan kromosom dan
penurunan fungsi organ dalam tubuh. Sekitar 65% dari lansia yang
mengalami gangguan kesehatan, hidup hanya ditemani oleh seseorang
yang mengingatkan masalah kesehatannya, dan 35% hidup sendiri. Secara
individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai macam
masalah, baik masalah secara fisik, biologis, mental maupun masalah
sosial ekonomi (Nies & McEwen, 2007; Tamher & Noorkasiani, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2015,
populasi penduduk dunia yang berusia 60 tahun atau lebih, mencapai 900
juta jiwa. Dewasa ini, terdapat 125 juta jiwa yang berusia 80 tahun atau
lebih, pada tahun 2050, diperkirakan mencapai 2 milliar jiwa di seluruh
dunia. Akan ada hampir sebanyak 120 juta jiwa yang tinggal sendiri di
Cina, dan 434 juta orang di kelompok usia ini di seluruh dunia. Di kawasan
Asia Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada
tahun 2000 jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total polulasi,
sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total
populasi, dan tahun 2 2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai
28,800,000 (11,34%) dari total populasi (Departemen Kesehatan RI, 2013;
WHO, 2015). Dari sensus penduduk dunia, Indonesia mengalami
peningkatan jumlah lansia (60 tahun ke atas) dari 3,7% pada tahun 1960
hingga 9,7% pada tahun 2011. Diperkirakan akan meningkat menjadi
11,34% pada tahun 2020 dan 25% pada tahun 2050.
Jumlah orang tua di Indonesia berada di peringkat keempat
terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika. Propinsi Jawa tengah
adalah salah satu propinsi yang mempunyai penduduk usia lanjut diatas
jumlah lansia nasional yang hanya 7,6% pada tahun 2000 dan dengan usia
harapan hidup mencapai 64,9 tahun. Secara kuantitatif kedua parameter
tersebut lebih tinggi dari ukuran nasional (Kadar, Francis, dan Sellick,
2012; Departemen Kesehatan, 2013) Menurut Ambarwati (2014) semakin
tua umur seseorang, maka akan semakin menurun kemampuan fisiknya,
hal ini dapat mengakibatkan kemunduran pada peran sosialnya dan juga
akan mengakibatkan gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan
hidupnya. Meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan
orang lain dengan kata lain akan menurunkan tingkat kemandirian lansia
tersebut. Maslow (1962, dikutip oleh Ambarwati 2014) menyebutkan teori
tentang hierarki kebutuhan, tingkatan yang tertinggi (ke-5) adalah
kebutuhan aktualisasi diri (need for self Actualization) yang terkait dengan
tingkat kemandirian, kreatifitas, kepercayaan diri dan mengenal serta
memahami potensi diri sendiri.

B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari lansia?
b. Apa saja tipe-tipe lansia?
c. Bagaimana klasifiksi lansia?
d. Apa saja karakteristik lansia?
e. Apa saja masalah keperawatan lansia di Indonesia?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi dari lansia
b. Untuk mengetahui tipe-tipe lansia
c. Untuk mengetahui klasifiksi lansia
d. Untuk mengetahui karakteristik lansia
e. Untuk mengetahui masalah keperawatan lansia di Indonesia
BAB II
ISI

A. Definisi Lansia
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang.
Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua. Hal ini normal dengan
perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diprediksikan yang
terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses
alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang
akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan
masa hidup manusia yang terakhir. Dimana seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap. ( Lilik, 2011)
Lanjut usia adalah seseorang yang memiliki usia lebih dari
atau sama dengan 55 tahun (WHO, 2013).Lansia dapat juga
diartikan sebagai menurunnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi
normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (Darmojo,
2015).
Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4), UU No. 13 Tahun 1998
tentang Kesehatan dikatakan bhawa usia lanjut adalah seseorang
yang mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam et al., 2011)
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik
pria maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja
ataupun mereka yang tidak berdaya untuk mencaari nafkah sendiri
sehingga bergantung kepada orang lain untuk menghidupi diriny
(Rosindawati, 2011)

B. Tipe-Tipe Lansia
Terdapat bermacam-macam tipe manusia lanjut usia MENURUT,
yaitu:
1 Tipe Arif Bijaksana
Kaya dengan hikmah pengalaman menyesuaikan diri dengan
perubahan jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
endah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan
menjadi panutan.
2 Tipe Mandiri
Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengankegiatan yang
baru, selektif dalam mencari pekerjaan, teman pergaulan, serta
memenuhi undangan.
3 Tipe Tidak Puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan yang
menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmaniah,
kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan
pengkritik
4 Tipe Pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik , mempunyai konsep habis
gelap terbitlah terang, mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki
pekerjaan apa saja dilakukan.
5 Tipe Bingung
Cenderung kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
merasa minder, menyesal, pasif, mental, acuh tak acuh, sosial
dan ekonominya.
Tipe ini antara lain :
a. Tipe optimis
b. Tipe konstruktif
c. Tipe ketergantungan (dependent)
d. Tipe defensif
e. Tipe militan dan srius
f. Tipe marah atau frustasi (the angry man)
g. Tipe putus asa (benci pada diri sendiri) atau self heating
man
C. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia Menurut WHO (2013),
klasifikasi lansia adalah sebagai berikut :
1. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54
tahun.
2. Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun.
3. Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.
4. Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun.
5. Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90
tahun.

Berikut merupakan kategori umur menurut Depkes RI (2009) :


1. Masa balita = 0 – 5 th
2. Masa kanak-kanak = 5 – 11 th
3. Masa remaja awal = 12 – 16 th
4. Masa remaja akhir = 17 – 25 th
5. Masa dewasa awal = 26 – 35 th
6. Masa dewasa akhir = 36 – 45 th
7. Masa lansia awal = 46 – 55 th
8. Masa lansia akhir = 56 – 65 th
9. Masa manula = > 65 th

D. Karakteristik Lansia
Karakteristik Lansia Menurut Keliat (1999) dalam Mariyam dkk
(2011), Lanjut usia memiliki benerapa karakteristik diantaranya
adalah;
1. Orang Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat
(2) UU No.13 tentang kesehatan )
2. kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat
sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual,
serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptive
3. lingkungan dan tempat tinggal yang bervariasi.
Adapun ciri-ciri pada lansia sehingga akan berdampak terhadap
mekanisme koping dari respon yang dihadapi, seperti;
1. Usia dan jenis pekerjaan
Semakin bertambahnya usia seseorang, semakin siap pula
dalam menerima cobaan. Hal ini didukung oleh teori aktivitas
yang menyatakan bahwa hubungan antara sistem sosial dengan
individu bertahan stabil pada saat individu bergerak dari usia
pertengahan menuju usia tua,( Cox, 1984 dalam Tamher &
Noorkasiani,2010). Usia adalah lamanya kehidupan yang
dihitung berdasarkan tahun kelahiran sampai dengan ulang
tahun terakhir. Oleh sebab itu, tidak dibutuhkan suatu
kompensasi terhadap kehilangan, seperti pensiun dari peran
sosial karena menua. Keterkaitannya dengan jenis pekerjaan
juga membawa dampak yang berarti (Darmojo dkk, 1999 dalam
Tamher & Noorkasiani, 2010).
2. Jenis kelamin
Perbedaan gender juga dapat merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi psikologis lansia, sehingga akan berdampak
pada bentuk adaptasi yang digunakan (Darmojo dkk, 1999
dalam Tamher Dan Noorkasiani, 2010), menyatakan hasil
penelitian mereka yang memaparkan bahwa ternyata keadaan
psikososial lansia di Indonesia secara umum masih lebih baik
dibandingkan lansia di negara maju, antara lain tanda-tanda
depresi pria (pria 43% dan wanita 42%), menunjukkan
kelakuan/tabiat buruk(pria 7,3% dan wanita 3,7%), serta cepat
marah irritable (pria 17,2% dan wanita 7,1%). Jadi dapat
diasumsikan bahwa wanita lebih siap dalam menghadapi
masalah dibandingkan laki-laki, karena wanita lebih mampu
menghadapi masalah dari pada lelaki yang cenderung lebih
emosional.
3. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan juga merupakan hal terpenting dalam
menghadapi masalah. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, semakin banyak pengalaman hidup yang
dilaluinya,sehingga akan lebih siap dalam menghadapi masalah
yang terjadi. Umumnya lansia yang memiliki tingkat pendidikan
yang lebih tinggi masih dapat produktif, mereka justru banyak
memberikan konstribusinya sebagai pengisi waktu luang
dengan menulis buku-buku ilmiah maupun biografinya sendiri
(Tamher, 2010).
Sosial dan ekonomi

Karakteristik lansia adalah sebagai berikut :


1 Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan
faktor psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki
motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan
mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga
lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran
fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
2 Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat
yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang
mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat
menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai
tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial
masyarakat menjadi positif.
3 Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai
mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran
pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri
bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia
menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RW,
sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai
ketua RW karena usianya.
4 Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga
dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari
perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia
menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal bersama
keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan
karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang
menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat
tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.

E. Masalah Lansia Di Indonesia


Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia
berbeda dari orang dewasa, yang sering disebut dengan sindroma
geriatri yaitu kumpulan gejala-gejala mengenai kesehatan yang
sering dikeluhkan oleh para lanjut usia dan atau keluarganya, yaitu :
1. Immobility (kurang bergerak)
a. Keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau
lebih.
b. Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri,
lemah, kekakuan otot, ketidak seimbangan,masalah
psikologis, depresi atau demensia.
c. Komplikasi yang timbul adalah luka di bagian yang
mengalami penekanan terus menerus timbul lecet bahkan
infeksi, kelemahan otot, kontraktur/kekakuan otot dan sendi,
infeksi paru-paru dan saluran kemih, konstipasi dan lain-lain.
d. Penanganan : latihan fisik, perubahan posisi secara teratur,
menggunakan kasur anti dekubitus, monitor asupan cairan
dan makanan yang berserat.
2. Instability (Instabilitas dan Jatuh)
a. Penyebab jatuh misalnya kecelakaan seperti terpeleset,
sinkop/Keilangan kesadaran mendadak diines ertigo
ipotensi ortostettik proses penyakit dll
b. Dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada
pasien misalnya kekakuan sendi, kelemahan otot, gangguan
pendengaran,penglihatan, gangguan keseimbangan,
penyakit misalnya hipertensi, DM, jantung,dll ) dan faktor
risiko ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan misalnya
alas kaki tidak sesuai, lantai licin, jalan tidak rata,
penerangan kurang, benda-benda dilantai yang membuat
terpeleset dll).
c. Akibat yang ditimbulkan akibat jatuh berupa cedera kepala,
cedera jaringan lunak, sampai patah tulang yang bisa
menimbulkan imobilisasi.
d. Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah
instabilitas dan riwayat jatuh adalah: mengobati berbagai
kondisi yang mendasari instabilitas dan jatuh, memberikan
terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan,
penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang sesuai,
serta mengubah lingkungan agar lebih aman seperti
pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai yang tidak licin.
3. Incontinence Urin dan Alvi (Beser BAB dan BAK)
a. Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang
tidak dikehendaki dalam jumlah dan frekuensi tertentu
sehingga menimbulkan masalah sosial dan atau kesehatan.
b. Inkontinensia urin akut terjadi secara mendadak dapat
diobati bila penyakit yang mendasarinya diatasi misalnya
infeksisaluran kemih, gangguan kesadaran, obat-obatan,
masalah psikologik dan skibala.
c. Inkontinesia urin yang menetap di bedakan atas: tipe
urgensi yaitu keinginan berkemih yang tidak bisa ditahan
penyebanya overaktifitas/kerja otot detrusor karena
hilangnya kontrol neurologis, terapi dengan obat-obatan
antimuskarinik prognosis baik, tipe stres kerena kegagalan
mekanisme sfingter/katup saluran kencing untuk menutup
ketika ada peningkatan tekanan intra abdomen mendadak
seperti bersin, batuk, tertawa terapi dengan latihan otot
dasar panggul prognosis baik, tipe overflow yaitu
menggelembungnya kandung kemih melebihi volume
normal, post void residu > 100 cc terapi tergantung
penyebab misalnya atasi sumbatan/retensi urin..
d. Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau
ketidakmampuan untuk mengendalikan pembuangan feses
melalui anus, penyebab cedera panggul, operasi
anus/rektum, prolaps rektum, tumor dll.
e. Pada inkontinensia urin ntuk menghindari sering mengompol
pasien sering mengurangi minum yang menyebabkan terjadi
dehidrasi.
4. Intelectual Impairement (Gangguan Intelektual Seperti
Demensia dan Delirium)
a. Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori
didapat yang disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak
berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran sehingga
mempengaruhi aktifitas kerja dan sosial secara bermakna.
b. Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia
mencakup berkurangnya kemampuan untuk mengenal,
berpikir, menyimpan atau mengingat pengalaman yang lalu
dan juga kehilangan pola sentuh, pasien menjadi perasa,
dan terganggunya aktivitas.
c. Faktor risiko : hipertensi, DM, gangguan jantung, PPOK dan
obesitas.
d. Sindroma derilium akut adalah sindroma mental organik
yang ditandai dengan gangguan kesadaran dan atensi serta
perubahan kognitif atau gangguan persepsi yang timbul
dalam jangka pendek dan berfluktuasi.
e. Gejalanya: gangguan kognitif global berupa gangguan
memori jangka pendek, gangguan persepsi (halusinasi,
ilusi), gangguan proses pikir (diorientasi waktu, tempat,
orang), komunikasi tidak relevan, pasien mengomel, ide
pembicaraan melompat-lompat, gangguan siklus tidur.
5. Infection (infeksi)
a. Pada lanjut usia terdapat beberapa penyakit sekaligus,
menurunnya daya tahan/imunitas terhadap infeksi,
menurunnya daya komunikasipada lanjut usia sehingga
sulit/jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi
secara dini.
b. Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai
dengan meningkatnya temperatur badan, dan hal ini sering
tidak dijumpai pada usia lanjut, malah suhu badan yang
rendah lebih sering dijumpai.
c. Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain
berupa konfusi/delirium sampai koma, adanya penurunan
nafsu makan tiba-tiba, badan menjadi lemas, dan adanya
perubahan tingkah laku sering terjadi pada pasien usia
lanjut.
6. Impairement of hearing, vision and smell (gangguan
pendengaran, penglihatandan penciuman)
a. Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada lanjut
usia dan menyebabkan pasien sulit untuk diajak komunikasi
b. Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada
geriatri adalah dengan cara memasangkan alat bantu
dengar atau dengan tindakan bedah berupa implantasi
koklea.
c. Gangguan penglihatan bisa disebabkan gangguan refraksi,
katarak atau komplikasi dari penyakit lain misalnya DM, HT
dll, penatalaksanaan dengan memakai alat bantu kacamata
atan dengan operasi pada katarak.
7. Isolation (Depression)
a. Isolation (terisolasi) / depresi, penyebab utama depresi pada
lanjut usia adalah kehilangan seseorang yang disayangi,
pasangan hidup, anak, bahkan binatang peliharaan.
b. Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan,
menyebabkan dirinya terisolasi dan menjadi depresi.
Keluarga yang mulai mengacuhkan karena merasa
direpotkan menyebabkan pasien akan merasa hidup sendiri
dan menjadi depresi. Beberapa orang dapat melakukan
usaha bunuh diri akibat depresi yang berkepajangan.
8. Inanition (malnutrisi), Asupan makanan berkurang sekitar 25%
pada usia 40-70 tahun. Anoreksia dipengaruhi oleh faktor
fisiologis (perubahan rasa kecap, pembauan, sulit mengunyah,
gangguan usus dll), psikologis (depresi dan demensia) dan
sosial (hidup dan makan sendiri) yang berpengaruh pada nafsu
makan dan asupan makanan.
9. Impecunity (Tidak punya penghasilan)
a. Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik
dan mental akan berkurang secara berlahan-lahan, yang
menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan
atau menyelesaikan pekerjaan sehingga tidak dapat
memberikan penghasilan.
b. Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya
mengandalkan hidup dari tunjangan hari tuanya.
c. Selain masalah finansial, pensiun juga berarti kehilangan
teman sejawat, berarti interaksi sosial pun berkurang
memudahkan seorang lansia mengalami depresi.
10. Iatrogenic(penyakit karena pemakaian obat-obatan)
Lansia sering menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga
membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia
sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa
pengawasan dokter sehingga dapat menimbulkan penyakit.
Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari
interaksi obat-obat tersebut yang dapat mengancam jiwa.
11. Insomnia(Sulit tidur)
Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang
menyebabkan seorang lansia menjadi depresi. Selain itu
beberapa penyakit juga dapat menyebabkan insomnia seperti
diabetes melitus dan gangguan kelenjar thyroid, gangguan di
otak juga dapat menyebabkan insomnia. Jam tidur yang sudah
berubah juga dapat menjadi penyebabnya.
Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh
lansia yaitu sulit untuk masuk kedalam proses tidur, tidurnya
tidak dalam dan mudah terbangun, jika terbangun sulit untuk
tidur kembali, terbangun dini hari, lesu setelah bangun di pagi
hari.
Agar bisa tidur : hindari olahraga 3-4 jam sebelum tidur, santai
mendekati waktu tidur, hindari rokok waktu tidur, hindari minum
minuman berkafein saat sore hari, batasi asupan cairan setelah
jam makan malam ada nokturia, batasi tidur siang 30 menit atau
kurang, hindari menggunakan tempat tidur untuk menonton tv,
menulis tagihan dan membaca.
12. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh),Daya
tahan tubuh menurun bisa disebabkan oleh proses menua
disertai penurunan fungsi organ tubuh, juga disebabkan
penyakit yang diderita, penggunaan obat-obatan,keadaan gizi
yang menurun.
13. Impotence(Gangguan seksual), Impotensi/ ketidakmampuan
melakukan aktivitas seksual pada usia lanjut terutama
disebabkan oleh gangguan organik seperti gangguan hormon,
syaraf, dan pembuluh darah dan juga depresi
14. Impaction (sulit buang air besar)
Faktor yang mempengaruhi: kurangnya gerak fisik, makanan
yang kurang mengandung serat, kurang minum, akibat obat-
obat tertentu dan lain-lain.
Akibatnya pengosongan usus menjadi sulit atau isi usus menjadi
tertahan, kotoran dalam usus menjadi keras dan kering dan
pada keadaan yang berat dapat terjadi penyumbatan didalam
usus dan perut menjadi sakit.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan kajian pustaka yang telah penyusun temukan mengenai
masa lanjut usia, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Pada Usia 65 tahun seseorang dianggap telah memasuki masa lansia
atau lanjut usia. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa
kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini.
Orang yang memasuki usia lanjut (lansia) memiliki ciri – ciri khas,
diantaranya usia lanjut merupakan periode kemunduran, orang lanjut
usia memiliki status kelompok minoritas, menua membutuhkan
perubahan peran, dan penyesuaian yang buruk pada lansia.
Pada lansia terjadi banyak perubahan, diantaranya perkembangan
jasmani/fisik, perkembangan intelektual, perkembangan emosi,
perkembangan spiritual, perubahan sosial, perubahan kehidupan
keluarga, dan hubungan sosio-emosional lansia.

B. Saran
Setelah penyusun membuat makalah ini, penyusun menjadi
tahu tentang konsep keperawatan lansia dan masala masala apa saa
ang sering terjadi pada lansia di Indonesia. Lansia adalah masa
dimana seseorang mengalami kemunduran, dimana fungsi tubuh kita
sudah tidak optimal lagi. Oleh karena itu sebaiknya sejak muda kita
persiapkan dengan sebaik – sebaiknya masa tua kita. Gunakan masa
muda dengan kegiatan yang bermanfaat agar tidak menyesal di masa
tua.
Daftar Pustaka
Azizah, Lilik M. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu
Sunaryo, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : CV Andi
Offset
Kaolifah, Siti N. 2016. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai