Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkatNya saya bisa
menyelesaikan makalah asuhan keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anak
Dengan Penyakit Varicella” tugas mata kuliah Keperawatan Anak.
Pemahaman tentang apa itu varicella serta penatalaksanaan dalam mencegah dan
mengobatinya masih bisa dinilai kurang pada anak penderita varicella. Hal ini dapat disimpulkan
dari masih banyaknya kasus varicella yang masih menyerang anak – anak di beberapa negara
khususnya di Indonesia. Oleh karena itu, penulis ingin mengulas dan menganalisis mengenai
varicella yang diderita oleh anak - anak.
Penulis menyadari bawa makalah asuhan keperawatan ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan pembuatan makalah yang akan
datang. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis dan para pembaca.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2 Tujuan
1) Tujuan Umum
Penulis mampu membuat Asuhan pada Bayi dan Balita dengan
Varicella.
2) Tujuan Khusus
Penulis diharapkan dapat :
a. Memahami tentang penyakit varicella (definisi, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologis, pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan pengobatan pada kasus
varicella).
b. Memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan varicella.
1.3 Manfaat
Setelah membaca makalah tentang varicella ini diharapkan dapat
memberikan manfaat :
a. Mahasiswa mampu memahami tentang definisi, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologis, pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan pengobatan pada kasus
varicella.
b. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan
varicella.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
5
2.2 Epidemiologi
Tersebar kosmopolit, menyerang terutama anak-anak tetapi dapat juga
menyerang orang dewasa. Tranmisi penyakit ini secara aerogen. Masa penularan lebih
kurang 7 hati dihitung dari timbulnya gejala kulit.
2.3 Etiologi
Varicella disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV), termasuk kelompok
Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150-200 nm. Inti virus disebut Capsid, terdiri
dari protein dan DNA dengan rantai ganda, yaitu rantai pendek (S) dan rantai panjang
(L) dan membentuk suatu garis dengan berat molekl 100 juta yang disusun dari 162
capsomir dan sangat infeksius.
Varicella Zoster Virus (VZV) dapat ditemukan dalan cairan vesikel dan dalam
darah penderita Varicella sehingga mudah dibiakkan dalam media yang terdiri dari
Fibroblast paru embrio manusia.
Varicella Zoster Virus (VZV) dapat menyebabkan Varicella dan Herpes Zoster.
Kontak pertama dengan penyakit ini akan menyebabkan Varicella, sedangkan bila
terjadi serangan kembali, yang akan muncul adalah Herpes Zoster, sehingga Varicella
sering disebut sebagai infeksi primer virus ini.
2.4 Patofisiologi
Menyebar Hematogen.Virus Varicella Zoster juga menginfeksi sel satelit di
sekitar Neuron pada ganglion akar dorsal Sumsum Tulang Belakang. Dari sini virus
bisa kembali menimbulkan gejala dalam bentuk Herpes Zoster. Sekitar 250 – 500
benjolan akan timbul menyebar diseluruh bagian tubuh, tidak terkecuali pada muka,
kulit kepala, mulut bagian dalam, mata, termasuk bagian tubuh yang paling intim.
Namun dalam waktu kurang dari seminggu, lesi teresebut akan mengering dan
bersamaan dengan itu terasa gatal. Dalam waktu 1 – 3 minggu bekas pada kulit yang
mengering akan terlepas. Virus Varicella Zoster penyebab penyakit cacar air ini
berpindah dari satu orang ke orang lain melalui percikan ludah yang berasal dari batuk
atau bersin penderita dan diterbangkan melalui udara atau kontak langsung dengan
kulit yang terinfeksi.
Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui paru-paru dan tersebar kebagian
tubuh melalui kelenjar getah bening. Setelah melewati periode 14 hari virus ini akan
menyebar dengan pesatnya ke jaringan kulit. Memang sebaiknya penyakit ini dialami
6
pada masa kanak-kanak dan pada kalau sudah dewasa. Sebab seringkali orang tua
membiarkan anak-anaknya terkena cacar air lebih dini.
Varicella pada umumnya menyerang anak-anak; dinegara-negara bermusin
empat, 90% kasus varisela terjadi sebelum usia 15 tahun. Pada anak-anak, pada
umumnya penyakit ini tidak begitu berat.
Namun di negara-negara tropis, seperti di Indonesia, lebih banyak remaja dan
orang dewasa yang terserang Varisela. Lima puluh persen kasus varisela terjadi diatas
usia 15 tahun. Dengan demikian semakin bertambahnya usia pada remaja dan dewasa,
gejala varisela semakin bertambah berat.
7
Perjalanan penyakit ini dibagi menjadi 2 stadium, yaitu:
Stadium Prodromal 24 jam sebelum kelainan kulit timbul, terdapat gejala
panas yang tidak terlalu tinggi, perasaan lemah (malaise), sakit kepala, anoreksia, rasa
berat pada punggung dan kadang-kadang disertai batuk keringdiikuti eritema pada
kulit dapat berbentuk scarlatinaform atau morbiliform. Panas biasanya menghilang
dalam 4 hari, bilamana panas tubuh menetap perlu dicurigai adanya komplikasi atau
gangguan imunitas.
Stadium erupsi dimulai saat eritema berkembang dengan cepat (dalam
beberapa jam) berubah menjadi macula kecil, kemudian papula yang kemerahan lalu
menjadi vesikel. Vesikel ini biasannya kecil, berisi cairan jernih, tidak umbilicated
dengan dasar eritematous, mudah pecah serta mongering membentuk krusta, bentuk
ini sangat khas dan lebih dikenal sebagai “tetesan embun”/ “air mata”.
Lesi kulit mulai nampak di daerah badan dan kemudian menyebar secara
sentrifugal ke bagian perifer seperti muka dan ekstremitas. Dalam perjalanan penyakit
ini akan didapatkan tanda yang khas yaitu terlihat adanya bentuk papula, vesikel,
krusta dalam waktu yang bersamaan, dimana keadaan ini disebut polimorf. Jumlah lesi
pada kulit dapat 250-500, namun kadang-kadang dapat hanya 10 bahkan lebih sampai
1500. Lesi baru tetap timbul selama 3-5 hari, lesi sering menjadi bentuk krusta pada
hari ke-6 (hari ke-2 sampai ke-12) dan sembuh lengkap pada hari ke-16 (hari ke-7
sampai ke-34)
Erupsi kelamaan atau terlambatnya berubah menjadi krusta dan penyembuhan,
biasanya dijumpai pada penderita dengan gangguan imunitas seluler. Bila terjadi
infeksi sekunder, sekitar lesi akan tampak kemerahan dan bengkak serta cairan vesikel
yang jernih berubah menjadi pus disertai limfadenopati umum. Vesikel tidak hanya
terdapat pada kulit, melainkan juga terdapat pada mukosa mulut, mata, dan faring.
Pada penderita varicella yang disertai dengan difisiensi imunitas (imun
defisiensi) sering menimbulkan gambaran klinik yang khas berupa perdarahan,
bersifat progresif dan menyebar menjadi infeksi sistemik. Demikian pula pada
penderita yang sedang mendapat imunosupresif. Hal ini disebabkan oleh terjadinya
limfopenia.
Pada ibu hamil yang menderita varicella dapat menimbulkan beberapa masalah
pada bayi yang akan dilahirkan dan bergantung pada masa kehamilan ibu, antara lain:
8
Varisela neonatal
Varisela neonatal dapat merupakan penyakit serius, hal ini bergantung pada
saat ibu kena varisela dan persalinan.
Bila ibu hamil terinfeksi varisela 5 hari sebelum partus atau 2 hari setelah
partus, berarti bayi tersebut terinfeksi saat viremia kedua dari ibu, bayi
terinfeksi transplasental, tetapi tidak memperoleh kekebalan dari ibu karena
belum cukupnya waktu ibu untuk memproduksi antibody. Pada keadaan ini,
bayi yang dilahirkan akan mengalami varisela berat dan menyebar. Perlu
diberikan profilaksis atau pengobatan dengan varicella-zoster immune
globulin (VZIG) dan asiklovir. Bila tidak diobati dengan adekuat, angka
kematian sebesar 30%. Penyebab kematian utama akibat pneumonia berat
dan hepatitis fulminan.
· Bila ibu terinfeksi varisela lebih dari 5 hari antepartum, sehingga ibu
mempunyai waktu yang cukup untuk memproduksi antibody dan dapat
diteruskan kepada bayi. Bayi cukup bulan akan menderita varisela ringan
karena pelemahan oleh antibody transplasental dari ibu. Pengobatan
dengan VZIG tidak perlu, tetapi asiklovir dapat dipertimbangkan
pemakaiannya, bergantung pada keadaan bayi.
Zoster infantile
Penyakit ini sering muncul dalam umur bayi satu tahun pertama, hal ini
disebabkan karena infeksi varisela maternal setelah nasa gestasi ke-20. Penyakit
ini sering menyerangg pada saraf dermatom thoracis.
9
2.7. Patogenesis
Virus Varicella Zooster masuk dalam mukosa nafas atau orofaring, kemudian
replikasi virus menyebar melalui pembuluh darah dan limfe (viremia pertama)
kemudian berkembang biak di sel retikulo endhotellial setelah itu menyebar melalui
pembuluh darah (viremia ke dua) maka timbullah demam dan malaise.
Permulaan bentuk lesi pada kulit mungkin infeksi dari kapiler endothelial pada
lapisan papil dermis menyebar ke sel epitel pada epidermis, folikel kulit dan glandula
sebacea dan terjadi pembengkakan. Lesi pertama ditandai dengan adanya makula yang
berkembang cepat menjadi papula, vesikel da akhirnya menjadi crusta. Jarang lesi
yang menetap dalam bentuk makula dan papula saja. Vesikel ini akan berada pada
lapisan sel dibawah kulit. Dan membentuk atap pada stratum korneum dan lusidum,
sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam. Degenarasi sel akan diikuti
dengan terbentuknya sel raksasa berinti banyak, dimana kebanyakan dari sel tersebut
mengandung inclusion body intranuclear type A. Penularan secara airborne droplet.
Virus dapat menetap dan laten pada sel syaraf. Lalu dapat terjadi reaktivitas maka
dapat terjadi herpes Zooster.
2.8. Komplikasi
Komplikasi varisela pada anak biasanya jarang dan lebih sering pada orang
dewasa.
1. Infeksi sekunder
Infeksi sekunder disebabkan oleh Stafilokok atau Streptokok dan
menyebabkan selulitis, furunkel. Infeksi sekunder pada kulit kebanyakan pada
kelompok umur di bawah 5 tahun. Dijumpai pada 5-10% anak. Adanya infeksi
sekunder bila manifestasi sistemik tidak menghilang dalam 3-4 hari atau
bahkan memburuk
2. Otak
Komplikasi ini lebih sering karena adanya gangguan imunitas. “Acute
postinfectious cerebellar ataxia” merupakan komplikasi pada otak yang paling
ditemukan (1:4000 kasus varisela). Ataxia timbul tiba-tiba biasanya pada 2-3
minggu setelah varisela dan menetap selama 2 bulan. Klinis mulai dari yang
ringan sampai berat, sedang sensorium tetap normal walaupun ataxia berat.
Prognosis keadaan ini baik, walaupun beberapa anak dapat mengalami
inkoordinasi atau dysarthria.
10
“Ensefalitis” dijumpai 1 dari 1000 kasus varisela dan memberikan
gejala ataksia serebelar dan biasanya timbul antara hari ke-3 sampai hari ke-8
setelah timbulnya rash. Biasanya bersifat fatal.
3. Pneumonitis
Komplikasi ini lebih sering dijumpai pada penderita keganasan,
neonatus, imunodefisiensi, dan orang dewasa. Pernah dilaporkan seorang bayi
13 hari dengan komplikasi pneumonitis dan meninggal pada umur 30 hari.
Gambaran klinis pneumonitis adalah panas yang tetap tinggi, batuk,
sesak napas, takipnu dan kadang-kadang sianosis serta hemoptoe. Pada
pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran nodular yang radio-opak pada
kedua paru.
4. Sindrom Reye
Komplikasi ini lebih jarang dijumpai. Dengan gejala sebagai berikut,
yaitu nausea dan vomitus, hepatomegali dan pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan peningkatan SPGT dan SGOT serta ammonia.
5. Hepatitis
Dapat terjadi tetapi jarang.
6. Komplikasi lain
Seperti arthritis, trombositopenia purpura, miokarditis, keratitis.
Penderita perlu dikonsulkan ke spesialis bila dijumpai adanya gejala-gejala
berikut:
Varisela yang progesif atau berat
Komplikasi yang dapat mengancam jiwa seperti pneumonia, ensefalitis
Infeksi bakteri sekunder yang berat terutama dari golongan grup A
Streptococcus yang dapat memicu terjadinya nekrosis kulit dengan cepat
serta terjadi “Toxic Shock Syndrome”
Penderita dengan komplikasi berat perlu dirawat di Rumah Sakit atau bila
perlu ICU
Indikasi rawat di ICU/NICU antara lain:
- Penurunan kesadaran
- Kejang
11
- Sulit jalan
- Gangguan pernapasan
- Sianosis
- Saturasi oksigen menurun
Semua neonatus lahir dari ibu yang menderita varisela kurang dari 5 hari
sebelum melahirkan atau 2 hari setelah melahirkan.
2.9. Pengobatan
Karena umumnya bersifat ringan, kebanyakan penderita tidak memerlukan
terapi khusus selain istirahat dan pemberian asupan cairan yang cukup. Yang justru
sering menjadi masalah adalah rasa gatal yang menyertai erupsi. Bila tidak ditahan-
tahan, jari kita tentu ingin segera menggaruknya. Masalahnya, bila sampai tergaruk
hebat, dapat timbul jaringan parut pada bekas gelembung yang pecah. Tentu tidak
menarik untuk dilihat.
* Umum
1. Isolasi untuk mencegah penularan.
2. Diet bergizi tinggi (Tinggi Kalori dan Protein).
3. Bila demam tinggi, kompres dengan air hangat.
4. Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya pemberian antiseptik pada
air mandi.
5. Upayakan agar vesikel tidak pecah.
- Jangan menggaruk vesikel.
- Kuku jangan dibiarkan panjang.
- Bila hendak mengeringkan badan, cukup tepal-tepalkan handuk pda kulit,
jangan digosok.
*Farmakologi:
Obat topical
Pengobatan local dapat diberikan Kalamin lotion atau bedak salisil 1%.
Antipiretik/analgetik
Biasanya dipakai aspirin, asetaminofen, ibuprofen.
12
Antihistamin
Golongan antihistamin yang dapat digunakan, yaitu Diphenhydramine,
tersedia dalam bentuk cair (12,5mg/5mL), kapsul (25mg/50mg) dan injeksi (10
dan 50 mg/mL). Dosis 5mg/kg/hari, dibagi dalam 3 kali pemberian.
13
Efek samping:
- Gangguan ginjal berupa renal insufisiensi, malaise dan gangguan
pencernaan.
- Diet yang adekuatBerikan makanan penuh dan jangan dibatasi Kadang-
kadang penderita mengalami anoreksia, sebaiknya dimotivasi banyak
minum untuk mempertahankan status hidrasi.
- Cairan yang cukup sangat diperlukan bila penderita diberikan Asiklovor,
karena obat ini dapat berkristalisasi dalam tubulus renalis bila penderita
dalam keadaan dehidrasi.
2.10. Pencegahan
Pencegahan terhadap infeksi varisela zoster virus dilakukan dengan cara
imunisasi pasif atau aktif.
Imunisasi aktif
Dilakukan dengan memberikan vaksin varisela yang dilemahkan (live
attenuated) yang berasal dari OKA Strain dengan efek imunogenisitas tinggi dan
tingkat proteksi cukup tinggi berkisar 71-100% serta mungkin lebih lama. Dapat
diberikan pada anak sehat ataupun penderita leukemia, imunodefisiensi. Untuk
penderita pascakontak dapat diberikan vaksin ini dalam waktu 72 jam dengan maksud
sebagai preventif atau mengurangi gejala penyakit.
Dosis yang dianjurkan ialah 0,5 mL subkutan. Pemberian vaksin ini ternyata
cukup aman. Dapat diberikan bersamaan dengan MMR dengan daya proteksi yang
sama dan efek samping hanya berupa rash yang ringan.
Efek samping:
Efek samping biasanya tidak ada, tetapi bila ada biasanya bersifat ringan.
Imunisasi pasif
Dilakukan dengan memberikan Zoster Imun Globulin (ZIG) dan Zoster Imun
Plasma (ZIP).
Zoster Imun Globulin (ZIG) adalah suatu globulin-gama dengan titer antibody
yang tinggi dan yang didapatkan dari penderita yang telah sembuh dari infeksi herpes
zoster. Dosis Zoster Imuno Globulin (ZIG): 0,6 mL/kg BB intramuscular diberikan
14
sebanyak 5mL dalam 72 jam setelah kontak. Indikasi pemberian Zoster Imunoglobulin
ialah:
· Neonatus yang lahir dari ibu menderita varisela 5 hari sebelum partus atau 2
hari setelah melahirkan.
· Penderita leukemia atau limfoma terinfeksi varisela yang sebelumnya belum
divaksinasi.
· Penderita HIV atau gangguan imunitas lainnya.
· Penderita sedang mendapat pengobatan imunosupresan seperti kortikosteroid.
2.13. Prognosis
Dengan perawatan yang teliti dan senantiasa memperhatikan kebersihan
(hygiene) diri dan lingkungan memberikan prognosis yang baik dan kemungkinan
terbentuknya jaringan parut hanya sedikit, kecuali jika klien melakukan
garukan/tindakan lain yang menyebabkan kerusakan kulit lebih dalam.
15
2.14. WOC
16
17
2.15 Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Termasuk: nama, usia, nomor register, jenis kelamin, status, alamat, tanggal masuk rumah
sakit, diagnosis medis.
2. Keluhan Utama
klien datang dengan keluhan demam, seperti pilek dan ada demam yang mengandung air
di sekujur tubuhnya.
3. Riwayat Medis
a. Riwayat Sekarang
klien merasa tubuhnya terasa panas seperti pilek dan ada ruam merah di tubuhnya dan
rasa sakit saat dipegang.
B. Pemeriksaan fisik
a. Kondisi umum klien biasanya pasien merasa lemah, tidak enak badan, tidak nafsu
makan dan sakit kepala.
b. sistem saraf: tidak ada gangguan fungsi saraf perifer sensorik, dan saraf perifer
motorik normal.
c. sistem pernapasan: tidak ada gangguan pada sistem pernapasan
d. sistem muskuloskeletal: tidak adanya gangguan fungsi saraf perifer motorik atau
kelumpuhan otot-otot tangan dan kaki.
e. sistem integumen: ada lesi dan ruam pada kulit dan peningkatan suhu tubuh atau
demam serta perubahan tanda-tanda vital. Dalam studi kulit ditemukan vesikel -
18
vesikel yang menyakitkan ketika dipegang ketika dipalpasi ada benjolan yang tidak
rata dengan permukaan kulit.
C. Investigasi pendukung
Pemeriksaan leukosit biasanya menunjukkan hasil normal, rendah, atau sedikit
meningkat. Sel raksasa berinti banyak pada pemeriksaan smear Tzanck pada lepuh kulit
adalah hasil positif pada pemeriksaan kultur jaringan.
D. Diagnosis keperawatan
1. Nyeri akut yang terkait dengan lesi kulit (cacar air)
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
3. Kerusakan integritas kulit yang terkait dengan lesi kulit
4. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
5. Kurangnya pengetahuan terkait dengan paparan terbatas
E. Intervensi Keperawatan
Dianosa keperawatan 1
1. Kaji tanda vital
2. Lakukan penilaian nyeri yang komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor curah hujan
3. Pengamatan reaksi non-verbal dari ketidaknyamanan
4. Ajarkan tentang teknik non farmakologi (relaksasi, gangguan)
5. Tingkatkan istirahat
6. Berikan analgesik untuk mengurangi rasa sakit
7. Kontrol lingkungan yang dapat memengaruhi rasa sakit seperti suhu kamar dan
pencahayaan
Diagnosa keperawatan 2
1. Monitor kecenderungan terjadinya penurunan atau kenaikan berat badan
2. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi
persyaratan gizi
3. Pastikan makanan disajikan dengan cara yang menarik dan pada suhu yang paling
cocok untuk konsumsi secara optimal
19
4. Tawarkan makanan ringan yang padat gizi
5. Tanyakan makanan kesukaan anak
Diagnosa keperawatan 3
1. Anjurkan anak untuk mengenakan pakaian longgar
2. Hindari kerutan di tempat tidur
3. Menjaga kulit bersih dan kering
4. Memobilisasi anak (ubah posisi pasien) setiap 1 jam
5. Ajarkan anak untuk mengusap (tidak menggaruk) pada sekitar area yang
gatal/gunakan sarung tangan
Diagnosa keperawatan 4
1. Kaji tanda vital
2. Berikan minuman oral
3. Kompres dengan air hangat
4. Kolaborasi dan perhatikan dalam pemberian antipiretik (aspirin)
Diagnosa keperawatan 5
1. Tingkatkan pengetahuan anak/keluarga terkait dengan proses penyakit tertentu
2. Jelaskan tanda dan gejala umum penyakit
3. Identifikasi kemungkinan penyebabnya
4. Diskusikan terapi perawatan
5. Instruksikan pasien dan keluarga untuk meminimalkan efek samping
20
REFERENSI
June M. Thomson, et. al. (1986). Clinical Nursing Practice, The C.V. Mosby Company,
Toronto.
Lorden.blospot.com
Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Salemba Medika : Jakarta.
Wong, D, L & Whaley. 1993. Nursing Care of Infants and Children 4th Edition. Mosby Year
Book Company : Toronto
21
22