Anda di halaman 1dari 14

UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT HIV/AIDS DI

LAPAS, RUTAN, DAN BAPAS

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat yang
diberikan oleh Ibu Novi Utami Dewi, S.KM, M.Kes

Disusun oleh :

Salma Nazahah Fikrunisa

NIM. P17334118436

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN

TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan segala nikmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurah limpah kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabat-
sahabatnya, sehingga penyusunan makalah Ilmu Kesehatan Masyarakat yang berjudul
“Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit HIV/AIDS di Lapas, Rutan,
dan Bapas” dapat terselesaikan dengan lancar meskipun masih jauh dari
kesempurnaan.
Adapun makalah Ilmu Kesehatan Masyarakat tentang Upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit HIV/AIDS di Lapas, Rutan, dan Bapas ini telah penulis
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Dalam penyusunan makalah
ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Sesungguhnya kesempurnaan itu hanyalah milik-Nya, dan segala sesuatu hal
selain-Nya pasti memiliki kekurangan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini mengingat terbatasnya
kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Insya’Allah
penulis akan menerimanya sebagai masukan untuk kesempurnaan dan perbaikan di
masa yang akan datang. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi semua pembaca umumnya. Amin.

Bandung, 4 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
1.3. Tujuan........................................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN...........................................................................................................................4
2.1. Definisi HIV/AIDS.....................................................................................................................4
2.2. Eskalasi ancaman AIDS............................................................................................................4
2.3. Etiologi........................................................................................................................................4
2.4. Kelompok Risiko........................................................................................................................5
2.5. Cara Penularan..........................................................................................................................5
2.6. Pencegahan HIV/AIDS..............................................................................................................6
2.7. Pemberantasan HIV/AIDS........................................................................................................8
2.8. Indikator.....................................................................................................................................9
BAB 3 PENUTUP..................................................................................................................................10
3.1. Kesimpulan..............................................................................................................................10
3.2. Saran.........................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................11

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di Indonesia, banyak penyakit yang sudah menjadi masalah kesehatan bagi
masyarakat, salah satunya HIV/AIDS. Kasus HIV/AIDS yang terjadi diibaratkan
seperti fenomena gunung es, sebab apa yang terlihat di atas itu hanya nampak
kecil, sementara kondisi dibawah yang lebih besar justru tidak terdeteksi.
Karenanya, setiap tahun jumlah penderita mengalami peningkatan dan tidak
sedikit yang meninggal.
HIV adalah penyakit menular pembunuh nomor satu di dunia. Menurut data
dari World Health Organization (WHO) tahun 2017 menyatakan bahwa 940.000
orang meninggal karena HIV. Ada sekitar 36,9 juta orang yang hidup dengan
HIV pada akhir tahun 2017 dengan 1,8 juta orang menjadi terinfeksi baru pada
tahun 2017 secara global. Lebih dari 30% dari semua infeksi HIV baru secara
global diperkirakan terjadi di kalangan remaja usia 15 hingga 25 tahun. Diikuti
dengan anak-anak yang terinfeksi saat lahir tumbuh menjadi remaja yang harus
berurusan dengan status HIV positif mereka. Menggabungkan keduanya, ada 5
juta remaja yang hidup dengan HIV (WHO, 2017).
Pada tahun 2017, angka kejadian Infeksi HIV dan AIDS baru pada remaja di
ASIA dan Pasifik menunjukkan bahwa terdapat 250.000 remaja yang menderita
HIV dan AIDS. Infeksi HIV baru telah mengalami penurunan sebesar 14% sejak
tahun 2010. Ada penurunan 39% orang meninggal karena HIV & AIDS
(UNAIDS, 2017).
Menurut data Direktorat Jenderal Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
Kemenkes RI menyatakan bahwa jumlah kasusu HIV dari tahun 2005 sampai
dengan tahun 2017 mengalami kenaikan setiap tahunnya. Kasus HIV 2 di
Indonesia pada tahun 2016 tercatat 41.250 kasus dan data terakhir hingga
Desember 2017 tercatat 48.300 kasus. Sedangkan kasus AIDS di Indonesia pada
tahun 2016 tercatat 10.146 kasus dan data terakhir hingga Desember 2017
tercatat 9.280 kasus. Presentase infeksi HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok
umur 25-49 tahun (69,2%), diikuti kelompok umur 20-24 tahun (16,7%),
kelompok umur ≥50 tahun (7,6%), kelompok umur 15-19 tahun sebesar 4%, dan
umur <15 tahun sebesar 2,5%. Kejadian HIV mengalami peningkatan sementara
untuk kejadian AIDS mengalami penurunan. Adanya penurunan tersebut bukan
berarti HIV dan AIDS merupakan penyakit yang tidak berbahaya lagi.
Mengingat dalam kasus ini berlaku Teori Ice Berg atau sering disebut juga Teori
Gunung Es, artinya bahwa angka-angka yang tersaji dari sumber adalah 25%

1
dari fakta yang ada dan 75% lainnya tersembunyi karena berbagai macam faktor
(Dirjen P2P Kemenkes RI, 2017).
HIV-AIDS menjadi masalah global dan merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia. Program pengendalian HIV-AIDS di
Indonesia sejalan dengan mempunyai tujuan menurunkan infeksi baru HIV,
menurunkan diskriminasi dan menurunkan kematian karena AIDS, yang di
kalangan internasional dikenal dengan Three Zeros, yaitu Zero New HIV
Infections, Zero Discrimination and Zero AIDS Related Death.
Menurut data prevalensi Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku 2011
Kementerian Kesehatan, ditemukan angka prevalensi HIV dan Sifilis dikalangan
narapidana adalah 3% dan 5%. Hasil ini mendukung temuan pada Penelitian
Kesehatan dan Perilaku Narapidana yang dilakukan Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan pada tahun 2010 di 24 Lapas/Rutan (13 propinsi), dimana
prevalensi HIV dan Sifilis pada narapidana pria adalah 1,1% dan 5,1%,
sedangkan pada narapidana wanita lebih tinggi yaitu mencapai 6% dan 8,5%.
Data dari 2 (dua) sumber tersebut menunjukkan urgency dalam penyediaan
layanan HIV dan AIDS serta IMS yang menyeluruh dan berkesinambungan.
Salah satu terobosan Kementerian Kesehatan dalam rangka mendekatkan
layanan HIVAIDS kepada masyarakat adalah Layanan Komprehensif
Berkesinambungan, dimana fasilitas pelayanan kesehatan primer yang menjadi
ujung tombak layanan kesehatan harus sudah mampu memberi layanan bagi
odha, termasuk odha yang berada di Rutan, Lapas dan Bapas. Dalam
pelaksanaannya, pemberian layanan ini bukan hanya menjadi tanggung jawab
pemberi layanan namun juga menjadi tanggung jawab lintas sektor terkait.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menulis
makalah mengenai Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit HIV/AIDS
di Lapas, Rutan, dan Bapas.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa itu HIV/AIDS?
2. Mengapa HIV/AIDS menjadi masalah kesehatan?
3. Bagaimana upaya dalam mencegah dan memberantas penyakit
HIV/AIDS?
4. Siapa saja yang merupakan sasaran dari upaya pencegahan dan
pemberantasan HIV/AIDS?
5. Apa saja indicator dalam keberhasilan upaya pemberantasan dan
pencegahan HIV/AIDS?

1.3. Tujuan
6. Untuk mengetahui apa itu HIV/AIDS.

2
7. Untuk mengetahui HIV/AIDS sebagai masalah kesehatan.
8. Untuk mengetahui bagaimana upaya dalam memberantas dan mencegah
HIV/AIDS di lapas, rutan, bapas.
9. Untuk mengetahui indicator-indikator keberhasilan dalam program
pencegahan dan pemberantasan HIV/AIDS di lapas, rutan, dan bapas.

3
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Definisi HIV/AIDS


HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan pathogen yang menyerang
sistem imun manusia, terutama semua sel yang memiliki penenda CD 4+
dipermukaannya seperti makrofag dan limfosit T. AIDS (acquired Immunodeficiency
Syndrome) merupakan suatu kondisi immunosupresif yang berkaitan erat dengan
berbagai infeksi oportunistik, neoplasma sekunder, serta manifestasi neurologic
tertentu akibat infeksi HIV (Kapita Selekta, 2014).
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu retrovirus yang berarti
terdiri atas untai tunggal RNA virus yang masuk ke dalam inti sel pejamu dan
ditranskripkan kedalam DNA pejamu ketika menginfeksi pejamu. AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) adalah suatu penyakit virus yang menyebabkan
kolapsnya sistem imun disebabkan oleh infeksi immunodefisiensi manusia (HIV),
dan bagi kebanyakan penderita kematian dalam 10 tahun setelah diagnosis (Corwin,
2009).
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai gejala
penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu akibat HIv (Hasdianah dkk,
2014).
2.2. Eskalasi ancaman AIDS
Eskalasi ancaman AIDS di Indonesia telah berubah dari low prevalence ke
concentrated epidemic yang ditunjukkan oleh prevalensi HIV+ di atas 5% pada
populasi risiko tinggi tertentu seperti pekerja seks (PS), Injecting Drug User (IDU),
dan lain-lainnya. Penyakit yang menghancurkan sistem kekebalan tubuh manusia dan
belum ditemukan obat penyembuh maupun penangkalnya ini, diakui tidak merupakan
masalah penyakit medis saja. Akan tetapi, telah menimbulkan dampak buruk yang
sangat luas terhadap aspek sosial orang yang terinfeksi virus HIV. HIV dan AIDS
tidak hanya memberikan dampak buruk terhadap perorangan, akan tetapi telah
menjadi ancaman terhadap kelangsungan pembangunan nasional karena dapat
menurunkan kualitas bahkan dapat memusnahkan Sumber Daya Manusia Indonesia
(SDM).
2.3. Etiologi
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV
dari sekelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut Lympadenopathy
Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukimia Virus (HTL-III) yang juga
disebut Human T-Cell Lympanotropic Virus (retrovirus). Retrovirus mengubah asam

4
rebonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk
kedalam sel pejamu (Nurrarif & Hardhi, 2015).
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human Immunodeficiency
Virus (HIV). Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu:
1) Periode jendela: lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala
2) Fase infeksi HIV primer akut: lamanya 1 – 2 minggu dengan gejala flu like
illness
3) Infeksi asimtomatik: lamanya 1 – 15 atau lebih tahun dengan gejala tidk ada
4) Supresi imun simtomatik: diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat
malam hari, berat badan menurun, diare, neuropati, lemah, rash,
limfadenopati, lesi mulut
5) AIDS: lamanya bervariasi antara 1 – 5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai
sistem tubuh, dan manifestasi neurologis
2.4. Kelompok Risiko
Menurut UNAIDS (2017), kelompok risiko tertular HIV/AIDS sebagai berikut:
a. Pengguna napza suntik: menggunakan jarum secara bergantian
b. Pekerja seks dan pelanggan mereka: keterbatasan pendidikan dan peluang
untuk kehidupan yang layak memaksa mereka menjadi pekerja seks
c. Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki
d. Narapidana
e. Pelaut dan pekerja di sektor transportasi
f. Pekerja boro (migrant worker): melakukan hubungan seksual berisiko seperti
kekerasan seksual, hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi HIV tanpa
pelindung, mendatangi lokalisasi/komplek PSK dan membeli seks (Ernawati,
2016).
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun
wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah
a. Lelaki homoseksual atau biseks
b. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi
c. Orang yang ketagihan obat intravena
d. Partner seks dari penderita AIDS
e. Penerima darah atau produk (transfusi) (Susanto & Made Ari, 2013).
2.5. Cara Penularan
HIV ditularkan dari orang ke orang melalui pertukaran cairan tubuh seperti
darah, semen, cairan vagina, dan ASI. Terinfeksi tidaknya seseorang tergantung pada
status imunitas, gizi, kesehatan umum dan usia serta jenis kelamin merupakan faktor

5
risiko. Seseorang akan berisiko tinggi terinfeksi HIV bila bertukar darah dengan
orang yang terinfeksi, pemakaian jarum suntik yang bergantian terutama pada
pengguna narkoba, hubungan seksual (Corwin, 2009).
Penyakit ini menular melalui berbagai cara, antara lain melalui cairan tubuh
seperti darah, cairan genitalia, dan ASI. Virus juga terdapat dalam saliva, air mata,
dan urin (sangat rendah). HIV tidak dilaporkan terdapat didalam air mata dan
keringat. Pria yang sudah disunat memiliki risiko HIV yang lebih kecil dibandingkan
dengan pria yang tidak disunat. Selain melalui cairan tubuh, HIV juga ditularkan
melalui:
A. Ibu hamil
1) Secara intrauterine, intrapartum, dan postpartum (ASI)
2) Angka transmisi mencapai 20-50%
3) Angka transmisi melalui ASI dilaporkan lebih dari sepertiga
4) Laporan lain menyatakan risiko penularan malalui ASI adalah 11-29%
Sebuah studi meta-analisis prospektif yang melibatkan penelitian pada
duakelompok ibu, yaitu kelompok ibu yang menyusui sejak awal kelahiran bayi
dan kelompok ibu yang menyusui setelah beberapa waktu usia bayinya,
melaporkan bahwa angka penularan HIV pada bayi yang belum disusui adalah
14% (yang diperoleh dari penularan melalui mekanisme kehamilan dan
persalinan), dan angka penularan HIV meningkat menjadi 29% setelah bayinya
disusui. Bayi normal dengan ibu HIV bisa memperoleh antibodi HIV dari ibunya
selama 6-15 bulan.
B. Jarum suntik
1) Prevalensi 5-10%
2) Penularan HIV pada anak dan remaja biasanya melalui jarum suntik
karena penyalahgunaan obat
3) Di antara tahanan (tersangka atau terdakwa tindak pidana) dewasa,
pengguna obat suntik di Jakarta sebanyak 40% terinfeksi HIV, di Bogor
25% dan di Bali 53%.
C. Transfusi darah
1) Risiko penularan sebesar 90%
2) Prevalensi 3-5%
D. Hubungan seksual
1) Prevalensi 70-80%
2) Kemungkinan tertular adalah 1 dalam 200 kali hubungan intim
Model penularan ini adalah yang tersering didunia. Akhir-akhir ini dengan
semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan kondom,
maka penularan melalui jalur ini cenderung menurun dan digantikan oleh
penularan melalui jalur penasun (pengguna narkoba suntik) (Widoyono, 2011).

6
2.6. Pencegahan HIV/AIDS
Merujuk pada program-program Ditjenpas Kemenkumham tentang pengendalian
HIVAIDS dan penyalahgunaan Narkoba di UPT Pemasyarakatan, maka dapat
disimpulkan bahwa layanan komprehensif HIV AIDS dan IMS di Lapas/Rutan
memiliki tujuan, yaitu:
1. Memutus mata rantai penularan HIV di lingkungan Lapas/Rutan dengan
mencegah perilaku berisiko selama masa tahanan/pembinaan di Lapas/Rutan
2. Mengurangi risiko penularan jika perilaku berisiko tersebut masih terjadi
dengan program harm reduction
3. Deteksi dan pengobatan dini terhadap kasus-kasus HIV dan IMS melalui
layanan VCT dan CST
4. Memutus mata rantai peredaran dan penyalahgunaan narkoba di lingkungan
Lapas/ Rutan
5. Meningkatkan status kesehatan dan kehidupan sosial kemasyarakatn
narapidana/ tahanan pada umumnya dan ODHA pada khususnya dengan
meningkatkan kualitas hidup, mengurangi angka kesakitan dan kematian
akibat HIV AIDS dan IMS, dan mengurangi stigma/diskriminasi yang
berhubungan dengan HIV AIDS dan IMS
Pada tahun 2005 WHO mendefinisikan istilah harm reduction untuk di
Lapas/Rutan secara lebih luas. Harm Reduction adalah sebuah program yang
bertujuan untuk mencegah atau mengurangi dampak kesehatan negatif yang terkait
dengan perilaku tertentu (seperti diantaranya penasun) dan terkait dengan masa
penahanan, dan kepadatan hunian serta kondisi kesehatan mental narapidana.
Layanan kesehatan komprehensif ini dapat juga dikelompokan secara umum
dalam 4 jenis upaya kesehatan ”promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif”. Namun
dengan pembagian ini, akan terjadi banyak yang tumpang tindih karena satu kegiatan
sering berintegrasi dengan kegiatan lainnya.
Layanan Kesehatan Promotif
Tujuan dari kegiatan promotif ini adalah agar warga binaan mempunyai
pengetahuan cukup mengenai HIV AIDS dan IMS, sehingga warga binaan mampu
mencegah agar tidak tertular/menularkan dari/kepada orang lain dan mampu
berperilaku hidup sehat. Yang dapat digolongkan kedalam kegiatan promotif di dalam
Lapas/ Rutan adalah :
1. Pendidikan kesehatan melalui KIE dan peer educator
2. Upaya perubahan perilaku dengan motivasi pada konseling
3. Kebijakan kepala Lapas/Rutan yang mendukungan program layanan
kesehatan komprehensif HIV dan IMS di Lapas/ Rutan
Layanan Kesehatan Preventif

7
Program pencegahan penularan HIV AIDS dan IMS di Lapas/Rutan
dilaksanakan dengan memberikan layanan komprehensif sebagaimana tercantum
dalam program Harm Reduction. Program kesehatan preventif yang dapat dilakukan
di Lapas/Rutan adalah :
1. Skrining kesehatan melalui layanan kesehatan dasar
2. Komunikasi, Informasi dan edukasi (KIE)
3. Konseling dan test HIV (KT)
4. Pengendalian TB-HIV
5. Pengendalian IMS
6. Kewaspadaan Standar
7. Profilaksis paska pajanan (PPP)
8. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak.
9. Pendidikan sebaya
2.7. Pemberantasan HIV/AIDS
Layanan Kesehatan Kuratif
Layanan ini merupakan layanan manajemen kasus untuk orang yang sudah
infeksi HIV, TB atau IMS. Baik itu berupa deteksi penyakit, perawatan untuk kondisi
yang akut dan atau yang sudah kronik. Untuk kasus HIV layanan ini juga sering
disebut sebagai care support and treatment (CST) atau perawatan, dukungan dan
pengobatan. Layanan kesehatan kuratif yang akan di bahas adalah untuk pengelolaan
HIV AIDS, TB, terapi Metadon, IMS. Layanan perawatan pada penyakit lain juga
penting untuk mempertahankan kepatuhan penderita dalam Lapas/Rutan.
Narapidana/ tahanan dengan kasus sulit yang tidak dapat ditangani di dalam
Lapas/ Rutan akan dirujuk ke rumah sakit atau klinik penyedia layanan terkait HIV,
TB, dan IMS. Rujukan narapidana/ tahanan memerlukan koordinasi dari berbagai
pihak di jajaran Lapas/ Rutan dan institusi pelayanan kesehatan umum karena selain
mempertimbangkan segi kondisi penyakit dan fungsional pendeita, juga harus
mempertimbangkan segi keamanan.
Layanan Kesehatan Rehabilitatif
Rehabilitasi berarti kombinasi dan kolaborasi dari tindakan medis, sosial,
pendidikan dan keterampilan untuk mengembalikan individu ke tingkat kemampuan
fungsional tertinggi15. Dalam konteks HIV, TB dan IMS, layanan kesehatan
rehabilitasi juga berhubungan dengan mendidik pasien dan keluarganya tentang
bagaimana menghindari kesulitan, hambatan, dan komplikasi yang tidak perlu.
Salah satu aspek penting dalam rehabilitasi adalah pengurangan stigma berupa
tekanan dari sebaya (peer pressure) dan juga lingkungan sekitarnya (social pressure).
Selain itu terapi okupasional dan vocational menyangkut pekerjaan dan keterampilan
akan memberdayakan penderita dalam kehidupan social yang lebih baik dari
sebelumnya. Karena salah satu tujuan dari program rehabilitasi adalah mengurangi

8
keterbatasan aktifitas baik secara fisik (disable), maupun secara psikologis dan sosio-
kemasyarakatan. Kegiatan rehabilitatif dan dukungan yang dimaksud adalah :
 Terapi ketergantungan NARKOBA dengan TC, Criminon, dan NA
 Terapi substitusi (PTRM)
 Pendidik sebaya (peer educator)
 Kelompok dukungan sebaya (KDS)
 Konseling adiksi
 Notifikasi pasangan dan konseling
 Pembinaan kemandirian (vokasional)
 Perawatan paliatif
2.8. Indikator
Dalam melaksanakan program-program tersebut dibutuhkan indikator langsung
kinerja program pengelolaan HIV, TB dan IMS di Lapas. Disamping itu dapat
ditentukan pula indikator lanjutan yang menunjukkan keberhasilan dari program
pengendalian HIV-AIDS, TB dan IMS Lapas, Rutan dan Bapas yaitu:
1. Menurunnya angka kematian yang disebabkan HIV-AIDS dan Infeksi
Oportunistik;
2. Menurunkan angka penderita HIV dengan stadium lanjut (3/4) dan atau
dengan CD4 dibawah 200/mm3
3. Meningkatnya jumlah WBP/tahanan yang terdeteksi dini HIV pada tahap awal
yaitu pada stadium I dan II;
4. Meningkatnya jumlah WBP/tahanan yang terdeteksi dini karena IMS dan
mendapat pengobatan;
5. Menurunnya angka kesakitan akibat HIV-AIDS dan Infeksi Oportunistik;
6. Meningkatnya kepatuhan ART;
7. Meningkatnya kasus konseling dan tes

9
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Aquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
gejalagejala penyakit yang diidap seseorang yang sudah terinfeksi HIV (Human
Immunodeficiency Virus), yang sampai saat ini belum ditemukan vaksin/obat
yang dapat menyembuhkannya. HIV dan AIDS tidak hanya memberikan dampak
buruk terhadap perorangan, akan tetapi telah menjadi ancaman terhadap
kelangsungan pembangunan nasional karena dapat menurunkan kualitas bahkan
dapat memusnahkan Sumber Daya Manusia Indonesia (SDM).
Salah satu terobosan Kementerian Kesehatan dalam rangka mendekatkan
layanan HIVAIDS kepada masyarakat adalah Layanan Komprehensif
Berkesinambungan, dimana fasilitas pelayanan kesehatan primer yang menjadi
ujung tombak layanan kesehatan harus sudah mampu memberi layanan bagi odha,
termasuk odha yang berada di Rutan, Lapas dan Bapas. Layanan kesehatan
komprehensif ini dapat juga dikelompokan secara umum dalam 4 jenis upaya
kesehatan ”promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif”.
Sasaran dari upaya pencegahan dan pemeberantasan HIV/AIDS di lapas,
rutan, dan bapas yaitu narapidana baik yang sudah terinfeksi HIV dan yang belum
terinfeksi HIV, narapidana yang ketergantungan narkoba, dan narapidana
penderita IMS.
Indikator keberhasilan dari upaya pencegahan dan pemberantasan HIV/AIDS
di lapas, rutan, dan bapas, yaitu: Menurunnya angka kematian yang disebabkan
HIV-AIDS dan Infeksi Oportunistik; Menurunkan angka penderita HIV dengan
stadium lanjut (3/4) dan atau dengan CD4 dibawah 200/mm3 Meningkatnya
jumlah WBP/tahanan yang terdeteksi dini HIV pada tahap awal yaitu pada
stadium I dan II; Meningkatnya jumlah WBP/tahanan yang terdeteksi dini karena
IMS dan mendapat pengobatan; Menurunnya angka kesakitan akibat HIV-AIDS
dan Infeksi Oportunistik; Meningkatnya kepatuhan ART; Meningkatnya kasus
konseling dan tes.
3.2. Saran
Sebaiknya petugas dan pengurus lapas, rutan, dan bapas selalu rutin
melakukan screening HIV dan penyakit IMS lainnya pada narapidana yang baru
masuk ke lapas, rutan, dan bapas agar mencegah penularan pada narapidana yang
sehat, sehingga dapat segera menentukan tindakan lanjutan.

10
DAFTAR PUSTAKA

 UNAIDS. (1993). WHO guidelines on HIV infection and AIDS in prisons.

 WHO. (2005). Status Paper on Prisons,Drugs and Harm Reduction.

 WHO. (1969). Expert Committee on Medical Rehabilitation.TechnicalReport Series


No. 419, 1969.

 National Working Positive Coalition. (2009). Employement and Vocational


Rehabilitation for People Living with HIV/AIDS: A Report to the Presidential
Transition Team.

 Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan, Kementerian


Kesehatan RI. (2012). Pedoman Layanan Komprehensif Hiv-Aids & Ims Di Lapas,
Rutan Dan Bapas

 Dr. Irwan, S.K.M., M.Kes. (2017). Kearifan Lokal dalam Pencegahan HIV/AIDS
pada Remaja. Gorontalo: Ideas Publishing

 Hetli, J., Thamrin, & Isdairi. (2013). Program Implementation of HIV (Human
Immunodeficiency Virus) and AIDS. Jurnal Tesis PMIS-UNTAN-PSIAN-2013, 1-2.

 http://repository.unimus.ac.id/2643/3/BAB%20II.pdf
 http://eprints.ums.ac.id/38299/23/04.%20BAB%20I.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai