Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat yang
diberikan oleh Ibu Novi Utami Dewi, S.KM, M.Kes
Disusun oleh :
NIM. P17334118436
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
1.3. Tujuan........................................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN...........................................................................................................................4
2.1. Definisi HIV/AIDS.....................................................................................................................4
2.2. Eskalasi ancaman AIDS............................................................................................................4
2.3. Etiologi........................................................................................................................................4
2.4. Kelompok Risiko........................................................................................................................5
2.5. Cara Penularan..........................................................................................................................5
2.6. Pencegahan HIV/AIDS..............................................................................................................6
2.7. Pemberantasan HIV/AIDS........................................................................................................8
2.8. Indikator.....................................................................................................................................9
BAB 3 PENUTUP..................................................................................................................................10
3.1. Kesimpulan..............................................................................................................................10
3.2. Saran.........................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................11
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
dari fakta yang ada dan 75% lainnya tersembunyi karena berbagai macam faktor
(Dirjen P2P Kemenkes RI, 2017).
HIV-AIDS menjadi masalah global dan merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia. Program pengendalian HIV-AIDS di
Indonesia sejalan dengan mempunyai tujuan menurunkan infeksi baru HIV,
menurunkan diskriminasi dan menurunkan kematian karena AIDS, yang di
kalangan internasional dikenal dengan Three Zeros, yaitu Zero New HIV
Infections, Zero Discrimination and Zero AIDS Related Death.
Menurut data prevalensi Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku 2011
Kementerian Kesehatan, ditemukan angka prevalensi HIV dan Sifilis dikalangan
narapidana adalah 3% dan 5%. Hasil ini mendukung temuan pada Penelitian
Kesehatan dan Perilaku Narapidana yang dilakukan Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan pada tahun 2010 di 24 Lapas/Rutan (13 propinsi), dimana
prevalensi HIV dan Sifilis pada narapidana pria adalah 1,1% dan 5,1%,
sedangkan pada narapidana wanita lebih tinggi yaitu mencapai 6% dan 8,5%.
Data dari 2 (dua) sumber tersebut menunjukkan urgency dalam penyediaan
layanan HIV dan AIDS serta IMS yang menyeluruh dan berkesinambungan.
Salah satu terobosan Kementerian Kesehatan dalam rangka mendekatkan
layanan HIVAIDS kepada masyarakat adalah Layanan Komprehensif
Berkesinambungan, dimana fasilitas pelayanan kesehatan primer yang menjadi
ujung tombak layanan kesehatan harus sudah mampu memberi layanan bagi
odha, termasuk odha yang berada di Rutan, Lapas dan Bapas. Dalam
pelaksanaannya, pemberian layanan ini bukan hanya menjadi tanggung jawab
pemberi layanan namun juga menjadi tanggung jawab lintas sektor terkait.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menulis
makalah mengenai Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit HIV/AIDS
di Lapas, Rutan, dan Bapas.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa itu HIV/AIDS?
2. Mengapa HIV/AIDS menjadi masalah kesehatan?
3. Bagaimana upaya dalam mencegah dan memberantas penyakit
HIV/AIDS?
4. Siapa saja yang merupakan sasaran dari upaya pencegahan dan
pemberantasan HIV/AIDS?
5. Apa saja indicator dalam keberhasilan upaya pemberantasan dan
pencegahan HIV/AIDS?
1.3. Tujuan
6. Untuk mengetahui apa itu HIV/AIDS.
2
7. Untuk mengetahui HIV/AIDS sebagai masalah kesehatan.
8. Untuk mengetahui bagaimana upaya dalam memberantas dan mencegah
HIV/AIDS di lapas, rutan, bapas.
9. Untuk mengetahui indicator-indikator keberhasilan dalam program
pencegahan dan pemberantasan HIV/AIDS di lapas, rutan, dan bapas.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
4
rebonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk
kedalam sel pejamu (Nurrarif & Hardhi, 2015).
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human Immunodeficiency
Virus (HIV). Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu:
1) Periode jendela: lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala
2) Fase infeksi HIV primer akut: lamanya 1 – 2 minggu dengan gejala flu like
illness
3) Infeksi asimtomatik: lamanya 1 – 15 atau lebih tahun dengan gejala tidk ada
4) Supresi imun simtomatik: diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat
malam hari, berat badan menurun, diare, neuropati, lemah, rash,
limfadenopati, lesi mulut
5) AIDS: lamanya bervariasi antara 1 – 5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai
sistem tubuh, dan manifestasi neurologis
2.4. Kelompok Risiko
Menurut UNAIDS (2017), kelompok risiko tertular HIV/AIDS sebagai berikut:
a. Pengguna napza suntik: menggunakan jarum secara bergantian
b. Pekerja seks dan pelanggan mereka: keterbatasan pendidikan dan peluang
untuk kehidupan yang layak memaksa mereka menjadi pekerja seks
c. Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki
d. Narapidana
e. Pelaut dan pekerja di sektor transportasi
f. Pekerja boro (migrant worker): melakukan hubungan seksual berisiko seperti
kekerasan seksual, hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi HIV tanpa
pelindung, mendatangi lokalisasi/komplek PSK dan membeli seks (Ernawati,
2016).
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun
wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah
a. Lelaki homoseksual atau biseks
b. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi
c. Orang yang ketagihan obat intravena
d. Partner seks dari penderita AIDS
e. Penerima darah atau produk (transfusi) (Susanto & Made Ari, 2013).
2.5. Cara Penularan
HIV ditularkan dari orang ke orang melalui pertukaran cairan tubuh seperti
darah, semen, cairan vagina, dan ASI. Terinfeksi tidaknya seseorang tergantung pada
status imunitas, gizi, kesehatan umum dan usia serta jenis kelamin merupakan faktor
5
risiko. Seseorang akan berisiko tinggi terinfeksi HIV bila bertukar darah dengan
orang yang terinfeksi, pemakaian jarum suntik yang bergantian terutama pada
pengguna narkoba, hubungan seksual (Corwin, 2009).
Penyakit ini menular melalui berbagai cara, antara lain melalui cairan tubuh
seperti darah, cairan genitalia, dan ASI. Virus juga terdapat dalam saliva, air mata,
dan urin (sangat rendah). HIV tidak dilaporkan terdapat didalam air mata dan
keringat. Pria yang sudah disunat memiliki risiko HIV yang lebih kecil dibandingkan
dengan pria yang tidak disunat. Selain melalui cairan tubuh, HIV juga ditularkan
melalui:
A. Ibu hamil
1) Secara intrauterine, intrapartum, dan postpartum (ASI)
2) Angka transmisi mencapai 20-50%
3) Angka transmisi melalui ASI dilaporkan lebih dari sepertiga
4) Laporan lain menyatakan risiko penularan malalui ASI adalah 11-29%
Sebuah studi meta-analisis prospektif yang melibatkan penelitian pada
duakelompok ibu, yaitu kelompok ibu yang menyusui sejak awal kelahiran bayi
dan kelompok ibu yang menyusui setelah beberapa waktu usia bayinya,
melaporkan bahwa angka penularan HIV pada bayi yang belum disusui adalah
14% (yang diperoleh dari penularan melalui mekanisme kehamilan dan
persalinan), dan angka penularan HIV meningkat menjadi 29% setelah bayinya
disusui. Bayi normal dengan ibu HIV bisa memperoleh antibodi HIV dari ibunya
selama 6-15 bulan.
B. Jarum suntik
1) Prevalensi 5-10%
2) Penularan HIV pada anak dan remaja biasanya melalui jarum suntik
karena penyalahgunaan obat
3) Di antara tahanan (tersangka atau terdakwa tindak pidana) dewasa,
pengguna obat suntik di Jakarta sebanyak 40% terinfeksi HIV, di Bogor
25% dan di Bali 53%.
C. Transfusi darah
1) Risiko penularan sebesar 90%
2) Prevalensi 3-5%
D. Hubungan seksual
1) Prevalensi 70-80%
2) Kemungkinan tertular adalah 1 dalam 200 kali hubungan intim
Model penularan ini adalah yang tersering didunia. Akhir-akhir ini dengan
semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan kondom,
maka penularan melalui jalur ini cenderung menurun dan digantikan oleh
penularan melalui jalur penasun (pengguna narkoba suntik) (Widoyono, 2011).
6
2.6. Pencegahan HIV/AIDS
Merujuk pada program-program Ditjenpas Kemenkumham tentang pengendalian
HIVAIDS dan penyalahgunaan Narkoba di UPT Pemasyarakatan, maka dapat
disimpulkan bahwa layanan komprehensif HIV AIDS dan IMS di Lapas/Rutan
memiliki tujuan, yaitu:
1. Memutus mata rantai penularan HIV di lingkungan Lapas/Rutan dengan
mencegah perilaku berisiko selama masa tahanan/pembinaan di Lapas/Rutan
2. Mengurangi risiko penularan jika perilaku berisiko tersebut masih terjadi
dengan program harm reduction
3. Deteksi dan pengobatan dini terhadap kasus-kasus HIV dan IMS melalui
layanan VCT dan CST
4. Memutus mata rantai peredaran dan penyalahgunaan narkoba di lingkungan
Lapas/ Rutan
5. Meningkatkan status kesehatan dan kehidupan sosial kemasyarakatn
narapidana/ tahanan pada umumnya dan ODHA pada khususnya dengan
meningkatkan kualitas hidup, mengurangi angka kesakitan dan kematian
akibat HIV AIDS dan IMS, dan mengurangi stigma/diskriminasi yang
berhubungan dengan HIV AIDS dan IMS
Pada tahun 2005 WHO mendefinisikan istilah harm reduction untuk di
Lapas/Rutan secara lebih luas. Harm Reduction adalah sebuah program yang
bertujuan untuk mencegah atau mengurangi dampak kesehatan negatif yang terkait
dengan perilaku tertentu (seperti diantaranya penasun) dan terkait dengan masa
penahanan, dan kepadatan hunian serta kondisi kesehatan mental narapidana.
Layanan kesehatan komprehensif ini dapat juga dikelompokan secara umum
dalam 4 jenis upaya kesehatan ”promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif”. Namun
dengan pembagian ini, akan terjadi banyak yang tumpang tindih karena satu kegiatan
sering berintegrasi dengan kegiatan lainnya.
Layanan Kesehatan Promotif
Tujuan dari kegiatan promotif ini adalah agar warga binaan mempunyai
pengetahuan cukup mengenai HIV AIDS dan IMS, sehingga warga binaan mampu
mencegah agar tidak tertular/menularkan dari/kepada orang lain dan mampu
berperilaku hidup sehat. Yang dapat digolongkan kedalam kegiatan promotif di dalam
Lapas/ Rutan adalah :
1. Pendidikan kesehatan melalui KIE dan peer educator
2. Upaya perubahan perilaku dengan motivasi pada konseling
3. Kebijakan kepala Lapas/Rutan yang mendukungan program layanan
kesehatan komprehensif HIV dan IMS di Lapas/ Rutan
Layanan Kesehatan Preventif
7
Program pencegahan penularan HIV AIDS dan IMS di Lapas/Rutan
dilaksanakan dengan memberikan layanan komprehensif sebagaimana tercantum
dalam program Harm Reduction. Program kesehatan preventif yang dapat dilakukan
di Lapas/Rutan adalah :
1. Skrining kesehatan melalui layanan kesehatan dasar
2. Komunikasi, Informasi dan edukasi (KIE)
3. Konseling dan test HIV (KT)
4. Pengendalian TB-HIV
5. Pengendalian IMS
6. Kewaspadaan Standar
7. Profilaksis paska pajanan (PPP)
8. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak.
9. Pendidikan sebaya
2.7. Pemberantasan HIV/AIDS
Layanan Kesehatan Kuratif
Layanan ini merupakan layanan manajemen kasus untuk orang yang sudah
infeksi HIV, TB atau IMS. Baik itu berupa deteksi penyakit, perawatan untuk kondisi
yang akut dan atau yang sudah kronik. Untuk kasus HIV layanan ini juga sering
disebut sebagai care support and treatment (CST) atau perawatan, dukungan dan
pengobatan. Layanan kesehatan kuratif yang akan di bahas adalah untuk pengelolaan
HIV AIDS, TB, terapi Metadon, IMS. Layanan perawatan pada penyakit lain juga
penting untuk mempertahankan kepatuhan penderita dalam Lapas/Rutan.
Narapidana/ tahanan dengan kasus sulit yang tidak dapat ditangani di dalam
Lapas/ Rutan akan dirujuk ke rumah sakit atau klinik penyedia layanan terkait HIV,
TB, dan IMS. Rujukan narapidana/ tahanan memerlukan koordinasi dari berbagai
pihak di jajaran Lapas/ Rutan dan institusi pelayanan kesehatan umum karena selain
mempertimbangkan segi kondisi penyakit dan fungsional pendeita, juga harus
mempertimbangkan segi keamanan.
Layanan Kesehatan Rehabilitatif
Rehabilitasi berarti kombinasi dan kolaborasi dari tindakan medis, sosial,
pendidikan dan keterampilan untuk mengembalikan individu ke tingkat kemampuan
fungsional tertinggi15. Dalam konteks HIV, TB dan IMS, layanan kesehatan
rehabilitasi juga berhubungan dengan mendidik pasien dan keluarganya tentang
bagaimana menghindari kesulitan, hambatan, dan komplikasi yang tidak perlu.
Salah satu aspek penting dalam rehabilitasi adalah pengurangan stigma berupa
tekanan dari sebaya (peer pressure) dan juga lingkungan sekitarnya (social pressure).
Selain itu terapi okupasional dan vocational menyangkut pekerjaan dan keterampilan
akan memberdayakan penderita dalam kehidupan social yang lebih baik dari
sebelumnya. Karena salah satu tujuan dari program rehabilitasi adalah mengurangi
8
keterbatasan aktifitas baik secara fisik (disable), maupun secara psikologis dan sosio-
kemasyarakatan. Kegiatan rehabilitatif dan dukungan yang dimaksud adalah :
Terapi ketergantungan NARKOBA dengan TC, Criminon, dan NA
Terapi substitusi (PTRM)
Pendidik sebaya (peer educator)
Kelompok dukungan sebaya (KDS)
Konseling adiksi
Notifikasi pasangan dan konseling
Pembinaan kemandirian (vokasional)
Perawatan paliatif
2.8. Indikator
Dalam melaksanakan program-program tersebut dibutuhkan indikator langsung
kinerja program pengelolaan HIV, TB dan IMS di Lapas. Disamping itu dapat
ditentukan pula indikator lanjutan yang menunjukkan keberhasilan dari program
pengendalian HIV-AIDS, TB dan IMS Lapas, Rutan dan Bapas yaitu:
1. Menurunnya angka kematian yang disebabkan HIV-AIDS dan Infeksi
Oportunistik;
2. Menurunkan angka penderita HIV dengan stadium lanjut (3/4) dan atau
dengan CD4 dibawah 200/mm3
3. Meningkatnya jumlah WBP/tahanan yang terdeteksi dini HIV pada tahap awal
yaitu pada stadium I dan II;
4. Meningkatnya jumlah WBP/tahanan yang terdeteksi dini karena IMS dan
mendapat pengobatan;
5. Menurunnya angka kesakitan akibat HIV-AIDS dan Infeksi Oportunistik;
6. Meningkatnya kepatuhan ART;
7. Meningkatnya kasus konseling dan tes
9
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Aquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
gejalagejala penyakit yang diidap seseorang yang sudah terinfeksi HIV (Human
Immunodeficiency Virus), yang sampai saat ini belum ditemukan vaksin/obat
yang dapat menyembuhkannya. HIV dan AIDS tidak hanya memberikan dampak
buruk terhadap perorangan, akan tetapi telah menjadi ancaman terhadap
kelangsungan pembangunan nasional karena dapat menurunkan kualitas bahkan
dapat memusnahkan Sumber Daya Manusia Indonesia (SDM).
Salah satu terobosan Kementerian Kesehatan dalam rangka mendekatkan
layanan HIVAIDS kepada masyarakat adalah Layanan Komprehensif
Berkesinambungan, dimana fasilitas pelayanan kesehatan primer yang menjadi
ujung tombak layanan kesehatan harus sudah mampu memberi layanan bagi odha,
termasuk odha yang berada di Rutan, Lapas dan Bapas. Layanan kesehatan
komprehensif ini dapat juga dikelompokan secara umum dalam 4 jenis upaya
kesehatan ”promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif”.
Sasaran dari upaya pencegahan dan pemeberantasan HIV/AIDS di lapas,
rutan, dan bapas yaitu narapidana baik yang sudah terinfeksi HIV dan yang belum
terinfeksi HIV, narapidana yang ketergantungan narkoba, dan narapidana
penderita IMS.
Indikator keberhasilan dari upaya pencegahan dan pemberantasan HIV/AIDS
di lapas, rutan, dan bapas, yaitu: Menurunnya angka kematian yang disebabkan
HIV-AIDS dan Infeksi Oportunistik; Menurunkan angka penderita HIV dengan
stadium lanjut (3/4) dan atau dengan CD4 dibawah 200/mm3 Meningkatnya
jumlah WBP/tahanan yang terdeteksi dini HIV pada tahap awal yaitu pada
stadium I dan II; Meningkatnya jumlah WBP/tahanan yang terdeteksi dini karena
IMS dan mendapat pengobatan; Menurunnya angka kesakitan akibat HIV-AIDS
dan Infeksi Oportunistik; Meningkatnya kepatuhan ART; Meningkatnya kasus
konseling dan tes.
3.2. Saran
Sebaiknya petugas dan pengurus lapas, rutan, dan bapas selalu rutin
melakukan screening HIV dan penyakit IMS lainnya pada narapidana yang baru
masuk ke lapas, rutan, dan bapas agar mencegah penularan pada narapidana yang
sehat, sehingga dapat segera menentukan tindakan lanjutan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Irwan, S.K.M., M.Kes. (2017). Kearifan Lokal dalam Pencegahan HIV/AIDS
pada Remaja. Gorontalo: Ideas Publishing
Hetli, J., Thamrin, & Isdairi. (2013). Program Implementation of HIV (Human
Immunodeficiency Virus) and AIDS. Jurnal Tesis PMIS-UNTAN-PSIAN-2013, 1-2.
http://repository.unimus.ac.id/2643/3/BAB%20II.pdf
http://eprints.ums.ac.id/38299/23/04.%20BAB%20I.pdf
11