Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah Azza Wa Jalla, atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Shalawat dan
salam tidak luput Kami kirimkan atas qudwah kita Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi
Wasallam, para sahabatnya serta umatnya yang senantiasa iltizam diatas kebenaran hingga
akhir zaman.
Penulisan makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah “Keperawatan
Anak” pada Program Studi Ners Akademik STIK Muhammadiyah Pontianak. Dalam
penyusunan makalah ini tidak banyak kesulitan yang Kami temui, namun berkat bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Kami ucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Almumtahanah M.Kep selaku pembimbing, yang telah bersedia meluangkan waktu
dan membimbing kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
2. Orang tua kami yang selalu mendoakan kami.
3. Teman-teman kelompok atas kebersamaannya dalam penyusunan makalah ini.
4. Dan kepada teman-teman lain yang telah membantu namun tidak dapat disebutkan satu-
persatu.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah masih jauh dari
kesempurnaan. Karena itu, saran yang konstruktif merupakan bagian yang tak terpisahkan dan
senantiasa Kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Akhirnya Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat. Amin Ya Rabbil Alamin.
Pontianak, 14-11- 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Tujuan ............................................................................................................................. 2
1. Umum .......................................................................................................................... 2
2. Khusus ......................................................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
BAB II........................................................................................................................................ 3
TINJAUAN TEORITIS ............................................................................................................. 3
A. Pengertian HIV & AIDS ................................................................................................. 3
B. Manifestasi klinis ............................................................................................................ 3
C. Patofisiologi .................................................................................................................... 4
D. Pembagian stadium ......................................................................................................... 5
E. Cara penularan HIV ........................................................................................................ 6
F. Cara pencegahan HIV dan AIDS melalui darah dari ibu ke anak ................................. 6
G. Penatalaksanaan .............................................................................................................. 7
BAB III ...................................................................................................................................... 9
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN AIDS ............................................... 9
A. Pengkajian ....................................................................................................................... 9
B. Diagnosa Keperawatan ................................................................................................. 10
BAB IV .................................................................................................................................... 13
PENUTUP................................................................................................................................ 13
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 13
B. Saran ............................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan
menjadi masalah global yang melanda dunia. Menurut data WHO (World Health
Organization) tahun 2012, penemuan kasus HIV (Human Immunodeficiency Virus) di
dunia pada tahun 2012 mencapai 2,3 juta kasus, dimana sebanyak 1,6 juta penderita
meninggal karena AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dan 210.000 penderita
berusia di bawah 15 tahun (WHO, 2012)

Berdasarkan data Ditjen P2PL (Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan),


statistik kasus HIV/AIDS yang dilaporkan dari tahun 2011-2012 mengalami peningkatan, yaitu
pada tahun 2011 kasus baru HIV sebesar 21.031 kasus, kemudian meningkat menjadi 21.511 kasus
pada tahun 2012. Begitu juga dengan AIDS dari tahun 2011 sebanyak 37.201 kasus, meningkat
menjadi 42.887 kasus pada tahun 2012. Proporsi faktor risiko penderita HIV/AIDS melalui
hubungan heteroseksual merupakan cara penularan dengan persentase tertinggi sebesar 77,75%,
diikuti oleh penasun atau injecting drug user (IDU) sebesar 9,16% dan dari ibu ke anak sebesar
3,76% (Kemenkes RI, 2012).

Perlu pemahaman tentang perilaku seksual pada remaja sebab, masa remaja
merupakan masa peralihan dari perilaku seksual anak-anak menjadi perilaku seksual
dewasa. Kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada remaja amat merugikan
bagi remaja itu sendiri termasuk keluarganya, sebab pada masa ini remaja mengalami
perkembangan yang penting yaitu kognitif, emosi, sosial dan seksual (Soetjiningsih,
2010).

Penelitian Amaliyasari dan Puspitasari (2008), tentang perilaku seksual anak usia
pra remaja di daerah lokalisasi disimpulkan bahwa, faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi perilaku seksual adalah kontak dengan daerah lokalisasi, hal ini berisiko
terhadap penyebaran penyakit menular seksual. Amat disayangkan apabila remaja yang
berada di daerah lokalisasi menjadi lebih berisiko.

HIV/AIDS merupakan penyakit infeksi yang sangat berbahaya karena tidak saja
membawa dampak buruk bagi kesehatan manusia namun juga pada 4 negara secara
keseluruhan. Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS
(SRAN) 2010-2014 yang dikukuhkan dalam Permenkokesra Nomor 8 Tahun 2010,

1
menyebutkan makin memperkuat upaya penanggulangan AIDS di Indonesia yang lebih
terarah dan terkoordinasi. Berbagai kebijakan untuk mendukung SRAN juga terus
dikembangkan, misalnya pada kelompok remaja, program LSL (Lelaki berhubungan Seks
dengan Lelaki), dan juga bidang pendidikan dan pelatihan (KPAN, 2010).

B. Tujuan
1. Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep Asuhan Keperawatan AIDS pada anak

2. Khusus
a. Mahasiswa mengetahui pengertian dari AIDS
b. Mahasiswa memahami patofisologi dari AIDS
c. Mahasiswa mengetahui pembagian stadium terjadinya AIDS
d. Mahasiswa memahami cara penularan AIDS
e. Mahasiswa mengetahui cara pencegahan AIDS

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah
bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan sistem imun : AIDS.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian HIV & AIDS


HIV (Human immunodeficiency virus) Virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh, dan pada manusia. Virus HIV akan masuk ke dalam sel darah putih dan
merusaknya, sehingga sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi
akan menurun jumlahnya. Akibatnya sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan penderita
mudah terkena berbagai penyakit. Kondisi ini disebut AIDS (Ardhiyanti,2015).

Acquired Immuno Deficiency Syndrome yang selanjutnya disingkat AIDS adalah


suatu kumpulan gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh
masuknya virus HIV dalam tubuh seseorang (Premenkes,2014). AIDS merupakan
kumpulan gejala penyakit (sindrom) yang didapat akibat turunnya kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh HIV (Yulrina dkk, 2015).

AIDS yang disebabkan oleh HIV (human Immudeficiency Virus), melemahkan


imunitas anak terhadap infeksi oportunistik, termasuk pneumonia, sitomegalovirus, virus
herpes, toksoplasmosis, dan sarkoma kaposi. Virus dapat ditularkan melalui kontak
seksual dengan individu yang terinfeksi, kontak dengan cairan tubuh individu yang
terinfeksi, menggunakan jarum dan spuit intravena bersama-sama dengan individu
terinfeksi, atau transfusi produk darah yang terkontaminasi. Aids juga dapat menularkan
secara kongenital dari ibu HIV positif melalui trasnfer plasenta atau ASI (Speer,Kathleen
Morgan, 2008).

B. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala umum HIV pada anak menurut Kyle (2014) :

1. Gagal tumbuh kembang


2. Infeksi bakteri berulang
3. Infeksi opportunistik
4. Diare kronik atau berulang
5. Demam berkepanjangan
6. Keterlambatan perkembangan
7. Kandidiasis yang lama
Tanda dan gejala ini dapat terjadi pada anak yang baru saja didiagnosis atau anak
yang diketahui mengidap infeksi HIV.

3
Sedangkan tanda dan gejala mayor stadium AIDS pada anak menurut Nursalam
(2010) :

1. Demam berkepanjangan lebih dari satu bulan


2. Diare kronik lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menurus
3. Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam tiga bulan.
Tanda minor :

1. Batuk kronis selama lebih dari satu bulan.


2. Infeksi pada mulut dan tenggorokkan yang disebabkan oleh jamur Candida Albicons.
3. Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap diseluruh tubuh.
4. Munculnya herpes zorter berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh tubuh.
C. Patofisiologi
Perjalanan klinis pasien dari tahap terinfeksi HIV sampai tahap AIDS, sejalan
dengan penurunan derajat imunitas pasien, terutama imunitas seluler dan menunjukkan
gambaran penyakit yang kronis. Penurunan imunitas biasanya diikuti adanya peningkatan
resiko dan derajat keparahan infeksi opportunistik serta penyakit keganasan. Dari semua
orang yang terinfeksi HIV, sebagian berkembang menjadi AIDS pada tiga tahun pertama,
50% menjadi AIDS sesudah sepuluh tahun, dan hampir 100% pasien HIV menunjukkan
gejala AIDS setelah 13 tahun.

Penularan HIV ke Bayi dan Anak, bisa dari ibu ke anak, penularan melalui darah,
penularan melalui hubungan seksual (pelecehan seksual pada anak). Penularan dari ibu ke
anak terjadi karena wanita yang menderita HIV/AIDS sebagian besar (85%) berusia subur
(15-44 tahun), sehingga terdapat risiko penularan infeksi yang bisa terjadi saat kehamilan
(in uteri). Berdasarkan laporan CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi
adalah 0,01% sampai 0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS,
kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% SAMPAI 35%, sedangkan jika sudah ada
gejala pada ibu kemungkinan mencapai 50%.penularan juga terjadi selama proses
persalinan melalui transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mucosa
bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan . semakin lama proses kelahiran,
semakin besar pula risiko penularan, sehingga lama persalinanbisa dicegah dengan operasi
sectio caecaria. Transmisi lain juga terjadi selama periode postpartum melalui ASI, risiko
bayi tertular melaui ASI dari ibu yang positif sekitar 10% (Nurs dan Kurniawan, 2013)

Perjalanan klinis pasien dari tahap terinfeksi HIV sampai tahap AIDS adalah sejalan
dengan penurunan derajat imunitas pasien, terutama imunitas seluler. Penurunan imunitas

4
biasanya diikuti dengan penignkatan resiko dan derajat keparahan infeksi opportunistik
serta penyakit keganasan. HIV memengaruhi fungsi imun melalui perubahan/gangguan
terutama dalam fungsi sel T, tetapi HIV juga menganai sel B, sel natural killer, dan fungsi
monosit/magrofag, yang fungsi nya sebagai kekebalan tubuh manusia. Defesiensi imun
terjadi akibat penurunan jumlah sel CD4 dan sel limfosit T meskipun pada bayi dan anak
tidak mengalami penurunan yang signifikan. Tetapi sel T kehialangan respons untuk
mengingat antigen, dan kehilangan ini berkaitan dengan peningkatan resiko infeksi bakteri
(Farland,2011).

HIV dengan defisiensi imun yang berat (CD+ : 200-500/ul) disebut dengan AIDS.
Sehingga menurut CDC amerika (1993), pasien masuk dalam kategori AIDS bila CD4+
<200/ul (Nursalam,2010).

Tanpa fungsi sel T, Sel B dan sel natural killer, monosit dan magrofag yang tepat,
sistem imun bayi atau anak tidak dapat melawan infeksi yang seharusnya dapat dilakukan.
Infeksi opportunistik juga terjadi pada anak yang terinfeksi HIV dan berisiko terjadinya
AIDS. HIV menyerang secara cepat sistem saraf pusat pada bayi dan anak, sehingga anak
mengalami ensefalopati HIV progresif, gejala neurologi dapat terjadi sebelum supresi
imun (kyle dkk,2014).

D. Pembagian stadium
Menurut Ardhiyanti (2015) :
1. Stadium pertama HIV
Infeksi dimulai dengan masuknya HIV dan diikuti terjadinya perubahan serologi ketika
antibodi terhadap virus tersebut berubah dari negatif menjadi positif. Rentang waktu
sejak HIV masuk kedalam tubuh sampai tes antibodi terhadap HIV menjadi positif
disebut Window Period. Lama waktu antara satu sampai tiga bulan, bahkan ada yang
berlangsung sampai enam bulan.
2. Stadium kedua : Asimptomatik (tanpa gejala)
Asimptomatik berarti bahwa didalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh
menunjukkan gejala-gejala. Keadaan ini dapat berlangsung sekitar 5-10 tahun. Cairan
tubuh pasien HIV/AIDS yang tampak sehat ini sudah dapat menularkan HIV kepada
orang lain. 3.

5
3. Stadium ketiga :
Pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata, tidak hanya muncul pada satu
tempat saja, dan berlangsung lebih dari satu bulan.
4. Stadium keempat : AIDS
Keadaan ini disertai adanya bermacam-macam penyakit, antara lain penyakit
konstitusional, penyakit saraf, dan infeksi sekunder.
Tahap window period 0-6 bulan. Masuk tahap AIDS gejala awal: hilang selera makan,
demam, keringat berlebihan, diare berkepanjangan.
Infeksi opportunistik : kanker kulit, radang paru-paru, radang otak, infeksi usus. Dll

E. Cara penularan HIV


Menurut ILO (2011) :
1. Melalui hubungan seksual secara anal, maupun vaginal dengan seseorang yang
mengidap HIV baik dengan lawan jenis (heteroseksual) atau sesama jenis
(homoseksual)
2. Melalui transfusi darah dan transplantasi organ yang tercemar HIV. Transfusi darah
yang tercemar HIV langsung menularkan HIV bagi penerima darah karena virus
langsung masuk ke dalam sistem peredaran darah penerima
3. Melalui alat atau jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupuntur, tindik, tato) yang
tercemar oleh HIV. Oleh sebab itu pemakaian jarum suntik bersama oleh para pecandu
narkotika akan mempermudah penularan HIV diantara mereka bila salah satu diantara
mereka merupakan pengidap HIV
4. Pemindahan dari ibu hamil yang mengidap HIV kepada janin yang dikandungnya,
melalui proses persalinan dan melalui pemberian ASI.

F. Cara pencegahan HIV dan AIDS melalui darah dari ibu ke anak
Menurut ILO (2011) :

6
1. Cara pencegahan melalui darah
a. Pastikan hanya menerima transfusi darah yang tidak mengandung HIV.
b. Orang yang terkena HIV sangat disarankan tidak menjadi pendonor darah maupun
organ tubuh
c. Hanya menggunakan alat-alat yang menusuk kulit (jarum suntik, jarum tato dan lain
sebagainya) yang masih baru atau sudah disterilkan. Pastikan kita melihat bahwa
alat-alat tersebut masih baru atau sudah disterilkan.
2. Cara pencegahan melalui ibu ke bayi
a. Bagi perempuan yang positif HIV, supaya mempertimbangkan lagi untuk hamil
b. Bagi ODHA yang hamil, hubungi layanan PPTCT di rumah sakit terdekat. PPTCT
(Prevention from Parent to Child Transmission) mereupakan pelayanan yang
dikhususkan kepada ibu yang terinfeksi HIV. Pelayanan yang diperoleh antara lain
konseling,pemeriksaan rutin kehamilan, terapi ARV, proses kelahiran dan
penanganan ibu dan anak dari pasca kelahiran. Termasuk di dalam penanganan ibu
dan anak tersebut yaitu penanganan gizi dan nutrisi bayi dan pemeriksaan untuk
kepentingan status HIV bayi.

G. Penatalaksanaan
Menurut Nursalam 2010 :

1. Pemberian ART (Anti Retro Virus) untuk mengurangi jumlah virus dalam darah
Tujuan :
a. Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas terkait HIV.
b. Memperbaiki mutu hidup.
c. Memulihkan dan memelihara fungsi kekebalan tubuh.
d. Menekan replikasi virus semaksimal mungkin dalam waktu yang lama.

Golongan ART jenis :

a. Nucleoside Reverse Transriptase Inhibitor (NRTI) dan Non-Nucleoside


Transriptase Inhibitor (NNRTI)
Cara kerja : menghambat proses perubahan RNA virus menjadi DNA
b. Protease Inhibitor (PI)
Cara kerja : menghambat enzim protoase yang memotong rantai panjang asam
amino menjadi protein yang lebih kecil.

7
2. Peningkatan nutrisi
Nutrisi dan terapi ART pada ODHA (orang dengan HIV AIDS) adalah sangat penting
untuk mempengaruhi penyerapan terapi dan obat infeksi opportunistik, prinsip
pemberian nutrisi adalah nutrisi yang mengandung kalori tinggi,protein tinggi,
antioksidan, dan multivitamin untuk mempertahankan kekebalan tubuh dan
menghambat replikasi dari virus. Seperti tempe, kelapa, tomat,kacang kacangan dan
wortel serta sayur sayuran hijau dan buah alpukat (Nursalam,2010).

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN AIDS

A. Pengkajian
1. Data demografi
a. Nama klien
b. Umur
c. Alamat
d. Nama orang tua
e. Keluhan
2. Pola nutrisi
Mencakup cara makan dan BB klien
3. Imunologis
Limfadenopati dan penurunan jumlah sel T
4. Hematologis
Anemia
5. Respirasi
Kegawatan pernapasan, sesak, takipnue, hipoksia, dan gagal napas
6. Kardiovaskular
Suhu tubuh, gagal jantung kongesif sekunder akibat kardiomiopati karena HIV
7. Neurologi
Nyeri otot, kejang, penurunan kesadaran
8. Riwayat keluarga
Tiga generasi (ibu yang terinfeksi HIV)
9. Riwayat Perkembangan
a. Status kesehatan umum Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi
badan, berat badan dan tanda–tanda vital.
b. Ukuran antropometri : TB dan BB untuk menetukan status nutrisi ,Lingkar kepala,
Lingkar dada, Lingkar lengan atas
10. Riwayat Imunisasi
Imunisasi dasar lengkap merupakan pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru
lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang
perlindungan. Program imunisasi dasar lengkap mencakup BCG 1, Hepatitis B 4, DPT-
HB 3, Polio 4 dan Campak 1 yang diberikan untuk anak usia satu tahun.

9
11. Riwayat hospitalisasi
Selama hospitalisasi anak memiliki stressor yang menjadi krisis pertama yang harus
dihadapi anak. Stresor utama dari hospitalisasi pada anak antara lain perpisahan,
kehilangan kendali, cedera tubuh, dan nyeri. Selama masa hospitalisasi anak selalu
memiliki pengalaman tidak terduga dan menjalani prosedur yang menyebabkan anak
merasa nyeri. Anak akan bereaksi terhadap rasa nyeri dengan menyeringai wajah,
menangis, mengatupkan gigi, mengigit bibir, membuka mata dengan lebar, atau
melakukan tindakan agresif seperti menggigit, menendang, memukul, atau berlari
keluar.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit nutrisi b.d penurunan selera makan, kandidas oral
KH : anak memperoleh nutrisi yang optimal
Intervensi :
a. Monitor input dan output klien
b. Berikan diit makanan tinggi kalori tinggi protein (TKTP)
c. Berikan makanan yang disenangi anak
d. Modifikasi penyajian makanan dengan karakter kartun yang disenangi anak
2. Resiko infeksi b.d status imuosupresi
KH: anak tidak menunjukkan tanda infeksi, yang ditandai oleh suhu tubuh kurang dari
37,8 C, serta tidak ada nyeri atau drainase purulen.
Intervensi :
a. Kaji anak untuk mendeteksi bila ada demam,ruam,batuk, drainase purulen, dan
perubahan perilaku, cth : kelelahan dan iritabilitas
b. Lakukan upaya isolasi balikan sesuai dengan yang diperlukan untuk mencegah
pemajanan anak terhadap infeksi lebih lanjut.
3. Gangguan integritas kulit b.d penyakitnya
KH : tidak terdapat luka/lesi
Intervensi :
a. Pemberian obat kulit
b. Edukasi perawatan diri
4. Gangguan harga diri b.d stigma penyakit dan isolasi
KH : anak mengalami peningkatan harga diri yang ditandai oleh anak
mengungkapkan perasaan positif tentang dirinya kepada orang tua dan dengan orang
terdekatnya.

10
Intervensi :
a. Jelaskan kepada anak dengan menggunakan kata-kata yang tepat, sifat penyakit
dan kebutuhan isolasi balikan.
b. Apabila anak tidak sedang menjalani isolasi,balikan dan tidak berisiko
menularkan infeksi bagi anak lain di unit, izinkan ia meninggalkan ruangannya.
c. Izinkan anak berpartisipasi dalam perawatannya, jika memungkinkan.
d. Jelaskan semua prosedur kepada anak.
e. Anjurkan anak untuk mengeskspresikan perasaannya.
5. Ansietas (anak dan ortu) b.d implikasi yang mengancam kehidupan penyakit yang
dialami anak
KH : anak dan ortu memperlihatkan penurunan rasa takut dan cemas yang terlihat dari
kecemasan mereka berkurang dan mereka mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan
kondisi anak.
Intervensi :
a. Jelaskan kepada orang tua dan anak tentanf sifat penyakit anak dan kebutuhan
perawatan medis.
b. Anjurkan ortu dan anak untuk mengekspresikan perasaannya.
c. Jelaskan semua proseduer kepada ortu dan anak
d. Anjurkan ortu dan anak untuk bergabung dengan kelompok pendukung AIDS
setempat.
6. Defisit pengetahuan b.d perawatan di rumah
KH : orang tua mengungkapkan pemahaman tentang intruksi perawatan di rumah
Intervensi :
a. Jelaskan kepada ortu pentingnya mempertahankan agar anak menjauh dari orang-
orang yang diketahui mengidap infeksi.
b. Anjurkan orang tua untuk menyediakan diit tinggi kalori dan protein.
c. Nasihatkan ortu untuk menganjurkan anak berinteraksi secara sosial dengan anak
lain dan tetap kembali bersekolah (jika memungkinkan).
7. Berduka b.d memiliki anak yang penyakit berpotensi fatal
Intervensi :
a. Berikan dukungan keluarga
b. Koping individu
c. Berikan dukungan spiritual

11
12
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Virus dapat ditularkan melalui kontak seksual dengan individu yang terinfeksi,
kontak dengan cairan tubuh individu yang terinfeksi, menggunakan jarum dan spuit
intravena bersama-sama dengan individu terinfeksi, atau transfusi produk darah yang
terkontaminasi. AID pada anak juga dapat menularkan secara kongenital dari ibu HIV
positif melalui trasnfer plasenta atau ASI.

B. Saran
Peningkatan pengetahuan tentang konsep penyakit serta penatalaksanaan penting
guna membantu proses penyembuhan penyakit. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ardhiyanti, Y., Lusiana, N., Megasari, K. (2015). Bahan Ajar AIDS pada Asuhan Kebidanan.
Yogyakarta:Deepublish.[EBook].https://books.google.co.id/books?id=ej_pCAAAQB
AJ&pg=PT55&dq=pengertian+Stigma&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=pe
ngertian%20Stigma&f=false diakses tanggal 14 November 2019

ILO/WHO. (2011) Tentang Pelayanan Kesehatan dan HIV/AIDS.

Kemenkes RI. 2012. Laporan Perkembangan HIV-AIDS Triwulan I Tahun 2012. Jakarta :
Kemenkes RI

Kyle, Terri., & Carman, Susan. (2014). Buku Ajar Keperawatan Pediatri Edisi 2. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC

Morgan Speer, Kathleen. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

14

Anda mungkin juga menyukai