Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan harta paling berharga di dunia, ungkapan tersebut terucap ketika
orang sudah tidak sehat lagi atau dengan kata lain bila orang tersebut sedang jatuh sakit.
Pendidikan kesehatan merupakan sebuah proses yang amat kompleks. Oleh karena itu,
setiap orang perlu diberikan informasi tentang kesehatan agar dapat menjalankan hidup
yang sesuai dengan prinsip kesehatan.
Kesehatan bertujuan untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat Sekolah secara
optimal. Guna pencapaian tujuan tersebut, masyarakat Sekolah didorong agar tahu
permasalahan dan pencarian jalan untuk mengatasi berbagai masalah yang muncul. Upaya
membina gaya hidup sehat itu, terdapat sejumlah faktor yang ikut terlibat. Guru pendidikan
jasmani dan kesehatan menduduki posisi yang sangat strategis dalam meletakkan dasar
yang kuat bagi kualitas hidup sehat generasi di masa yang akan datang. Terkait dengan
tugas ini adalah pengembangan pengalaman belajar di sekolah.
Kesehatan pribadi adalah kesehatan bagian-bagian tubuh kita masing-masing yaitu
meliputi kesehatan kulit, rambut dan kuku, kesehatan mata, hidung, telinga, mulut dan gigi,
tangan dan kaki, juga memakai pakaian yang bersih dan melakukan gerakan dan istirahat
(Suharto, 1997:2).
Jadi kesehatan pribadi merupakan usaha atau perilaku manusia untuk menjaga
kesehatannya sendiri. Adapun faktor yang mempengaruhi ada 8 aspek yaitu: kebersihan
pribadi, kebersihan lingkungan, makanan, hidup teratur, daya tahan tubuh, pencegahan
terhadap penyakit, fasilitas penunjang kesehatan, dan pemeriksaan kesehatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu UKS?
2. Apa itu tujuan UKS?
3. Apa tiga tingkat pencegahan dalam pelaksanaan program UKS?
4. Apa peran perawat komunitas dalam pelaksanaan program UKS?
5. Apa praktik perawat sekolah?
6. Apa itu sekolah berbasis pusat kesehatan?
7. Apa asuhan keperawatan komunitas kesehatan sekolah?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui definisi, tujuan, tiga tingkat pencegahan pelaksanaan program,
peran perawat komunitas, praktik perawat sekolah, sekolah berbasis pusat kesehatan
dan asuhan keperawatan komunitas dalam UKS.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui apa itu UKS

1
2. Mengetahui apa itu tujuan UKS
3. Mengetahui apa tiga tingkat pencegahan dalam pelaksanaan program UKS
4. Mengetahui apa peran perawat komunitas dalam pelaksanaan program UKS
5. Mengetahui apa praktik perawat sekolah
6. Mengetahui apa itu sekolah berbasis pusat kesehatan
7. Mengetahui apa asuhan keperawatan komunitas kesehatan sekolah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi UKS
Hidup sehat seperti yang didefinisikan oleh badan kesehatan perserikatan
bangsa-bangsa (PBB) World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Sedangkan kesehatan jiwa adalah keadaan yang memungkinkan

2
perkembangan fisik, mental, intelektual, emosional, dan sosial yang optimal dari
seseorang. Dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan
ditegaskan bahwa ”Kesehatan Sekolah” diselenggarakan untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta
didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal sehingga
diharapkan dapat menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut
Sumantri (2007), peserta didik itu harus sehat dan orang tua memperhatikan
lingkungan yang sehat dan makan makanan yang bergizi, sehingga akan tercapai
manusia soleh, berilmu dan sehat (SIS). Dalam proses belajar dan pembelajaran materi
pembelajaran berorientasi pada head, heart dan hand, yaitu berkaitan dengan
pengetahuan, sikap/nilai dan keterampilan. Namun masih diperlukan faktor kesehatan
(health) sehingga peserta didik memiliki 4 H (head, heart, hand dan health).
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah usaha untuk membina dan
mengembangkan kebiasaan dan perilaku hidup sehat pada peserta didik usia sekolah
yang dilakukan secara menyeluruh (komprehensif) dan terpadu (integrative) melalui
program pendidikan dan penyuluhan kesehatan. UKS adalah bagian dari usaha
kesehatan pokok yang sesuia beban tugas puskesmas yang di tujukan kepada sekolah-
sekolah. Untuk optimalisasi program UKS perlu ditingkatkan peran serta peserta didik
sebagai subjek dan bukan hanya objek. Dengan UKS ini diharapkan mampu
menanamkan sikap dan perilaku hidup sehat pada dirinya sendiri dan mampu
menolong orang lain. Dari pengertian ini maka UKS dikenal pula dengan child to child
programe. Program dari anak, oleh anak, dan untuk anak untuk menciptakan anak yang
berkualitas.

B. Ruang lingkup program/kegiatan


Kegiatan utama usaha kesehatan sekolah di sebut dengan trias uks, yang terdiri dari :
1) Pendidikan kesehatan, merupakan upaya pendidikan kesehatan yang
dilaksanakan sesuai dengan kurikulum sekolah.
2) Pelayanan kesehatan, merupakan upaya kesehatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan peserta didik.
3) Pembinanan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat, merupakan habungan
antara upaya pendidikan serta upaya kesehatan untuk dapat diterapkan dalam
lingkungan sekolah dan kehidupan sehari-hari peserta didik.

3
Dengan demikian trias uks perpaduan antara pendidikan dengan upaya
pelayanan keseahatan. Pendidikan kesehatan merupakan upaya pendidikan kesehatan
yang di laksanakan sesuai dengan kurikulum sekolah. Pelayanan kesehatan merupakan
upaya kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan peserta didik agar dapat tumbuh
dan berkembang secara sehat, yang pada akhirnya dapat mningkatkan produktivitas
belajar dan berprestasi belajar. Sedangkan pembinaan lingkungan sekolah yang sehat
merupakan gabungan antara upaya pendidikan dan upaya kesehatan untuk dapat
diterapkan dalam lingkungan sekolah dan kehidupan sehari-hari peserta didik.

C. Tujuan usaha kesehatan sekolah


1) Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik
serta menciptakan lingkungan sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan anak yang optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya.

2) Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan derajat kesehatan peserta didik yang mencakup upaya
menurunkan angka kesakitan anak sekolah, meningkatkan kesehatan peserta didik,
baik fisik, mental maupun social, serta memberikan pengetahuan sikap dan
keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat.

D. Sasaran usaha kesehatan sekolah


Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari tingkat pendidikan:
1. Sekolah taman kanak-kanak
2. Pendidikan dasar
3. Pendidikan menengah
4. Pendidikan agama
5. Pendidikan kejuruan
6. Pendidikan khusus(sekolah luar biasa).

Untuk sekolah dasar pendidikan sekolah dasar di prioritaskan kelas I, III, dan kelas
VI. Alasannya adalah kelas I, merupakan fase penyusuaian dalam lingkungan sekolah yang
baru dan lepas dari pengawasan orang tua, kemungkinan kontak dengan berbagai penyebab
penyakit lebih besar karena ketidaktahuan dan ketidakmengertian tentang kesehatan. Di

4
samping itu kelas satu adalah yang lebih baik untuk di berika imunisasi ulangan. Pada kelas
I ini di lakukan penjaringan untuk mendeteksi kemungkinan adanya kelainan yang mungkin
timbul sehingga mempermudah pengawasan untuk jenjang selanjutnya. Kelas III, di
laksanakan di kelas III untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan hasil pelaksanaan uks di kelas
satu dahulu dan langkah-langkah selanjutnya yang akan di lakukan dalam program
pembinaan uks. Kelas VI, dalam rangka mempersiapkan kesehatan peserta didik ke jenjang
pendidikan selanjutnya, sehingga memerlukan pemeliharaan dan pemeriksaan kesehatan
yang ckup.
Untuk belajar dengan efektif peserta didik sebagai sasaran UKS memerlukan
kesehatan yang baik. Kesehatan menunjukkan keadaan yang sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Kesehatan bagi peserta didik merupakan sangat menentukan keberhasilan belajarnya di
sekolah, karena dengan kesehatan itu peserta didik dapat mengikuti pembelajaran secara
terus menerus. Kalau peserta didik tidak sehat bagaimana bisa belajar dengan baik. Oleh
karena itu kita mencermati konsep yang dikemukakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB), bahwa salah satu indikator kualitas sumber daya manusia itu adalah kesehatan,
bukan hanya pendidikan. Ada tiga kualitas sumber daya manusia, yaitu pendidikan yang
berkaitan dengan berapa lama mengikuti pendidikan, kesehatan yang berkaitan sumber
daya manusianya, dan ekonomi yang berkaitan dengan daya beli. Untuk tingkat ekonomi
Indonesia masih berada pada urutan atau ranking yang sangat rendah yaitu 108 pada tahun
2008, dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Kemajuan ekonomi suatu bangsa
biasanya berkorelasi dengan tingkat kesehatan masyarakatnya. Semakin maju
perekonomiannya, maka bangsa itu semakin baik pula tingkat kesehatannya. Oleh karena
itu, jika tingkat ekonomi masih berada di urutan yang rendah, maka tingkat kesehatan
masyarakat pada umumnya belum sesuai dengan harapan. Begitu pula dengan sumber daya
manusianya yang diharapkan berkualitas masih memerlukan proses dan usaha yang lebih
keras lagi.

E. Kegiatan usaha kesehatan sekolah


Ada tiga kegiatan pokok usaha kesehatan sekolah, yaitu:
1. Pendidikan kesehatan sekolah
a. Kegiatan intra kurikuler, maksudnya adalah pendidikan kesehatan merupakan
bagian dari kurikulum sekolah, dapat berupa mata pelajaran yang berdiri sendiri
seperti mata pelajaran ilmu kesehatan atau disisipkan dalam ilmu-ilmu laen
seperti olah raga dan kesehatan, ilmu pengetahuan alam, dan sebagainya.

5
b. Kegiatan ekstra kurikuler, maksudnya adalah pendidikan kesehatan yang di
masukan dalam kegiatan-kegiatan ekstarakulikuler dalam rangka menanamkan
prilaku sehat peserta didik.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat berupa :
1. Penyuluhan kesehatan dari petugas puskesmas yang berkaitan dengan
a. Higien personal yang meliputi pemeliharaan gigi, dan mulut, kebersihan kulit
dan kuku, mata, telinga dan sebagainya.
b. Lomba poster sehat
c. Perlombaan kebersihan kelas
2. Pemeliharaan kesehatan sekolah
Pemeliharaan kesehatan sekolah, di maksudkan untuk memelihara ,
meningkatkan, dan menemukan secara dini gangguan kesehatan yag mungkin
terjadi terhadap peserta didik maupun gurunya.
Pemeliharaan kesehatan di sekolah di lakukan oleh petugas pusekesmas yang
merupakan tim yang di bentuk di bawah coordinator UKS yang terdiri dari dokter,
perawat, juru imunisasi dan sebagainya. Dan untuk koordinasi untuk tingkat
kecamatan di bentuk tim Pembina usaha kesehatan sekolah (TPUKS). Kegitan-
kegiatan yang di lakukan adalah :
a. Pemeriksaan kesehatan, yang meliputi gigi dan mulut, mata telingan dan
tenggorokan, kulit dan rambut dsb
b. Pemeriksaan perkembangan kecerdasan
c. Pemberian imunisasi
d. Penemuan kasus-kasus dini yang mungkin terjadi
e. Pengobatan sederhana
f. Pertolongan pertama
g. Rujukan bila menemukan kasus yang tidak dapat di tanggulangi di sekolah
termasuk juga adalah pemeliharaan dan pemeriksaan kesehatan guru.

3. Pemeliharaan lingkungan kehidupan sekolah


Pemeliharaan lingkungan kehidupan sekolah bertujuan agar lingkungan
kehidupan sekolah dapat terjamin pemeliharaannya, yang diawali dengan
lingkungan kehidupan sekolah yang bersih dan sehat. Sehingga tidak mudah
terkena wabah penyakit.

F. Tiga Tingkat Pencegahan Dalam Pelaksanaan Program UKS


1) Peningkatan kesehatan (promotif),  dilaksanakan melalui kegiatan intra kurikuler dan
penyuluhan kesehatan serta latihan keterampilan oleh tenaga kesehatan disekolah
Contohnya:
- kegiatan penyuluhan gizi,
- kesehatan pribadi,
- penyakit menular,

6
- cara menggosok gigi yang benar,
- cara mengukur tinggi dan berat badan
- cara memeriksa ketajaman penglihatan.
2) Pencegahan (preventif)  dilaksanakan melalaui kegiatan peningkatan daya tahan
tubuh.
Contohnya
- Imunisasi oleh petugas puskesmas
- pemberantasan sarang nyamuk,
- pengobatan sederhana oleh dokter kecil,
- kegiatan penjaringan kesehatan bagi siswa kelas I yang baru masuk dan
pemeriksaan berkala setiap 6 bulan bagi seluruh siswa.
3) Penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif),  dilakukan melalui kegiatan
mencegah komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit dan untuk meningkatkan
kemamapuan peserta didik yang cedera atau cacat agar dapat berfungsi normal.
Kegiatan.
- pengobatan ringan untuk mengurangi derita sakit
- pertolongan pertama di sekolah serta rujukan medik ke puskesmas.
- Kasus kecelakaan, keracunan atau kondisi lain yang membahayakan nyawa dan
kasus penyakit khusus.

G. Peran Perawat Komunitas Dalam Pelaksanaan Program UKS


1) Sebagai pelaksana askep di sekolah, perawat mempunyai peran :
a. Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta didik dengan melakukan
pengumpulan data, analisis data serta perumusan dan prioritas masalah
b. Menyusun perencanaan kegiatan UKS bersama Tim Pemina Usaha Kesehatan di
Sekolah (TPUKS)
c. Melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kegiatan yang disusun
d. Menilai dan memantau kegiatan UKS
e. Mencatat dan melaporkan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan

2) Sebagai pengelola kegiatan UKS, perawat kesehatan yang bertugas di puskesmas


menjadi salah seorang anggota dalam TPUKS atau dapat juga ditunjuk sebagai
seorang koordinator UKS I tingkat puskesmas. Bila perawat kesehatan ditunjuk
sebagai koordinator makan pengelolaan pelaksanaan UKS menjadi tanggung
jawabnya atau paling tidak ikut terlibat dalam tim pengelola UKS.

3) Sebagai penyuluh dalam bidang kesehatan, peranan perawat kesehatan dalam


memberikan penyuluhan kesehatan dapat dilakukan secara langsung melalui
penyuluhan kesehatan yang bersifat umum dan klasikal atau tidak langsung
sewaktu melakukan pemeriksaan kesehatan peserta didik perseorangan.

H. Praktik Perawat Sekolah


1) Memberikan pelayanan serta meningkatkan kesehatan individu dan memberikan
pendidikan kesehatan kepada semua populasi yang ada di sekolah

7
2) Memberikan kontribusi untuk mempertahankan dan memperbaiki lingkungan fisik
sekolah
3) Menghubungkan program kesehatan sekolah dengan program kesehatan
masyarakat yang lain.

I. Sekolah Berbasis Pusat Kesehatan


Menurut WHO (DEPKES 2008) ada 6 ciri utama sekolah yang dapat
mempromosikan atau meningkatkan kesehatan
1) Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah yaitu
peserta didik, orangtua dan para tokoh masyarakat maupun organisasi-organisasi di
masyarakat.
2) Berusaha keras untuk menciptakan lingkungan sehat dan aman, meliputi :
a. Sanitasi dan air yang cukup
b. Bebas dari pengaruh negatif
c. Pekarangan sekolah yang aman
d. Dukungan masyarakat yang sepenuhnya
e. Bebas dari segala macam bentuk kekerasan
f. Suasana yang memperdulikan pola asuh, rasa hormat dan saling percaya
3) Memberikan pendidikan kesehatan sekolah dengan :
a. Kurikulum yang mampu meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik yang
positif terhadap kesehatan serta dapat mengembangkan berbagai keterampilan
hidup yang mendukung kesehatan fisik, mental dan sosial.
b. Memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru maupun
orangtua
4) Memberikan akses untuk di laksanakannya pelayanan kesehatan di sekolah, yaitu :
a. Kerjasama dengan Puskesmas setempat
b. Penjaringan, diagnosa dini, imunisasi serta pengobatan sederhana
c. Adanya program-program makanan bergizi dengan memperhatikan keamanan
makanan
5) Menerapkan kebijakan dan upaya di sekolah untuk mempromosikan dan
meningkatkan kesehatan, yaitu :
a. Kebijakan yang di dukung oleh staf sekolah termasuk mewujudkan proses
belajar mengajar yang dapat menciptakan lingkungan psikososial yang sehat
bagi seluruh masyarakat sekolah
b. Kebijakan-kebijakan dalam memberikan pelayanan yang adil untuk seluruh
siswa
c. Kebijakan-kebijakan dalam penggunaan rokok, penyalahgunaan narkoba
termasuk alkohol serta pencegahan segala bentuk kekerasan/pelecehan
6) Bekerja keras untuk ikut atau berperan serta meningkatkan kesehatan masyarakat,
dengan :
a. Memperhatikan adanya masalah kesehatan masyarakat yang terjadi
b. Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat

8
Cara melaksanakan pendidikan kesehatan di sekolah
1) Cara penyajian  pendidikan lebih menekankan peran aktif peserta didik melalui
kegiatan ceramah, diskusi, demonstrasi, pembimbingan, permainan, dan penugasan.
2) Cara penanaman kebiasaan  penugasan untuk melalukan cara hidup sehat sehari-
hari dan pengamatan terus menerus oleh guru dan kepala sekolah.
Materi pendidikan kesehatan di sekolah
a. demam berdarah,
b. flu burung,
c. pelayanan gizi,
d. kesehatan gigi dan mulut,
e. pengelolaan sampah,
f. pengelolaan tinja,
g. sarana pembuangan limbah,
h. pengelolaan air bersih,
i. penyediaan air bersih, air dan sanitasinya,
j. pegenalan pada penyakit menular dan pencegahannya.

Khusus untuk peserta didik SMP/MTs dan SMA/SMK/MA


a. kesehatan reproduksi,
b. bahaya rokok
c. deteksi dini penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, minuman keras, dan bahan-
bahan yang berbahaya serta zat adiktif (NAPZA) dan HIV/AIDS.

J. Peran sekolah dalam meningkatkan kesehatan


1) fasilitas dan program pendidikan jasmani atau olah raga memadai dan terprogram
dengan baik, di sekolah dan di lingkungan masyarakat sekitar.
2) menciptakan dan meningkatkan kesehatan peserta didik.

Upaya yang dilakukan


menciptakan lingkungan Sekolah Sehat (Health Promoting School/HPS) melalui
UKS.
K. Asuhan Keperawatan Pada Agregat Anak Usia Sekolah

Asuhan keperawatan agregat anak sekolah yang dilakukan di SDN Wonokromo IV

Surabaya menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian status

kesehatan anak sekolah, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi. Pemberian asuhan keperawatan melibatkan kader UKS, guru pada institusi

pendidikan, anak sekolah dan orang tua, dan kepala sekolah.

9
I. Pengkajian

Pengkajian pada agregat anak sekolah menggunakan pendekatan Community as partner

meliputi : data inti komunitas dan subsystem.

A. Data inti komunitas, terdiri dari:

1.Demografi : Jumlah anak sekolah keseluruhan menurut data Monografi SDN

Wonokromo IV Surabaya untuk usia 6 – 12 tahun + 123 siswa, jumlah anak sekolah

menurut jenis kelamin dan golongan umur tergambar pada grafik di bawah ini.

Diagram 1 : Karakteristik anak sekolah Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di


SDN Wonokromo IV Surabaya bulan November tahun 2012

10
30
25
20
15 Perempuan
10 Laki-laki
5
0
6 - 7 tahun 8 - 9 tahun 10 - 11 12 tahun
tahun

Dari 123 siswa SDN IV Wonokromo antara siswa laki-laki yang berumur 8 – 9 tahun dan

anak perempuan berumur 8 – 9 tahun mempunyai prosentase yang hampir sama yaitu 20.5 %

dan 20 %.

2. Status perkawinan

100% dari anak usia sekolah belum kawin.

3. Nilai, kepercayaan dan agama :

Agama yang dianut oleh anak sekolah tergambar pada diagram di bawah ini :

Diagram 2 : Karakteristik anak usia sekolah Berdasarkan Agama di SDN IV Wonokromo


Surabaya pada November 2012

Kristen

3.1%

Islam

96.9%

11
Dari diagram di atas mayoritas responden beragama Islam yaitu 96,9 %.

Berdasarkan winshield survey dan data dari monografi didapatkan tidak tersedia musala

untuk tempat beribadah karena letak SD bersebelahan dengan masjid, kegiatan keagamaan

dilaksanakan di masjid tersebut. Di sekolah terdapat mata pelajaran Agama.

Sedangkan dari hasil wawancara dengan guru agama, menyatakan bahwa nilai/norma/budaya

yang dianut anak-anak SD baik, kehidupan beragama berjalan dengan harmonis, dan anak-

anak rajin dan antusias dalam mengikuti kegiatan keagamaan yang dilaksanakan.

B. Data subsystem

Delapan subsistem yang dikaji sebagai berikut :

1. Lingkungan Fisik

Inspeksi : Tipe sekolah permanen, tempatnya strategis dekat dengan jalan raya.

Kebersihan lingkungan sekolah kurang terjaga dengan baik, terdapat 1

kantin di dalam sekolah yang menjual makanan yang kurang terjamin

kebersihannya. Terdapat banyak penjual makanan di depan gerbang

sekolah. Jenis makanan yang dijual tidak terjamin kebersihannya.

Terdapat 2 kamar mandi yang terpisah antara kamar mandi anak laki-laki

dan perempuan. Kondisi terawat dengan baik.

Auskultasi : Hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa di sekolah SDN IV

Wonokromo terdapat kegiatan ekstrakulikuler yang sudah lama berjalan

seperti olahraga meliputi sepak bola dan senam, kesenian meliputi tari

dan musik dan kegiatan keagamaan seperti pengajian.

12
Angket : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik

bagi perkembangan anak yaitu orang tua dan lingkungan anak yang

membiasakan tidak menggosok gigi sebelum tidur sehingga kebiasaan ini

diikuti oleh anak usia sekolah.

2. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial

Pelayanan kesehatan di sekolah SDN IV Wonokromo terdapat UKS untuk tempat

istirahat dan pemeriksaan bagi anak yang sakit. Selain itu juga terdapat ruang BK

(Bimbingan Konseling) untuk konsultasi siswa.

3. Ekonomi

Berdasarkan hasil wawancara kepada para siswa kebanyakan orang tua para siswa

mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta dan berdagang untuk mencari nafkah.

4. Keamanan dan Transportasi

a. Keamanan

Terdapat satpam sekolah yang membantu anak sekolah menyebrang jalan raya,

akan tetapi ditemukan kebiasaan yang mengancam kesehatan anak usia sekolah :

1) Kebiasaan jajan sembarangan

Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang kebiasaan jajan

sembarangan pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut :

Diagram 3 : Kebiasaan jajan sembarangan yang dilakukan oleh anak usia sekolah di
sekolah SDN IV Wonokromo
Kebiasaan Jajan Sembarangan

80
70
60
50
40
30
20
10
0
Ya Tidak

Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah memiliki kebiasaan jajan

sembarangan sebesar 98 anak (80%). Ini merupakan hal yang negatif bagi

kesehatan anak usia sekolah karena kebersihan makanan dan kandungan gizi

yang ada di dalam makanan tersebut bisa menimbulkan berbagai macam

masalah kesehatan untuk anak usia sekolah.

2) Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia Sekolah

Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang kebiasaan jajan

sembarangan pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut :

Diagram 4 : Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia Sekolah SDN IV


Wonokromo

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Permen Coklat Snack
Pada diagram diketahui mayoritas jenis jajanan anak usia sekolah adalah

permen sebanyak 50 anak (40,6 %). Ini merupakan hal yang negatif bagi

kesehatan gigi anak usia sekolah karena dalam permen mengandung

kandungan gula yang tinggi sehingga berisiko tinggi terjadi kejadian karies

gigi pada anak usia sekolah di SDN IV Wonokromo.

3) Kebiasan menggosok gigi sebelum tidur

Diagram 5 : Kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur yang dilakukan oleh


anak usia sekolah di sekolah SDN IV Wonokromo

Kebiasaan Menggosok Gigi

80
70
60
50
40
30
20
10
0
Ya Tidak

Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah tidak menggosok gigi

sebelum tidur sebanyak 92 anak (75 %). Ini merupakan hal yang negatif bagi

perilaku anak usia sekolah karena kebiasaan ini harusnya ditanamkan sejak

dini, selain itu apabila tidak menggosok gigi dapat menyebabkan berbagai

macam masalah kesehatan gigi dan mulut.

Berdasarkan wawancara dari petugas UKS menyatakan bahwa anak-anak

SDN IV Wonokromo sudah mendapat pengetahuan tentang cara menggosok


gigi. Alasan kebiasaan anak SD tidak menggosok gigi sebelum tidur dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1: Frekuensi alasan anak SDN IV Wonokromo tidak menggosok gigi sebelum
tidur

Alasan tidak gosok gigi Jumlah Persentase


Malas 50 40.6 %
Tidak disuruh ortu 60 48.7 %
Lupa 13 10.5 %
Total 123 100 %

b. Transportasi

Jenis transportasi yang digunakan anak-anak SDN IV Wonokromo adalah sepeda,

jalan kaki, dan diantar oleh orang tua.

5. Politik dan pemerintahan

Pada subsystem politik dan pemerintahan bagi anak usia sekolah adalah keikut sertaan

anak dalam organisasi sosial di sekolah serta kebijakan pemerintah terhadap masalah

yang terkait dengan anak usia sekolah. Keikutsertaan anak pada organisasi di sekolah

yaitu mengikuti kegiatan kepramukaan.

6. Komunikasi

a. Komunikasi formal

Media komunikasi yang digunakan oleh anak untuk memperoleh informasi

pengetahuan tentang gosok gigi berasal dari media, para guru dan orang tua. Hasil

pengkajian yang telah diperoleh adalah sebagai berikut:

Diagram 6 : Sumber informasi yang digunakan anak usia sekolah untuk


memperoleh pengetahuan tentang gosok gigi di sekolah SDN IV
Wonokromo
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Media Ortu Guru

Berdasarkan data di atas mayoritas anak mengetahui mengenai informasi

tentang gosok gigi sebelum tidur bersumber dari media khusunya televisi tentang

iklan pasta gigi sebesar 45%. Media informasi yang digunakan anak ini mempunyai

dampak positif dan negatif.

b. Komunikasi informal

Komunikasi informal yang dilakukan oleh anak usia sekolah di sekolah SDN IV

Wonokromo meliputi data tentang diskusi yang dilakukan anak dengan orang tua,

peran orang tua dalam menyelesaikan dan mencegah masalah anak, keterlibatan orang

tua dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak. Agar lebih jelasnya dapat

dilihat pada uraian dibawah ini :

Diagram 7 : Frekuensi diskusi yang dilakukan antara anak dengan orang tua di
sekolah SDN IV Wonokromo
60

50

40

30

20

10

0
Sering Jarang Tidak Pernah

Berdasarkan diagram di atas, maka mayoritas anak menjawab jarang

mengadakan diskusi dengan orang tua dalam mengatasi masalah anak yaitu sebesar

74 responden (60%). Keadaan ini sangat berisiko terhadap terjadinya perilaku anak

untuk mencari informasi melalui orang lain atau media yang belum tentu

kebenarannya. Sehingga diharapkan orang tua berperan sebagai pendengar aktif dan

pemberi solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh anaknya.

Diagram 8 : Perlunya orang tua membantu mengatasi masalah anak di sekolah SDN
IV Wonokromo

Tidak perlu

1.0%

Perlu

99.0%
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa hampir 100 % responden menyatakan

perlu mendapatkan bantuan orang tua untuk mengatasi masalah yang terjadi pada

dirinya.

7. Pendidikan

Semua anak bersekolah di sekolah SDN IV Wonokromo Surabaya.

8. Rekreasi

Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan anak bersama orang tuanya biasanya ke

Kebun Binatang Surabaya (KBS), taman-taman kota, Pantai Kenjeran, dan Taman

Hiburan Remaja (THR). Untuk pengembangan bakat anak di bidang olah raga dan seni di

sekolah SDN IV Wonokromo terdapat lapangan sepak bola, sanggar senam, dan tari.
C. Analisa Data

Data Masalah

1. Lingkungan fisik :

- Adanya kebiasaan pada lingkungan


anak usia sekolah yang kurang baik
Defisit kebersihan diri pada agregat anak
bagi perkembangan anak yaitu orang
usia sekolah
tua dan lingkungan anak yang
membiasakan tidak menggosok gigi
sebelum tidur sehingga kebiasaan ini
diikuti oleh anak usia sekolah

2. Keamanan dan transportasi:


a. Kebiasaan jajan sembarangan
Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada
- 80% anak usia sekolah memiliki
agregat anak usia sekolah
kebiasaan jajan sembarangan
- mayoritas jenis jajanan anak usia
sekolah adalah permen sebanyak
50 anak (40,6 %)
- 45 murid yang bermasalah pada
gigi dengan persentase 36.5 %
b. Kebiasan menggosok gigi sebelum
tidur
- 75% anak usia sekolah tidak
menggosok gigi sebelum tidur
- Alasan tidak menggosok gigi
karena tidak disuruh oleh orang
tuanya (48.7%)
3. Komunikasi Risiko penyalahgunaan media cetak dan
a. Komunikasi Formal elektronik pada anak untuk memperoleh
Anak mengetahui mengenai informasi yang tidak sesuai dengan
informasi tentang gosok gigi perkembangannya
sebelum tidur bersumber dari media
khusunya televisi tentang iklan pasta
gigi sebesar 45%
b. Komunikasi Informal
- Sebesar 60% anak sekolah jarang Ketidakefektifan komunikasi anak dengan
diskusi dengan orang tua untuk orang tua
menyelesaikan masalah
- Sebesar 99% anak usia sekolah
menganggap perlu peran ortu
untuk mengatasi masalah anak

II. Diagnosa Keperawatan Komunitas

1. Defisit kebersihan diri pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan pada

lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik

2. Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan

anak usia sekolah tidak menggosok gigi sebelum tidur sebesar 75%, mayoritas jenis

jajanan anak usia sekolah adalah permen sebanyak 50 anak (40,6 %), 45 murid yang

bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5 % dan sebesar 48.7% anak usia

sekolah beralasan tidak menggosok gigi karena tidak disuruh oleh orang tuanya

3. Risiko penyalahgunaan media cetak dan elektronik pada anak untuk memperoleh

informasi yang tidak sesuai dengan perkembangannya b/d sumber informasi yang

digunakan anak untuk mengetahui informasi tentang gosok gigi sebelum tidur

bersumber dari media khusunya televisi tentang iklan pasta gigi sebesar 45%
4. Ketidakefektifan komunikasi anak dengan orang tua b/d anak jarang diskusi dengan

orang tua untuk menyelesaikan masalah sebesar 60% dan perlunya peran ortu untuk

mengatasi masalah anak sebesar 99%

III. Perencanaan

a. Prioritas masalah

Langkah awal dalam melakukan perencanaan adalah memprioritaskan diagnosa

keperawatan dengan menggunakan ranking dari semua diagnosa yang telah

ditemukan. Tujuan dari prioritas masalah adalah untuk mengetahui diagnosa

keperawatan komunitas yang mana yang akan diselesaikan terlebih dahulu dengan

masyarakat.

Prioritas untuk diagnosa komunitas pada agregrat anak usia sekolah di SDN IV

Wonokromo Kelurahan Wonokromo Surabaya adalah sebagai berikut :

Pentingnya Perubahan Penyelesaian Total


penyelesaian positif untuk untuk Score
Diagnosa keperawatan pada masalah penyelesaian Peningkatan
agregat anak usia sekolah di komunitas kualitas
1 : rendah hidup
0 : tidak ada
2 : sedang 0 : tidak ada
1 : rendah
3 : tinggi 1 : rendah
2 : sedang
2 : sedang
3 : tinggi
3 : tinggi
Defisit kebersihan diri pada 3 2 3 8
agregat anak usia sekolah

Risiko terjadinya kejadian 3 3 3 9


karies gigi pada agregat
anak usia sekolah
Risiko penyalahgunaan 2 1 1 4
media cetak dan elektronik
pada anak untuk
memperoleh informasi yang
tidak sesuai dengan
perkembangannya

Ketidakefektifan 2 1 2 5
komunikasi anak dengan
orang tua

Kesimpulan : masalah komunitas yang menjadi prioritas adalah risiko kejadian karies

gigi pada agregat anak usia sekolah dan yang akan dijadikan implementasi adalah upaya

preventif dan promotif untuk mencegah terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak

usia sekolah di SDN IV Wonokromo Kelurahan Wonokromo Surabaya.


b. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
Tujuan Rencana Tindakan Sasaran Metode Waktu Tempat
keperawatan
1. Risiko 1. Jangka panjang 1. Lakukan pendekatan - Kepala - Komunikasi 3 Desember SDN IV
terjadinya Terbentuknya secara formal dengan sekolah, dan 2012 Wonokromo
kejadian kelompok anak kepala sekolah, guru, guru, dan informasi Surabaya
karies gigi
usia sekolah dan petugas UKS petugas UKS
pada agregat
anak usia yang peduli SDN IV
sekolah terhadap Wonokromo
kesehatan gigi Surabaya
2. Jangka pendek 2. Berikan penyuluhan - Kelompok - Ceramah dan
- Agregat anak kesehatan tentang karies anak usia diskusi
usia sekolah gigi pada kelompok anak sekolah di
tidak usia sekolah SDN IV
mengalami 3. Demonstrasikan cara Wonokromo - Edukasi dan
karies gigi menggosok gigi dengan Surabaya demonstrasi
- Agregat anak baik dan benar pada
usia sekolah kelompok anak usia
mendapatkan sekolah
pengetahuan 4. Beri kesempatan pada
yang cukup kelompok anak usia
tentang sekolah untuk bersama-
pencegahan sama mempraktikan cara
masalah menggosok gigi dengan
karies gigi baik dan benar
31 Desember
5. Lakukan kerjasama - Puskesmas 2012
dengan puskesmas Wonokromo
setempat untuk - Monitoring
melakukan monitoring
terhadap kelompok anak
usia sekolah di SDN IV
Wonokromo Surabaya
IV. Implementasi

Dx. Keperawatan Hari/tanggal Kegiatan


1. Risiko terjadinya kejadian Senin / 3 Desember 1. Melakukan pendekatan secara formal dengan kepala sekolah, guru, dan
karies gigi pada agregat anak 2012 petugas UKS.
usia sekolah Kepala sekolah, seluruh guru, dan petugas UKS mendukung diadakannya
penyuluhan kesehatan tentang karies gigi di SDN IV Wonokromo
Surabaya.

2. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang karies gigi pada kelompok


anak usia sekolah.
Seluruh anak antusias dan semangat untuk mengikuti kegiatan
penyuluhan kesehatan.

3. Mendemonstrasikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar pada


kelompok anak usia sekolah
Seluruh anak antusias dan semangat untuk cara menggosok gigi dengan
baik dan benar

4. Memberi kesempatan pada kelompok anak usia sekolah untuk bersama-


sama mempraktikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar
Seluruh anak antusias dan semangat untuk bersama-sama mempraktikan
cara menggosok gigi dengan baik dan benar
Senin / 31 Desember 5. Melakukan kerjasama dengan puskesmas setempat untuk melakukan
2012 monitoring terhadap kelompok anak usia sekolah di SDN IV Wonokromo
Surabaya
Pihak Puskesmas datang ke SDN IV Wonokromo untuk melakukan
monitoring terhadap kelompok anak usia sekolah
V. Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi meliputi evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses dari

pelaksanaan diagnosa keperawatan pertama di SDN IV Wonokromo Surabaya adalah

100% peserta hadir, 90% peserta terlibat aktif dalam diskusi dan pelaksanaan kegiatan

berjalan sesuai alokasi waktu. Evaluasi hasil yang dapat diketahui adalah melalui

peningkatan pengetahuan kelompok anak usia sekolah tentang cara menggosok gigi

dengan baik dan benar yang dapat dilihat dari antusias anak usia sekolah dalam

mempraktikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar.


BAB III

SIMPULAN

A. Simpulan

Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu dengan sistem sosial

tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga, kelompok/agregat dan masyarakat. Salah

satu agregat di komunitas adalah kelompok anak usia sekolah yang tergolong kelompok

berisiko (at risk) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait perilaku tidak sehat.

Yang menjadi sasaran pengkajian adalah anak usia sekolah SD dengan umur 6 – 12 tahun

berjumlah 123 siswa.

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat anak usia sekolah menggunakan

pendekatan Community as partner model. Klien (anak usia sekolah) digambarkan sebagai inti

(core) mencakup sejarah, demografi, suku bangsa, nilai dan keyakinan dengan 8 (delapan)

subsistem yang saling mempengaruhi meliputi lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan

sosial, ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, komunikasi,

pendidikan dan rekreasi

B. Saran
Dibutuhkan peran perawat komunitas untuk membantu menyelesaikan masalah
kesehatan pada komunitas anak usia sekolah
Dibutuhkan peran serta orang tua, guru, dan anggota masyarakat untuk mendukung
keberhasilan intervensi asuhan keperawatan pada komunitas anak usia sekolah

Anda mungkin juga menyukai