Untuk sekolah dasar pendidikan sekolah dasar di prioritaskan kelas I, III, dan kelas VI. Alasannya adalah kelas
I, merupakan fase penyusuaian dalam lingkungan sekolah yang baru dan lepas dari pengawasan orang tua,
kemungkinan kontak dengan berbagai penyebab penyakit lebih besar karena ketidaktahuan dan ketidakmengertian
tentang kesehatan. Di samping itu kelas satu adalah yang lebih baik untuk di berika imunisasi ulangan. Pada kelas I
ini di lakukan penjaringan untuk mendeteksi kemungkinan adanya kelainan yang mungkin timbul sehingga
mempermudah pengawasan untuk jenjang selanjutnya. Kelas III, di laksanakan di kelas III untuk mengevaluasi hasil
pelaksanaan hasil pelaksanaan uks di kelas satu dahulu dan langkah-langkah selanjutnya yang akan di lakukan
dalam program pembinaan uks. Kelas VI, dalam rangka mempersiapkan kesehatan peserta didik ke jenjang
pendidikan selanjutnya, sehingga memerlukan pemeliharaan dan pemeriksaan kesehatan yang ckup.
Untuk belajar dengan efektif peserta didik sebagai sasaran UKS memerlukan kesehatan yang baik. Kesehatan
menunjukkan keadaan yang sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Kesehatan bagi peserta didik merupakan sangat menentukan keberhasilan belajarnya di
sekolah, karena dengan kesehatan itu peserta didik dapat mengikuti pembelajaran secara terus menerus. Kalau
peserta didik tidak sehat bagaimana bisa belajar dengan baik. Oleh karena itu kita mencermati konsep yang
dikemukakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bahwa salah satu indikator kualitas sumber daya manusia itu
adalah kesehatan, bukan hanya pendidikan. Ada tiga kualitas sumber daya manusia, yaitu pendidikan yang berkaitan
dengan berapa lama mengikuti pendidikan, kesehatan yang berkaitan sumber daya manusianya, dan ekonomi yang
berkaitan dengan daya beli. Untuk tingkat ekonomi Indonesia masih berada pada urutan atau ranking yang sangat
rendah yaitu 108 pada tahun 2008, dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Kemajuan ekonomi suatu bangsa
biasanya berkorelasi dengan tingkat kesehatan masyarakatnya. Semakin maju perekonomiannya, maka bangsa itu
semakin baik pula tingkat kesehatannya. Oleh karena itu, jika tingkat ekonomi masih berada di urutan yang rendah,
maka tingkat kesehatan masyarakat pada umumnya belum sesuai dengan harapan. Begitu pula dengan sumber daya
manusianya yang diharapkan berkualitas masih memerlukan proses dan usaha yang lebih keras lagi.
d. Case manager
Mengidentifikasi kebutuhan anak usia sekolah, merancang rencana perawatan untuk
memenuhi kebutuhan anak usia sekolah, mengawasi pelaksanaan pelayanan dan
mengevaluasi dampak pelayanan.
e. Pendidik
Mengembangkan rencana pendidikan kepada keluarga dengan anak usia sekolah di
masyarakat dan anak usia sekolah di institusi formal, memberikan pendidikan kesehatan sesuai
kebutuhan, mengevaluasi dampak pendidikan kesehatan.
f. Konselor
Membantu anak usia sekolah mengidentifikasi masalah dan alternatif solusi, membantu anak usia
sekolah mengevaluasi efek solusi dan pemecahan masalah.
g. Peneliti
Merancang riset terkait anak usia sekolah, mengaplikasikan hasil riset pada anak usia sekolah,
mendesiminasikan hasil riset.
h. Care giver
Mengkaji status kesehatan komunitas anak usia sekolah, menetapkan diagnosa keperawatan,
merencanakan intervensi keperawatan, melaksanakan rencana tindakan dan mengevaluasi hasil
intervensi.
i. Pembela
Memperoleh fakta terkait situasi yang dihadapi anak usia sekolah, menentukan kebutuhan
advokasi, menyampaikan kasus anak usia sekolah terhadap pengambil keputusan,
mempersiapkan anak usia sekolah untuk mandiri.
H. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
a) Core, terdiri dari:
Demografi (Jumlah anak usia sekolah keseluruhan, jumlah anak usia sekolah menurut jenis
kelamin, golongan umur), Etnis (suku bangsa, budaya, tipe keluarga),
Nilai, kepercayaan dan agama (nilai dan kepercayaan yang dianut oleh anak usia sekolah
berkaitan dengan pergaulan, agama yang dianut, fasilitas ibadah yang ada,
adanya organisasi keagamaan, kegiatan-kegiatan keagamaan yang dikerjakan oleh anak usia
sekolah), Riwayat kesehatan (riwayat penyakit yang pernah diderita, riwayat imunisasi, riwayat
tumbuh kembang), Pemeriksaan fisik anak usia sekolah (semua sistem dilakukan pemeriksaan
fisik).
b) Data subsistem
Delapan subsitem yang dikaji sebagai berikut :
1. Lingkungan Fisik
a. Inspeksi: Lingkungan sekolah anak usia sekolah, kebersihan lingkungan, kondisi lingkungan
kantin disekolah, jajanan yang dijual dikantin tersebut, aktifitas anak usia sekolah
di lingkungannya, data dikumpulkan dengan winshield survey dan observasi.
b. Auskultasi : Mendengarkan aktifitas yang dilakukan anak usia sekolah dari guru kelas, kader
UKS, dan kepala sekolah melalui wawancara.
c. Angket: Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik bagi
perkembangan anak usia sekolah.
2. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus anak usia sekolah, bentuk pelayanan kesehatan
bila ada, apakah terdapat pelayanan konseling bagi anak usia sekolah melalui wawancara.
3. Ekonomi
Jumlah
pendapatan orang tua siswa, jenis pekerjaan orang tua siswa, jumlah uang jajan para
siswa melalui wawancara dan melihat data di staff tata usaha sekolah.
4. Keamanan dan transportasi.
a. Keamanan :
adanya satpam sekolah, petugas penyebarang jalan, kebiasaan yang bisa mengancam kesehatan
anak usia sekolah seperti kebiasaan jajan sembarangan, jenis jajanan yang dikonsumsi, kebiasaan
menggosok gigi sebelum tidur.
b. Transportasi
Jenis transportasi yang dapat digunakan anak usia sekolah, adanya bis sekolah untuk layanan
antar jemput siswa
5. Politik dan pemerintahan
Kebijakan pemerintah tentang anak usia sekolah, dan tata tertib sekolah yang harus
dipatuhi seluruh siswa.
6. Komunikasi
a. Komunikasi formal
Media komunikasi yang digunakan oleh anak usia sekolah untuk memperoleh informasi
pengetahuan tentang kesehatan melalui buku dan sosialisasi dari pendidik.
b. Komunikasi informal
Komunikasi/diskusi yang dilakukan anak usia sekolah dengan guru dan orang tua, peran
guru dan orang tua dalam menyelesaikan dan mencegah masalah anak sekolah, keterlibatan
guru dan orang tua dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak usia sekolah.
7. Pendidikan
Terdapat pembelajaran tentang kesehatan, jenis kurikulum yang digunakan sekolah, dan
tingkat pendidikan tenaga pengajar di sekolah.
8. Rekreasi
Tempat rekreasi yang digunakan anak usia sekolah, tempat sarana penyaluran bakat anak usia
sekolah seperti olahraga dan seni, pemanfaatannya, kapan waktu penggunaan.
b. Diagnosa
1. Defisit kebersihan diri pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan pada lingkungan anak
usia sekolah yang kurang baik.
2. Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan anak usia
sekolah tidak menggosok gigi sebelum tidur, mayoritas jenis jajanan anak usia sekolah
sembarangan, bermasalah pada gigi dan anak usia sekolah beralasan tidak menggosok gigi
karena tidak disuruh oleh orang tuanya.
No Dx 1 2 3 4 5 6 Jumlah Keterangan
1 Defisit kebersihan diri pada 1. Kesadaran
2 2 3 3 4 3 17
agregat anak usia sekolah masyarakat akan
2 Risiko terjadinya kejadian masalah
karies gigi pada agregat 2. Motivasi
anak usia sekolah masyarakat
untuk
2 3 3 3 5 3 19 menyelesaikan
masalah
3. Kemampuan
perawat dalam
mempengaruhi
penyelesaian
masalah
4. Ketersediaan
ahli atau pihak
terkait terhadap
solusi masalah
5. Beratnya
konsekuensi jika
masalah tidak
terselesaikan
6. Mempercepat
penyelesaian
masalah dengan
resolusi yang
e. Intervensi
1. Pencegahan primer
a. Program promosi kesehatan
1) Pendidikan kesehatan tentang: manfaat makanan sehat dan cara memilih jajanan yang sehat, kesehatan gigi dan
mulut anak usia sekolah, kebersihan diri (rambut, kulit, kuku, pakaian, sepatu), cara mencuci tangan yang baik,
kebutuhan latihan fisik anak usia sekolah, cara belajar yang baik dan konsentrasi, dan lain-lain sesuai kebutuhan
anak sekolah.
2) Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (perawat dapat meminta bantuan guru dan kader kesehatan
sekolah untuk melakukan pengukuran TB/BB setiap 4 bulan dan mencatatnya di KMS anak sekolah). Mengingat
banyak sekolah yang ada diwilayah binaan perawat, maka sebaliknya perawat sudah membuat jadwal kunjungan
tenaga kesehatan secara berkala minimal 6 bulan sekali untuk tiap sekolah.
3) Memberikan layanan konseling tumbuh kembang anak usia sekolah atau masalah kesehatan.
2. Pencegahan sekunder
a) Deteksi dini dan pengobatannya, sebagai deteksi tumbuh kembang anak sekolah, atau penyakit untuk segera
ditegakkan diagnosis dan pengobatan sejak dini.
b) Perawatan emergency, misalnya diberikan pada anggota anak usia sekolah yang mengalami kecelakaan disekolah
atau lalu lintas.
c) Perawatan akut dan kritis, diberikan pada anak usia sekolah yang mengalami sakit akut seperti diare, demam, dan
lain-lain. Perawatan juga diberikan pada anak usia sekolah dengan penyakit kritis.
d) Diagnosis dan terapi, perawat komunitas dapat menegakkan diagnosis keperawatan dan segera memberikan terapi
keperawatannya.
e) Melakukan rujukan untuk segera mendapatkan perawatan lebih lanjut..
3. Pencegahan tersier
a) Memberikan dukungan pada upaya pemulihan anak usia sekolah setelah sakit dengan memelihara kondisi kesehatan
agar tumbuh kembangnya optimal.
b) Memberikan konseling perawatan lanjut pada kelompok anak usia sekolah pada masa pemulihan.
DAFTAR PUSTAKA
Effendy Ferry, Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Wahit Iqbal Mubarak, Nurul Chayatin. 2009. Ilmu Keperawatan komunitas I. Jakarta: Salemba Medika
Widyanto Faisalado Candra, S.Kep,. Ns. 2014. Keperawatan Komunitas dengan Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Nuha
Medika
http://www.academia.edu/tugas_terstruktur_keperawatan_komunitas_II
https://dokumensaya.com/download/asuhan-keperawatan-komunitas-pada-kelompok-anak-usia-
sekolah_590c19b9dc0d60da1e959e88_pdf
https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/kb-2-47932732