Anda di halaman 1dari 31

SEKOLAH MEMILIKI AKSES KE TENAGA PELAYANAN

KESEHATAN BLUD PUSKESMAS MOJOAGUNG DENGAN


SMK SEHAT INSAN PERJUANGAN

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


SEHAT INSAN PERJUANGAN
Kebonsari – Karangwinongan – Mojoagung
Telp.0321 – 4890522, 085733073549
e-mail : smk_sipp@yahoo.com

JOMBANG

1
BAB I

Defenisi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Program usaha kesehatan sekolah merupakan suatu program yang harus

mendapat dukungan yang luas dan terus menerus dari semua pihak. Hal ini disebabkan

konsep ini selaras dengan konsep WHO melalui gerakan Global School Health Initiative.

WHO juga mengembangkan dan mencanangkan konsep sekolah sehat atau Health

Promoting School yaitu sekolah yang telah melaksanakan UKS dengan ciri – ciri

lingkungan sekolah yang sehat dan aman, memberikan pendidikan kesehatan di

sekolah, memberikan akses terhadap pelayanan kesehatan, ada kebijakan dan upaya

sekolah untuk mempromosikan kesehatan dan berperan aktif dalam meningkatkan

kesehatan masyarakat (Tim Pengembang UPI, 2007).Usaha Kesehatan Sekolah

merupakan wadah dan program yang sangat efesien untuk meningkatkan kemampuan

hidup sehat dan derajat kesehatan perserta didik sedini mungkin, yang dilakukan

secara terpadu oleh 4 Depertemen terkait beserta seluruh jajarannya baik di pusat

maupun daerah, Adapun landasan 4 menteri, yaitu Menteri Pendidikan nasional,

Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri (Trishandra, 2019).

Berdasarkan peraturan bersama Kemendikbud, Kemenkes, Kemenag, dan Kemendagri

No. 6, 73,41,81 pasal 1 tahun 2014 Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah yang

selanjutnya disingkat UKS/M adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan

kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan.

UKS merupakan salah satu usaha kesehatan pokok yang dilaksanakan oleh

puskesmas dan juga usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah – sekolah

dengan anak didik beserta lingkungan sekolahnya sebagai sasaran utama (Effendi dan

Makhfudli, 2009). Menurut Ananto (2006) dalam Effendi dan Makhfudli (2009) UKS
2
merupakan perpaduan antara dua upaya dasar, yaitu upaya pendidikan dan upaya

kesehatan, yang pada gilirannya nanti diharapkan UKS dapat dijadikan sebagai usaha

untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis, dan jenjang

pendidikan.

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan salah satu upaya untuk

meningkatkan kemampuan hidup sehat anak usia sekolah dan selanjutnya membentuk

perilaku hidup sehat, yang pada gilirannya menghasilkan derajat kesehatan yang

optimal (Adi dan Wulan, 2019). Menurut Rochman Sahudi dkk dalam Marina (2016)

UKS adalah singkatan dari Usaha Kesehatan Sekolah, program

UKS berarti segala usaha dan upaya sekolah melatih dan menanamkan cara-carahidup

sehat.

2.1.1 Tujuan UKS

Tujuan UKS adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar

peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dan derajat

kesehatan peserta didik maupun warga belajar serta menciptakan lingkungan yang

sehat, sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang

harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya

(Berdasarkan peraturan bersama Kemendikbud, Kemenkes, Kemenag, dan Kemendagri

No. 6, 73,41,81 pasal 2 tahun 2014).

Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah menciptakan pola hidup sehat,

lingkungan yang sehat dan kehidupan sehat dengan cara mencegah, memberantas

penyakit dan memberikan pengetahuan akan kesehatan sehingga tercapai mutu

pendidikan yang baik dan tumbuh kembang yang maksimal serta dapat membentuk

suatu kepribadian yang baik dalam jiwa setiap individu (Nugroho, 2017). Sedangkan

Menurut Soenarjo dalam Nugroho (2017) Tujuan UKS, sama dengan tujuan kesehatan

masyarakat pada umumnya, yang pada garis besarnya meliputi mempertinggi derajat

kesehatan, mencegah dan memberantas penyakit, serta memulihkan kesehatan setalah

terkena suatu penyakit.


3
Menurut Kemendikbud (2012) Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah dibedakan

menjadi :

4
1. Tujuan Umum UKS

Untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta

didik serta menciptakan lingkungan yang sehat, yang memungkinkan

pertumbuhan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia

Indonesia yang seutuhnya.

2. Tujuan Khusus UKS

Untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan mempertinggi derajat kesehatan

peserta didik, yang didalamnya mencakup : a) memiliki pengetahuan, sikap dan

ketrampilan untuk melaksanakan prinsip-prinsip hidup sehat, serta partisipasi

aktif dalam usaha peningkatan usaha kesehatan di sekolah, di rumah tangga,

maupun di lingkungan masyarakat. b) kondisi sehat, baik dalam arti fisik, mental,

maupun sosial. c) memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk,

penyalahgunaan narkoba dan sebagainya.

2.1.2 Sasaran UKS

Berdasarkan peraturan bersama Kemendikbud, Kemenkes, Kemenag, dan

Kemendagri No. 6, 73,41,81 pasal 3 tahun 2014 sasaran UKS/M dalam peraturan

bersama ini meliputi:

a. Peserta didik

b. Pendidik

c. Tenaga kependidikan

d. Masyarakat sekolah

Sasaran UKS meliputi peserta didik sebagai sasaran primer, sedangkan guru,

orang tua, pengelola kesehatan dan pengelola pendidikan sebagai sasaran

5
sekunder, dan yang terakhir sasaran tersier ialah lembaga pendidikan mulai dari tingkat

pra/TK sampai SLTA dan lingkungan (Amin, 2015). Menurut Depkes RI dalam Amin

(2015) “Menyebutkan sasaran utama dari pembinaan UKS adalah peserta didik dari

tingkat sekolah dasar sampai tingkat menengah termasuk peguruan agama beserta

lingkungan”.

2.1.3 Ruang Lingkup Kegiatan UKS

Gambar 2.1 TRIAS UKS


(Sumber: Kemenkes RI, 2018)

Kegiatan utama usaha kesehatan sekolah disebut dengan Trias UKS, yang

terdiri dari:

2.1.4.1 Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar untuk memproleh ilmu

pengetahuan, dan penanaman nilai sikap positif tentang bagaimana memelihara, dan

merawat kesehatan agar peserta didik berprilaku hidup yang sehat, dapat bertanggung

jawab terhadap kesehatan diri sendiri serta lingkungannya (Trishandra,

6
2019). Sedangkan menurut Kemendikbud RI (2012) Pendidikan kesehatan adalah upaya

yang diberikan berupa bimbingan dan atau tuntunan kepada peserta didik tentang

yang meliputi seluruh aspek kesehatan pribadi (fisik, mental dan sosial) agar

kepribadiannya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik melalui kegiatan

intrakurikuler dan ekstrakulikuler.

a. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan ialah agar peserta didik : a) memiliki pengetahuan

tentang kesehatan termasuk cara hidup sehat dan teratur, b) memiliki nilai dan sikap

yang positif terhadap prinsip hidup sehat, c) memiliki keterampilan dalam

melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan

kesehatan, d) memiliki perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), e) mengerti dan dapat

menerapkan prinsip-prinsip pencegahan penyakit, f) memiliki daya tangkal terhadap

pengaruh buruk di luar (narkoba, arus informasi, dan gaya hidup yang tidak sehat).

b. Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

Menurut Kemendikbud (2012) Pelaksanaan pendidikan kesehatan diberikan

melalui:

1. Kegiatan Kurikuler, adalah pelaksanaan pendidikan pada jam pelajaran.

Pelaksanaan pendidikan kesehatan sesuai dengan kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) khususnya pada standar isi yang telah diatur dalam

peraturan Mendiknas No.22 Tahun 2006 pada mata pelajaran Pendidikan

Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan.

7
2. Kegiatan Ekstrakurikuler, adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa

(termasuk kegiatan pada waktu libur) yang dilakukan di sekolah/madrasah

ataupun diluar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan dan

keterampilan siswa serta melengkapi upaya pembinaan manusia Indonesia

seutuhnya. Kegiatan ekstrakurikuler yaitu: wisata siswa, kemah(persami),

ceramah, lomba, bimbingan hidup sehat, apotik hidup, kerja bakti, majalah

dinding, pramuka, dan piket sekolah.

Menurut Kemenkes RI (2018) pendidikan kesehatan meliputi:

1. Pendidikan kesehatan melalui buku rapor kesehatanku, merupakan

instrumen yang mendukung terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat

peserta didik yang berisi catatan hasil pelayanan kesehatan (penjaringan

kesehatan dan pemeriksaan berkala, Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)),

pemberian obat cacing, pemberian tablet tambah darah dan pemeriksaan

kesehatan lainnya di sekolah.

2. Pendidikan keterampilan hidup sehat, yaitu berorientasi pada keterampilan

sehingga siswa dapat mengimplementasikan pengetahuan menjadi

keterampilan untuk berprilaku hidup sehat, seperti kegiatan cuci tangan

bersama, pendidikan gizi seimbang (sarapan bersama dan kudapan bersama)

dan melakukan aktifitas fisik bersama pada jam istirahat dan pada saat

pergantian jam pelajaran.

3. Penyuluhan kesehatan pada Masa Orientasi Siswa (MOS), penyuluhan ini

selalu dilaksanakan dan menjadi salah satu kegiatan wajib untuk

dilaksanakan pada kegiatan MOS di setiap sekolah, penyuluhan yang

8
diberikan oleh petugas kesehatan/puskesmas meliputi tentang PHBS,NAPZA, dan

HIV/AIDS.

4. Penyuluhan kesehatan melalui muatan lokal, muatan lokal merupakan

kurikulum yang salah satunya bertujuan untuk menumbuhkan kepedulian

siswa terhadap masalah-masalah lingkungan, guru muatan lokal

memberikan penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang cara mengaja

lingkungan sehat yang dimulai dari buang sampah pada tempatnya,

membersihkan selokan agar tidak ada jentik nyamuk dan bergotong royong

bersama.

2.1.4.2 Pelayanan Kesehatan Sekolah

Pelayanan kesehatan adalah kegiatan yang menangani pelayanan kesehatan dan

melaksanakan pemantauan dan perkembangan imunisasi, serta pengobatan yang di

lakukan oleh petugas kesehatan, guru dan peserta didik (Trishandra, 2019).

a. Tujuan Pelayanan Kesehatan

Tujuan pelayanan kesehatan di sekolah adalah untuk :

1. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup

sehat dalam rangka membentuk perilaku hidup sehat

2. Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap penyakit dan

mencegah terjadinya penyakit, kelainan dan cacat.

3. Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat penyakit,

kelainan, pengembalian fungsi dan peningkatan kemampuan peserta didik

yang cedera/cacat agar dapat berfungsi optimal (Kemendikbud, 2012).

9
b. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan di sekolah dilaksanakan oleh Tim Kesehatan dari

Puskesmas berkerjasama dengan guru dan kader kesehatan sekolah. Pelayanan

kesehatan sekolah dilaksanakan secara menyeluruh (komprehensif), dengan

mengutamakan kegiatan promotif dan preventif serta didukung kegiatan kuratif dan

rehabilitatif untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Kemendikbud RI,

2012).

Menurut Kemenkes RI (2018) pelayanan kesehatan meliputi:

1. Penjaringan kesehatan, yaitu rangkaian kegiatan pemeriksaan kesehatan

(skrining) yang dilakukan oleh petugas kesehatan dan diikuti oleh seluruh

peserta didik.

2. Pemeriksaan kesehatan berkala, yaitu rangkaian pemeriksaan yang

dilakukan pada seluruh peserta didik, dan dilaksanakan minimal 1 kali dalam

setahun.

3. Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), program BIAS ini dilaksanakan untuk

memberikan perlindungan pada anak-anak usia SD terhadap penyakit

campak, difteri, dan tetatus. Imunisasi DT dan campak untuk peserta didik

kelas 1, imunisasi td untuk peserta didik kelas 2 dan 5, dan imuniasi HPV

untuk peserta didik perempuan kelas 5 dan 6.

4. Pemberian obat cacing, dilaksanakan pada bulan Agustus, dan diberiknan

kepada seluruh peserta didik SD/MI sejumlah 1 tablet per tahun untuk

menghindari penyakit cacingan.

10
2.1.4.3 Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat

Pembinaan lingkungan kesehatan sekolah sehat merupakan usaha tindakan dan

kegiatan yang dilaksanakan untuk memilihara dan menjaga lingkungan sekolah agar

terciptanya prilaku hidup sehat peserta didik dan bersosial, serta bebas dari prilaku

yang negatif yang dapat merusak lingkungan sekolah maupun lingkungan lainnya.

Menurut Trisnowati dan Moekarto dalam Gazali dan leni (2018) beberapa hal yang

perlu diperhatikan terkait dengan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat yaitu:

(a) pemeliharaan kebersihan, (b) perorangan dan lingkungan, (c) WC dan kamar

mandi, (d) persediaan air, (e) tempat sampah dan pembuangan sampah, dan (f)

ruang-ruang lain.

Pembinaan Lingkungan sekolah sehat menurut Kemenkes RI (2018) meliputi:

1. Pembinaan sanitasi dan hygiene kantin, kegiatan ini dilaksanakan minimal 1

kali/minggu di kantin sekolah dan Pedagang Kaki Lima (PKL) sekitar sekolah

yang bertujuan untuk membuat kantin menjadi lebih sehat, aman dan

hygienis untuk dikonsumsi oleh peserta didik dan tidak ada lagi pedagang

yang menggunakan bahan tambahan pangan yang berbahaya.

2. Pemanfaatan perkarangan sekolah, yaitu memanfaatkan halaman sekolah

atau lahan sekolah yang masih kosong untuk ditamani tanaman obat,

sayuran, buah serta tanaman pengusir nyamuk.

2.1.4 Peranan Pelaksana UKS

2.1.5.1 Peranan Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan yang melaksanakan kegiatan UKS meliputi pemberian

bimbingan kepada guru dalam menjalankan usaha kesehatan di sekolah, membantu

11
guru dalam kegiatan pengawasan kesehatan perorang dan lingkungan, pemeriksaan

kesehatan, imunisasi, memberikan pendidikan kesehatan secara langsung dan tidak

langsung kepada anak didik, memupuk kerja sama yang baik antara semua unsur yang

diberikan guru untuk diolah lebih lanjut (Gazali dan Leni, 2018).

2.1.5.2 Peranan Guru

Peranan guru dalam menjalankan program UKS di antaranya ialah

menanamkan kebiasaan hidup sehat kepada anak didiknya, pemeriksaan dan

pengawasan kebersihan perorangan dan lingkungan, mengenal kelainan peserta didik

yang mungkin terdapat (jasmani dan rohani), pembinaaan kebugaran jasmani,

menjalankan P3K dan pengobatan ringan dalam batas kemampuannya dan jika perlu

mengirimkan ke poliklinik terdekat, mengenal tanda penyakit menular besertamasalah

dan tindakan selanjutnya menjadi teladan bagi muridnya, membuat catatan tentang

kegiatan UKS, membantu petugas kesehatan dalam tugasnya di sekolah (Gazali dan

Leni, 2018).

2.1.5.3 Peranan Anak Didik

Anak didik atau murid ialah anggota masyarakat sekolah yang dapat

memengaruhi lingkunganya. Peranan anak didik yaitu memilihara kebersihan diri,

menaati segala nasihat guru dan petugas kesehatan dalam hubungannya dengan usaha

pemeliharaan badan dan pakaiannya, menyukai dan menghargai makanan yang

mempunyai nilai gizi tinggi, menjadi penghubung bagi masyarakat dalam hal

menanamkan kebiasaan hidup sehat, dan menjadi contoh bagi anak-anak lain di luar

sekolah dalam berlaku hidup sehat (Gazali dan Leni, 2018).

12
2.1.5.4 Peranan Orang Tua Murid

Lingkungan rumah berpengaruh besar dalam pertumbuhan dan perkembangan

anak, sehingga diperlukan bantuan yang aktif. Peranan orang tua murid di antaranya

ialah berusaha mempelajari apa yang didapat oleh anaknya di sekolah dalam bidang

kesehatan, turut serta mengawasi agar anak-anaknya melakukan kebiasaan hidup yang

sehat, turut serta secara aktif dalam pelaksanaan UKS, dan dapat memberikan

sumbangan tenaga, dana, dan pikiran demi kelangsungan dan tercapainya pendidikan

kesehatan (Gazali dan Leni, 2018).

2.1.5 Landasan Hukum Program UKS

Sebagai suatu kegiatan yang diselenggarakan melalui kerjasama lintas sektoral,

Menurut Kemenkes RI (2018) landasan hukum Usaha Kesehatan Sekolah adalah:

1. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Pasal 79)

2. Peraturan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri

Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negri Nomor 6/x/PB Tahun

2014, Nomor 73 tahun 2013, Nomor 41 Tahun 2014, No 81 tahun 2014

tentang Pembinaan dan Pembangunan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah

(Pasal 4-7)

3. Permenkes Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Upaya Kesehatan Anak

4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 1429/Menkes/SK/XII/2006 Tentang

Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah

5. Intruksi Presiden tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)

Nomor 1 Tahun 2017.

13
2.1.6 Kendala Pelaksanaan UKS di Sekolah

Hasil evaluasi Dirjen Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

tahun 2012 dalam Mulyadi dkk., (2019) menunjukkan adanya beberapakendala dalam

pelaksanaan UKS disekolah termasuk diantaranya adalah:

1. Prinsip hidup sehat dengan derajat kesehatan peserta didik belum mencapai

tingkatan yang diharapkan

2. Cakupan kegiatan UKS belum seimbang dengan tujuan penyelenggaraan UKS

3. Ancaman penyakit epidemis dan kekurangan gizi masih sangat tinggi

4. Makin meningkatnya masalah kesehatan peserta didik akibat kurangnya

sanitasi jamban dan air bersih, meningkatnya pecandu narkoba, meningkatnya

HIV akibat hubungan seksual, dan perilaku hidup tidak bersih

5. Kurangnya sumber daya manusia yang menangani UKS

6. Terbatasnya sarana dan prasarana UKS

7. Tidak terpenuhinya pencatatan dan pelaporan kegiatan UKS

8. Kurangnya koordinasi dan komitmen dalam penyelenggaraan UKS

Sedangkan Menurut Kemenkes RI (2016) Pelaksanaan kebijakan UKS pada

kenyataannya masih terkendala oleh berbagai persoalan. Kemenkes RI (2016)

menyatakan beberapa hambatan dalam pelaksanaan UKS diantaranya adalah:

1. Masih banyak guru pembina UKS belum dilatih,

2. Ada kepala sekolah dan madrasah tidak menunjang UKS,

3. Sekolah dan madrasah belum memiliki dokter kecil atau kader kesehatan

remaja,

14
4. Kurangnya motivasi guru sebagai pelaksana UKS karena belum ada angka kredit

untuk guru pembina UKS,

5. Belum ada buku pedoman materi kesehatan untuk pegangan guru,

6. Masih banyak tenaga kesehatan yang belum dilatih UKS (Kemenkes RI, 2016).

2.1.7 Sinergitas Lintas Program dan Lintas Sektor UKS

Kemitraan dalam pembinaan dan pelaksanaan UKS adalah suatu strategi

bersama antar pemangku kepentingan secara terintegrasi atas dasar prinsip – prinsip

kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan dalam melaksanakan UKS secara

efektif dan efisien sesuai dengan tugas pokok dan fungsi, kondisi, dan kemampuan

masing – masing, sehingga hasil yang dicapai menjadi lebih optimal (Kemenkes RI,

2016).

a. Peran Pusat

Peranan masing – masing stakeholder (pemangku kepentingan) khususnya

Kementerian terkait, sudah diatur melalui Surat Keputusan Bersama Menteri

Pendidikan Nasional, Menteri Agama, Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri

tahun 1984 yang telah direvisi sesuai dengan perkembangan program dan otonomi

daerah pada tahun 2003 (Kemenkes RI, 2016).

1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Membina dan mengembangkan UKS melalui jalur kurikuler, baik intra maupun

ekstrakurikuler, mengembangkan dan melaksanakan pembinaan lingkungan sekolah

sehat, serta menyediakan anggaran untuk penyediaan sarana dan prasarana,

pengelolaan/pelaksanaan kegiatan, pelatihan guru dan kader kesehatan sekolah

khususnya untuk sekolah – sekolah dan kelompok belajar

15
masyarakat yang berada dibawah binaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

(Kemenkes RI, 2016).

2. Kementerian Agama

Membina dan mengembangkan UKS melalui jalur kurikuler, baik intra maupun

ekstrakurikuler, mengembangkan dan melaksanakan pembinaan lingkungan madrasah

sehat, serta menyediakan anggaran untuk pengadaan sarana dan prasarana,

pengelolaan/pelaksanaan kegiatan, pelatihan guru dan kader kesehatan sekolah

khususnya untuk madrasah dan pondok pesantren yang berada dibawah binaan

Kementerian Agama (Kemenkes RI, 2016).

3. Kementerian Dalam Negeri

Ditingkat pusat, kementerian dalam negeri bersama – sama dengan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan dan Kementerian

Agama, berkewajiban untuk merumuskan, dan mengamankan kebijakan teknis

pengembangan, pembinaan dan pelaksanaan UKS, melaksanakan monitoring, evaluasi,

penelitian dan pengembangan. Pemerintah provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan

desa/kelurahan, bertanggung jawab untuk mengamankan kebijakan teknis tersebut

(Kemenkes RI, 2016).

4. Kementerian Kesehatan

Mengkoordinir, mengembangkan, membina dan memfasilitasi pelaksanaan

pelayanan kesehatan di sekolah, dan secara bersama-sama dengan kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, dan Kementerian Dalam Negeri,

mengembangkan pendidikan kesehatan melalui jalur ekstrakurikuler, serta

16
mengembangkan dan melaksanakan pembinaan lingkungan sekolah sehat

(Kemenkes RI, 2016).

5. Pemangku Kepentingan Lainnya

Pemangku kepentingan lain yang berpotensi untuk berperan dalam pembinaan

dan pelaksanaan UKS, antara lain: Kementerian Komunikasi dan Informasi, Badan

Pengawasan Obat dan Makanan, Badan Narkotika Nasional, BadanKoordinasi Keluarga

Berencana Nasional, Kepolisian Republik Indonesia, Kementerian Pertanian,

Kementerian Perikanan dan Kelautan, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian

Lingkungan Hidup, LSM, dan Swasta termasuk dunia usaha. Peran mereka sesuai

dengan tugas pokok dan fungsinya dapat diformulasikan dalam bentuk MoU baik

secara bilateral, maupun secara multilateral(Kemenkes RI, 2016).

b. Peran Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan

1. Provinsi

Provinsi berkewajiban untuk mengkoordinir pelaksanaan UKS dan bertanggung

jawab memfasilitasi penyelenggaraan UKS di semua Kabupaten/Kota yang ada di

wilayahnya. Provinsi juga berkewajiban untuk mengatur dan mendorong kerjasama

antar Kabupaten/Kota, membuat pedoman teknis pelaksanaan yang dibutuhkan,

melaksanakan pelatihan lintas Kabupaten/Kota, melaksanakan pembinaan dan

bimbingan teknis. Pemerintah Provinsi memiliki tugas untuk memfasilitasi, membina

dan mengawasi pelaksanaan UKS yang menjadi salah satu bagian dari urusan

pemerintahan yang diselenggarakan di Kabupaten/Kota (Kemenkes RI, 2016).

17
2. Kabupaten/Kota

Sesuai dengan prinsip otonomi daerah, Kabupaten/Kota bertanggung jawab

sepenuhnya terhadap penyelenggaraan UKS yang dilaksanakan oleh perangkat daerah

kabupaten/kota dan masyarakat. Dinas kesehatan Kabupaten/Kota bersamamitra kerja

lainnya berkewajiban untuk mengutamakan UKS di wilayahnya antara lain dengan

memfasilitasi penerbitan Peraturan Daerah (Perda) tentang UKS, sehingga pembiayaan

pengembangan, pembinaan, dan pelaksanaan UKS lebih terjamin dalam APBD

Kabupaten/Kota (Kemenkes RI, 2016).

3. Kecamatan

Kecamatan merupakan garda terdepan dalam pengembangan, pembinaan dan

pelaksanaan UKS, oleh karena itu keberhasilan pelaksanaan UKS di suatu

Kabupaten/Kota sangat dipengaruhi oleh hasil kerja UKS di semua Kecamatan yang ada

di wilayah Kabupaten/Kota tersebut. Kecamatan juga memiliki potensi besar untuk

menggali sumber daya yang berasal dari masyarakat untuk keberhasilan UKS

(Kemenkes RI, 2016).

Berdasarkan hasil pemantauan dan laporan pengelola UKS di tingkat Provinsi

dan Kabupaten/Kota, ternyata tidak banyak kecamatan yang memiliki anggaran yang

memadai untuk pelaksanaan UKS melalui APBD Kabupaten/Kota, oleh sebabitu agar

pelaksanaan UKS di Kecamatan dapat berhasil dengan baik, perlu diupayakan alokasi

anggaran dalam APBD dan berbagai sumber lainnya (Kemenkes RI, 2016).

18
Gambar 2.2 Konidisi Terkini Pelaksanaan Trias UKS Lintas Program
Kesehatan(Sumber : Kemenkes RI, 2017).

2.1.8 Peran Pendidikan, Peran Agama dan Peran Kesehatan Lingkungan dalam

UKS

1. Peran Pendidikan

Sala satu upaya yang strategis untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia

adalah upaya pendidikan dan kesehatan, dan upaya ini paling tepat dilakukan melalui

institusi pendidikan. Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses belajarmengajar

harus menjadi “Health Promoting School” artinya “sekolah yang dapat meningkatkan

derajat kesehatan warga sekolahnya”. Kesemuanya akan tercapai

19
bila sekolah dan lingkungannya dibina dan dikembangkan antara lain melalui UKS

(Dinkes Kota Depok, 2013).

2. Peran Agama

Kementerian Agama sudah mengencarkan program Usaha Kesehatan Sekolah

(UKS) di setiap – setiap sekolah khususnya madrasah dan pesantren. Peran

kementerian Agama dalam pelaksanaan UKS di madrasah dan pesantren adalah untuk

membina dan mengembangkan pembinaan lingkungan madrasah sehat, menyediakan

dan memfasilitasi sarana dan prasarana UKS di madrasah dan pesantren (Kemenkes RI,

2016). Kegiatan UKS dalam segi agama adalah adanya kegiatan ekstrakulikuler seperti

ceramah tentang bahaya narkoba, pelecehan seksual, dan seks bebas bagi kesehatan

dan agama (Kemendikbud RI, 2012).

3. Peran Kesehatan Lingkungan

Pembinaan lingkungan sekolah yang sehat merupakan salah satu TRIAS UKS yang

harus dijalankan dengan baik. Peran kesehatan lingkungan dalam pelaksanaan UKS

adalah untuk mewujudkan lingkungan sehat di sekolah/madrasah yang

memungkinkan setiap warga sekolah/madrasah mencapai derajat kesehatan setinggi –

tingginya dalam rangka mendukung tercapainya proses belajar yang maksimal bagi

setiap peserta didik. Yang di maksud kesehatan lingkungan di sekolahadalah mencakup

kontruksi ruang dan bangunan, saranan air bersih dan sanitasi, pencahayaan, ventilasi,

kebisingan, kepadatan kelas, jarak papan tulis, dan kantin (Kemendikbud RI, 2012).

20
2.2 Persepsi Siswa SD tentang Pelaksanaan Progam Usaha Kesehatan Sekolah

(UKS)

2.2.1 Hubungan Pengetahuan Siswa dengan Persepsi Siswa tentang Pelaksanaan

Program UKS

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (Overt Behavior). Seseorang dapat memperoleh

pengetahuan melalui pendidikan, media massa, lingkungan sosial budaya, dan

pengalaman (Notoatmodjo dalam Tomasoa, 2018).

Pengetahuan di dapat dari berbagai hal salah satunya adalah pendidikan

sekolah. Inti kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil proses belajar

mengajar adalah terbentuknya seperangkat tingkah laku, kegiatan, dan aktivitas.

Dengan belajar baik secara formal maupun informal, manusia akan mempunyai

pengetahuan, dan dengan pengetahuan yang diperoleh seseorang akan mengetahui

manfaat dari saran atau nasihat sehingga akan termotivasi dalam meningkatkan status

kesehatan dan juga meningkatkan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan di

sekolah (Putra dkk. 2017).

Pelaksanaan UKS berkaitan erat dengan mata pelajaran Pendidikan Jasmani,

Olahraga, dan Kesehatan (PJOK), karena mata pelajaran PJOK terdapat muatan

mengenai pendidikan kesehatan, sehingga para peserta didik mendapat pengetahuan

mengenai kesehatan dan juga mengenai fungsi dan peranan UKS. Sehingga disaat

pelaksanaan pembelajaran berlangsung, apabila kesehatan siswa menurun atau ada

siswa yang pingsan, maka siswa dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada di

UKS (Haryadi, 2015).

21
Pelaksanaan UKS didukung oleh pemberian pengetahuan yang baik tentang

pemanfaatan pelayanan UKS kepada siswa, baik tentang pengetahuan sakit dan

penyakit, pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,

termasuk tentang kesehatan lingkungan, maka siswa dapat melaksanakan dan

memanfaatkan pelayanan program UKS dengan baik karena adanya pemberian

informasi yang tepat dan akurat dari sumber yang benar (Tomasoa, 2018).

pengetahuan sangat memberikan pengaruh terhadap perubahan perilaku sesorang,

begitupun dengan perilaku guru terhadap pelaksanaan UKS akan dipengaruhi oleh

pengetahuan yang dimiliki siswa terutama tentang pelaksanaan UKS (Lubis, 2016).

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara

pengetahuan siswa terhadap pelaksanaan UKS, seperti dalam hasil penelitian yang

dilakukan oleh Tomasoa (2018) pada anak SDN Saparua, yang diperoleh hasil p value

0,004 yang artinya terdapat hubungan antara pengetahuan siswa dengan pemanfaatan

pelayanan UKS di SDN Saparua. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi

(2019) pada siswa MTsN 2 Kota Palembang pada tahun 2018 diperoleh nilai p value

0.001 yang berarti ada hubungan antara pengetahuan siswa dengan pemanfaatan

pelayanan UKS.

Namun hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lubis

(2016) pada siswa Sekolah Dasar (SD), Lubis menyatakan tidak terdapat hubungan

antara pengetahuan siswa SD dengan pelaksanaan UKS dengan hasil p value 0.448.

22
2.2.2 Hubungan Peran Guru UKS dengan Persepsi Siswa Pelaksanaan Program UKS

Guru menurut Undang-undang No. 14 Tahun 2005 adalah pendidik

professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Guru memberikan pengaruh yang

besar dalam perubahan sikap peserta didik selama di sekolah (Lubis, 2016). Guru

yang menjadi pengaruh besar dalam pendidikan dan kesehatan peserta didik adalah

guru pelaksana/Pembina UKS, mengingat bahwa gurulah yang setiap hari

menghadapi anak didik dan mengikuti pertumbuhan, perkembangan, dan keadaan

kesehatan anak didiknya (Gazali dan Leni, 2018).

Guru yang sering ditunjuk untuk menjadi petugas/pembina UKS adalah guru

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PENJASORKES). Peran guru

PENJASORKES dalam program UKS sangat berperan dalam pembelajaran kesehatan

lingkungan sekolah, guru penjasorkes menyampaikan pelajaran ataupun penyuluhan

kesehatan kepada peserta didik. Hal ini dapat membantu siswa untuk lebih peduli

terhadap kesehatan (Muliadi, 2018). Guru/pelaksana UKS berperan sebagai pendidik

dalam arti memberikan pengetahuan kepada murid mengenai UKS itu sendiri, salah

satu contohnya seperti memberikan pengetahuan didalam penyuluhan mengenai

kebersihan gigi. Guru harus mampu dan menguasai hal tersebut (Martunus (2013)

dalam Mulyadi, 2019).

Guru pembina UKS mempunyai peran yaitu menanamkan kebiasaan hidup

sehat pada siswa, melakukan pengawasan dan pemeriksaan kebersihan siswa,

melakukan pengawasan dan pemeriksaan kebersihan lingkungan, melakukan P3K dan

pengobatan ringan dalam batas-batas kemampuanya, mengenal tanda-tanda

23
penyakit menular beserta masalahnya dan mengetahui usaha-usaha sebagai tindakan

selanjutnya, serta mengamati tingkah laku para siswa (Iwandana dalam Lubis, 2016).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mulyadi (2019) pada siswa di MTsN 2di

Kota Palembang tahun 2018, Mulyadi menyatakan ada hubungan antara variabel peran

guru UKS dengan pemanfaatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan hasil statistik

dengan uji chi square, didapatkan nilai p value 0,000.

2.2.3 Hubungan Peran Petugas Kesehatan dengan Persepsi Siswa Pelaksanaan

Program UKS

Berdasarkan pedoman pelaksanaan UKS disekolah menyatakan bahwa salah

satu anggota dalam Tim Pelaksana UKS di sekolah adalah petugas UKS puskesmas.

Setiap puskesmas memiliki wilayah kerja masing-masing untuk mengampu sekolah

dasar negeri, swasta maupun madrasah ibtidaiyah. Kegiatan UKS di sekolah yang

berkaitan dengan pelayanan kesehatan, maka guru pembina akan menyerahkan

langsung terhadap pihak puskesmas atau petugas kesehatan (Nurhayu dalam Mulyadi,

2019). Petugas kesehatan dari lingkungan sekolah terdekat (Puskesmas) mempunyai

tanggung jawab untuk mengembangkan promosi kesehatan dalam bentuk Usaha

Kesehatan Sekolah (UKS) di sekolah wilayah kerjanya. Petugas kesehatan mempunyai

kewajiban untuk membina dan mengembangkan upaya kesehatan sekolah (Mulyadi,

2019).

Menurut Depkes dalam Lubis (2016) Dalam melaksanakan program UKS, ada

beberapa hal yang perlu dilakukan oleh tenaga puskesmas yaitu sosialisasi dan

advokasi, mempersiapkan sumber daya manusia dengan cara : membina kader

24
kesehatan sekolah, Pendidik Sebaya, Konselor Sebaya, koordinasi dengan lintas program

dan lintas sektor dalam mengatasi masalah kesehatan, meningkatkan peran serta

warga sekolah dalam mengatasi masalah kesehatan, dan menyiapkan sarana dan

prasarana.

Istiarti dan Widjanarko (2016) dalam Mulyadi (2019) berpendapat bahwa

dukungan petugas kesehatan sangat membantu, dimana dengan adanya dukungan

petugas kesehatan sangat besar peranannya bagi guru UKS dalam menjalankan

tugasnya. Petugas kesehatan memberikan penyuluhan, bimbingan dan pelatihan

kepada guru UKS dalam memaksimalkan pelaksanaan PHBS di sekolah. Dalam setahun

Puskesmas melakukan dua kunjungan ke setiap sekolah yang ada di wilayah kerjanya

pada bulan Agustus dan November, kegiatan tersebut terdiri dari penjaringan/skrining,

pembinaan lingkungan sekolah, imunisasi anak sekolah, penyuluhan kesehatan, dan

pelatihan dokter kecil (Prayoga, 2019).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prayoga (2019) pada siswa SMP 11 Kota

Banda Aceh Tahun 2019 menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara

peran petugas kesehatan dengan pelaksanaan program UKS dengan nilai p value 0,003.

Namun hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi

(2019), mulyadi menyebutkan tidak ada hubungan antara peran petugas kesehatan

dengan pemanfaatan pelayanan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) pada siswa di MTsN 2

Kota Palembang (p value 1,00).

2.2.4 Hubungan Sikap Siswa dengan Persepsi Siswa Pelaksanaan Program UKS

Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, bukan

pelaksanaan dari suatu motif tertentu. Artinya, sikap belum merupakan tindakan

25
atau aktivitas, tetapi suatu kecenderungan (predisposisi) untuk bertindak terhadap objek

di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut. Sikap

merupakan bentuk konkret dari pandangan atau persepsi seseorang terhadap suatu hal

(Yuniarto, 2016).

Sikap siswa merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan UKS. Sikap siswa

mampu menjadi asesmen apakah penerapan UKS terlaksana secara baik serta apakah

terdapat peningkatan/perbaikan kesehatan di sekolah (Kemenkes RI, 2018).

Hasil penelitian (Yuliana, 2018) diketahui bahwa sikap siswa dibagi menjadi 3

yaitu mendukung, cukup mendukung dan tidak mendukung. Seperti sikap siswa yang

cukup mendukung tentang PBHS karena siswa menginginkan lingkungan yang sehat di

sekolahnya, kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk menciptakan lingkungan yang

sehat di sekolah meliputi penyediaan air bersih, tempat penampungan air bersih, tiap

ruangan sebaiknya disediakan tempat pembuangan sampah. Kamar mandi, tempat

wudhu, WC, dan ruangan-ruangan setiap hari dibersihkan, halaman dan kebun sekolah

perlu dijaga kebersihannya, kantin atau warung sekolah perlu pengawasan oleh guru

sekolah ataupun penjaga sekolah antara lain makanan yang dijual hendaknya bergizi,

penyajian makanan hendaknya tertutup, alat-alat dan perabotan yang bersih.

Sedangkan siswa yang bersikap mendukung tentang PBHS karena siswa sudah

memiliki pola pikir sendiri dalam menentukan sebuah tujuan.

Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Sustrami dan

Sari (2017) yang dilakukan di Di SMP Muhammadiyah 4 Gadung Surabaya dimana

semakin baik sikap siswa tentang UKS maka semakin baik pelaksanaan pelayanan

26
UKS (Pvalue= 0,00). Pemahaman responden mengenai sikap yang

positif tersebut adalah responden tidak setuju jika pembina

UKS tidak bertanggung jawab menjelaskan tujuan dan

manfaat UKS kepada siswa.

27
28
29
30
31

Anda mungkin juga menyukai