Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan salah satu hal sangat dibutuhkan dalam kehidupan
manusia, sehat merupakan modal utama untuk meningkatkan sumber daya
manusia yang berkualitas, produktif dan mempunyai etos kerja yang tinggi. Salah
satu upaya pemerintah adalah memasukkan pendidikan kesehatan di sekolah,
mulai dari tingkat dasar sampai tingkat lanjutan dengan membentuk kebiasaan
hidup sehat para siswa melalui kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
UKS yang baik diawali dengan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan evaluasi. Jika salah satu program tidak terlaksana maka akan
mempengaruhi program yang lainnya. Program kerja UKS meliputi pendidikan
kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat.
Pendidikan kesehatan diartikan sebagai upaya yang diberikan berupa bimbingan
atau tuntunan kepada peserta didik tentang kesehatan yang meliputi seluruh aspek
kesehatan pribadi (fisik, mental, dan sosial) agar kepribadiannya dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik.
Kebutuhan mendasar seorang anak didik salah satunya adalah
terpenuhinya kesehatan baik rohani maupun jasmani. Kesehatan merupakan salah
satu bentuk karunia tuhan yang wajib dijaga dan dimaknai bersama-sama,
kewajiban untuk mengupayakan hidup yang sehat dalam kehidupan sehari-hari
baik kesehatan diri maupun kesehatan lingkungan merupakan tanggung jawab
bersama.
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan wujud realitas kehidupan
manusia dengan menerapkan prisip-prinsip proses belajar, sehingga perilaku
hidup sehat ini akan terjadi karena adanya proses belajar yang setiap hari mereka
dapatkan, baik lingkungan sekolah ,keluarga maupun di lingkungan masyarakat.
Dengan adanya proses belajar ini wawasan pengetahuan akan bertambah,
sehingga diharapkan siswa mampu untuk menelaah dan menafsirkan sesuatu yang
setiap saat ada dihadapanya serta diharapkan mampu untuk mensosialisaikan dan
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

1
Sehubungan dengan hal tersebut, tidak hanya peran sekolah perilaku yang
kurang sehat ini dapat pula menimbulkan persoalan yang lebih serius seperti
ancaman penyakit menular. Sekolah merupakan sumber penularan penyakit
infeksi di sekolah antara lain: infeksi tangan dan mulut, infeksi mata, demam
berdarah, cacar air, campak, rubela, dan gondong. Jika siswa sekolah dasar (SD)
tidak memahami perilaku hidup bersih dan sehat bukan tidakmungkin dapat
menekan tingginya angka penyakit tersebut. Maka pengetahuan yang ada di
sekolah perlu ditingkatkan dengan cara memberikan kesempatan untuk
mempraktekkan seminggu sekali ataupun dengan cara pendalaman materi tentang
perilaku hidup bersih dan sehat.
Pendidikan kesehatan meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Kaitannya dengan pendidikan kesehatan,
sekolah sehat harus memberikan bantuan kepada siswanya untuk memperoleh
pengetahuan, sikap, dan tindakan PHBS, baik melalui kegiatan intrakurikuler
maupun ekstrakurikuler. Pelayanan kesehatan mencakup kegiatan promotif,
preventif, serta kuratif dan rehabilitatif.
Kegiatan promotif merupakan kegiatan peningkatan derajad kesehatan
yang dapat dilakukan dengan kaderisasi dokter kecil, pembinaan kantin sekolah
sehat, dan pembinaan keteladanan berperilaku hidup bersih dan sehat. Kegiatan
preventif meliputi upaya pencegahan terhadap penyakit seperti pemeriksaan
berkala kesehatan tiap enam bulan, imunisasi, penjaringan kesehatan bagi siswa
baru, melakukan pemberantasan bibit penyakit, serta melakukan konseling
terhadap siswa dengan bantuan pihak yang dianggap mampu. Kegiatan kuratif dan
rehabilitatif dilakukan melalui diagnosa dini, pengobatan ringan, pertolongan
pertama, serta rujukan medis untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
kecacatan. Pembinaan lingkungan sekolah sehat memungkinkan siswa dapat
mencapai derajad kesehatan yang setinggi-tingginya untuk mencapai proses
belajar yang maksimal.
Sekolah sehat harus memiliki lingkungan yang mendukung pembelajaran.
Program ini menekankan pada aspek lingkungan yang meliputi lingkungan fisik
dan non fisik. Aspek lingkungan fisik menekankan pada fasilitas seperti
konstruksi ruang dan bangunan; ventilasi dan intensitas pencahayaan; kepadatan

2
ruang kelas; jarak papan tulis dengan siswa; kualitas dan kuantitas meja dan kursi
siswa; ketersediaan toilet, tempat cuci tangan, dan air bersih; pengendalian
kebisingan; tempat sampah; program pengelolaan sampah; program
pemberantasan bibit penyakit; serta kantin sehat. Lingkungan non fisik meliputi
perilaku sehingga kriteria sekolah sehat yang selanjutnya adalah sekolah memiliki
program pembinaan dalam mendorong dan membiasakan siswa untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat, yang tentu saja juga memberikan panutan kepada siswa.
Idealnya, individu bertindak dengan didasarkan pada pengetahuan yang
dimilikinya karena tindakan merupakan cerminan dari pengetahuan yang dimiliki.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diatas, penulis merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut “Apakah terdapat perbedaan tingkat pengetahuan
sebelum dan sesudah pemberian pelatihan mengenai Kesehatan Perorangan,
Kesehatan Lingkungan dan PHBS?”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk Mengetahui Gambaran Pengetahuan
Guru UKS Sekolah Dasar Mengenai Kesehatan Perorangan, Kesehatan
Lingkungan dan PHBS sebelum dan setelahdiberikan penyuluhan.
1.3.2 Tujuan khusus
Meningkatkan Pengetahuan Guru UKS Sekolah Dasar mengenai
kesehatan perorangan, kesehatan lingkungan dan PHBS sebagai upaya kesehatan
dalam mencegah berbagai macam penyakit.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi peneliti
Mendapat pengalaman langsung dalam melakukan penelitian dan
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan.

3
2. Bagi puskesmas
Membantu program Puskesmas Perawang KM 6 agar lebih meningkatkan
perhatian terhadap pendidikan kesehatan khususnya tentang kesehatan
perorangan, kesehatan lingkungan dan PHBS.
3. Bagi guru UKS
Memberikan pengalaman langsung pada guru-guru UKS sekolah dasar
untuk dapat meningkatkan kesehatan lingkungan sekolah serta dengan lingkungan
sekolah yang sehat dapat menimbulkan rasa nyaman dalam proses belajar
mengajar sehingga meningkatkan semangat mengajar serta menjalin kerjasama
yang baik antar siswa, guru dan staf dan karyawan.
Diharapkan dapat menjadi masukan untuk mengaktifkan kembali Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) yang sudah ada.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)


a. Definisi UKS
Usaha kesehatan Sekolah (UKS) adalah wahana belajar mengajar
untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk
perilaku hidup sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah dan pendidikan
jasmani. UKS sebagai upaya pelayanan kesehatan yang terdapat di sekolah
yang bertujuan menangani anak didik yang mengalami kecelakaan ringan
(upaya pertolangan pertama pada kecelakaan/P3K), melayani kesehatan dasar
bagi anak didik selama sekolah (pemberian imunisasi), memantau
pertumbuhan dan status gizi anak didik.

b. Tujuan UKS
Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dibagi menjadi dua yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum didirikan UKS adalah untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehataan peserta didik
serta menciptakan kemampuan hidup sehat sehingga memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan anak yang harmonis dan optimal dalam
rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
Selain tujuan umum terdapat tujuan khusus dibentuk UKS. Tujuan
khusus dibentuk UKS adalah untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan
mempertinggi derajat kesehatan peserta didik yang didalamnya mencakup
memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan hidup
sehat serta berpatisipasi aktif dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah,
sehat dalam arti fisik, mental maupun sosial, memiliki daya hayat dan daya
tangkap terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan narkotika, obat-obatan, dan
bahan berbahaya, alkohol, rokok, dan sebagainya.

5
c. Sasaran UKS
Sasaran UKS adalah seluruh peserta didik dari tingkat pendidikan
sekolah taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah,
pendidikan olahraga, pendidikan kejuruan, dan pendidikan khusus (Sekolah
Luar Biasa). Sasaran pelayanan kesehatan adalah peserta didik di sekolah dasar
sampai dengan sekolah menengah termasuk perguruan olahraga, sekolah
kejuruan dan Sekolah Luar Biasa (SLB). Sedangkan sasaran pembinaan UKS
adalah pelaksanaan kesehatan di sekolah dan lingkungan. Lingkungan yang
termasuk sasaran pembinaan adalah lingkungan fisik sekolah yang bermasalah
sehingga tidak mendukung tercapainya derajat kesehatan yang optimal.

d. Ruang Lingkup UKS


Ruang lingkup UKS terdiri dari pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan dan pembinaan kehidupan sekolah sehat. Ruang lingkup UKS yang
pertama adalah pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan di sekolah
dilaksanakan melalui kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakulikuler.
Pendidikan kesehatan yang dilaksanakan melalui kegiatan intrakurikuler
biasanya diadakan dalam jam pelajaran sesuai ketentuan yang berlaku untuk
tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas. Pelayanan kesehatan
dilaksanakan dengan kegiatan yang komprehensif meliputi kegiatan promotif
berupa penyuluhan kesehatan dan latihan ketrampilan dalam rangkaian
pelayanan kesehatan. Kegiatan preventif berupa kegiatan peningkatan daya
tahan tubuh, kegiatan pemutusan rantai penularan penyakit dan kegiatan
penghentian proses penyakit pada tahap dini sebelum timbul kelainan.
Ruang lingkup UKS yang terakhir adalah pembinaan lingkungan
kehidupan sekolah sehat. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka menjadikan
sekolah sebagai institusi pendidikan yang dapat menjamin berlangsungnya
proses belajar mengajar yang mampu menumbuhkan kesadaran, kesanggupan,
dan keterampilan peserta didik untuk menjalankan prinsip hidup sehat.

6
e. Progam UKS
Pada dasarnya program UKS terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu:
menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, memberikan penyuluhan kapada
peserta didik tenatang pentingnya makanan bergizi seimbang untuk hidup sehat
bagi anak didik. Selain itu program UKS yang lain dapat berupa pemantauan
pertumbuhan dan gizi anak usia sekolah serta pembinaan warung atau kantin
sekolah. Semua program UKS dilakukan salam rangka meningkatkan
kemampuan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) dan meningkatkan derajat
kesehatan peserta didik.

II.2 Kesehatan Perorangan


A. Pengertian Kesehatan Perorangan

Kesehatan perorangan atau Personal hygieine berasal dari Bahasa


Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat.
Kebersihan perorangan (personal hygiene) merupakan perawatan diri sendiri
yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun
psikologis. Tujuan umum perawatan diri adalah untuk mempertahankan
kebersihan diri baik secara sendiri maupun dengan menggunakan bantuan,
dapat melatih hidup sehat atau bersih dengan cara memperbaiki gambaran atau
persepsi terhadap kesehatan dan kebersihan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
adalah kebiasaan, sosial ekonomi pendidikan, persepsi tentang kesehatan dan
tingkat pengetahuan atau perkembangan Individu.
Kebersihan kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh
dapat melindungi tubuh dari berbagai kuman atau trauma, sehingga diperlukan
perawatan yang adekuat (cukup) dalam mempetahankan fungsinya. Kulit
secara anatomis terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan epidermis yang terdiri
atas bagian-bagian seperti stratum korneum, stratum lusidum, dan stratum
granulosum. Lapisan kedua atau lapisan dermis yang terdiri atas ujung saraf
sensorik, kelenjer keringat dan kelenjer sebaseus.
Kebersihan pakaian,handuk dan tempat tidur dan sprei merupakan
perilaku kebersihan diri yang masih kurang, misalnya masih ada yang mencuci

7
pakaian tidak menggunakan sabun cuci, dan saling meminjamkan pakaian dan
handuk.
Kebersihan diri sangat berhubungan dengan sanitasi lingkungan,
artinya apabila melakukan kebersihan diri harus diikuti atau didukung oleh
sanitasi lingkungaan yang baik, kaitan keduanya dapat dilihat misalnya pada
saat mencuci tangan sebelum makan dibutuhkan air bersih yang harus
memenuhi syarat kesehatan. Pemeliharaan kebersihan diri (personal hygienie)
diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan.
Dampak yang sering timbul pada masalah kebersihan diri (personal
hygiene):
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpelihatkan kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang
sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada
kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

II.3 Kesehatan Lingkungan Sekolah


Menurut World Health Organization (WHO), sanitasi lingkungan
(environmental sanitation) adalah upaya pengendalian semua faktor
lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat
menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan
daya tahan hidup manusia (Sutrisno, 2008).
Salah satu upaya yang stragis untuk meningkatkan kualitas manusia di
Indonesia adalah upaya pendidikan dan kesehatan, dan upaya ini paling tepat
dilakukan melalui pendidikan. Sekolah adalah sebagai tempat berlangsungnya
proses belajar mengajar dan harus menjadi “health promot school” artinya
sekolah yang dapat meningkatkan derajat kesehatan warga sekolahnya.

8
Sekolah memiliki lingkungan yang mencerminkan hidup sehat dan
terjamin berlangsungnya proses belajar mengajar dengan baik. Tercipta kondisi
yang mendukung tercapainya kemampuan peserta dididik untuk berperilaku
hidup sehat, untuk belajar dengan efektif anak-anak memerlukan kesehatan
yang baik.
Lingkungan adalah salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian
khusus dalam menilai kondisi kesehatan. Bersama dengan faktor perilaku,
pelayanan kesehatan dan genetik. Lingkungan merupakan faktor terbesar
menentukan baik buruknya status derajat kesehatan masyarakat (Depkes RI,
2008).
Kesehatan merupakan faktor penting pada waktu memasuki sekolah,
ikut menentukan potensi (kehadiran) peserta didik secara terus menerus, dan
ikut pula menentukn keberhasilan belajar. Sekolah sehat itu merupakan sekolah
yang bersih, hijau dan rindang, peserta didiknya sehat dan bugar serta
senantiasa berperilaku hidup bersih dan sehat. Pembinaan lingkungan sekolah
yang sehat dilakukan dengan pembinaan kerjasama antara masyarakat sekolah
(guru, murid, pegawai sekolah, orang tua murid dan masyarakat sekitar).
Pelaksanaan 7 K (Kebersihan, Keindahan, Kenyamanan, Ketertiban,
Keamanan, Kerapihan dan Kekeluargaan). Ada beberapa indikator lingkungan
sekolah sehat yaitu:
 Ruangan kelasnya tidak terlalu padat
 Tingkat kebisingan < 45 db
 Ventilasi kelas yang memadai
 Pencahayaan kelas yang memadai (terang)
 Memiliki lapangan /halaman/ aula untuk pendidikan jasmani
 Memiliki lingkungan sekolah yang bersih dan nyaman
 Memiliki kantin sekolah yang memenuhi syarat kesehatan
 Menerapkan kawasan tanpa rokok
 Memiliki sumber air bersih yang memadai (jarak air bersih dan septic
tank minimal 10 m)
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, karena air adalah salah satu media dari berbagai

9
macam penularan. Menurut Notoatmodjo (2011) kebutuhan manusia
akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi,
mencuci (bermacam-macam cucian) dan sebagainya. Menurut
perhitungan WHO di negara-negara maju tiap orang memerlukan air
antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter
perhari.
Kurangnya air bersih khususnya untuk menjaga kebersihan diri,
dapat menimbulkan berbagai penyakit kulit. Hal ini terjadi karena
bakteri yang selalu ada pada kulit dan mempunyai kesempatan untuk
berkembang (Soemirat, 2011).Syarat kualitas air secara fisik adalah
bening (tak berwarna), tidak berbau dan tidak berasa (Notoatmodjo,
2011). Secara kimia air yang baik tidak tercemar sacara berlebihan oleh
zat-zat kimia atau mineral terutama zat-zat yang berbahaya bagi
kesehatan. Syarat bakteriologis semua air minum hendaknya terhindar
dari kemungkinan terkontaminasi bakteri terutama bakteri pathogen.
 Memiliki kamar mandi / WC yang bersih
Sanitasi lingkungan pada hikikatnya adalah suatu kondisi yang
optimum sehingga berpengaruh positif terhadap lingkungan yang optimum
pula. Cara menjaga kesehatan lingkungan dengan membuang sampah ketempat
sampah, membersihkan lingkungan secara teratur, dan menanam tanaman yang
bermanfaat.
Sampah merupakan suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak
dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sesudah digunakan lagi
dalam satu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat
Amerika membuat batasan, sampah (waste) adalah sesuatu yang di buang yang
berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya. Dari
batasan ini jelas bahwa sampah merupakan hasil suatu kegiatan manusia yang
dibuang karena sudah tidak berguna (Notoatmodjo, 2011).
Sampah mengandung prinsip-prinsip yaitu adanya sesuatu benda atau
bahan padat, adanya hubungan langsung/tak langsung dengan kegiatan
manusia, dan benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi.Jenis-jenis sampah

10
meliputi 3 jenis yaitu, sampah padat, sampah cair dan sampah dalam bentuk
gas (fume, smoke). sampah cair berupa air limbah dan sampah dalam bentuk
gas yang menimbulkan polusi udara seperti asap kendaraan, asap pabrik
(Notoatmodjo, 2011).
Sampah padat dapat dibagi menjadi berbagai jenis, yakni berdasarkan
zat kimia yang terkandung didalamnya, yaitu sampah organik, adalah sampah
yang pada umumnya dapat membusuk seperti sisa sayuran, sisa daging, daun
dan sebagainya sedangkan sampah an-organik adalah sampah yang umumnya
tidak dapat membusuk berupa plastik, kertas, karet, logam ataupun abu dan
bahan bekas bangunan, dan lain-lain (Soemirat, 2011).
Berdasarkan dapat tidaknya dibakar yaitu, sampah yang mudah
terbakar seperti kertas, kayu, plastik, kain bekas, dan sebagainya sedangkan
sampah yang tidak dapat terbakar berupa kaleng-kaleng bekas, besi/logam
bekas, pecahan gelas, kaca dan sebagainya. Sampah erat kaitannya dengan
kesehataan masyarakat, karena dari sampah-sampah tesebut akan hidup
berbagai mikro organisme penyebab penyakit (bakteri patogen), dan juga
binatang serangga sebagai pemindah atau penyebar penyakit (vektor)
(Notoatmodjo, 2011).
Adapun usaha pengelolaan sampah, baik skala besar maupun kecil,
bila harus mencapai tujuannya, yakni lingkungan dan masyarakat yang sehat.
Masyarakat harus mengerti dan mau berpartisipasi sehinga bersedia membantu
mulai dari pengurangan volume sampah, perbaikan kualitas sampah,
pemilahan, membuang sampah pada tempatnya, membersihkan tempat sampah,
sampai pada penyediaan lahan, dan pemusnahan sampah (Soemirat, 2011).
Lingkungan sehat adalah suatu daerah yang belum terkena
pencemaran atau polusi dan lingkungan tidak sehat adalah suatu daerah yang
tidak layak dijadikan untuk tempat tinggal karena pencemaran atau polusi.
Lingkungan sekolah yang bersih mencerminkan siswa yabg tertib

II.4 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan


yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat

11
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (Promkes, 2016). PHBS
merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran. PHBS di sekolah adalah upaya untuk
memperdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu,
mau, dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam
mewujudkan sekolah sehat. (Depkes RI, 2007).
Tujuan PHBS di sekolah adalah untuk meningkatkan pengetahuan
tentang PHBS bagi setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah.
Meningkatkan peran serta aktif setiap siswa, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah untuk ber-PHBS di sekolah. Memandirikan setiap siswa,
guru, dan masyarakat lingkungan sekolah ber-PHBS.
Manfaat PHBS bagi siswa untuk meningkatkan kesehatan dan tidak
mudah sakit, meningkatkan semangat belajar, meningkatkan produktivitas
belajar dan menurunkan angka absensi karena sakit. Manfaat PHBS bagi
warga sekolah yaitu untuk meningkatnya semangat belajar siswa berdampak
positif terhadap pencapaian target dan tujuan, menurunnya biaya kesehatan
yang harus dikeluarkan oleh orangtua dan meningkatnya citra sekolah yang
positif.
Program-program PHBS diharapkan dapat dilakukan kepada sasaran.
Sasaran dalam PHBS dikelompokkan dalam lima tatanan (setting) yaitu:
tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan (sekolah, madrasah,
pondok pesantren). Sasaran institusi kesehatan (puskesmas, rumah sakit,
klinik), sasaran tempat kerja (kantor, pabrik, tempat usaha dan tatanan tempat
umum (pasar, tempat ibadah, tempat rekreasi).
PHBS dalam tatanan institusi pendidikan adalah upaya pemberdayaan
dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di
tatanan institusi pendidikan. Sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan
adalah seluruh anggota keluarga institusi pendidikan dan terbagi dalam
sasaran primer, sasaran sekunder, dan sasaran tersier.
Sasaran primer adalah sasaran utama dalam institusi pendidikan yang
akan dirubah perilakunya atau murid dan guru yang bermasalah (individu

12
atau kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah). Sasaran
sekunder adalah sasaran yang mampu mempengaruhi individu dalam institusi
pendidikan yang bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru, orang tua murid,
kadar kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas
sektor terkait.Sasaran tersier adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi
unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan,
dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan
misalnya kepala desa, lurah, camat, kepala puskesmas, Diknas, guru, tokoh
masyarakat, dan orang tua murid. Indikator PHBS adalah suatu alat ukur
untuk menilai keadaan permasalah kesehatan di institusi pendidikan.
Indikator instistusi pendidikan adalah sekolah dasar negeri maupun swasta.
Sasaran PHBS tatanan institusi pendidikan adalah sekolah dan siswa
dengan indikator tersedia jamban yang bersih dan sesuai dengan jumlah
siswa, tersedia air bersih atau air kran yang mengalir di setiap kelas, tidak
ada sampah yang berserakan, lingkungan sekolah dan serasi, ketersediaan
UKS yang berfungsi dengan baik, siswa menjadi anggota dana sehat, siswa
pada umumnya (60%) memiliki kebersihan yang diri baik, siswa mencuci
tangan dengan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar, siswa ada
yang menjadi dokter kecil atau promosi kesehatan sekolah minimal 10
orang.
Ada beberapa indikator PHBS di sekolah dasar (Promkes, 2016) yaitu
a) mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun, b)
mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah, c) menggunakan jamban yang
bersih dan sehat, d) olahraga yang teratur dan terukur, e) memberantas jentik
nyamuk, f) tidak merokok di sekolah, g) menimbang berat badan dan
mengukur tinggi badan setiap 6 bulan, h) membuang sampah pada tempatnya.
Indikator PHBS kebersihan diri yang diambil sebagai ukuran untuk
menilai PHBS di sekolah diantaranya mencuci tangan, kebersihan kuku,
kebersihan berpakaian, kebersihan gigi dan mulut, kebersihan rambut, dan
membuang sampah pada tempatnya. Selain itu ditambahkan indikator PHBS
yang menyangkut olahraga di sekolah.

13
1) Mencuci tangan tidak hanya membasuh telapak tangan saja.
Langkahlangkah mencuci tangan yang baik dan benar (Imelda
Suryaningsih, 2014),
a) Membasahi tangan dengan air mengalir dan teteskan/usapkan
sabun secukupnya.
b) Gosok kedua telapak tangan sampai ke ujung jari. Gosokkan juga
telapak tangan kanan ke punggung tangan kiri (atau sebaliknya),
dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara tangan
kanan dan kiri. Gosok sela-sela jari tersebut. Lakukan sebaliknya.
c) Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lain dan saling
mengunci. Usapkan ibu jari tangan kanan dengan telapak kiri
dengan gerakan berputar. Lakukan hal yang sama dengan ibu jari
tangan kiri.
d) Gosok telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan
gerakan ke depan, ke belakang dan berputar. Lakukan sebaliknya.
e) Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan
gerakan memutar. Lakukan pula untuk tangan kiri.
f) Setelah minimal 10 detik mencuci tangan, bilas tangan hingga
seluruh busa sabun hilang.
g) Keringkan tangan dengan tisu bersih atau handuk sekali pakai, atau
pengering udara. Jika memungkinkan, gunakan tisu atau handuk
untuk mematikan kran.
Akibat tidak mencuci tangan sendiri yaitu terjadinya penyakit
diare, infeksi saluran pernapasan, pneumonia atau radang paru-paru, dan
infeksi cacing, mata, dan kulit. Pentingnya menjaga kebersihan tangan,
mencuci tangan dengan sabun bermanfaat agar terhindar dari penyakit-
penyakit diatas.
2) Selain mencuci tangan dianjurkan untuk memelihara kebersihan kuku.
Kuku memberi kekuatan dan perlindungan pada ujung-ujung jari, kuku
tumbuh dari depan mulai dari pangkal kuku (akar kuku). Kuku yang sehat
adalah kuku yang pendek, bersih dan tidak ada kelainan pada kuku
tersebut. Cara memelihara kebersihan kuku adalah memotong kuku

14
sekurang-kurangnya sekali seminggu, memotong kuku jangan terlalu dekat
dengan permukaan kulit bawahnya tetapi sedikit diatas permukaan kulit
sehingga mudah dibersihkan, mencuci kuku dengan sabun dan disikat serta
disiram air bersih (Depkes RI, 2000: 25).
Kuku panjang sangat rapuh dan dapat melukai kulit. Sebagai
contoh saat kita membuka makanan kaleng, kuku panjang mengalami
patah. Contoh lain adalah saat tidak sengaja kuku menyentuh kulit yang
sensitif, maka kulit mudah tergores atau terluka. Kuman dan bakteri jahat
ikut masuk ke dalam tubuh, saat makan. Ketika sedang makan, kuku
panjang yang menyimpan bakteri dan kuman jahat akan mudah pindah ke
dalam makanan. Sehingga bakteri dan kuman jahat itu bisa masuk ke
dalam tubuh. Mikroogranisme jahat itu akan memicu gangguan pada
sistem pencernaan dan bisa berdampak negatif pada serangan penyakit
diare.
3) Kebersihan dalam berpakaian. Cara memelihara kebersihan dalam
berpakaian adalah mengganti pakaian setiap hari atau bila sedah kotor dan
bila badan sudah berkeringat. Selain itu hendaknya memakai pakaian yang
bersih dan rapi serta sesuai ukurannya dengan badan dan jangan
membiasakan menggunakan pakaian orang lain karena penyakit dapat
ditularkan melalui pakaian. Jangan membiasakan menggantung pakaian di
kamar atau di rumah karena selain menimbulkan bau juga menjadi sarang
nyamuk serta bedakanlah pakaian sekolah dan pakaian rumah agar pakaian
lebih bersih dan awet.
4) Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut juga termasuk dalam pelaksanaan
PHBS. Gigi berfungsi untuk menghaluskan makanan, mengucap kata-kata
dengan jelas, dan mendorong pertumbuhan rahang sehingga bentuk rahang
menjadi harmonis. Cara memelihara kebersihan gigi adalah menggosok
gigi menggunakan pasta gigi secara benar, sikatlah permukaan gigi dengan
minimal delapan kali gerakan untuk setiap permukaan, memakai sikat gigi
sendiri dan kurangi makanan yang dapat merusak gigi seperti makanan
yang bergula. Memelihara kebersihan gigi perlu dilakukan setiap hari
sesudah makan dan sebelum tidur. Akibat tidak membersihkan gigi dan

15
mulut yaitu gigi akan keropos atau berlubang, gigi akan terasa linu atau
sakit, bau mulut, dan masih banyak penyakit yang timbul.
5) Pemeliharaan kebersihan rambut sangat diperlukan dalam berperilaku
hidup bersih dan sehat. Rambut berfungsi melindungi kepala terhadap
suhu yang datang dari luar baik panas maupun dingin. Cara memelihara
kebersihan rambut adalah mencuci rambut menggunakan sampo minimal 2
kali dalam seminggu, seluruh kulit kepala digosok dengan cara dipijat,
setelah selesai rambut dikeringan dengan handuk milik sendiri. Setelah
kering, rambut kemudian disisir agar rapi dengan menggunakan sisir
sendiri karena sisir dapat menularkan penyakit dan kutu. Rambut yang
tidak dijaga kebers ihannya mengakibatkan gatalgatal, rambut rontok,
rambut berbau, timbul kutu, lengket, dll.
6) Pembuangan sampah di sekolah sangat penting agar sekolah terlihat bersih
dan rapi. Sekolah harus menyediakan tempat sampah di setiap ruangan.
Pastikan bahwa bak sampah utama bebas dari lalat dan serangga, dapat
menampung sampah dengan baik, tidak menimbulkan bau, dan jarak
minimalnya dari area sekolah maupun sumber air bersih adalah sepuluh
meter (Dewi, 2007).
Sampah dapat dibersihkan dengan cara-cara sebagai berikut :
 Membersihkan Sampah Organik. Sampah organik adalah sampah
yang dapat dimakan oleh zat-zat organik di dalam tanah, maka
sampah organik dapat dibersihkan dengan mengubur dalam-dalam
sampah organik tersebut, contoh sampah organik: Daun-daun
tumbuhan, ranting-ranting tumbuhan, akar-akar tumbuhan.
 Membersihkan Sampah Non Organik. Sampah non organik adalah
sampah yang tidak dapat hancur (dimakan oleh zat organik)
dengan sendirinya, maka sampah non organik dapat dibersihkan
dengan membakar sampah tersebut dan lalu menguburnya. Sampah
yang tidak dibersihkan atau dibiarkan menumpuk mengakibatkan
berbagai macam timbul berbagai penyakit dan pencemaran air
tanah serta polusi udara, serta salah satu penyebab banjir.

16
7) Olahraga adalah aktifitas fisik maupun psikis yang berguna untuk menjaga
dan meningkatkan kualitas kesehatan. Berolahraga selain membuat badan
bugar dan sehat juga dapat membuat sistem kekebalan tubuh terhadap
bakteri dan virus penyebab penyakit meningkat, sehingga dengan
berolahraga diharapkan dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan bagi
siswa. Olahraga juga meningkatkan suasana hati menjadi lebih nyaman
sehingga menghindari dari stres.

17
BAB III
LAPORAN PELAKSANAN

III.1 Profil Puskesmas Perawang


Kecamatan Tualang merupakan salah satu kecamatan terpadat diwilayah
Kabupaten Siak Provinsi Riau, Puskesmas perawang berada dikecamatan siak
yang memiliki wilayah kerja satu kelurahan dan empatdesa. Puskesmas perawang
dibangun pada tahun 1993 dan mulaidioperasikan pada tanggal1 Juni 1994, oleh
karena jumlah penduduksemakin padat maka tahun 2007 puskesmas perawang
dipecah menjadidua yaitu : puskesmas perawang dan puskesmas tualang.
Puskesmas perawang terletak di KM. 6 Kelurahan Perawang,penduduknya
tersebar datam lima wilayah kerja, meliputi :
• Kelurahan Perawang
• Desa Perawang Barat
• Desa Pinang Sebatang Barat
• Desa Pinang Sebatang Timur
• Desa Maredan Barat
Wilayah kerja puskesmas perawang kecamatan Tualang memiliki luas
wilayah 373,75 km2. Batas wilayah kerja puskesmas perawang :
 Sebelah Utara : Puskesmas Muara Kelantan
 Sebelah Selatan : Puskesmas Rumbai Pesisir (Kota Pekanbaru)
 Sebelah Barat : Puskesmas Minas
 Sebelah Timur : Puskesmas Tualang

III.2 Persiapan
Persiapan kegiatan penyuluhan tentang kesehatan perorangan, kesehatan
lingkungan dan PHBS dimulai sejak bulan November. Adapun yang dipersiapkan
antara lain, undangan, memilih tempat pelaksanaan dan alat-alat yang dibutuhkan
untuk penyuluhan.

18
III.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan ini dilakukan di Puskesmas Perawang dilaksanakan pada hari
Selasa, 11 Desember 2018 pada pukul 09.00-12.00 WIB.

III.4 Peserta
Peserta yang diundang dalam kegiatan ini adalah guru UKS Sekolah Dasar
yang ada diperawang. Jumlah peserta sekitar 20 orang.

III.5. Metode dan Teknik Pengumpulan Data


Metode yang dilakukan adalah penyuluhan dalam bentuk ceramah dan
diskusi 2 arah (Tanya jawab), sehingga peserta penyuluhan dapat bertanya bila
ada yang tidak dimengerti. Peserta diminta untuk mengisi kuisoner sebelum dan
sesudah dilakukan penyuluhan. Hal ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan
guru-guru sekolah dasar di perawang tentang kesehatan peorangan, kesehatan
lingkungan dan PHBS sebelum dan sesudah penyuluhan.

III.6. Pengolahan Data


Pengolahan data meliputi langkah-langkah berikut :
1. Penyuntingan (Editing)
Kegiatan yang dilakukan dalam penyuntingan ini adalah memeriksa
seluruh daftar pertanyaan yang dikembalikan responden dengan
memperhatikan kesesuaian jawaban responden dengan pertanyaan
yang diajukan.
2. Pengkodean (Coding)
Setelah penyuntingan diselesaikan, kegiatan selanjutnya dilakukan
memberi kode dalam hubungan dengan pengolahan data.
Untuk pengetahuan tentang kesehtan perorangan, kesehatan
lingkungan dan PHBS:
 Untuk jawaban benar diberi skor 1
 Untuk jawaban salah diberi skor 0
3. Tabulasi (Tabulating)

19
Data hasil pengkodean disusun dan dihitung untuk kemudian disajikan
dalam bentuk tabel dan grafik.Kegiatan membuat tabel-tabel data dan
mengelompokkan data sesuai jawaban-jawaban dengan teratur serta
teliti, kemudian dihitung, dijumlahkan dan disajikan dalam bentuk
tabel. Berdasarkan tabel tersebut akan dipakai untuk membuat data
agar didapat gambaran tingkat pengetahuan variabel yang telah ada.

III.7. Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan analisa univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil
tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap
variabel. Selanjutnya hasil untuk mengetahui tingkat pengetahuan guru uks
tentang kesehatan perorangan, kesehatan lingkungan dan PHBS, ditunjukkan
dengan persentase melalui perhitungan dengan keterangan sebagai berikut :
a) Pengetahuan baik : 76%-100%
b) Pengetahuan cukup : 56%-75%
c) Pengetahuan kurang : <56%
Adapun rumus untuk mengetahui skor persentase :

X
P= ×100 %
n

Keterangan
P = Persentase
X = Jumlah jawaban yang benar
N = Jumlah seluruh item soal

20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Gambaran Tingkat Pengetahuan Guru UKS sekolah dasar Sebelum dan
Setelah Penyuluhan
Gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan
tentang kesehatan perorangan, kesehatan lingkungan dan PHSB sebelum dan
sesudah penyuluhan dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan
sebelum dan sesudah penyuluhan
Tingkat pengetahuan tentang kesehatan perorangan,
kesehatan lingkungan dan PHBS
Kategori
Sebelum Persentase Setelah Persentase
penyuluhan (%) penyuluhan (%)

Baik 15 75% 18 90%%


Cukup 4 20% 1 5%%
Kurang 1 5% 1 5%
Total 20 100% 20 100%

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa adanya perubahan tingkat


pengetahuan guru UKS sekolah dasar tentang kesehatan perorangan, kesehatan
lingkungan sekolah dan PHBS sebelum dan setelah diberikan penyuluhan.
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa, tingkat pengetahuan guru UKS
sekolah dasar di perawang tentang kesehatan perorangan, kesehatan lingkungan
sekolah dan PHBS sebelum diberikan penyuluhan adalah sebanyak 15 orang
(75%) berada pada kategori baik, 4 orang (20%) pada kategori cukup dan 1 orang
(5%) pada kategori kurang.. Sedangkan Tingkat pengetahuan guru UKS sekolah
dasar di perawangtentang kesehatan perorangan, kesehatan lingkungan sekolah
dan PHBS setelah diberikan penyuluhan adalah sebanyak 18orang (90%) pada
kategori baik, 1 orang (5%) pada kategori cukup dan 1 orang (5%) pada kategori
kurang. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perubahan tingkat pengetahuan guru
UKS sekolah dasar di perawang tentang kesehatan perorangan, kesehatan

21
lingkungan sekolah dan PHBS. Tingkat pengetahuan guru UKS sekolah dasar di
perawang mengalami peningkatan menjadi lebih baik setelah diberikan
penyuluhan. Diagram 4.1 juga menggambarkan tingkat pengetahuan guru UKS
sekolah dasar di perawang tentang kesehatan perorangan, kesehatan lingkungan
sekolah dan PHBS sebelum dan sesudah penyuluhan.

diagram
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
baik cukup kurang

Series1 sesudah penyuluhan Series3

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuanguru UKS


sekolah dasar di perawang tentang kesehatan perorangan, kesehatan lingkungan
sekolah dan PHBS pada kategori baik. Perbedaan hasil penelitian sebelum dan
sesudah penyuluhan dipengaruhi oleh minat guru UKS sendiri untuk
memperdalam guna meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan perorangan,
kesehatan lingkungan dan PHBS. Sebagaimana yang dituliskan oleh Notoatmodjo
(2005) bahwa minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi
terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencobadan menekuni suatu
hal dan pada akhimya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
Pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain yaitu usia,
pendidikan, pengalaman serta informasi. Menurut Notoadmodjo pengetahuan
terjadi setelahmelakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan
yang baikmeningkatkan pemahaman terhadap suatu objek atau informasi.

22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
tingkat pengetahuan guru UKS sekolah dasar di Perawang tentang kesehatan
perorangan, kesehtan lingkungan dan PHBS mengalami peningkatan sesudah
diberikan penyuluhan. Dimana sebelum penyuluhan tingkat pengetahuan guru
UKS sekolah dasar di Perawang sebanyak 15 orang (75%) kategori baik, 4 orang
(20%) pada kategori cukup dan 1 orang (5%) pada kategori kurang. Mengalami
peningkatan setelah diberikan penyuluhan adalah sebanyak 18 orang (90%) pada
kategori baik, 1 orang (5%) pada kategori cukup dan 1 orang (5%) pada kategori
kurang.

V.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti memberikan
saran:
1. Kepada Instansi Kesehatan
Dapat melakukan kegiatan penyuluhan berkesinambungan tentang
kesehatan perorangan, kesehatan lingkungan dan PHBS untuk
meningkatkan pengetahuan, sehingga diharapkan dapat menurunkan angka
penyakit tersebut.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut sehingga dapat melakukan
pencegahan berbagai macam penyakit.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI (2000). Pedoman Pembinaan Dan Pengembangan Usaha


Kesehatan Sekolah. Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Masyarakat
Keluarga.
2. Promkes. (2016). Perilaku Hidup Bersih Sehat. Diakses dari
http://promkes.depkes.go.id/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-di-sekolah.
3. Hurlock, EB. (2000). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Rineka
Cipta.
4. Imelda Suryaningsih. (2014). Cara Cuci Tangan yang Benar.
5. Martianto Djamaris. (2005). Menjadikan UKS Sebagai Upaya Promosi
Tumbuh Kembang Anak Didik. Bogor: Gadjah Mada University Press.
6. Menkes RI. (2011). Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih Sehat.
Diakses
darihttp://www.promkes.depkes.go.id/dl/pedoman_umum_PHBS.pdf.
7. Noviar Singgih Pratiwi. (2008). Hubungan Pengetahuan dan Sikap
terhadap Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Siswa SD Negeri Ngebel
Kasihan Bantul. Yogyakarta: UMY.
8. Rahmi Achmad. (2012). Pedoman UKS. Diakses dari
https://www.academia.edu/ 15673798/pedoman_ukss.
9. Rita Eka Izzaty,dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta:
UNY Press
10. Soekidjo Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
11. Sugiyono. (2013). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
12. Alimul, AA. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta:
Salemba Medika.
13. Hidayat. 2009, Konsep Personal Hygiene,
hhtp://hidayat2.wordpress.com,
14. Jalaluddin. 2009. Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Peronal Hygiene Dan
Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah
Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe. Medan

24
15. Soemirat,J.2011.Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. 
16. Notoatmodjo S. 2011. Ilmu Kesehatan Lingkungan Masyarakat. Jakarta:
PTRinekaCipta
17. Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan, Yogyakarta: Mitra
Cendikia Press.
18. Sutrisno. 2008. Kajian Manajemen Dalam Pelaksanaan Sanitasi
Lingkungan Di Pelabuhan Pontianak. Semarang.
19. Dahlan, SM. 2013. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta.
Penerbit Selemba Medika.
20. Kemendikbud. 2012. Pedoman Pelaksanaan UKS di Sekolah. Jakarta
21. Kementrian Kesehatan RI. 2015. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat. (online)
http://www.promkes.depkes.go.id/dl/pedoman_umum_PHBS.pdf
22. Sumiyati Rr. (2015). Tingkat Pemahaman tentang Kesehatan Lingkungan
Sekolah pada Siswa Kelas IV dan V SD Negeri Kembang Malang
Panjatan Kulon Progo DIY. Yogyakarta: UNY

25
LAMPIRAN KUESIONER
Nama responden :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :

Kuesioner tentang Kesehatan perorangan, Kesehatan lingkungan dan


Perilaku hidup bersih dan sehat

1. Bagaimana cara memusanhkan sampah organic?


a. Di buang di got
b. Dibakar
c. Di timbun di tanah
2. Apa yang terjadi jika tempat penampungan sampah di sekolah di lakukan
dengan baik?
a. Hewan tikus akan mencari makanan
b. Bebas dari lalat dan serangga
c. Penampungan akan meluap
3. Berapa kali kita melakukan olahraga?
a. 1 bulan sekali
b. 3 bulan sekali
c. 3 kali seminggu
4. Menurut anda, apa singkatan PHBS ?
a. Pelaksanaan Hidup Bersih Sehat
b. Pelaksanaan Hidup Budaya Sehat
c. Perilaku Hidup Budaya Sehat
d. Perilaku Hidup Bersih Sehat
5. Di bawah ini, mana yang termasuk PHBS di Sekolah ?
a. Mencuci tangan sebelum makan
b. Membuang sampah sembarangan di lingkungan sekolah
c. Memakai kamar mandi siswa tanpa membersihkannya
6. Bagaimana cara mencuci tangan yang benar?

26
a. Cukup dibilas dengan air saja
b. Cuci dengan air dan sabun
c. Hanya bagian kotor yang dicuci
7. Apa tujuan kita memelihara kebersihan kuku?
a. Supaya kuku kita terlihat lebih menarik
b. Supaya kuku kita bersih dari kotoran dan kuman
c. Supaya kuku tidak rapuh
8. Mengapa kita harus mengganti pakaian setiap hari?
a. Karena persediaan pakaian di rumah sangat banyak
b. Karena sudah kotor dan berkeringat
c. Karena bosan memakai pakaian yang sama
9. Kapan sebaiknya kita mengeramas rambut?
a. Setiap hari
b. Dua minggu sekali
c. Seminggu sekali
d. Minimal dua kali seminggu
10. Apa akibat tidak menjaga kebersihan rambut?
a. Rambut menjadi lembut
b. Rambut tidak berbau
c. Rambut gatal
d. Rambut kering
11. Apa akibat sampah yang tidak dimusnahkan?
a. Gempa bumi
b. Longsor
c. Banjir
12. Penyakit apa yang akan terjadi akibat sampah kaleng dan botol terdapat
genangan air?
a. Gatal-gatal
b. Demam berdarah
c. Sesak nafas
13. Kenapa kita perlu berolahraga?
a. Bisa berkelahi dengan teman

27
b. Menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan
c. Menjadi anak yang kuat
14. Apa akibat dari kita tidak pernah berolahraga?
a. Badan selalu sehat
b. Makan banyak
c. Kekebalan tubuh berkurang
15. Apa yang terjadi jika di sekolah tidak ada olahraga?
a. Tidak merasa capek
b. Tidak akan panas-panasan lagi
c. Badan merasa lemas
d. Akan lebih fokus belajar di kelas

28
29
30

Anda mungkin juga menyukai