PENDAHULUAN
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan salah satu kasus obstetri yang
menjadi penyebab terbesar persalinan prematur. KPD terjadi pada 10% persalinan
dan menimbulkan gejala perlindungan alami janin intra uterine terhadap invasi
bakteri. Akibatnya, banyak ibu dan janin memiliki risiko tinggi untuk terkena
infeksi pada lamanya waktu antara pecah ketuban dengan lahirnya bayi yang
disebut sebagai periode laten, terutama jika pada pasien dilakukan periksa dalam
berulang.1
Ketuban pecah dini sering terjadi pada pasien ekonomi rendah, ibu perokok
dan usia muda, juga terjadi pada ibu dengan infeksi B streptokokus dan bacterial
vaginosis. Banyak ibu dengan ketuban pecah dini melahirkan bayi secara
premature yang diinduksi atau operasi sectio caesaria jika periode latennya
tingginya angka kematian pada bayi di United States. 85% morbiditas dan
terjadi pada kira kira 150.000 kehamilan setiap tahun di Amerika Serikat.3
Indonesia tahun 2002-2003 angka kematian ibu di Indonesia sebanyak 307 per
10.000 kelahiran hidup atau setiap jamnya terdapat 2 orang ibu hamil meninggal
komplikasi dari ketuban pecah dini.4 Tinggginya angka kejadian KPD dapat
1
penyelamatan kehamilan pada KPD sering kali berujung pada tindakan terminasi
1.2 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) atau Premature Rupture of Membrane (PROM) adalah
keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum proses persalinan. Bila ketuban pecah
dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini pada
akan mengalami ketuban pecah dini.6 Ketuban pecah dini dapat juga didefinisikan
pecahnya ketuban secara spontan pada saat belum inpartu, bila diikuti satu jam
3.2 Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini pada sebagian kasus tidak diketahui. Banyak
nischeria gonorrhea. Selain itu infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput
3
3.3 Epidemiologi
Bila Ketuban Pecah Dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut
Ketuban Pecah Dini Pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 8-10 %
kematian ibu di Indonesia sebanyak 307 per 10.000 kelahiran hidup atau setiap
jamnya terdapat 2 orang ibu hamil meninggal karena berbagai sebab, diantaranya
3.4 Patogenesis
uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah
rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara
sintesis dan degradasi matriks ekstra selular. Perubahan struktur, jumlah sel dan
4
selaput ketuban pecah. Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks
proteolitik dari matriks ekstra selular dan membran janin. Aktivitas degradasi
proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Selaput ketuban sangat kuat pada
uterus, kontraksi rahim, serta gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi
kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan
menjalar darivagina. Disamping itu ketuban pecah dini preterm juga sering terjadi
mulai dari defek kromosom, kelainan kolagen, sampaiinfeksi. Pada sebagian besar
dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (iL-1) dan prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan
5
3.6 Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah keluarnya
cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan
tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau
menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan
berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda
duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-
3.7 Diagnosis
Penilaian awal dari ibu hamil yang datang dengan keluhan KPD aterm
harus meliputi3 hal, yaitu konfirmasi diagnosis, konfirmasi usia gestasi dan
presentasi janin, dan penilaian kesejahteraan maternal dan fetal. Tidak semua
pemeriksaan penunjang terbukti signifikan sebagai penanda yang baik dan dapat
memperbaiki luaran. Oleh karena itu, akan dibahas mana pemeriksaan yang perlu
dilakukan dan mana yang tidak cukup bukti untuk perlu dilakukan.
aterm didiagnosis secara klinis pada anamnesis pasien dan visualisasi adanya
cairan amnion pada pemeriksaan fisik. Dari anamnesis perlu diketahui waktu dan
kuantitas dari cairan yang keluar, usia gestasi dan taksiran persalinan, riwayat
KPD aterm sebelumnya dan faktor risikonya. Pemeriksaan digital vagina yang
terlalu sering dan tanpa indikasi sebaiknya dihindari karena hal ini akan
6
terlebih dahulu dengan lubrikan yang dilarutkan dengan cairan steril dan
menilai adanya servisitis, prolaps tali pusat, atau prolaps bagian terbawah janin
Dilatasi serviks dan ada atau tidaknya prolaps tali pusat harus diperhatikan
dengan baik. Jika terdapat kecurigaan adanya sepsis, ambil dua swab dari serviks
(satu sediaan dikeringkan untuk diwarnai dengan pewarnaan gram, bahan lainnya
Jika cairan amnion jelas terlihat mengalir dari serviks, tidak diperlukan
dapat dikonfirmasi, lakukan tes pH dari forniks posterior vagina (pH cairan
amnion biasanya ~ 7.1-7.3 sedangkan sekret vagina ~ 4.5 -6 dan cari arborization
of fluid dari forniks posterior vagina). Jika tidak terlihat adanya aliran cairan
amnion, pasien tersebut dapat dipulangkan dari rumah sakit, kecuali jika terdapat
Semua presentasi bukan kepala yang datang dengan KPD aterm harus
• Ultrasonografi (USG)
indeks cairan amnion. Jika didapatkan volume cairan amnion atau indeks cairan
amnion yang berkurang tanpa adanya abnormalitas ginjal janin dan tidak adanya
7
diagnosis. Selain itu USG dapat digunakan untuk menilai taksiran berat janin, usia
3.8 Komplikasi
Terhadap janin:
• Sindrom Distress Pernapasan yang terjadi pada 10-40 % bayi baru lahir
atau pada janin yang dikarenakan hipoksia pada prolaps tali pusat.
yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 26 minggu (100%) dan lagi
Terhadap ibu:
septikomia.
8
• Prolaps tali pusat dapat terjadi (sering terjadi pada presentasi letak bokong
• Partus lama.
3.9 Tatalaksana
sehat
diselamatkan.
9
• Waktu terminasi pada hamil preterm dapat disarankan selang waktu8 jam
Dan menurut buku pedoman diagnosis dan terapi obsetri dan ginekologi
RSHS tahun 2005, pengelolaan untuk KPD ini dibagi dua yaitu:11
1. Konservatif
ibu maupun janin) pada usia kehamilan 28-36 minggu dirawat selama 2
hari.
2. Aktif
10
o Misoprostol 100 µg intravaginal, yang dapat diulangi 1x6 jam
sepengetahuan konsulen
labu.
menyelesaikan persalinan.
yaitu:
11
KPD aterm biasanya akan melahirkan dalam waktu 24 jam, bila masih
belum ada tanda persalinan maka di induksi (bishop’s score > 8), dan bila
mencegah infeksi.
kehamilan,yaitu:11
Terapi antibiotik
12
Jika terdapat kompresi tali pusat atau plasenta akibat air ketuban
Terapi antibiotik
>28 minggu
Jika terdapat kompresi tali pusat atau plasenta akibat air ketuban
adainfeksi10
13
ERYTHROMYCIN
333mgPOsetiap8jamselama5hari,jik
a alergi ringan dengan penisilin,
dapat digunakan: CEFAZOLIN
1 gram IV setiap 8 jam selama 48 jam
dan
ERYTHROMYCIN
250mgIVsetiap6jamselama48jamdiik
uti dengan :
CEPHALEXIN
500 mg PO setiap 6 jam selama 5 hari
dan
ERYTHROMYCIN
333 mg PO setiap 8 jam selama hari
Jika alergi berat penisilin, dapat
diberikan VANCOMYCIN 1 gram
IV setiap 12 jam selama 48 jam dan
ERYTHROMYCIN
250mgIVsetiap6jamselama48jamdiik
uti dengan
CLINDAMYCIN
300 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari
Bagan I. Persalinan Bayi pada Penanganan Aktif KPD Aterm menurut Sujiyatini9
14
Bagan manajemen penanganan KPD menurut Sujiyatini9
15
3.10 Prognosis
Prognosis ketuban pecah dini ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan
komplikasi-komplikasi dari kehamilan. Prognosis untuk janin tergantung pada :
1. Maturitas janin : bayi yang beratnya di bawah 2500 gram
mempunyai prognosis yang lebih jelek dibandinng bayi lebih besar
2. Presentasi : presentasi bokong menunjukkan prognosis yang jelek
3. Infeksi intra uterin meningkat mortalitas janin
4. Semakin lama kehamilan berlangsung dengan ketuban pecah, maka
tinggi insiden infeksi
16
BAB III
LAPORAN KASUS
2.2 ANAMNESIS
Pasien datang ke IGD RSUD SIAK pada tanggal 20 Juni 2018 pukul 23.20
Keluhan utama
keluar air-air dari jalan lahir sejak 7 jam SMRS. Air-air keluar hingga
darah disangkal, riwayat trauma (-). Riwayat tekanan darah tinggi selama
kehamilan disangkal. Riwayat demam tidak ada, buang air kecil dan buang
17
Riwayat Hamil Muda
Mual dan muntah minimal dan tidak pernah mengalami perdarahan dari
kemaluan.
Riwayat hipertensi (-), asma (-), diabetes mellitus (-), penyakit jantung(-),
Hipertensi (-), asma (-), diabetes mellitus (+), penyakit jantung (+),
Riwayat Menstruasi
Menarche berusia 12 tahun, siklus haid teratur, lama haid 7 hari, dan tidak
Riwayat Perkawinan
Riwayat Obstetri
1. 2009, BBL 2800 gram, lahir secara vakum, ditolong dokter, sehat
2. Hamil ini
Riwayat KB
18
KB suntik 3 bulan selama 2 tahun.
Status Generalis
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB dan peningkatan JVP tidak
ditemukan
Jantung : Jantung dalam batas normal, S1 dan S2 reguler, murmur
(-), gallop(-)
Paru : Simetris, tidak ada bagian yang tertinggal, vesikuler (+/+),
ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Status obstetrikus
Genitalia : Status obstetrikus
Ekstremitas : Edema (-/-), akral hangat, CRT <2 detik
Status obstetrikus
Muka : Kloasma gravidarum (tidak ada data)
Mammae : hiperpigmentasi areola mamae, mammae membesar dan
menegang (tidak ada data)
Abdomen
Inspeksi : tampak membuncit sesuai usia kehamilan, striae
gravidarum (+),
Palpasi :
Leopold I : TFU 4 jari di bawah processus xyphoideus, 27 cm.
19
Teraba massa bulat, lunak, tidak melenting, kesan
bokong.
Leopold II : Teraba tahanan memanjang di bagian kiri dan
bagian terkecil janin disebelah kanan, kesan
punggung kiri
Leopold III : Teraba massa bulat, keras, melenting, kesan kepala
Leopold IV : konvergen, kepala belum masuk PAP
TFU 27 cm, TBJ klinis 2170 gram, punggung kiri, belum masuk PAP, DJJ:
153x/menit
Pemeriksaan Genitalia
Inspeksi dan inspekulo : tidak ada data
2.8 DIAGNOSIS
G2P1A0H1 hamil 35-36 minggu + KPD + janin tunggal hidup intra uterin
+ dengan presentasi kepala
2.9 TATALAKSANA
Di IGD: Konsul dr. hendri Sp.OG
- Tirah baring
- IVFD RL 20 TPM
- Injeksi Cefotaxime 1 gram
20
- Injeksi Dexamatasone 1 ampul/ 12 jam
2.10 PROGNOSIS
Dubia
2.11 Follow up
Tgl/Jam Perjalanan Penyakit Terapi
21 juni S: mules (+), keluar air-air (+), nyeri pinggang Tirah baring
2018 menjalar sampai ari-ari (+), keluar lendir campur IVFD RL 20 TPM
Jam darah (+) Inj. Cefotaxim 1
06.00 O:Keadaan umum : baik, kesadaran : compos gram/ 12 jam
mentis Inj. Dexametasone
TD : 130/80 mmHg N : 84x/I S : 36,2 C 0
1 ampul/ 12 jam
St. Generalis : dalam batas normal
St. Lokalis :
St. Obstetri : TFU 27 CM, PUKI, JHTIU, DJJ:
144, TBJ: 2170 gram
A: G2P1A0H1 hamil 35-36 minggu + KPD +
inpartu + janin tunggal hidup intra uterin dengan
presentasi kepala
21
- JK : perempuan tab
A: P2A0H2 post partum pervaginam Cefixime 2x1
22ju S : nyeri pada perut (+), nyeri post hecting (+), PBJ
juni pusing (-), perdarahan sedikit - Cefixime 2x1
2018 O : Keadaan umum : baik - Asam
Kesadaran : Composmentis mefenamat 2x1
TD : 110/70 mmHg N : 80 x/I S : 36,7 oC P : - Vit. C 2x1
20x/i
St. Generalis : Dalam batas normal
St. Lokalis :
Abd : TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi baik
A: P2A0H2 post partum pervaginam
22
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan latar belakang tersebut, pada laporan kasus ini akan dibahas
lebih lanjut mengenai ketuban pecah dini terkait alur penegakan diagnosis,
komplikasi, tatalaksana agar angka kematian ibu dan janin dapat menurun.
keluar air-air dari jalan lahir. Keluar air-air yang banyak yang membasahi
pakaian, tidak bisa ditahan dan berbau amis dan didapatkan tanda-tanda inpartu.
Pada pemeriksaan fisik obstetric didapatkan air mengalir dari canalis servik.
yang tidak diketahui. Banyak penelitian yang telah dilakukan beberapa dokter
23
rendahnya kualitas perawatan antenatal, penyakit menular seksual misalnya
disebabkan oleh chlamydia trachomatis dan nischeria gonorrhea. Selain itu infeksi
ketuban pecah dini. Trauma yang menyebabkan KPD misalnya hubungan seksual
Faktor risiko terjadinya ketuban pecah dini pada pasien ini adalah social
antibiotik yang adekuat. Pasien perlu di rawat di RS, ditidurkan dalam posisi
Pada pasien ini dianjurkan untuk tirah baring dan diberikan terapi injeksi
dexametason 1 ampul/12 jam yang bertujuan untuk pematangan paru pada janin.
24
BAB V
5.1 Kesimpulan
janin.
25
DAFTAR PUSTAKA
10. Indarso, Fatimah dr. Hj. Sp.A(K). 2004. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir
Dari Ibu yang Bermasalah. Surabaya: FK Unair/RSU Dr. Soetomo
Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak.
11. Moeloek, Farid Anfasa Prof. Dr. dr, SpOG, KFER. 2006. Standar
Pelayanan Medic Obstetric dan Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan
Obstetric dan Ginekologi Indonesia.
26