Anda di halaman 1dari 18

STEP I

TERMINOLOGI

1. Trofoblas
Sel pada bagian tepi ovum (sel telur) yang telah dibuahi dan nantinya akan melekat di dinding
rahim hingga berkembang menjadi plasenta serta membran yang memberi makan hasil
pembuatan.
2. Solutio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari
implantasinormalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin lahir
3. Plasenta Previa
Keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir
4. Implantasi
Proses menempelnya embrio (tahap blastosis) pada endometrium induk (dinding rahim)
sehingga terjadi hubungan antara selaput ekstra embrionik dengan selaput lendir rahim.
5. Endometrium
Lapisan terdalam pada rahim dan tempatnya menempelnya ovum yang telah dibuahi.

STEP II

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimana efek samping dari merokok dan mengkonsumsi alkohol terhadap kehamilan ?
2. Apa saja fungsi tablet Fe selain untuk mencegah anemia?
3. Mengapa bidan menganjurkan ibu hamil untuk istirahat yang cukup?
4. Bagaimana ciri-ciri implantasi?
5. Mengapa bisa terjadi perdarahan Plasenta previa dan Solutio plasenta?
6. Bagaimana tanda dan gejala dari Plasenta Previa dan Solutio Plasenta?
7. Apa saja perdarahan yang dapat terjadi pada trimester-trimester kehamilan?
8. Bagaimana cara mendeteksi dini perdarahan trimester 3 agar ibu tanggap dengan kondisi nya?
9. Bagaimana penatalaksanaan yang dilakukan oleh bidan terhadap perdarahan trimester 3 sesuai
kasus?

STEP III

HIPOTESA

1. Akibat terpapar asap rokok pada saat hamil dapat menimbulkan efek buruk pada janin dalam
kandungannya, pada wanita hamil yang merokok dapat berpotensi melahirkan bayi yang
meninggal dibandingkan dengan wanita hamil yang tidak merokok, selain itu gizi ibu perokok
biasanya lebih buruk dibandingkan yang tidak merokok karena kebiasaan merokok dapat
mengurangi nafsu makan, selanjutnya nikotin merupakan zat vasokonstriktor yang berakibatkan
metabolisme protein dalam tubuh janin yang sedang berkembang, dan detak jatung janin
berdenyut lebih lambat yang akan menimbulkan gangguan sistem saraf janin. Konsumsi alkohol
saat hamil dapat mengakibatkan cacat permanen baik fisik maupun mental pada janin atau
bayinya bila dikomsumsi ibu pada saat kehamilan. Bila dikonsumsi pada masa awal kehamilan,
alkohol dapat menyebabkan berbagai efek teratologis pada janin yangsedang berkembang.
2. Tablet Fe berfungsi mencegah anemia, menggantikan zat besi yang hilang melalui tinja, urine,
dan kulit , untuk kebutuhan janin dan sel darah merah, mencegah perdarahan persalinan,
menurun kan angka kematian ibu,dan lainnya.
3. Kebutuhan istirahat merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi, terutama pada
ibu hamil. Dalam hasil penelitian Field mengatakan ibu hamil yang mengalami stres. Ibu dengan
gangguan tidur juga mengalami insomnia sehingga dapat meningkatkan tekanan darah, dapat
meningkatkan tekanan darah ibu, meningkatkan resiko kehamilan bayi prematur bahkan
keguguran.
4. Tanda terjadi nya Implantasi yaitu kram dan perdarahan implantasi Anda mungkin akan Namun,
tidak semua wanita mengalami hal ini, karena masing-masing wanita berbeda. Kram ini terjadi
saat blastokista menggali dinding uterus. Dan perdarahan implantasi merupakan tanda awal
kehamilan.Dapat juga ditandai dengan terlambat menstruasi, payudara sensitif, kelabilan emosi
dan lain lain.
5. Faktor penyebab plasenta previa yaitu umur, hipoplasia endometrium, endometrium cacat pada
bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi, kuretase, korpus luteum bereaksi lambat, tumor
seperti mioma uteri, malnutrisi.
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus
beratdidapatkan didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskular menahun, disertai pula
oleh preeklampsia. Faktor lain diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya solusio
plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu.
6. Faktor plasenta previa adalah pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya berulang
darah biasanya berwarna merah segar. Bagian terdepan janin tinggi (floating). sering dijumpai
kelainan letak janin. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal,
kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat dikirim ke rumah sakit.
Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak. Janin biasanya masih
dalam keadaan baik.
Faktor solutio plasenta adalah perdarahan berwarna merah tua, disertai nyeri dan perut tegang.
7. Perdarahan yang dapat terjadi di trimester 1 yaitu antara lain abortus, kehamilan
molahidatidosa. Perdarahan yang dapat terjadi di trimester 2 dan 3 yaitu antara lain plasenta
previa, solutio plasenta dan lain-lain.
8. Cara mendeteksi perdarahan adalah dengan memperhatikan faktor-faktor dan tanda serta gejala
sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan segera.
9. Perdarahan pada trimester 3 bukanlah wewenang bidan, namun bidan dapat melakukan
pertolongan pertama pada ibu perdarahan yaitu pemasangan infus dan rujukan ke Rumah Sakit.
STEP IV

SKEMA
STEP V

TUJUAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu mengetahui :

1. Etiologi dan faktor resiko perdarahan trimester I, II dan III


2. Epidemiologi perdarahan perdarahan trimester I, II, III
3. Klasifikasi perdarahan trimester I, II, III
4. Gejala klinis perdarahan trimester I, II, III
5. Patogenesis perdarahan trimester I, II, III
6. Diagnosis perdarahan trimester I, II, III
7. Upaya pencegahan perdarahan trimester I, II, III
8. Penatalaksanaan perdarahan trimester I, II, III
9. Asuhan Kebidanan perdarahan trimester I, II, III
10. Persiapan rujukan perdarahan trimester I, II, III

STEP VII
BERBAGI INFOMASI

1. Etiologi dan faktor resiko perdarahan trimester I, II dan III


Abortus
Etiologi abortus adalah kelainan mudigah, choromosom atau kelainan untuk fetus,
Incompetentic crificium uteri internum, penyakit sistemaik pada ibu, kelainan uterus, trauma
fisik atau mental.
Kehamilan Ektopik
Etiologi kehamilan ektopik adalah adanya peradangan atau infeksi pada tuba, keadaan uterus
yang hipoplasia dan tuba yang berkelok-kelok panjang, kelainan endometritis tuba,
pertumbuhan zigot yang terlalu cepat dan tumbh dengan ukuran besar, faktor ovarium dan
faktor hormonal.
Mola Hidatidosa
Perdarahan biasanya terjadi antara bulan pertama dan ketujuh dengan rata-rata 12-14
mingguDisertai dengan PE/E, yang terjadi lebih muda dari pada kehamilan biasanya. Emoli sel
trofoblas ke paru-paru. Dan sering disertai dengan kista lutein, bail unilateral maupun biteral.
Plasenta Previa
Etiologi dari plasenta previa tidak jelas. Ada beberapa faktor predisposisi seperti
grande multipara, cacat rahim ( riw kuretase, op myom , manual plasenta, primipara tua,
kelainan uterus, riwayat plasenta previa sebelumnya, Hyperplasentosis.
Solusio Plasenta
Etiologi solusio plasenta sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, namun terdapat
beberapa faktor predisposisi seperti umur tua > 35, grande multi para, PEB, tali pusat pendek,
tekanan vena cava inferior, defisiensi folat, trauma.

2. Epidemiologi perdarahan perdarahan trimester I, II, III


 Abortus
Data dari beberapa Negara memperkirakan bahwa antara 10 %dan 15% yang terdiagnosis
secara klinis berakhir dengan abortus. Abortus lebih sering terjadi pada wanita berusia
diatas 30 tahun dan meningkat pada usia 35 tahun. Frekuensi meningkat bersamaan dengan
meningkatnya angka graviditas: 6% kehamilan pertama atau kedua berakhir dengan abortus;
angka ini menjadi 16% pada kehamilan ketiga dan seterusnya. Di Indonesia, diperkirakan ada
5 juta kehamilan per-tahun, dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000-750.000 janin
yang mengalami abortus spontan (Derek Liewollyn&Jones, 2002).
 KEHAMILAN EKTOPIK
Frekuensi dari kehamilan ektopik dan kehamilan intrauteri dalam satu konsepsi yang spontan
terjadi dalam 1 dalam 30.000 atau kurang. Angka kehamilan ektopik per 1000 diagnosis
konsepsi, kehamilan atau kelahiran hidup telah dilaporkan berkisar antara 2,7 hingga 12,9. Angka
kejadian kehamilan ektopik dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Diantara faktor-faktor
yang m terlibat adalah meningkatnya pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim, penyakit radang
panggul, usia ibu yang lanjut, pembedahan pada tuba, dan pengobatan infertilitas dengan terapi
induksi superovulasi.

Angka kejadian kehamilan ektopik di Amerika Serikat meningkat dalam dekade terakhir yaitu
dari 4,5 per 1000 kehamilan pada tahun 1970 menjadi 19,7 per 1000 kehamilan pada tahun
1992. Kehamilan ektopik masih menjadi penyebab kematian utama pada ibu hamil di
Kanada yaitu berkisar 4% dari 20 kematian ibu pertahun. Pada tahun 1980-an, kehamilan
ektopik menjadi komplikasi yang serius dari kehamilan, terhitung sebesar 11% kematian
maternal terjadi di Amerika Serikat.
Di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta angka kejadian kehamilan ektopik pada tahun 1987 ialah
153 di antara 4.007 persalinan atau 1 diantara 26 persalinan. Sebagian besar wanita yang
mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun.
Frekuensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0-14,6%. Sekurangnya
95 % implantasi ektopik terjadi di tuba Fallopii. Di tuba sendiri, tempat yang paling sering
adalah pada ampulla, kemudian berturut-turut pada parsismika, infundibulum dan fimbria,
dan parsintersisialis. Implantasi yang terjadi di ovarium, serviks, atau cavumperitonealis
jarang ditemukan.

 Mola Hidatidosa
Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, Amerika latin dibandingkan dengan negara
– negara barat. Menurut Draketh 2006, insiden terjadi kehamilan mola yaitu 1-2 kehamilan per
1000 kelahiran di Amerika Serikat dan Eropa Insidensi mola hidatidosa dilaporkan Mooredkk
(2005) pada bagian barat Amerika Serikat, terjadi 1 kejadian kehamilan mola dari 1000-1500
kehamilan. Mola hidatidosa ditemukan kurang lebih 1 dari 600 kasus abortus medisinalis. Di Asia
insidensi mola 15 kali lebih tinggi daripada di Amerika Serikat, dengan Jepang yang melaporkan
bahwa terjadi 2 kejadian kehamilan mola dari 1000 kehamilan. Sedangkan di Korea Selatan
insiden kehamilan mola yaitu 40 kehamilan per 1000 kelahiran (Kim, 2004). Secara etnis wanita
Filipina, Asia Tenggara dan Meksiko, lebih sering menderita mola daripada wanita kulit putih
Amerika. Di negara-negara Timur Jauh beberapa sumber memperkirakan insidensi mola lebih
tinggi lagi yakni 1:120 kehamilan.
Faktor risiko terjadinya mola yaitu wanita pada remaja awal atau usia perimenopausal amat
sangat beresiko. Wanita yang berusia lebih dari 35 tahun memiliki resiko 2 kali lipat. Wanita usia
lebih dari 40 tahun memiliki resiko 7 kali dibanding wanita yang lebih muda hal ini dikaitkan
dengan kualitas sel telur yang kurang baik pada wanita usia ini.. Paritas tidak mempengaruhi
faktor risiko ini. Risiko lainnya yaitu riwayat keguguran 2 kali atau lebih, riwayat kehamilan mola
sebelumnya juga dapat meningkatkan kejadian mola hingga lebih dari 10 kali lipat. Secara
epidemiologi mola komplit dapat meningkat bila wanita kekurangan carotene dan defisiensi
vitamin A. Sedangkan mola parsialis lebih sering tejadi pada wanita dengan tingkat pendidikan
tinggi, menstruasi yang tidak teratur dan wanita perokok.
Perdarahan pada trimester II dan III
 Plasenta Previa
Kejadian atau insidensi plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas yang tinggi
dan pada wanita hamil usia lebih dari 30 tahun. Kejadian penyakit ini lebih sering pada
kehamilan gemeli dari pada tunggal.
Di RSU Palembang pernah dilaporkan 429 kasus dari 14.765 persalinan selama tahun 1986
hingga 1990 (2,9%). Di RSU Banda Aceh pernah dilaporkan 11 kasus dari 655 persalinan pada
tahun 1990 (1,7%), 54,5% diantaranya pada multipara dan 63,6% penderita berusia 30 tahun
atau lebih. Di negara maju angka kejadiannya lebih rendah yaitu kurang dari 1%. Hal ini mungkin
disebabkan oleh kurangnya kejadian paritas tinggi.
Perbedaan angka kejadian sebagian disebabkan kesulitan dalam penegakan diagnosis misalkan
kesulitan membedakan perdarahan antepartum pada solusio plasenta dan plasenta letak
rendah. Pada kondisi seperti ini secara klini keduanya mungkin benar. Ini dikarenakan solusio
plasenta dapat terjadi bersamaan dengan penyakit plasenta ini.
 Solusio Plasenta
Banyaknya kejadian solusio plasenta dilaporkan secara bervariasi, namun rata-rata kejadian yang
dilaporkan adalah 1 dalam 200 kelahiran. Dalam data milik nationalcenterofhealthstatistic,
salihudkk, (2005) melaporkan kejadian ini pada kelahiran bayi tunggal adalah1 diantara 160.
Dalam catatan kelahiran amerika serikat tahun 2003 melaporkan angka kejadian solusio plasenta
adalah 1 dalam 190 kelahiran.

3. Klasifikasi perdarahan trimester I, II, III


Klasifikasi Abortus
Abortus dapat diklasifikasikan menjadi:
 Abortus spontan
Abortus spontan adalah abortus tidak disengaja, alami.
 Abortus provokatus
Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja. Abortus provokatus dapat dibagi menjadi:
Abortus medisinalis (abortus therapeutica), yaitu abortus yang dilakukan karena indikasi medis
misal, penyakit jantung, hipertensi, Ca servik;
Abortus kriminalis, yaitu abortus yang dilakukan karena tindakan legal tanpa indikasi medis.
 Abortus kompletus (keguguran lengkap)
Abortus kompletus (keguguran lengkap) adalah abortus yang hasil konsepsi (desidua dan fetus)
keluar seluruhnya.
 Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap)
Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap) adalah abortus yang sebagian hasil konsepsinya
telah keluar, tetapi desidua atau plasenta masih tertinggal.
 Abortus insipiens (keguguran berlangsung)
Abortus insipiens (keguguran berlangsung) adalah abortus yang sedang berlangsung, tidak dapat
dipertahankan.
 Abortus iminens (keguguran mengancam)
Abortus iminens (keguguran mengancam) adalah keguguran yang mengancam dan dapat
dipertahankan.
 Abortus tertunda (Missed abortion)
Abortus tertunda (Missed abortion) adalah janin sudah mati, masih di dalam uterus dan tidak
keluar 2 bulan atau lebih. Pada fetus yang mati dapat keluar sendiri, atau diresorbsi, mengering
dan menipis, atau menjadi mola karnosa.

 Abortus habitualis (keguguran berulang)


Abortus habitualis (keguguran berulang) adalah keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
 Abortus infeksius dan abortus septik
Aborus infeksius adalah keguguran yang disertai dengan infeksi genital.
Abortus septik adalah keguguran yang disertai dengan infeksi berat, penyebaran kuman sampai
peredaran darah/ peritonium.
Klasifikasi Plasenta Previa
Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta menutupi
seluruh ostea.
Plasenta previa lateralis; bila mana pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan ditutupi oleh
plasenta, dibagi 2 :
a. Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian menutupi osteabagian belakang.
b. Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian menutupi ostea bagian depan.
c. Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostea yang ditutupi plasenta.
Klasifikasi Solutio Plasenta
Solutio plasenta parsialis adalah bila hanya sebagian saja plasenta yang terlepas dari tempat
perlengkatannya.
Solutio plasenta totalis, (komplek) bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat
perlengketannya.
Prolapsus plasenta Kadang-kadang plasenta ini turun kebawah dan dapat teraba pada
pemeriksaan dalam.
4. Gejala klinis perdarahan trimester I, II, III
Gejala klinis Kehamilan Ektopik
Nyeri ( keluhan utama), perdarahan pervaginam, Amenorea, uterus besarnya normal atau
mengalami sedikit pembesaran yang tidak sesuai usia kehamilan
Gejala klinis Mola Hidatidosa
Awalnya tidak begitu berbeda dengan kehamilan normal, namun derajat keluhanya lebih hebat,
perdarahan (gejala utama) antara bulan pertama sampai ketujuh, bisa disertai PE/E yang terjadi
lebih muda dari kehamilan biasanya, sering disertai dengan kista lutein, baik unilateral maupun
bilateral.
Gejala klinis Plasenta Previa
Perdarahan per vaginam, warna merah segar, bagian terbawah janin belum masuk panggul, atau
ada kelainan letak janin, tidak disertai gejala nyeri (tanda khas plasenta previa), pada
pemeriksaan jalan lahir teraba jaringan plasenta (lunak), dapat disertai gawat janin sampai
kematian janin, tergantung beratnya.
Gejala Klinis Solutio Plasenta
Perdarahan disertai rasa sakit, jalan asfiksia ringan sampai kematian intrauterin, gejala
kardiovaskuler ringan sampai berat, abdomen menjadi tengang, perdarahan berwarna
kehitaman, sakit perut terus menerus.
5. Patogenesis perdarahan trimester I, II, III
Abortus
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila pada
kehamilan kurang dari 8 minggu, villi khorialis belum menembus desidua serta mendalam
sehingga hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14 minggu villi khorialis
sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan dari pada plasenta. Apabila mudigah yang mati tidak
dikeluarkan dalam waktu singkat, maka dia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin
yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan
karena cairan amion menjadi kurang oleh sebab diserap dan menjadi agak gepeng. Dalam tingkat
lebih lanjut menjadi tipis. Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah
terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa
cairan dan seluruh janin bewarna kemerah-merahan (Prawiroharjo, 2010).
Mola Hidatidosa
Ada beberapa teorgenang diajukan menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblas.
Diantaranya Hertig et al, mengatakan bahwa pada MH terjadi insufisiensi peredaran darah akibat
matinya embrio pada minggu ke 3-5 (missed abortion), sehingga terjadi penimbunan cairan
dalam jaringan mesenhim vili dan terbentuklah kista-kista kecil yang makin lama makin besar,
sampai pada akhirnya terbentuklah gelembung mola. Sedangkan proliferasi trofoblas merupakan
akibat dari tekanan vili yang oedemateus tadi (Martaadisoebrata, 2005).
Sebaliknya, Park mengatakan bahwa yang primer adalah adanya jaringan trofoblas yang
abnormal, baik berupa hiperplasia, displasi maupun neoplasi. Bentuk abnormal ini disertai pula
dengan fungsi yang abnormal, dimana terjadi absorbsi cairan yang berlebihan ke vili. Keadaan ini
menekan pembuluh darah, yang akhirnya menyebabkan kematian embrio (Martaadisoebrata,
2005).Reynolds mengatakan bahwa, bila wanita hamil, terutama antara hari ke 13 dan 21,
mengalami kekurangan asam folat dan histidine, akan mengalami gangguan pembentukan
thymidine, yang merupakan bagian penting dari DNA. Akibat kekurangan gizi ini akan
menyebabkan kematian embrio dan gangguan angiogenesis, yang pada gilirannya akan
menimbulkan perubahan hidrofik (Martaadisoebrata, 2005).Teori yang sekarang dianut adalah
teori sitogenetik. Seperti diketahui, kehamilan yang sempurna harus terdiri dari unsur ibu yang
akan membentuk bagian embrional (anak) dan unsur ayah yang diperlukan untuk membentuk
bagian ekstraembrional (plasenta, air ketuban dan lain-lain), secara seimbang
(Martaadisoebrata, 2005).Imprint gen mempunyai peranan yang penting pada perkembangan
MH. Pencetakan (imprinting) merupakan proses di mana gen spesifik mengalami metilasi
sehingga mereka tidak lagi dapat ditranskripsi. Perkembangan embrio normal membutuhkan
satu set gen yang dicetak secara maternal dan gen lain dicetak secara paternal.
Kehamilan Ektopik
Kebanyakan dari kehamilan ektopik berlokasi di tuba fallopii. Tempat yang paling umum terjadi
adalah pada pars ampullaris, sekitar 80 %. Kemudian berturut-turut adalah isthmus (12%),
fimbriae (5%), dan bagian kornu dan daerah intersisial tuba (2%), dan seperti yang disebut pada
bagian diatas, kehamilan ektopik non tuba sangat jarang.1,2,7. Kehamilan pada daerah intersisial
sering berhubungan dengan kesakitan yang berat, karena baru mengeluarkan gejala yang
muncul lebih lama dari tipe yang lain, dan sulit di diagnosis, dan biasanya menghasilkan
perdarahan yang sangat banyak bila terjadi rupture.7
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan halnya di
kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau interkolumner. Pada yang pertama
telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya
dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan diresorbsi. Pada
nidasi secara interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi
tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua
dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba tidak sempurna
malahan kadang-kadang tidak tampak, dengan mudah villi korialis menembus endosalping dan
masuk dalam lapisan otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah.
Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa faktor, seperti tempat implantasi,
tebalnya dinding tuba, dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.
Dibawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum gravidatis dan
trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek, dan endometrium dapat pula berubah menjadi
desidua. Dapat ditemukan pula perubahan-perubahan pada endometrium yang disebut
fenomena Arias-Stella. Sel epitel membesar dengan intinya hipertrofik, hiperkromatik, lobuler,
dan berbentuk tidak teratur. Sitoplasma sel dapat berlubang-lubang atau berbusa, dan kadang-
kadang ditemukan mitosis. Perubahan ini hanya terjadi pada sebagian kehamilan ektopik.
Terdapat beberapa kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik dalam tuba. Karena
tuba bukan merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin
janin dapat tumbuh secara utuh seperti di uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu
pada umur kehamilan antara 6 minggu sampai 10 minggu.2
Plasenta Previa
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan mungkin juga lebih awal,
oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan mengalami
pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian
desidua basalis yan bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya isthimus uteri
menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi di situ sedikit banyak akan
mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta. Demikian pula pada
waktu srviks mendatar ( Effacement ) dan membuka ( dilatation ) ada bagian tapak plasenta yang
terlepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal
yaitu dari ruangan intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segera bawah
rahim itu perdarahan pada di tempat itu relatif dipermudah dan diperbanyak oleh karena
segmen bawah rahimdan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot
yang dimilikinya sangat minimal, dengan akibatpembuluh darah pada tempat itu tidak akan
tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada
laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta pada mana perdarahan akan berlangsung lebil
banyak dan lebih lama.
Solutio Plasenta
Sesungguhnya solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula dari suatu
keadaan yang mampu memisahkan vili-vili korialis plasenta dari tempat implantasinya pada
desidua basalis sehinggaterjadi pendarahan. Oleh karena itu patofisiologinya bergantung pada
etiologi. Pada trauma abdomen etiologinya jelas karena robeknya pembuluh darah di desidua.
( Sarwono, 2010 )
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk
hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila perdarahan
sedikit, hematoma yang kecil itu hanya mendesak jaringan plasenta, pendarahan darah antara
uterus dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejala pun tidak jelas. Kejadian baru
diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan
maternalnya denga bekuan darah yang berwarna kehitam-hitaman.
6. Diagnosis perdarahan trimester I, II, III
Diagnosis Mola Hidatidosa
Amenorhoe, perdarahan pervaginam, uterus lebih besar dari usia gestasi, tanda kehamilan (-)
Diagnosis Abortus
Abortus Iminens (Threatened abortion)
a. Anamnesis – perdarahan sedikit dari jalan lahir dan nyeri perut tidak ada atau ringan.
b. Pemeriksaan dalam – fluksus ada (sedikit), ostium uteri tertutup, dan besar uterus sesuai
dengan umur kehamilan.
Pemeriksaan penunjang – hasil USG.
Abortus Insipiens (Inevitable abortion)
a. Anamnesis – perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri / kontraksi rahim.
b. Pemeriksaan dalam – ostium terbuka, buah kehamilan masih dalam rahim, dan ketuban utuh
(mungkin menonjol).
Abortus Inkompletus atau abortus kompletus
a. Anamnesis – perdarahan dari jalan lahir (biasanya banyak), nyeri / kontraksi rahim ada, dan
bila perdarahan banyak dapat terjadi syok.
b. Pemeriksaan dalam – ostium uteri terbuka, teraba sisa jaringan buah kehamilan.
Abortus Tertunda (Missed abortion)
a. Anamnesis - perdarahan bisa ada atau tidak.
b. Pemeriksaan obstetri – fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan dan bunyi jantung janin
tidak ada.
Pemeriksaan penunjang – USG, laboratorium (Hb, trombosit, fibrinogen, waktu
perdarahan, waktu pembekuan dan waktu protrombin).
Abortus Habitualis (Recurrent abortion)
a. Histerosalfingografi – untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan anomali
kongenital.
b. BMR dan kadar yodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan
glandula thyroidea.
Abortus Septik (Septic abortion)
a. Adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong di luar rumah
sakit.
b. Pemeriksaan : kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan dan sebagainya.
c. Tanda-tanda infeksi alat genital : demam, nadi cepat, perdarahan, nyeri tekan dan
leukositosis.
d. Pada abortus septik : kelihatan sakit berat, panas tinggi, menggigil, nadi kecil dan cepat,
tekanan darah turun sampai syok.
Diagnosis Kehamilan Ektopik
Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan terkadang terjadi gelasa subjektif kehamilan
muda, nyeri perut bagian bawah, nyeri bagu, tenesmus, dapat dinyatakan, perdarahn
pervaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah. Pemeriksaan laboratorium dilakukan
dengan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna untuk menegakan diagnosis kehamilan
ektopik tergantung terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut,
penghitungan leukosit secara berturut menunjukan adanya perdarahan bila leukosit meningkat.
Diagnosis Solutio Plasenta
a. Anamnesis
Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut,perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan
sekonyong-konyong(non-recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah yang
berwarna kehitaman. Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan
akhirnya berhenti. Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang..
Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
b. Inspeksi
Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan,pucat, sianosis dan berkeringat dinginterlihat
darah keluar pervaginam (tidak selalu).
c. Palpasi
Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan., uterus tegang dan keras seperti
papan yang disebut uterus in bois (wooden uterus) baik waktu his maupun di luar his.Nyeri
tekan di tempat plasenta terlepas.Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus)
tegang.
d.Auskultasi
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar biasanya di atas 140, kemudian turun di
bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari 1/3 bagian.
e. Pemeriksaan dalam
Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat
teraba menonjol dan tegang.Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya,
plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus placenta.
f. Pemeriksaan umum
Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler,
tetapi akan turun dan pasien jatuh dalam keadaan syok. Nadi cepat dan kecil.
g. Pemeriksaan laboratorium
Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan leukosit.Darah : Hb
menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test. Karena pada solusio plasenta sering
terjadi kelainan pembekuan darah hipofibrinogenemia
h. Pemeriksaan plasenta.
Plasenta biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas (kreater) dan
terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya menempel di belakang plasenta, yang
disebut hematoma retroplacenter.
i. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :Terlihat daerah terlepasnya plasenta,
Janin dan kandung kemih ibu, Darah, Tepian plasenta.
Diagnosis Plasenta Previa
a. Anamnesis
Keluhan utama Perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut
(trimester III)Sifat perdarahan tanpa sebab, tanpa nyeri dan berulang
b. Inspeksi/inspekulo
Perdarahan keluar pervaginam (dari dalam uterus), tampak anemia.
c. Palpasi abdomen
Janin sering blm cukup bulan, TFU masih rendah, sering dijumpai kesalahan letak janin, bagian
terbawah janin belum turun, pemeriksaan USG, evaluasi letak dan posisi plasenta., posisi,
presentasi, umur, tanda-tanda kehidupan janin, transabdominal ultrasonography.
7. Upaya pencegahan perdarahan trimester I, II, III
Pencegahan Abortus
Memeriksakan kehamilan secara teratur ke dokter, menjaga jarak kehamilan yang satu dengan
kehamilan berikutnya, tidak mengkonsumsi obat secara sembarangan, istirahat cukup dan batasi
aktivitas fisik berlebihan, hindari stress.
Pencegahan Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik tidak bisa dicegah sepenuhnya. Agar terhindar dari kondisi ini, penderita
harus menghindari atau mengurangi faktor risikonya. Contohnya adalah dengan menjalani tes
darah dan USG sebagai pendeteksian awal atau memantau perkembangan kehamilan. Terutama
bagi wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik.
Pencegahan Plasenta Previa
Multiparitas, merupakan salah satu factor penyebab bisa terjadinya plasenta previa. Usia ibu
tidak boleh lebih dari 35 tahun karena merupakan salah satu factor penyebab bisa terjadinya
plasenta previa, mengetahui riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya, mengetahui
Riwayat pembedahan rahim, termasuk seksio sesaria (risiko meningkat seiring peningkatan
jumlah seksio sesaria), USG dapat mengetahui hamil tunggal atau ganda (ukuran plasenta lebih
besar pada kehamilan ganda)., tidak merokok (kemungkinan plasenta berukuran lebih besar
karena rokok).
Pencegahan Solutio Plasenta
Batasi asupan kafein, berhenti merokok, harus mendapatkan perawatan kehamilan ( ANC )
secara rutin, jauhkan diri dari alkohol
8. Penatalaksanaan perdarahan trimester I, II, III
Abortus
Pada abortus insipiens dan abortus inkompletus, bila ada tanda-tanda syok maka diatasi dulu
dengan pemberian cairan dan transfuse darah. Kemudian, jaringan dikeluarkan secepat
mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu, beri obat-obat uterotonika dan
antibiotika. Pada keadaan abortus kompletus dimana seluruh hasil konsepsi dikeluarkan
(desidua dan fetus), sehingga rongga rahim kosong, terapi yang diberikan hanya uterotonika.
Untuk abortus tertunda, obat diberi dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua
dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil, dilatasi dan kuretase dilakukan. Histerotomia anterior
juga dapat dilakukan dan pada penderita, diberikan tonika dan antibiotika. Pengobatan pada
kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada
konsepsi daripada sesudahnya. Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau
dihentikan. Pada serviks inkompeten, terapinya adalah operatif yaitu operasi Shirodkar atau
McDonald (Mochtar, 1998).
Plasenta Previa
Jika perdarahan terjadi sebelum 36minggu atau TBJ belum mencapai 2500 gram dan persalinan
belum mulai, persalinan dapat ditunda sampai janin dapat hidup di luar kandungan. Rujuk
segera pasien ke rumah sakit
Solutio Plasenta
Transfusi darah, pemecahan ketuban, infus Oksitosin, sectio caesarea jika perlu.
Ruptur Uterii
Penanganan ruptura uteri memerlukan tindakan spesialistis dan hanya mungkin dilakukan di
rumah sakit dengan fasilitas transfusi darah. Sikap bidan kalau menerima kiriman penderita
dengan ruptura uteri di pedesaan adalah melakukan observasi saat menolong persalinan
sehingga dapat melakukan rujukan bila terjadi ruptura uteri mengancam atau membakat. Oleh
karena itu, kerja sama dengan dokter puskesmas atau dokter keluarga sangat penting.
9. Asuhan Kebidanan perdarahan trimester I, II, III
Asuhan kebidanan perdarahan trimester I, II dan III
Sebagai seorang bidan, perlu melakukan manajemen varney. Penanganan segera yang dapat
dilakukan oleh bidan adalah pemasangan infus, perbaikan kondisi ibu yang cemas, rujukan ke
Puskesmas PONED dan Rumah Sakit PONEK.
10. Persiapan rujukan perdarahan trimester I, II, III
Proses rujukan pasien abortus
Menentukan kegawatdaruratan penderita, menentukan tempat rujukan, memberikan informasi
kepada penderita dan keluarga, mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju,
menghubungi rumah sakit yang dituju bahwa akan ada pasien abortus inkomplit yang dirujuk
kesana, meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan selama dalam perjalanan ke rumah sakit,
melakukan persiapan sesuai dengan BAKSOKUDA :
Proses rujukan kehamilan ektopik
Menentukan kegawatdaruratan penderita, menentukan tempat rujukan, memberikan informasi
kepada penderita dan keluarga, mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju,
menghubungi rumah sakit yang dituju bahwa akan ada pasien yang diduga mengalami kehamilan
ektopik yang akan dirujuk dan ditangani disana., meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan
selama dalam perjalanan ke rumah sakit (contoh :, memberikan cairan infus untuk menjaga
kestabilan ibu)., melakukan persiapan sesuai dengan BAKSOKUDA .
Proses rujukan Plasenta Previa
Sebelum dirujuk anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri, tidak
melakukan senggama, menghidari peningkatan tekanan rongga perut (misal batuk, mengedan
karena sulit buang air besar). Pasang infus NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, beri cairal
peroral, pantau tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15 manit
untuk mendeteksi adanya hipotensi atau syok akibat perdarahan. Pantau pula BJJ
dan pergerakan janin.Bila terjadi renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan transfusi
darah bila tidakteratasi, upaya penyelamatan optimal, bila teratasi, perhatikan usia
kehamilan.Penanganan di RS dilakukan berdasarkan usia kehamilan. Bila terdapatrenjatan, usia
gestasi kurang dari 37 minggu, taksiran Berat Janin kurang dari 2500g, maka : Bila perdarahan
sedikit, rawat sampai sia kehamilan 37 minggu,lalu lakukan mobilisasi bertahap, beri
kortikosteroid 12 mg IV/hari selama 3hari. Dan bila perdarahan berulang, lakukan PDMO
kolaborasi (Pemeriksaan Dalam Di atas Meja Operasi), bila ada kontraksi tangani seperti
kehamilan preterm. Bila tidak ada renjatan usia gestasi 37 minggu atau lebih, taksiran berat janin
2500g atau lebih lakukan PDMO, bila ternyata plasenta previa lakukan persalinan
perabdominam, bila bukan usahakan partus pervaginam.
Proses rujukan dengan molahidatidosa
Menentukan kegawatdaruratan penderita, menentukan tempat rujukan, memberikan informasi
kepada penderita dan keluarga, mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju,
melakukan persiapan sesuai dengan BAKSOKUDA.
Proses rujukan solutio plasenta
Melakukan transfusi darah segar jika terjadi perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi) lakukan
persalinan segera.Seksio caesarea dilakukan jika:Janin hidup, gawat janin tetapi persalinan
pervaginam tidak dapat dilaksanakan dengan segera (pembukaan belum lengkap). Janin mati
tetapi kondisi serviks tidak memungkinkan persalinan pervaginam dapat berlangsung dalam
waktu singkatPersiapan, cukup dilakukan penanggulangan awal dan segera lahirkan bayi karena
operasi merupakan satu-satunya cara efektif untuk menghentikan perdarahan.

MODUL 2

SKENARIO 2 : WASPADAI CAIRAN BERWARNA MERAH

Ny.Vina G4P2A1, umur 34 tahun, usia kehamilan 17 minggu, seorang petugas kebersihan datang ke
PMB untuk memeriksakan kehamilannya. Ny. Vina sudah 3 tahun terakhir memiliki kebiasaan merokok
dan alkohol. Ny. Vina mengeluhkan mula muntah dan nyeri perut hampir sama seperti kehamilan
sebelumnya. Ny. Via juga berbagi cerita dengan keluhannya kepada rekan kerjanya, namun menurut
pengetahuan teman-temannya keluhan itu merupakan hal yang biasa terjadi pada ibu hamil. Kemudian
bidan melakukan pemeriksaan dan menginformasikan kepada Ny.Vina untuk istirahat yang cukup dan
memberikan terapi tablet Fe untuk mencegah anemia.

Bidan memberikan konseling kepada Ny.Vina bahwa keluhan yang dialaminya dan rekan kerjanya
disebabkan oleh karena invasi trofoblast yang terlalu dalam dan atau ketidaksiapan dari endometrium
pada saat terjadinya implantasi hasil konsepsi. Ny. Via merasa senang dan lega dengan penjelasan bidan.
Hasil pemeriksaan diperoleh tidak ada nyeri lepas, pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan dimeja
operasi. Bidan menginformasikan bahwa Ny. Vina tetap waspada pada kehamilan trimester III terjadinya
perdarahan seperti solutio plasenta dan plasenta previa. Apabila terjadi maka Ny. Vina segera ke
pelayanan kesehatan.

Bidan menganjurkan ibu agar berhenti merokok dan alkohol untuk menjaga kesehatan janin yag
dikandungnya dan mengurangi pekerjaan yang terlalu berat mengingat pekerjaan ibu adalah petugas
kebersihan, apabila ibu merasa lelah segera istirahat dan jangan dipaksakan untuk bekerja. Bidan juga
menginformasikan kepada Ny.Vima tentang kebutuhan nutrisi selama kehamilan dengan menggunakan
alat peraga makanan, sehingga Ny.Vina mudah memahaminya.

Bagaimanakah saudara menjelaskan tentang skenario diatas?


DAFTAR PUSTAKA

Hadijanto B. Perdarahan pada Kehamilan Muda. Dalam Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan.Jakarta: PT


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2010; 459-90

Cunningham FG. 2006.Obstetri William Vol. 1. Jakarta: EGC. pp:685-704

Prawirohardjo S. Kuldosentesis. Dalam Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan - Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.2006

Mochtar R. Komplikasi Akibat Langsung Kehamilan. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi.
Edisi 2. Jakarta: EGC.l998; 209-45

Sinclair C. Buku saku kebidanan. Jakarta: EGC; 2009

Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2007: p. 483-96.

T
STEP IV
SKEMA

Pola Hidup Kehamilan Klasifikasi Usia Kehamilan

Merokok dan alkohol Trimester I Trimester II Trimester III

Resiko terhadap kehamilan Abortus Plasenta Previa

Molahidatidosa Solutio Plasenta


dll dll

Janin Ibu

Penyakit jantung Penanganan


Hipertensi Perdarahan
Kelainan otak

Cacat bawaan Askeb Tatalaksana Rujuk

Anda mungkin juga menyukai