Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ibu yang baru saja mengalami proses reproduksi sangat membutuhkan dukungan
psikologis dari orang-orang terdekatnya. Kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat dapat
menyebabkan penurunan psikologis yang akan menyebabkan ibu menjadi depresi.
Depresi biasanya terjadi saat stress yang dialami oleh seseorang tidak kunjung reda, dan
depresi yang dialami berkorelasi dengan kejadian dramatis yang baru saja terjadi atau menimpa
seseorang. Penyebab depresi bisa dilihat dari faktor biologis (seperti misalnya karena sakit,
pengaruh hormonal, depresi pasca-melahirkan, penurunan berat yang drastis) dan faktor
psikososial (misalnya konflik individual atau interpersonal, masalah eksistensi, masalah
kepribadian, masalah keluarga).
Depresi post partum merupakan efek lebih lanjut dari post partum blues yang tidak
ditangani dengan baik.
Angka kejadian depresi postpartum di Asia cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 26-
85% (Iskandar, 2007), sedangkan di Indonesia angka kejadian depresi postpartum antara 50-70%
dari wanita pasca persalinan (Hidayat, 2007).

1.2.Rumusan Masalah
a. Apa itu depresi post partum?
b. Apa etiologi depresi post partum?
c. Apa patofisiologi depresi post partum?
d. Bagaimana tanda dan gejala depresi post partum?
e. Bagaimana prognosis depresi post partum?
f. Bagaimana komplikasi depresi post partum?
g. Bagaimana penatalaksanaan depresi post partum?

1.3.Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian depresi post partum.
b. Untuk mengetahui etiologi depresi post partum.

1
c. Untuk mengetahui patofisiologi depresi post partum.
d. Untuk mengetahui tanda dan gejala depresi post partum.
e. Untuk mengetahui prognosis depresi post partum.
f. Untuk mengetahui komplikasi depresi post partum.
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan depresi post partum.

1.4. Manfaat
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pembaca untuk memahami
dan mengetahui tentang proses masa nifas dan asuhan yang diberikan untuk ibu yang mengalami
proses masa nifas yang patologis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian depresi post partum


Trisna (Hadi, 2004), menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu atau
sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai dari perasaan
murung sedikit sampai pada keadaan tidak berdaya. Individu yakin tidak melakukan apa pun
untuk mengubahnya dan merasa bahwa respon apa pun yang dilakukan tidak akan berpengaruh
pada hasil yang muncul.
Clydde (Regina dkk, 2001), bentuk gangguan postpartum yang umum adalah depresi,
mudah marah dan terutama mudah frustasi serta emosional.
Gangguan mood selama periode postpartum merupakan salah satu gangguan yang paling sering
terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara. Menurut DSM-IV, gangguan pascasalin
diklasifikasikan dalam 3 tipe yaitu:
1. Baby blues
Merupakan bentuk yang paling ringan dan berlangsung hanya beberapa hari saja. Gejala
berupa perasaan sedih, gelisah, seringkali uring-uringan dan khawatir tanpa alasan yang
jelas. Tahapan baby blues ini hanya berlangsung dalam waktu beberapa hari saja. Pelan-
pelan si ibu dapat pulih kembali dan mulai bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan
barunya.
2. Depresi post partum
Bentuk yang satu ini lumayan agak berat tingkat keparahannya yang membedakan ibu
tidak bisa tidur atau sulit untuk tidur. Dapat terjadi dua minggu sampai setahun setelah
melahirkan
3. Psychosis post partum
Jenis ini adalah yang paling parah. Ibu dapat mengalami halusinasi, memiliki keinginan
untuk bunuh diri. Tak saja psikis si ibu yang nantinya jadi tergantung secara
keseluruhan.

2.2. Etiologi depresi post partum

3
Disebabkan karena gangguan hormonal. Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi post
partum adalah prolaktin, steroid dan progesterone. Pitt mengemukakan 4 faktor penyebab depresi
post partum:
1. Faktor konstitusional
Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri pasien yang
meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada komplikasi dari kehamilan dan
persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita primipara. Wanita primipara
lebih umum menderita blues karena setelah melahirkan wanita primipara berada dalam
proses adaptasi, kalau dulu hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak
paham perannya ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.
2. Faktor fisik
Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental selama 2
minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan kelahiran pertama
merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis setelah melahirkan dan periode
laten selama dua hari diantara kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini sangat
berpengaruh pada keseimbangan. Kadang progesteron naik dan estrogen yang menurun
secara cepat setelah melahirkan merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.
3. Faktor psikologi
Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir kehamilan menjadi dua
individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologis individu. Klaus dan
Kennel mengindikasikan pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk
memulai hubungan baik antara ibu dan anak.
4. Faktor sosial dan karateristik ibu
Paykel mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak memadai lebih sering menimbulkan
depresi pada ibu – ibu, selain kurangnya dukungan dalam perkawinan.

2.3. Patofisiologi Depresi Postpartum


Menurut Kruckman menyatakan terjadinya depresi pascasalin dipengaruhi oleh faktor :
1. Biologis

4
Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadar hormon seperti
estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam masa nifas atau
mungkin perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat.
2. Karakteristik ibu, yang meliputi :
 Faktor umur
Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang perempuan untuk
melahirkan pada usia antara 20–30 tahun, dan hal ini mendukung masalah periode yang optimal
bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan
dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi
seorang ibu.
 Faktor pengalaman
Beberapa penelitian diantaranya adalah pnelitian yang dilakukan oleh Paykel dan Inwood
(Regina dkk, 2001) mengatakan bahwa depresi pascasalin ini lebih banyak ditemukan pada
perempuan primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan
bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Le Masters yang melibatkan suami istri muda dari kelas
sosial menengah mengajukan hipotesis bahwa 83% dari mereka mengalami krisis setelah
kelahiran bayi pertama.
 Faktor pendidikan
Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara
tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan aktivitasnya
diluar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak–anak
mereka.
 Faktor selama proses persalinan.
Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang digunakan selama proses
persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan
semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan
akan menghadapi depresi pascasalin.
 Faktor dukungan social
Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan pascasalin, beban
seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.

5
2.4. Tanda dan Gejala Depresi Postpartum
Gejala yang menonjol dalam depresi post partum adalah trias depresi yaitu:
1. Berkurangnya energi
2. Penurunan efek
3. Hilang minat (anhedonia)

Ling dan Duff mengatakan bahwa gejala depresi post partum yang dialami 60% wanita
mempunyai karateristik dan spesifik antara lain:
1. Trauma terhadap intervensi medis yang terjadi
2. Kelelahan dan perubahan mood
3. Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
4. Tidak mau berhubungan dengan orang lain
5. tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.

2.5. Prognosis Depresi Postpartum


Identifikasi dan intervensi secara dini prognosenya pada wanita yang mengalami depresi
postpartum adalah baik. Beberapa kasus yang pernah dilaporkan tertangani dengan baik jika efek
depresi post partum ini diketahui sejak awal. Pencegahan yang paling utama adalah informasi
tentang faktor resiko terjadinya depresi postpartum di masyarakat sebagai nilai penting untuk
mencegah terjadinya depresi ini. Skrining awal terjadinya depresi postpartum ini dapat diketahui
saat ibu membawa bayinya pada tempat pelayanan kesehatan untuk dilakukan imunisasi
sehingga pencegahan terjadinya depresi postpartum dan depresi secara umum dapat dihindari.

2.6. Komplikasi Depresi Postpartum


1. Gangguan jiwa dapat meliputi munculnya gejala:
 Waham
 Halusinasi
 Kerusakan psikoafektif
2. Risiko bunuh diri/mencederai diri
3. Risiko mencederai anak

6
2.7. Tatalaksana Depresi Postpartum
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga harus
memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat sedang
sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
1. Beristirahat dengan baik
2. Berolahraga yang ringan
3. Berbagi cerita dengan orang lain
4. Bersikap fleksible
5. Bergabung dengan orang-oarang baru
6. Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis

Ada cara-cara menghidari atau mengatasi depresi :


1. Batasi pengunjung jika kehadiran mereka ternyata malah mengganggu waktu istirahat.
2. Untuk sementara waktu hindari komsumsi coklat atau gula dalam jumlah yang berlebihan
karena dapat menjadi bahan pemicu depresi
3. Perbanyak mendengar musik favorit anda agar anda dapat merasa lebih rileks disarankan
musik-musik yang menenangkan
4. Lakukan olahraga atau latihan ringan, cara ini selain ampuh dalam mengurangi depresi,
tapi juga dapat membantu mengembalikan bentuk tubuh
5. Sesekali berpergianlah agar anda tak merasa bosan, karena berada di rumah
6. Dukungan yang suportif dari suami dan anggota keluarga lainnya sangat berpengaruh
bagi keadaan psikis ibu.

Ada dua macam perawatan depresi :


1. Terapi bicara
Adalah sesi bicara dengan terapi, psikologi atau pekerja sosial untuk mengubah apa yang
difikir, rasa dan lakukan oleh penderita akibat menderita depresi.
2. Obat medis
Obat anti depresi yang diresepkan oleh dokter, sebelum mengkonsumsi obat anti depresi,
sebaiknya didiskusikan benar obat mana yang tepat dan aman bagi bayi untuk dikonsumsi
oleh ibu hamil atau ibu menyusui.

Penatalaksanaan
1. Dapat riwayat kesehatan selama priode antepartum untuk mengidentifikasi resiko
potensial terjadi depresi postpartum
2. Atur konseling selama periode antepartum pada klien yang beresiko
3. Bantuan klien untuk mengatur mekanisme dukungan yang baik selama periode
antepartum jika dia ditanyakan beresiko terhadap depresi post partum
4. Dapatkan riwayat kesehatan post partum yang akurat termasuk demografi, informasi
mengenai dukungan dan bantuan dirumah
5. Kaji proses hubungan ibu dan anak
6. Tawarkan dukungan, dorongan dan bantuan kepada klien untuk memahami bahwa
perasaan depresi dalam beberapa hari setelah melahirkan adalah normal
7. Peningkatan klien bahwa jika depresinya berlanjut lebih dari beberapa hari dia harus
berkonsultasi
8. Atur konseling selanjutnya jika klien yang memperlihatkan tanda depresi berlanjut.

7
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Kasus
Ny Fani yang berumur 25 tahun datang kerumah bidan dengan suaminya untuk
memeriksakan kondisinya saat ini. Suami mengatakan bahwa istrinya merasa lemah dan tak
berdaya serta merasa tidak sanggup untuk merawat anaknya, seakan akan terasa semuanya tidak
menyukainya dan ibu juga mengeluhkan rasa tidak nyaman pada daerah kemaluannya.

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.FANI P1H0A0


POSTPARTUM 6 HARI DI BPM KASIH BUNDA

Tanggal : 3 November 2016


Pukul : 13.00 WIB
Pengkaji : Nola
A. Subjektif
1. Biodata

Istri : Ny. Fani Sari Suami : Tn.Ali Khatib


Umur : 25 tahun Umur : 30 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
No.telp/HP : 085272950042 No.telp/HP : 081377689099
Alamat : Purus dalam No 3B Alamat : Purus dalam No 3B

2. Anamnesis
 1. Alasan ibu berkunjung : Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya
Keluhan utama : Ibu mengatakan bahwa ia merasa lemah dan tak berdaya serta merasa
tidak sanggup untuk merawat anaknya, seakan akan terasa semuanya tidak menyukainya dan
ibu juga mengeluhkan rasa tidak nyaman pada daerah kemaluannya

8
3. Riwayat menstruasi :
 Menarche : 12 tahun
 Siklus : 28 hari
 Banyaknya : 3x ganti pembalut
 Lamanya : 6 hari
 Sifat darah : normal
 Teratur/tidak : teratur
 Dismenorhoe : hari pertama

4. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu


Ibu mengatakan ini adalah kehamilan pertama

Persalinan Komplikasi Bayi Nifas


N Tgl Peno
Usia PB/B perdar
o lahir Jenis Tempat Ibu Bayi long Keadaan Laktasi
(mg) B/JK ahan
28 48
okyo 39 nor Bida cm,
1 RS - - baik 250 cc
ber mg mal n 38,2
2016 kg/ lk
2

5. Riwayat Imunisasi TT sebelumya :


- TT 1 : imunisasi catin
- TT 2 : 15 Februari 2016 di BPM N
- TT 3 : 27 Mei 2016 di BPM N
6. Riwayat kehamilan

 Kehamilan ke - :2

 HPHT : 8 Maret 2016

 Usia kehamilan : 37 minggu

 Kunjungan ANC :

9
 TM I : 1 kali ( 22 April 2016 di BPM Ayu)

 TM II : 1 kali ( 22 Juni 2016 di BPM Ayu)

 TM III : 2 kali ( 15 September 2016 di BPM Ayu, 29 Oktober 2016 di


BPM Ayu)

 Keluhan selama hamil

 TM I : Mual Terapi : tidak ada

 TM II : Kram kaki Terapi : tidak ada

 TM III : Susah BAB Terapi : tidak ada

 Pergerakan janin pertama kali : UK 18 minggu

7. Riwayat Natal (Persalinan)

• Persalinan ke : 2

• Penolong : Bidan Nola

• Jenis : Spontan

• Tempat : BPM N

• Penyulit : Tidak ada

• Lamanya

 Kala I : 13 jam, normal dengan pengeluaran bloody show

 Kala II : 1,5 jam dengan perdarahan 100 cc, BB 3400 gr, PB 48


cm, laki-laki, APGAR 7/8

 Kala III : 15 menit, dengan plasenta lahir lengkap, berat 500


gr, kotiledon 19, perdarahan 100 cc

10
 Kala IV : keadaan jalan lahir laserasi derajat 1, perdarahan
100 cc

• Ketuban : Pecah Spontan

• Episiotomi : Tidak dilakukan

8. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular(HIV/AIDS, hepatitis dan TBC),
menurun (Diabetes Melitus(DM), jantung, hipertensi dan asma) dan penyakit menahun (paru-
paru, ginjal dan jantung).
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular (HIV/AIDS, hepatitis dan TBC),
menurun (Diabetes Melitus(DM), jantung, hipertensi dan asma) dan penyakit menahun (paru-
paru, ginjal dan jantung).
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dari pihak ibu ataupun suami tidak ada yang menderita penyakit Diabetes
Miletus (DM), hepatitis, hipertensi dan jantung.
d. Alergi obat
Ibu mengatakan tidak ada alergi terhadap obat apapun.
a. Riwayat Keturunan Kembar
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat keturunan kembar

1. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari


a. Nutrisi
• Makan
• Frekuensi : 2x / hari
• Jenis : ½ piring sedang nasi, 1 mangkuk sayur, 1 potong lauk, 2-3 buah
• Porsi : 1 piring nasi sedang
• Pantangan : tidak ada
• Terakhir : jam 10.00 WIB

• Minum

11
• Frekuensi : 10 – 12 gelas/ hari

• Jenis : air putih, susu

• Pantangan : tidak ada

• Terakhir : jam 10.15 WIB

• Istirahat dan tidur


• Siang hari : 1 jam
• Malam hari : 3 jam
• Keluhan : suami mengatakan istrinya sulit untuk tenang dalam tidur
• Eliminasi
• BAK : frekuensi 4 kali, warna kuning jernih, sulit untuk BAK karena nyeri
luka perineum
• BAB : frekuensi 1 kali, warna kuning kuning, konsistensi lembek, tidak
ada keluhan
• Personal Hygiene
• Mandi : 1x/hari
• Gosok gigi : 1x/hari
• Keramas : 1x/minggu
• Ganti baju : 1x/hari
• Ganti celana dalam : 1x/hari
• Ganti pembalut : 2x/hari
2. Data Psikososiokultural
Status perkawinan
 Kawin : 1x
 Umur menikah : Istri : 24 tahun suami : 26 tahun
 Lama perkawinan : 1 tahun
 Status : Sah

Pola Kebiasaan – kebiasaan yang merugikan

 Suami mengatakan istrinya tidak pernah minum jamu dan obat-obatan

12
 Suami mengatakan istrinya tidak pernah minum minuman ber alkohol
 Suami mengatakan istrinya tidak pernah merokok
 Suami megatakan istrinya tidak mau untuk menyusui bayinya dan istrinya sering
mengurung diri dikamar sendirian

B. Data Subjektif
1. Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : Apatis
 Tanda-tanda vital :
• TD : 120/80 mmHg
• Suhu : 370C
• Nadi : 85 kali/menit.
• RR : 24 kali/menit.
 Pengukuran
• BB sebelum hamil : 50 kg
• BB sekarang : 56 kg
• TB : 158 cm
• LiLA : 25 cm

2. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

 Kepala : rambut bersih, warna hitam, tidak ada ketombe dan tidak ada
benjolan.

 Wajah : tidak pucat, tidak ada edema, tidak ada closama gravidarum

 Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih.

 Telinga : bersih, tidak ada serumen

 Hidung : tidak ada sekret, tidak polip

13
 Mulut : mukosa bibir lembab, bibir pucat, tidak ada caries, gigi lengkap,
gusi tidak berdarah

 Dada : hiperpigmentasi areola mamae, tidak ada massa / benjolan,


papilla menonjol, ASI keluar

 Abdomen : tidak ada bekas jahitan SC, ada linea nigra, ada striae gravidarum

 Genitalia : tidak ada oedema, tidak ada varises, terdapat lochea purulenta.

 Anus : tidak ada hemoroid

Palpasi

 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid atau limfe

 Abdomen : TFU pertengahan pusat - simpisis, kontraksi baik, kandung


kemih tidak penuh

 Ekstrimitas : tidak ada oedema, tidak ada varises

Perkusi

 Refleks patela : refleks patella kanan dan kiri (+) / (+)

3. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium :

• Hb : 11 gr/dl • Protein urin : (-)

• Gol.darah : B • Glukosa urin : (-)

C.ASSESMENT

Diagnosa : Ny. F P1A0H2 6 hari Postpartum dengan depresi postpartum


Masalah : kebutuhan ASI bayi, hygiene
Diagnosa Potensial : Psikosis postpartum dan infeksi post partum
Tindakan segera : Rujukan

14
D.Planning
Tanggal : 3 November 2016
Pukul : 13.50 WIB
 Beritahu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
 Minta keluarga untuk terus mendampingi ibu dan menenangkan ibu
 Lakukan rujukan dan kolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan serta
psikiater

15
Hari/Tanggal Catatan Pelaksanaan Asuhan Paraf
Kamis/ 3 1. Memberitahu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, bahwa ibu
November saat ini harus bersabar dan bersemangat dengan kondisi yang
2016 tidak normal yaitu ibu mengalami perdarahan post partum
Jam 14.00 primer dan ibu akan segera dilakukan rujukan agar perdarahan
WIB dan kondisi ibu bisa ditindak lanjuti oleh dokter.
Evaluasi : Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan yang telah
dijelaskan bidan dan ibu kelihatan cemas dan terlihat takut

2. Memberitahu suami dan keluarga untuk memberi dukungan pada


ibu seperti terus memotivasi ibu agar ibu merasa bahagia dan
bersemanagat
Evaluasi : keluarga bersedia mendampingi ibu

3. Menganjurkan ibu untuk dirujuk ke dokter spesialis kebidanan


untuk penanganan lebih lanjut. lakukan persiapan rujukan seperti
informed consent dengan ibu dan suami serta surat – surat atau
dokumen yang diperlukan dalam rujukan
Evaluasi : suami bersedia dirujuk, persiapan rujukan telah
dilakukan

16
BAB IV
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa depresi postpartum adalah suatu keadaan
pada ibu pascasalin yang akan mengakibatkan banyak komplikasi, seperti hygiene ibu yang tidak
terjaga dan kebutuhan bayi tidak tercukupi

4.2. Saran
Bidan dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan kebidanan harus sesuai
standar manajemen kebidanan, sehingga masalah yang dihadapi klien dapat teratasi.

Klien hendaknya bersifat kooperatif dengan tenaga kesehatan dan mengikuti segala saran
dan nasehat dari tenaga kesehatan.

17
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Bagian obstetri & Ginekologi FK UNPAD. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung : Eleman

Cunningham dkk. 2009. Obstetri Williams. Jakarta: EGC

Llwellyn Jones, Derek.(2011). Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta. EGC

Prawirohardjo,sarwono.2014.Ilmu Kebidanan.Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

18

Anda mungkin juga menyukai