Disusun Oleh :
1. Fatimah Nur Rahma (B1301053)
2. Novi Asih Purnama Sari (B1301077)
3. Yuni Mularsih (B1301134)
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Pembimbing,
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing,
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah–Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan
laporan “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Patologis Ny.S Umur 29 Tahun
G1P0A0 Umur Kehamilan 41 Minggu dengan Anansephal dan Posterm di Ruang
VK RSUD Banyumas”.
Asuhan Kebidanan pada Ibu bersalin Patologis ini disusun untuk
memenuhi laporan kelompok PKK II Program Studi Diploma III Kebidanan di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
Penyusunan laporan ini tidak akan berjalan dengan baik dan lancar tanpa
bantuan dari segenap pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, Kami ucapkan terima kasih Kepada:
1. M.Madhan Anis,S.KepNs, selaku Ketua STIKES Muhamadiyah Gombong.
2. Hastin Ika I., S. SiT., MPH, selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan.
3. Dyah Puji Astuti, S.SiT., MPH, selaku Koordinator Patologi Kebidanan.
4. Eti Sulastri, S. SiT, selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. dr. Gempol Suwandono, MM, selaku Direktur RSUD Banyumas.
6. Supriyatin,S.ST, selaku Kepala Ruang Bersalin / VK
7. Cahyani, Amd. Keb., selaku Dosen Pembimbing Klinik RSUD Banyumas.
8. Serta semua pihak yang turut membantu terselesaikannya laporan ini yang
tidak dapat kami sebutkan satu per-satu.
Demikianlah laporan ini kami buat semoga dapat bermanfaat, kami minta
maaf apabila dalam penulisan makalah ini banyak kesalahan dan kekurangan.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anencephaly adalah kecacatan lahir bawaan (dari kata
Latin congenitus “terlahir dengan”). Anencephaly terjadi pada tahap awal
terjadinya kehidupan di dalam kandungan. Arti kata anencephaly sendiri
adalah “tanpa adanya encephalon”, encephalon merupakan kumpulan pusat
saraf otak. Pengartiannya ini tidak sepenuhnya benar. Walaupun seorang bayi
anencephaly dilahirkan tanpa kulit kepala, tempurung kepala vault of
cranium, meninges, hemisphere otak dan cerebellum, biasanya bayi terlahir
dengan sebagian batang otak cerebral trunk, brainstem (Müller 1991).
Hampir 75% bayi anencephaly yang lahir pada waktunya, selamat pada
saat persalinan. Harapan hidup untuk bayi yang selamat setelah lahir hanyalah
beberapa jam atau beberapa hari saja (Jaquier 2006). Kira-kira 20% bayi
anencephaly menderita kecacatan bawaan lainnya (Botto 1999).
Sekitar satu anak setiap 1000 kelahiran (Eropa Tengah), (catatan
redaksi: menurut laporan Kompas tertanggal 30.Januari 2009, di Indonesia
diperkirakan angka rata-rata ini lebih tinggi). Tingkat rata-rata ini dapat
berubah-ubah tergantung populasinya (Sadler, T.W. 2005).
Anencephaly tergolong rumpun cacat bumbung saraf atau neural tube
defect (NTD). Cacat bumbung saraf ini merupakan cacat bawaan pada
pembentukan yang terjadi antara 20 sampai 28 hari setelah pembuahaan sel
telur (Sadler 1998). Sel-sel plat saraf (neural plate) membentuk sistim saraf
pada janin. Pada pertumbuhan yang normal, sel-sel tersebut saling melipat
satu sama lainnya untuk membentuk yang dinamakan bumbung atau tabung
saraf (neural tube), yang selanjutnya membentuk menjadi tulang punggung
dan urat sarafnya. Setelah beberapa transformasi (perubahan bentuk), kutup
utama (superior pole) akhirnya terbentuk menjadi otak. Pada kasus NTD,
bumbung saraf ini gagal menutup secara sempurna. Anencephaly terjadi bila
1
2
ujung tabung saraf ini gagal menutup. Janin dengan penyakit ini terlahir tanpa
kulit kepala atau cerebellum. Juga tanpa meninges, kedua belah hemisphere
otak dan tempurung kepala (vault of cranium), akan tetapi bagian dari batang
otak biasanya tetap ada. Sisa jaringan otak terlindung oleh selaput yang tipis
saja. Kemungkinan bayinya buta dan tidak ada pergerakan reflek atau hanya
beberapa saja yang berfungsi. Kira-kira ¼ bayi anencephaly meninggal pada
saat dia dilahirkan, sedangkan yang selamat pada saat dilahirkan dapat
bertahan hidup selama beberapa jam atau beberapa hari (Jaquier 2006).
Sebab anencephaly masih belum diketahui dengan pasti. Ada
kemungkinan disebabkan oleh gabungan faktor genetis (keturunan) dan
pengaruh lingkungan (Sadler 2005).
Yang telah diketahui adalah, bahwa dengan mengkonsumsi tambahan
vitamin asam folat (folic acid ) kemungkinan akan terjadinya bayi
anencephaly dapat dikurangi. Beberapa obat-obatan (pil KB, valproic acid,
obat antimetabolik dll.) dapat menurunkan kadar asam folat dalam tubuh kita,
dengan demikian dapat meningkatkan risiko akan bayi yang dikandung
menderita anencephaly (Sadler, 2005).
25% bayi anencephaly yang bertahan hidup sampai berakhirnya
kehamilan, meninggal pada saat persalinan; 50% mempunyai harapan hidup
dari beberapa menit sampai dengan 1 hari; 25% lainnya dapat bertahan hidup
sampai dengan 10 hari (Jaquier 2006).
Dengan pemaparan dari berbagai penelitian kasus dan teori yang ada,
penulis tertarik untuk mengambil judul ini karena permasalahan yang
kompleks dan ingin menambah pengetahuan tentang bersalin patologis. Serta
masih kurang adanya pembahasan lebih untuk kasus ini.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan
Ananchepalus.
3
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin
dengan Ananchepalus dan Posterm.
b. Dapat melakukan interpretasi Asuhan Kebidanan pada Ibu bersalin
dengan Ananchepalus dan Posterm.
c. Dapat menegakkan diagnosa Asuhan Kebidanan pada Ibu bersalin
ngan Ananchepalus dan Posterm.
d. Dapat melaksanakan tindakan yang telah direncanakan Asuhan
Kebidanan pada Ibu bersalin dengan Ananchepalus dan Posterm.
e. Dapat mengevaluasi Asuhan Kebidanan pada Ibu bersalin dengan
Ananchepalus dan Posterm.
C. Manfaat
Diharapkan studi khusus ini dapat bermanfaat bagi :
1. Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam Asuhan
Kebidanan pada Ibu Hamil dan Bersalin dengan Ananchepalus dan
Posterm Serta sebagai laporan kasus PKK II Kebidanan.
2. Bagi Profesi
Dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama pada ibu hamil
dan bersalin dengan Ananchepalus dan Posterm.
3. Bagi Institusi
a. Rumah Sakit
Hasil studi kasus ini diharapkan agar dapat memberikan manfaat bagi
RSUD Banyumas dalam meningkatkan mutu pelayanan terutama dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan Ananchepalus
dan posterm.
b. Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi referensi pembelajaran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Kehamilan Serotinus
1. Pengertian Kehamilan Serotinus
Kehamilan lewat waktu (Serotinus) adalah kehamilan melewati waktu
287 hari atau 41 minggu. Kehamilan lewat dari 41 minggu ini
didasarkan pada hitungan usia kehamilan (dengan rumus neagle),
menurut Anggarani (2007 : 83). Rumus neagle ini adalah untuk
menghitung tanggal kelahiran bayi yaitu (tanggal +7, bulan -3, tahun +1)
atau (tanggal +7, bulan +9, tahun +0) (Trihendradi 2010 : 1).
2. Etiologi Kehamilan Serotinus
Faktor yang menyebabkan kehamilan serotinus ini, menurut (Sujiyatini
2009 : 35).
a. Penurunan kadar estrogen pada kehamilan normal umumnya tinggi
b. Faktor hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun
kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap
oksitosin berkurang.
c. Faktor lain yaitu hereditas, karena post matur sering dijumpai
pada suatu keluarga tertentu.
d. Teori kortisol
e. Pemberi tanda untuk memulainnya persalinan adalah janin, diduga
akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol
janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron
berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh
terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan
janin seperti anasefalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya
kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak
diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat
bulan (Prawiroharjo 2009 : 687).
4
5
f. Saraf uterus
g. Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak ada
tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat
pendek dan bagian bawah masih tinggi diduga itu sebagai
penyebabnya.
3. Patofisiologi Kehamilan Serotinus
Menurut Wijayarini (2005 : 283), patofisiologi kehamilan serotinus
meliputi bayi yang sangat besar dan akan mengakibatkan trauma
lahir atau apabila bayinya kecil karena pada saat kehamilannya
kekurangan nutrisi dan akibat penuaan plasenta atau disfungsi
plasenta dan penurunan cairan amnion. Menurut Manuaba (2007 : 450),
patofiologi pada kehamilan serotinus adalah sebagai berikut :
a. Jika fungsi plasenta masih cukup baik dapat menyebabkan tumbuh
kembang janin berlangsung terus, sehingga berat badan terus
bertambah sekalipun lambat, dapat mencapai lebih dari 4.000-4.500
gram yang disebut makrosomia.
b. Jika fungsi plasenta telah mengalami disfungsi, sehingga tidak mampu
memberikan nutrisi dan oksigen yang cukup, akan terjadi sindrom
postmatur, dengan kriteria :
1) Bayi tampak tua
2) Kuku panjang
3) Lemak kulit berkurang sehingga menimbulkan keriput, terutama
ditelapak tangan dan kaki
4) Verniks kaseosanya telah hilang atau berkurang.
4. Klasifikasi Kehamilan Serotinus
Menurut Prawiroharjo (2009 : 691), klasifikasi pada bayi lewat bulan
adalah :
a. Stadium I yaitu kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan
terjadi maserasi seperti kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
6
yang dapat teraba jauh di dalam vagina posterior (sekitar 8-10 cm)
sebagai tonjolan tulang.
4) Konsistensi (Consistency) yaitu dalam primigravida leher rahim
perempuan biasanya lebih keras dan tahan terhadap peregangan,
seperti sebuah balon sebelumnya belum meningkat. Lebih jauh
lagi, pada wanita muda serviks lebih tangguh dari pada wanita yang
lebih tua
5) Posisi ostinum uteri (Position) yaitu posisi leher rahim perempuan
bervariasi antara individu. Sebagai anatomi vagina sebenarnya
menghadap ke bawah, anterior dan posterior lokasi relatif
menggambarkan batas atas dan bawah dari vagina. Posisi anterior
lebih baik sejajar dengan rahim, dan kare na itu memungkinkan
peningkatan kelahiran spontan.
9. Komplikasi dari Kehamilan Serotinus
Menurut Manuaba ( 2009 :125-126), komplikasi dari kehamilan serotinus
adalah sebagai berikut :
a. Ibu
1) Timbulnya rasa takut akibat terlambat melahirkan atau rasa
takut menjalani operasi yang mengakibatkan
2) Perdarahan post partum yaitu atonia uteri (karena janin besar atau
penggunaan oksitoksin).
b. Janin
1) Kematian janin (3 kali resiko pada kehamilan aterm) yaitu 30
% sebelum partus, 55 % intrapartum, 15 % post natal.
2) Gawat janin karena aspirasi mekoneum, hipoksia, kompresi tali
pusat
3) Kelainan letak seperti defleksi, oksiput posterior, distosia bahu,
trauma kepala janin.
4) Gangguan pembekuan darah.
9
i. Perlu kita sadari bahwa persalinan adalah saat paling berbahaya bagi
janin serotinus sehingga setiap persalinan kehamilan serotinus
harusdilakukan pengamatan ketat dan sebaiknya dilaksanakan di
rumah sakit.
B. Induksi Persalinan
1. Definisi Induksi Persalinan
Induksi persalinan adalah upaya menstimulasi uterus untuk memulai
terjadinya persalinan. Sedangkan augmentasi atau akselerasi persalinan
adalah meningkatkan frekuensi, lama, dan kekuatan kontraksi uterus dalam
persalinan (Saifuddin, 2002). Induksi dimaksudkan sebagai stimulasi
kontraksi sebelum mulai terjadi persalinan spontan, dengan atau tanpa
rupture membrane. Augmentasi merujuk pada stimulasi terhadap kontraksi
spontan yang dianggap tidak adekuat karena kegagalan dilatasi serviks dan
penurunan janin (Cunningham, 2013).
Induksi persalinan adalah upaya memulai persalinan dengan cara-
cara buatan sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan
merangsang timbulnya his (Sinclair, 2010). Secara umum induksi
persalinan adalah berbagai macam tindakan terhadap ibu hamil yang
belum inpartu, baik secara operatif maupun medisinal, untuk merangsang
timbulnya atau mempertahankan kontraksi rahim sehingga terjadi
persalinan. Atau dapat juga diartikan sebagai inisiasi persalinan secara
buatan setelah janin viable (Llewellyn, 2002).
2. Indikasi Induksi Persalinan
Induksi diindikasikan hanya untuk pasien yang kondisi kesehatannya atau
kesehatan janinnya berisiko jika kehamilan berlanjut. Induksi persalinan
mungkin diperlukan untuk menyelamatkan janin dari lingkungan intra
uteri yang potensial berbahaya pada kehamilan lanjut untuk berbagai
alasan atau karena kelanjutan kehamilan membahayakan ibu (Llewellyn,
2002). Adapun indikasi induksi persalinan yaitu ketuban pecah dini,
11
atau per vagina. Tablet ini lebih murah daripada PGE2dan stabil
pada suhu ruangan. Sekarang ini, prostaglandin E1 merupakan
prostaglandin pilihan untuk induksi persalinan atau aborsi pada
Parkland Hospital dan Birmingham Hospital di University of
Alabama. (Sinclair, 2010, Cunningham, 2013) Misoprostol oral
maupun vagina dapat digunakan untuk pematangan serviks atau
induksi persalinan. Dosis yang digunakan 25 – 50 μg dan
ditempatkan di dalam forniks posterior vagina. 100 μg misoprostol
per oral atau 25 μg misoprostol per vagina memiliki manfaat yang
serupa dengan oksitosin intravena untuk induksi persalinan pada
perempuan saat atau mendekati cukup bulan, baik dengan rupture
membrane kurang bulan maupun serviks yangbaik. Misoprostol
dapat dikaitkan dengan peningkatan angka hiperstimulasi, dan
dihubungkan dengan rupture uterus pada wanita yang memiliki
riwayat menjalani seksio sesaria. Selain itu induksi dengan PGE1,
mungkin terbukti tidak efektif dan memerlukan augmentasi lebih
lanjut dengan oksitosin, dengan catatan jangan berikan oksitosin
dalam 8 jam sesudah pemberian misoprostol. Karena itu, terdapat
pertimbangan mengenai risiko, biaya, dan kemudahan pemberian
kedua obat, namun keduanya cocok untuk induksi persalinan. Pada
augmentasi persalinan, hasil dari penelitian awal menunjukkan
bahwa misoprostol oral 75 μg yang diberikan dengan interval 4 jam
untuk maksimum dua dosis, aman dan efektif (Saifuddin, 2002,
Cunningham, 2013).
3) Pemberian oksitosin intravena
Tujuan induksi atau augmentasi adalah untuk menghasilkan
aktifitas uterus yang cukup untuk menghasilkan perubahan serviks
dan penurunan janin. Sejumlah regimen oksitosin untuk stimulasi
persalinan direkomendasikan oleh American College of
Obstetricians and Gynecologists (1999a).
16
d. Korioamnionitis
e. Preeklampsi
f. Hipertensi Gestasional
g. Insufisiensi Plasenta
h. Iufd dan PJT
i. Perdarahan Antepartum
j. Umbilical Abnormal Arteri
k. Doppler
8. Persyaratan Induksi Persalinan
a. Tidak ada disproporsi sefalopelvik (CPD).
b. Sebaiknya serviks uteri sudah matang, yakni serviks sudah
mendaftardan menipis.
c. Presentasi harus kepala, atau tidak terdapat kelainan letak janin.
d. Sebaiknya kepala janin sudah mulai turun kedalam rongga panggul.
9. Cara Mekanis Atautindakan
a. Kateter Transservikal (Kateter Foley)
b. Dilator Servikal Higroskopik
c. (Batang Laminaria)
d. Stripping membrane
e. Induksi Amniotomi
f. Stimulasi putting susu
g. Hubungan seksual
10. Cara Farmakologi atau Medisinal
a. Prostaglandin E2(PGE2)
b. Protaglandin E1(PGE1)
c. Donor Nitrit Oksida
d. Induksi Oksitosin Intravena
23
C. Ananchepalus
1. Pengertian
Annencephalus adalah suatu keadaan dimana sebagian besar tulang
tengkorak dan otak tidak terbentuk. Ancephalus adalah suatu kelainan
tabung saraf (suatu kelainan yang terjadi pada awal perkembangan janin
yang menyebabkan kerusakan pada jaringan pembentuk otak dan korda
spinalis).
Anensefalus terjadi jika tabung saraf sebelah atas gagal menutup,
tetapi penyebabnya yang pasti tidak diketahui. penelitian menunjukkan
kemungkinan anensefalus berhubungan dengan racun di lingkungan juga
kadar asam folat yang rendah dalam darah.
Anencephalus adalah kerusakan jaringan saraf pada janin sehingga
pembentukan tulang pelindung otak terganggu. Anencephaly biasanya
terjadi 23 dan 26 hari usia kehamilan.
2. Etiologi
Kebanyakan bayi yang lahir dengan kelainan bawaan memiliki orang
tua yang jelas-jelas tidak memiliki gangguan kesehatan maupun factor
resiko. Sebanyak 60% kasus kelainan bawaan penyebabnya tidak
diketahui, sisanya disebabkan oleh factor lingkungan atau genetic atau
kombinasi dari keduanya. Kelainan struktur atau kelainan metabolisme
terjadi akibat : hilangnya bagian tubuh tertentu, kelainan pembentukan
bagian tubuh tertentu, serta kelainan bawaan pada kimia tubuh. Kelainan
metabolisme biasanya berupa hilangnya enzim atau tidak sempurnanya
pembentukan enzim. Penyebab lain dari kelainan bawaan adalah
pemakaian alcohol oleh ibu hamil. Pemakaian alcohol oleh ibu hamil bisa
menyebabkan sindroma alcohol pada janin dan obat-obat tertentu yang
diminum oleh ibu hamil juga bisa menyebabkan kelainan bawaan.
Penyakit Rh, terjadi jika ibu dan bayi memiliki factor Rh yang berbeda
juga dapat meningkatkan kejadian kelainan bawaan pada bayi baru lahir.
24
terbentuk menjadi otak. Pada kasus NTD, bumbung saraf ini gagal
menutup secara sempurna.
Anencephaly terjadi bila ujung tabung saraf ini gagal menutup. Janin
dengan penyakit ini terlahir tanpa kulit kepala atau cerebellum. Juga tanpa
meninges, kedua belah hemisphere otak dan tempurung kepala (vault of
cranium), akan tetapi bagian dari batang otak biasanya tetap ada. Sisa
jaringan otak terlindung oleh selaput yang tipis saja. Kemungkinan
bayinya buta dan tidak ada pergerakan reflek atau hanya beberapa saja
yang berfungsi. Kira-kira ¼ bayi anencephaly meninggal pada saat dia
dilahirkan, sedangkan yang selamat pada saat dilahirkan dapat bertahan
hidup selama beberapa jam atau beberapa hari (Jaquier 2006).
4. Faktor Resiko
a. Faktor ibu usia resiko tinggi
b. Riwayat anencephalus pada kehamilan sebelumnya
c. Hamil dengan kadar asam folat rendah
d. Fenilketonuria pada ibu yang tidak terkontrol
e. Kekurangan gizi (malnutrisi)
f. Mengonsumsi alkohol selama masa kehamilan.
5. Tanda dan Gejala
a. Ibu
Polihidramnion (cairan ketuban di dalam rahim terlalu banyak)
b. Bayi
1) Tidak memiliki tulang tengkorak
2) Tidak memiliki otak (hemisfer serebri dan serebelum)
3) Kelainan pada gambaran wajah
4) Kelainan jantung
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar asam lemak dalam serum ibu hamil
b. Amniosentesis (untuk mengetahui adanya peningkatan kadar alfa-
fetoprotein)
27
dilihat dengan alat USG dengan sangat mudah. Jika seorang dokter yang
ahli melakukan scan pada umur kehamilan 16 minggu dan ternyata hasil
diagnosenya anencephaly, maka kemungkinan salah diagnose sangat kecil.
Sementara tes darah ibu yang hasil tingkat AFPnya tinggi hanya
menunjukkan bahwa ada risiko lebih tinggi bahwa bayinya memiliki
Trisomy 21 atau 18, atau NTD. Kebanyakan hasil tes darah ibu yang
tingkat AFPnya tinggi, ternyata tetap melahirkan bayi yang sehat. Ini
menunjukkan bahwa tes darah saja tidak cukup bukti, sebaiknya
melakukan tes-tes lebih lanjut untuk memastikan apakah bayi Anda
menderita salah satu kelainan tersebut diatas.
Kehamilan dengan bayi anencephaly tidak ada pengaruh apa-apa.
Akan tetapi, pada sekitar 25% wanita yang mengandung anak
anencephaly, mengalami polyhydramnios atau kelebihan air ketuban. Hal
ini terjadi, karena reflek untuk menelan pada si bayi, kadang-kadang tidak
berfungsi, sehingga dia tidak dapat menelan air ketuban seperti halnya
dilakukan bayi biasa. Kalau volume air ketuban sangat kelebihan, akan
mengakibatkan perasaan tidak nyaman bagi sang ibu. Ada kemungkinan
bayinya lahir premature atau air ketuban pecah. Untuk mengurangi
kelebihan air ketuban, seorang dokter dapat melakukan amniocentesis. Air
ketuban di sedot dengan syringe, sehingga sang ibu merasa lebih lega.
Tubuh sang bayi sama sekali tidak terpengaruh. Akan tetapi
tempurung kepalanya (vault of cranium) tidak ada mulai dari alis mata ke
atas. Separuh dari bagian belakang kepala biasanya tertutup kulit dan
rambut. Jaringan saraf berwarna merah tua hanya tertutup oleh selaput
yang tipis muncul pada bagian atas kepala yang dalam keadaan terbuka.
Besarnya “lobang” ini berbeda-beda dari satu bayi ke bayi lainnya. Ada
kemungkinan bola mata bayi agak menonjol keluar, diakibatkan oleh
karena kelainan bentuk tengkorak bagian mata, sehingga ucap kali bayi
anencephaly dapat julukan mirip “kodok”.
29
9. Bayi Anencephal
Dokter akan mengatakan bahwa anencephaly tidak dapat melihat,
mendengar, merasakan rasa sakit, bahwa ia sekedar hidup saja. Akan
tetapi, pernyataan ini sering tidak sesuai dengan pengalaman keluarga
yang pernah mengurus bayi anencephaly. Bagian otak yang terpengaruh
kecacatannya itu berbeda-beda dari satu bayi ke bayi yang lainnya.
Jaringan otak dapat berkembang pada tahap berbeda-beda. Ada bayi yang
bisa menelan, minum, menangis, mendengar, merasakan vibrasi (suara
yang keras) dan ada reaksinya kalau disentuh dan bahkan berreaksi pada
sinar. Tetapi yang paling penting, mereka memberi tanggapan terhadap
kasih sayang. Seseorang tidak memerlukan sebuah otak yang lengkap
untuk dapat merasakan kasih sayang yang diperlukan hanya sebuah hati.
Pada kehamilan yang pada umumnya, kelenjar di bawah otak
(pituitary gland) dan suprarenals atau kelenjar ginjal sang bayi yang
membantu merangsang proses persalinan. Pada bayi anencephaly kelenjar
di bawah otak dan kelenjar ginjal ini tidak ada, atau terhambat
pertumbuhannya, sehingga gejala-gejala akan melahirkan sering tidak
muncul dengan sendirinya. Hal ini bisa mengakibatkan ibunya meminta
perangsang persalinan pada masa kehamilannya sudah genap. Berhubung
bayi tidak memiliki tempurung kepala, pada saat melahirkan penting agar
air ketuban tidak pecah selama memungkinkan, sehingga leher rahim bisa
membuka dengan tekanan air ketuban. Kalau air ketuban tidak pecah,
proses melahirkan seorang bayi anencephaly hampir sama dan sama
lamanya dengan halnya kelahiran bayi normal. Hasil pengalaman
menunjukkan, bahwa kalau air ketuban sengaja dipecahkan, maka
kemungkinan bayinya lahir dalam keadaan hidup menurun drastis (Jaquier
2006). Pengaruh Anencephalus pada Persalinan
a. Sering menimbulkan kehamilan serotinus.
b. Biasanya disertai hidramnion.
c. Anak sering lahir dengan letak muka.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN PATOLOGIS
Ny.S UMUR 29 TAHUN G1P0A0 UMUR KEHAMILAN 41 MINGGU
DENGAN ANANSEPHAL DAN POSTERM DI RUANG VK
RSUD BANYUMAS
I. PENGKAJIAN DATA
Hari / Tanggal : Sabtu , 2 Mei 2015
Jam : 09.30 WIB
A. SUBYEKTIF
1. IDENTITAS
KLIEN SUAMI
Nama : Ny.S Tn.S
Umur : 29 Tahun 30 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMP SMA
Pekerjaan : IRT Wiraswasta
Alamat : Kedawung 4/5 kroya Kedawung 4/5 kroya
No Telp : 083863 xxxxx 08224372xxxx
2. Alasan datang
Ibu mengatakan datang kiriman dari poli kandungan dengan hasil USG
hamil anancephal dan posterm.
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan belum merasa kenceng – kenceng / kontraksi, dan
belum mengeluarkan cairan dari vagina.
4. Riwayat Menstruasi
Menarche umur : 14 tahun
31
32
Selama hamil
Makan : Ibu mengatakan makan 3 x sehari, porsi sedang (nasi
lauk, sayur)
Minum : 8 – 9 gelas / hari air putih
b. Pola eliminasi
Sebelum hamil
BAB : Ibu mengatakan BAB 1 x sehari, konsistensi lunak,
warna kuning kehitaman, bau khas
BAK : 5 – 6 kali sehari, konsistensi cair warna kuning jernih
bau khas
Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
Selama hamil
BAB Terakhir : Jam 05.00 WIB
BAK Terakhir : Jam 11.30 WIB (Tidak Terpasang DC)
Keluhan : Tidak ada
c. Aktifitas sehari – hari
1) Pola Istirahat dan tidur
Sebelum hamil
Ibu mengatakan tidur sehari 8 jam (pukul 21.00 – 05.00 wib)
Keluhan : ibu mengatakan tidak ada keluhan
Selama hamil
Ibu mengatakan kurang istirahat
Keluhan : ibu mengatakan tidak ada keluhan
2) Seksualitas
Sebelum hamil
Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual sebelum hamil
3 x seminggu
Keluhan : ibu mengatakan tidak ada keluhan
Selama hamil
35
3) Pekerjaan
Sebelum hamil
Ibu mengatakan sebagai ibu rumah tangga dengan pekerjaan
menyapu, mencuci dan memasak
Selama hamil
Ibu mengatakan sebagai ibu rumah tangga dengan pekerjaan
menyapu, mencuci dan memasak di bantu oleh suami dan
keluarga
4) Personal hygiene
Sebelum hamil
Ibu mengatakan mandi dua kali sehari, ganti celana dalam 2 kali
sehari, sikat gigi 2 kali sehari, ganti pakaian 2 kali sehari,
keramas 3 kali seminggu.
Selama hamil
Ibu mengatakan mandi dua kali sehari, ganti celana dalam 2 kali
sehari, sikat gigi 2 kali sehari, ganti pakaian 2 kali sehari,
keramas 3 kali seminggu.
10. Riwayat Psikososial
a. Rencana Kehamilan dan Persalinan
Ibu mengatakan kehamilan ini di rencanakan dan diinginkan
b. Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan
Ibu mengatakan sering membawa gunting saat keluar rumah
c. Kepercayaan yang berhubungan dengan religi
Ibu mengatakan jika ibu banyak berdo’a ibu akan diberi kemudahan
d. Hubungan ibu dengan orang lain
36
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
j. Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Status emosional : stabil
k. Tanda vital sign
Tekanan darah :120 / 90 mmHg
Nadi : 90 x/ menit
Pernapasan : 23 x/menit
37
Suhu : 35,7 0C
Berat badan saat hamil : 71 kg
Berat badan sebelum hamil : 60 kg
Kenaikan berat badan : 11 kg
Tinggi badan : 160 cm
2. Pemeriksaan Fisik
b. Kepala dan leher
Kepala : bentuk mesocephal, tidak ada massa/ nyeri tekan
Rambut : keriting, hitam, pendek, tidak mudah rontok, tidak
ada ketombe
Muka : tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum, tidak
pucat
Mata
Konjungtiva : pucat / anemis
Sclera : Tidak ikterik
Mulut dan Gigi
Mulut : Sianosis, tidak berbau
Gusi : Tidak berdarah, warna merah
Gigi : Tidak ada karies, tidak berlubang
Bibir : Sianosis
Telinga : simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik
Leher
Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran
Kelenjar Tyroid : Tidak ada pembesaran
Vena Jugularis : Tidak ada bendungan
c. Dada
Bentuk : simetris, tidak ada wheezing, tidak ada
retraksi dinding dada
Jantung : Irama teratur, bunyi lup dup
Paru – paru : Tidak ada retraksi dinding dada
38
d. Payudara
Putting susu : menonjol, bersih
Bentuk : bulat simetris
Benjolan : tidak ada masa/benjolan abnormal
Rasa Nyeri : tidak ada
Lain – lain / bekas luka operasi : Tidak ada
e. Ketiak
Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran
b. Punggung dan pinggang
Posisi tulang belakang : lurus
Pinggang ( nyeri ketuk ) : tidak ada
c. Abdomen
Bekas luka operasi : Tidak ada
Hepatomegali : Tidak ada
Splenomegali : Tidak ada
d. Genetalia luar
Varises : Tidak ada
Luka Parut : Tidak ada
Oedema : Tidak ada
Fluor Albus : Tidak ada
e. Anus : Tidak ada hemoroid
f. Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Telapak Tangan : Berkeringat, dingin, lembab
Kuku : Pendek, bersih, sianosis (warna
putih)
Kapiler Refil : jika di tekan keembali < 2 detik
Oedema : tidak ada
Varises : tidak ada
Ekstremitas bawah
39
Pemeriksaan penunjang
Tanggal 2 Mei 2015
Hbsag : Negatif
Hb : 11,3 gr%
Protein urin : Negatif
Golongan Darah :B
USG 30/4/2015 : Hamil janin tunggal, Preskep, DJJ (+),
Cairan amnion cukup placenta di corpus uteri anterior, UK 35
minggu dengan kesan Anancephal.
b. Masalah
Kecemasan dan kekhawatiran ibu terhadap janinnya
Data dasar ;
Ds :
- ibu mengatakan khawatir dengan kondisi janinnya.
Do :
- Ibu tampak pucat
c. Kebutuhan
Mengatasi kecemasan ibu dengan memberikan suport mental
III. IDENTIFIKASI DAN ANTISIPASI DIAGNOSA POTENSIAL
1. Janin
- Fetal distress
- Kematian Neonatal
2. Ibu
- Perdarahan
V. PERENCANAAN
Hari/Tanggal : Sabtu, 02 Mei 2015
Pukul : 09.30 WIB
1. Beritahu keadaan ibu dan janin berdasarkan hasil pemeriksaan yang
dilakukan.
2. Berikan support mental pada ibu dan keluarga.
3. Anjurkan ibu untuk memenuhi pola nutrisi.
4. Lakukan Kolaborasi medis dengan dokter Sp.OG dengan hasil akann
dilakukan rencana induksi persalinan.
5. Buat Informed Consent berkaitan dengan akan dilakukannya rencana
induksi persalinan.
6. Monitor keadaan ibu dan janin meliputi KU, TTV, DJJ, His, dan VT.
VI. PELAKSANAAN
Tanggal : 2 Mei 2015
1. Pada pukul 09.30 wib, memberitahu keadaan ibu dan janin berdasarkan
hasil pemeriksaan TD: 120/90 mmhg, N: 90x/menit, RR: 23x/menit, S:
35,7ºC dan belum ada pembukaan.
2. Pada pukul 09.40 wib, memberikan support mental pada ibu dan keluarga
untuk tidak perlu khawatir dan terus berdoa kepada Allah agar persalinan
bisa berjalan.
3. Pada pukul 09.40 wib, menganjurkan ibu untuk memenuhi pola nutrisi
yaitu makan dan minum untuk menambah tenaga saat persalinan.
4. Pada pukul 09.50 wib, melakukan kolaborasi medis dengan dokter Sp.OG
dengan hasil akan dilakukan rencana induksi persalinan.
44
5. Pada pukul 10.00 wib, membuat informed consent yang berkaitan dengan
dilakukannya rencana induksi persalinan.
6. Pada pukul 14.00 wib, mengboservasi keadaan ibu dan janin KU, TTV,
DJJ, His, dan VT.
VII. EVALUASI
Tanggal : 2 Mei 2015
1. Pada pukul 09.30 wib, ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan yang
dilakukan.
2. Pada pukul 09.40 wib, ibu sudah merasa tenang dan senantiasa berdo’a
kepada Allah supaya persalinanya berjalan lancar.
3. Pada pukul 09.40 wib, ibu bersedia untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
4. Pada pukul 09.50 wib, kolaborasi dengan dokter Sp.OG sudah dilakukan
dengan hasil pasien akan dilakukan rencana induksi persalinan dengan
Misoprostol 25 mg peroral.
5. Pada pukul 10.00 wib, suami telah menandatangani informed consent dan
mennyatakan setuju akan dilakukannya induksi persalinan.
6. Hasil Observasi
DATA PERKEMBANGAN I
E : Pada pukul 06.00 wib telah dilakukan evaluasi VT dengan hasil V/U
Tenang, dinding vagina licin, servik kaku, portio kaku dan tebal, belum
ada pembukaan, kepala floating, lendir darah : negatif, ketuban : utuh.
7. Pada pukul 06.00 wib, memberikan terapi obat untuk insuksi persalinan
sesuai dengan advice dokter untuk memberikan Misoprostol 25 mg/oral
tab III.
E: Pada pukul 06.00 wib, obat telah di berikan dan telah di minum oleh
pasien.
8. Pada pukul 06.00 wib, mendokumentasikan tindakan.
E : Pada pukul 06.00 wib, dokumentasi telah di lakukan.
48
DATA PERKEMBANGAN II
Hari / Tanggal : Minggu , 3 mei 2015
Jam : 07.00 Wib
A. SUBJEKTIF
Pasien mengatakan kenceng – kenceng jarang
B. OBJEKTIF
1. KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
Emosional : Stabil
2. Tanda – tanda vital
TD : 110/80 mmhg
N : 80 x /menit
S : 36 º c
Rr : 22 x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dalam batas normal
4. Pemeriksaan Obstetrik
a. Inspeksi
Genetalia : tidak ada varises, tidak ada oedema, tidak ada
pengeluaran darah dari jalan lahir
b. Palpasi
HIS : 2x10 menit
frekuensi : 20-25 detik
Kekuatan : Lemah dan tidak teratur.
c. Auskultasi
DJJ : 151 x/ menit
d. Pemeriksaan Dalam
49
C. ASSESSMENT
Ny. S umur 29 tahun G1P0A0 umur kehamilan 41+3 minggu dengan
Anancephal dan Posterm dalam stimulasi persalinan
D. PLANNING
Hari / Tanggal : Senin, 04 mei 2015
1. Pada pukul 08.00 wib, memberitahukan Ibu hasil pemeriksaaan bahwa
pembukaan 3 – 4 cm.
E : Pada pukul 08.00 wib, ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Pada pukul 08.00 wib, mengobservasi KU, TTV, His dan DJJ
E: Pada pukul 08.00 wib Ku : Baik, TD : 110/88 mmhg, N: 88 x / menit, S:
36,5º C, Rr: 20x / menit, His 2 x dalam 10 menit durasi 30 detik, kekuatan:
tidak adekuat, DJJ: 140 x/menit
3. Pada pukul 10.00 wib, mengevaluasi pembukaan.
E: Pada pukul 10.00 wib telah dilakukan evaluasi VT dengan hasil V/U
dinding vagina licin, portio tipis, pembukaan 8-9 cm, kepala floating,
lendir darah: positif, ketuban : utuh
4. Pada pukul 10.00 wib, melanjutkan Stimulasi Oxytosin botol ke II 5 iu, 8
tetes permenit
E : Pada pukul 10.00 wib, stimulasi Oxytosin botol II telah diberikan.
5. Pada pukul 10.00 wib, melakukan dokumentasi tindakan.
E : Pada pukul 10.00 wib, dokumentasi telah dilakukan.
6. Pada pukul 11.00 wib, memberitahu ibu hasil pemeriksaan dengan hasil
pemeriksaan TD : 120/90 mmhg, N: 90x/menit, RR:23x/menit, S: 35,7ºC
dan bahwa ibu dalam proses persalinan dengan pembukaan lengkap dan
keadaan ibu dan janin baik.
E : Pada pukul 11.00 wib, ibu sudah mengetahui tentang hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan.
7. Pada pukul 11.00 wib, memberikan dukungan support mental dan spiritual
pada ibu dan keluarga serta menganjurkan ibu dan keluarga untuk berdo’a
sesuai dengan kepercayaan.
53
E : Pada pukul 11.00 wib, dukungan support mental dan spritual telah
dilakukan dan ibu merasa lebih tenang.
8. Pada pukul 12.00 wib, melakukan pijatan/usapan pinggang pada ibu saat
sedang ada his.
E : Pada pukul 12.00 wib, ibu merasakan rileks setelah dilakukan sentuhan
dan rasa sakitnya sedikit berkurang.
9. Pada pukul 13.00 wib, mengajarkan ibu macam-macam posisi persalianan
yang nyaman dan aman sesuai kondisi ibu dan janin.
E : Pada pukul 13.00 wib, ibu sudah dalam posisi trendelenberg dengan
cara tidur terlentang dan menekuk kaki dengan telapak kaki menapak di
kasur dan membuka kaki dengan rileks dan lebar.
10. Pada pukul 13.20 wib, mengajarkan ibu untuk melakukan teknik relaksasi
yaitu mengatur nafas dengan cara menarik nafas panjang dari hidung dan
mengeluarkan dari mulut secara perlahan.
E : Pada pukul 13.20 wib, ibu sudah mampu melakukan teknik relaksasi
dengan cukup baik.
11. Pada pukul 13.30 wib, mengajarkan ibu untuk meneran dengan benar
ketika adanya kontraksi dengan cara menarik nafas panjang dari hidung
lalu mengejan seperti BAB dengan keadaan kepala sedikit diangkat dan
melihat perut, lalu gigi menyatu anjurkan ibu untuk tidak mengejan lewat
tenggorokan maupun bersuara, setelah itu jika kontraksi sudah tidak ada
anjurkan ibu untuk mengatur nafas kembali dengan baik dan beristirahat
sambil diberikan minum teh manis.
E : Pada pukul 13.30 wib, ibu sudah paham dengan yang diajarkan oleh
bidan dan akan melakukannya saat ada kontraksi.
12. Pada pukul 13.40 wib, menyiapkan perlengkapan ibu dan bayi seperti
popok, baju, bedong, topi, celana dalam, handuk, pampers ibu, underpads,
partus set (klem, gunting, hecting set, umbillical cord clem, dsb).
E : Pada pukul 13.40 wib, perlengkapan ibu dan bayi serta peralatan partus
set telah disiapkan.
54
13. Pada pukul 14.00 wib, memimpin ibu untuk mengejan dengan cara yang
telah diajarkan sebelumnya.
E : Pada pukul 14.00 wib, ibu telah dipimpin dengan baik.
14. Pada pukul 14.20 wib, melakukan episiotomi pada perineum ibu karena
jalan lahir yang sempit.
E : Pada pukul 14.20 wib, episiotomi telah dilakukan.
15. Pada pukul 14.20 wib, monitor keadaan ibu dan janin meliputi KU, TTV,
DJJ, His.
E : Pada pukul 14.20 wib, monitoring KU, TTV, DJJ, His telah dilakukan
dengan keadaan baik.
16. Pada pukul 14.20 wib, melakukan pencatatan dokumentasi kala II pada
partograf.
E : Pada pukul 14.20 wib, dokumentasi telah dilakukan.
17. Pada pukul 14.30 wib, memastikan janin tunggal dan menyuntikan
oksitoksin di salah satu paha anterolateral ibu 1/3 bagian atas secara IM.
Evaluasi : Pada pukul 14.30 wib, janin tunggal, oksitoksin telah
disuntikan.
18. Pada pukul 14.35 wib, mengamati tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu
tali pusat bertambah panjang, uterus globuler, serta ada semburan darah.
Evaluasi : Pada pukul 14.35 wib, sudah ada tanda-tanda pelepasan
plasenta.
19. Pada pukul 14.35 wib, melakukan penegangan tali pusat terkendali dengan
cara memindahkan klem 5-10 cm di depan vulva, meletakan tangan kiri di
atas syimphisis untuk melakukan dorso kranial.
Evaluasi : Pada pukul 14.35 wib, PTT sudah dilakukan, plasenta lahir.
20. Pada pukul 14.40 wib, melakukan massase 15 kali dalam 15 detik di
corpus.
Evaluasi : Pada pukul 14.40 wib, massase telah dilakukan.
21. Pada pukul 14.45 wib, memeriksa kelengkapan plasenta, selaput ketuban
dan panjang tali pusat.
54
Evaluasi : Pada pukul 14.45 wib, ada bagian kotiledon yang masih
tertinggal.
22. Pada pukul 14.50 wib, melakukan eksplorasi sisa plasenta.
Evaluasi : Pada pukul 14.50 wib, eksplorasi telah dilakukan dan kesan
bersih.
23. Pada pukul 14.50 wib, mengevaluasi perdarahan per vaginam.
Evaluasi : Pada pukul 14.50 wib, masih ada perdarahan dari jalan lahir
sekitar 500 cc.
24. Pada pukul 14.50 wib, melakukan KBI selama 5 menit.
Evaluasi : Pada pukul 14.55 wib, KBI telah dilakukan dan perdarahan
sudah berkurang.
25. Pada pukul 15.00 wib, melakukan infus drip oksitoksin dan methergin,
serta misoprostol 3x/rectal.
Evaluasi : Pada pukul 15.00 wib, kontraksi baik, perdarahan berkurang.
26. Pada pukul 15.00 wib, melakukan dokumentasi kala III pada partograf.
Evaluasi : Pada pukul 15.00 wib, dokumentasi telah dilakukan.
27. Pada pukul 15.20 wib, memberitahu ibu bahwa proses persalinan sudah
selesai dan terdapat robekan jalan lahir, sehingga harus dilakukan tindakan
selanjutnya yaitu penjahitan perineum.
Evaluasi : Pada pukul 15.20 wib, ibu sudah mengerti dan jahitan telah
selesai dilakukan.
28. Pada pukul 15.30 wib, melakukan observasi perdarahan dan kontraksi
uterus.
Evaluasi : Pada pukul 15.30 wib, perdarahan kurang lebih 650 cc,
kontraksi uterus kuat, TFU 1 jari di bawah pusat.
29. Pada pukul 15.40 wib, membersihkan tempat tidur, membereskan alat.
Evaluasi : Pada pukul 15.40 wib, tempat tidur dan peralatan sudah di
dekontaminasi.
30. Pada pukul 15.50 wib, membersihkan ibu dan mengatur posisi ibu
senyaman mungkin.
55
Evaluasi : Pada pukul 15.50 wib, ibu sudah dibersihkan dan sudah nyaman
dengan posisinya.
31. Pada pukul 16.00 wib, mengajarkan ibu mengenali kontraksi uterus yang
baik dan cara massase 15 kali dalam 15 detik.
Evaluasi : Kontraksi keras dan ibu sudah mengetahui cara mengenali
kontraksi dan memassase.
32. Pada pukul 16.00 wib, menganjurkan ibu untuk makan dan minum serta
beristirahat.
Evaluasi : Pada pukul 16.00 wib, ibu akan makan dan minum serta
beristirahat.
33. Pada pukul 16.00 wib, memindahkan pasien ke ruang nifas untuk
dilakukan observasi lebih lanjut.
E : Pada pukul 11.00 wib, pasien telah dipindahkan dan telah diterima oleh
petugas ruang nifas.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anencepalus merupakan cacat bawaan yang merupakan sebab
penting dari kelahiran mati. Kelainan cacat bawaan dipengaruhi oleh umur,
paritas, bangsa ibu, dan juga oleh jenis kelamin janin. Pencegahan dini sangat
diperlukan untuk menghindari terjadinya kematian bayi akibat Anencephalus
seperti pemeriksaan antenatal yang rutin dan teratur, pemberian dan pemakaian
konsumsi vitamin dan suplemen selama hamil, factor nutrisi dengan gizi
seimbang, serta gaya hidup dan lingkungan sekitar tempat tinggal ibu sangat
mempengaruhi janin menderita Anencephalus
A. Saran
Kepada mahasisiwi kebidanan agar lebih dapat memahami jenis
kelainan yang menyertai kehamilan dan persalinan khususnya anencephalus.
Bagi petugas kesehatan khususnya bidan dapat mengetahui tindak lanjut
penanganan anencephalus yang menyertai kehamilan dan persalinan, dan bidan
dapat mengenali tanda dan gejala terjadinya anencephalus dalam kehamilan
dan persalinan.
56
DAFTAR PUSTAKA