PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-
tiba seringkali merupakan kejadian yang berbahaya. Kegawatdaruratan obstetri
merupakan kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan
atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit
dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya.
Secara umum terdapat 3 penyebab utama kematian ibu, yaitu (1) perdarahan (2)
infeksi sepsis (3) hipertensi, preeklampsia, eklampsia.
3. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Konsep Teori
1. Definisi
2. Klasifikasi
a. Abortus
1) Abortus spontan
2) Abortus Habitualis
3) Abortus infeksius
4) Abortus septik
5) Missed abortion
b. Mola Hidatidosa (hamil anggur)
d. Plasenta Previa
Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir.
e. Antonia Uteri
Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah uterus tidak berkontraksi dalam
15detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).
f. Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah lepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta yang
berimplantasi normal pada kehamilan di atas 22 minggu dan sebelum anak
lahir.
g. Retensio plasenta
Keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit` setelah bayi
lahir. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya plasenta tidak lahir spontan
dan tidak yakin apakah plasenta lengkap.
h. Ruptur Uteri
Ruptur uterus adalah robekan pada uterus, dapat meluas ke seluruh dinding
uterus dan isi uterus tumpah ke seluruh rongga abdomen (komplit), atau dapat
pula ruptur hanya meluas ke endometrium dan miometrium, tetapi peritoneum
di sekitar uterus tetap utuh (inkomplit).
i. Pre eklamsia dan eklamsia
Preeklampsia dan eklampsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang
disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri.
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi, edema disertai proteinuria akibat
kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi penyakit trofoblastik.
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang atau koma. Sebelumnya wanita
tersebut menunjukkan gejala-gejala preeklampsia.
3. Etiologi
a. Abortus
Secara ringkas dapat dipisahkan faktor-faktor penyebab yang terjadi pada tuba
yang dapat mendukung terjadinya kehamilan ektopik :
c. Lumen tuba sempit yang diakibatkan oleh operasi plastik tuba dan
sterilisasi yang tidak sempurna.
2) Faktor pada dinding tuba :
a. Endometriosis tuba, dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi
dalam tuba
b. Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan
telur yang dibuahi ditempat itu.
3) Faktor diluar dinding tuba :
a. Perlekatan peritubal dengan distorsiatau lekukan tuba dapat
menghambat perjalanan telur.
b. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.
4) Faktor lain :
a. Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovum kanan ke tuba kiri- atau
sebaliknya- dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke
uterus. Pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan
implantasi prematur.
b. Fertilisasi in vitro.
d. Plasenta Previa
Mengapa Plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu dapat
diterangkan, bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atrofi
pada dosidua akibat persalinan yang lampau dan dapat menyebabkan plasenta
previa tidak selalu benar, karena tidak nyata dengan jelas bahwa plasenta
previa didapati untuk sebagian besar pada penderita dengan paritas fungsi,
memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup
atau diperlukan lebih banyak seperti pada kehamilan kembar. Plasenta yang
letaknya normal sekalipun akan meluaskan permukaannya, sehingga
mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir.
e. Antonia uteri
2) Partus lama : kelemahan akibat partus lama bukan hanya rahim yang
lemah, cenderung berkontraksi lemah setelah melahirkan, tetapi juga ibu
yang keletihan kurang bertahan terhadap kehilangan darah.
3) Pembesaran uterus berlebihan (hidramnion, hamil ganda, anak besar
dengan BB > 4000 gr).
4) Multiparitas : uterus yang lemah banyak melahirkan anak cenderung
bekerja tidak efisien dalam semua kala persalinan.
5) Mioma uteri : dapat menimbulkan perdarahan dengan mengganggu
kontraksi dan retraksi miometrium.
6) Anestesi yang dalam dan lama menyebabkan terjadinya relaksasi
miometrium yang berlebihan, kegagalan kontraksi dan retraksi
menyebabkan atonia uteri dan perdarahan postpartum.
7) Penatalaksanaan yang salah pada kala plasenta, mencoba mempercepat
kala III, dorongan dan pemijatan uterus mengganggu mekanisme fisiologis
pelepasan plasenta dan dapat menyebabkan pemisahan sebagian plasenta
yang mengakibatkan perdarahan.
f. Solusio plasenta
Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui pasti. Meskipun
demikian ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi nya, antara lain:
g. Retensio plasenta
h. Ruptur uteri
Etiologi penyakit ini sampai sekarang belum dapat diketahui dengan pasti.
Banyak teori-teori dikemukakan tetapi belum ada yang mampu memberi
jawaban yang memuaskan tentang penyebabnya. Teori yang dapat diterima
harus dapat menerangkan hal-hal sebagai berikut:
4. Patofisiologi
a. Abortus
d. Plasenta Previa
e. Antonia uteri
f. Solusio plasenta
a. Abortus
1. Sudah terjadi abortus dengan mengeluarkan jaringan tetapi sebagian
masih berada dalam uterus.
2. Merupakan ancaman terjadi perdarahan.
3. Pada pemeriksaan dalam mungkin teraba jaringan sisa dan mungkin
perdarahan bertambah setelah pemeriksaan dalam.
4. Tes kehamilan mungkin masih positif, tetapi kehamilan tidak dapat
dipertahankan.
b. Mola Hidatidosa
1. Amenorrhoe dan tanda-tanda kehamilan.
2. Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat. Merupakan
gejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa intermiten selama
berapa minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat menyebabkan
anemia defisiensi besi.
3. Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan
usia kehamilan.
4. Tidak dirasakan tanda-tanda adanya gerakan janin maupun ballottement.
5. Hiperemesis, pasien dapat mengalami mual dan muntah cukup berat.
6. Preklampsi dan eklampsi sebelum minggu ke-24
7. Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa pasti
8. Gejala Tirotoksikosis
c. Kehamilan Ektopik Terganggu
Nyeri yang terjadi serupa dengan nyeri melahirkan, sering unilateral (abortus
tuba), hebat dan akut (rupture tuba), ada nyeri tekan abdomen yang jelas dan
menyebar. Kavum douglas menonjol dan sensitive terhadap tekanan. Jika ada
perdarahan intra-abdominal, gejalanya sebagai berikut:
1. Sensitivitas tekanan pada abdomen bagian bawah, lebih jarang pada
abdomen bagian atas.
2. Abdomen tegang.
3. Mual.
4. Nyeri bahu.
5. Membran mukosa anemis
Jika terjdi syok, akan ditemukan nadi lemah dan cepat, tekanan darah
di bawah 100 mmHg, wajah tampak kurus dan bentuknya menonjol-
terutama hidung, keringat dingin, ekstremitas pucat, kuku kebiruan,
dan mungkin terjadi gangguan kesadaran.
d. Plasenta Previa
1. Perdarahan tanpa nyeri
2. Perdarahan berulang
3. Warna perdarahan merah segar
4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
5. Timbulnya perlahan-lahan
6. Waktu terjadinya saat hamil
7. His biasanya tidak ada
8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
9. Denyut jantung janin
10. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
11. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
12. Presentasi mungkin abnormal.
e. Atonia Uteri
Gejala dan tanda yang selalu ada:
a) Uterus tidak berkontraksi dan lembek
b) Perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan pasca persalinan
primer)
Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada: syok (tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual, dan lain-lain).
f. Solusio Plasenta
1. Perdarahan yang disertai nyeri, juga diluar his.
2. Anemi dan syok, beratnya anemi dan syok sering tidak sesuai dengan
banyaknya darah yang keluar.
3. Uterus keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi uterus
bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang placenta
sehingga uterus teregang (uterus en bois).
4. Palpasi sukar karena rahim keras.
5. Fundus uteri makin lama makin naik
6. Bunyi jantung biasanya tidak ada
7. Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus menerus (karena isi
uterus bertambah
8. Sering ada proteinuri karena disertai preeclampsia
g. Retensio Plasenta
Gejala utama ditandai dengan tertahannya plasenta di dalam rahim setelah ibu
melahirkan. Gejala utama akan diikuti dengan sejumlah gejala berikut ini:
a) Rasa nyeri pada perut yang terjadi dalam waktu lama.
b) Keluarnya cairan berbau busuk dari dalam vagina.
c) Perdarahan hebat setelah keluarnya janin.
d) Kenaikan suhu tubuh.
Ketika retensio plasenta terjadi, langkah utama yang paling tepat dilakukan
adalah mengeluarkan plasenta dari rahim menggunakan tangan. Namun, cara
ini memerlukan kehati-hatian yang ekstra, karena risiko ibu mengalami infeksi
sangat besar. Selain menggunakan tangan, dokter dapat memberikan obat
suntik, guna membantu ibu berkontraksi, sehingga plasenta bisa keluar.
h. Ruptur Uteri
Gejala klinis berupa pendarahan pervaginam yang terus-menerus setelah bayi
lahir. Kehilangan banyak darah tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu
penderita pucat, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas
dingin, dan lain-lain. Penderita tanpa disadari dapat kehilangan banyak darah
sebelum ia tampak pucat bila pendarahan tersebut sedikit dalam waktu yang lama.
6. Komplikasi
1. Abortus
Komplikasi abortus antara lain:
a) Perdarahan (hemorrhage)
b) Perforasi
c) Infeksi dan tetanus
d) Ginjal akut, dan
e) Syok
2. Mola Hidatidosa
a) Akan terjadi pendarahan yang sangat hebat sampai terkadi syok dan
akan menjadi sangat fatal kalau tidak segera ditangani
b) Jika terjadi pendarahan terus menerus pasti akhirnya akan
menyebabkan kekurangan sel darah putih atau anemia
c) Akan terjadi Infeksi Sekunder
d) Perforasi Karena Keganasan dan Tindakan
e) Sekitar 18 – 20 persen orang yang mengidap penyakit ini berubah dari
awal berupa molahodati dosa bisa menjadi mola destruens atau
kariokarsinoma.
3. Kehamilan Ektopik Terganggu
Menurut Syaifuddin (2008) kehamilan ektopik ini akan mengalami abortus
atau rupture apabila masa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang
implantasi (misalnya di tuba). Tanpa intervensi bedah, kehamilan ektopik
yang rupture dapat menyebabkan perdarahan yang mengancam nyawa (≥ 0,1
% mengakibatkan kematian ibu). Infeksi sering terjadi setelah rupture
kehamilan ektopik yang terabaikan (Benson dan Martin, 2009).
4. Plasenta Previa
Menurut Dutta (2004) komplikasi dapat terjadi pada ibu dan bayi yaitu:
Selama kehamilan pada ibu dapat menimbulkan perdarahan antepartum yang
dapat menimbulkan syok, kelainan letak pada janin sehingga meningkatnya
letak bokong dan letak lintang. Selain itu juga dapat mengakibatkan kelahiran
prematur. Selama persalinan plasenta previa dapat menyebabkan ruptur atau
robekan jalan lahir, prolaps tali pusat, perdarahan postpartum, perdarahan
intrapartum, serta dapat menyebakan melekatnya plasenta sehingga harus
dikeluarkan secara manual atau bahkan dilakukan kuretase. Menurut Dutta
(2004) komplikasi dapat terjadi pada ibu dan bayi yaitu: Selama kehamilan
pada ibu dapat menimbulkan perdarahan antepartum yang dapat menimbulkan
syok, kelainan letak pada janin sehingga meningkatnya letak bokong dan letak
lintang. Selain itu juga dapat mengakibatkan kelahiran prematur. Selama
persalinan plasenta previa dapat menyebabkan ruptur atau robekan jalan lahir,
prolaps tali pusat, perdarahan postpartum, perdarahan intrapartum, serta dapat
menyebakan melekatnya plasenta sehingga harus dikeluarkan secara manual
atau bahkan dilakukan kuretase.
5. Atonia Uteri
Penyebab keadaan ini diawali dengan pembekuan darah yang berlebihan.
Tubuh akan mengaktivasi antiplasmin untuk menghancurkan produk
pembekuan tersebut hingga jumlah faktor pembekuan berkurang dan malah
terjadi perdarahan yang berlebihan. Kerusakan semua organ utama adalah
mungkin; sistem pernapasan dan ginjal paling sering mengalami kerusakan,
tetapi jarang. Edema paru jarang terjadi. Namun, hal itu dapat berkembang
dengan cepat atau selama masa pemulihan karena kelebihan cairan atau
disfungsi miokard.
6. Solusio Plasenta
solusio plasenta dapat menimbulkan komplikasi serius, baik pada ibu maupun
bayi. Komplikasi tersebut dapat berupa:
Ibu hamil yang menderita solusio plasenta kemungkinan bisa mengalami:
a) Gangguan pembekuan darah.
b) Syok akibat kehilangan darah.
c) Gagal ginjal atau kegagalan fungsi organ tubuh lainnya.
Komplikasi yang dapat dialami bayi akibat solusio plasenta adalah:
a) Kelahiran prematur, sehingga bayi lahir dengan berat badan lahir
rendah.
b) Asupan nutrisi dan oksigen pada janin terganggu, sehingga
pertumbuhan janin di dalam kandungan juga terhambat.
c) Meninggal dalam kandungan, jika kondisi solusio plasenta yang
dialami tergolong parah.
7. Retensio Plasenta
Terjadinya komplikasi retensio plasenta umumnya tergantung pada faktor
risiko pasien. Komplikasi retensio plasenta yang paling sering ditemukan
adalah perdarahan postpartum dan endometritis postpartum.
8. Ruptur Uteri
Komplikasi yang mungkin muncul karena rahim robek ketika melahirkan
dapat berisiko fatal bagi ibu dan bayi di dalam kandungan:
a) Perdarahan dalam jumlah banyak
b) Kemungkinan besar bayi meninggal karena kekurangan oksigen di
dalam kandungan
7. Pemeriksaan penunjang
a. USG
b. CT Scan
c. Pemeriksaan laboratorium
d. Pemeriksaan ultrasonografi
e. Pemeriksaan histologis
8. Penatalaksanaan
1. Evakuasi
B. Asuhan Keperawawatan
1. Pengkajian
a) Identitas Pasien
Identitas berupa nama, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, suku/bangsa,
alamat dan status.
b) Keluhan Utama: Klien mengatakan mual-mual dan muntah
c) Riwayat Menstruasi : meliputi menarche usia, siklus, lamanya, banyaknya, HPHT,
perkiraan persalinan, Flour Albus.
d) Riwayat obstetri yang lalu: meliputi kehamilan keberapa, umur kehamilan,
penyulit kehamilan, jenis persalinan, penolong, jenis kelamin anak dan masa nifas.
e) Riwayat kontrasepsi
Meliputi jenis kontrasepsi yang digunakan, lamanya pemakaian dan keluhan yang
dirasakan selama memakai alat kontrasepsi.
f) Riwayat Penyakit Keluarga
Faktor-faktor situasi, seperti pekerjaan wanita dan pasangannya, pendidikan,
status perkawinan, latar belakang budaya dan etnik, serta status sosioekonomi,
ditetapkan dalam riwayat social.
Riwayat keluarga memberikan informasi tentang dekat pasien, termasuk orang
tua, saudara kandung dan anak-anak. Hal ini membantu mengidentifikasi
gangguan genetik atau familial dan kondisi-kondisii yang dapat mempengaruhi
status kesehatan wanita atau janin.
1. Riwayat pemeriksaan ANC
Data yang diikumpulkan tanggal pemeriksaan, TFU, letak anak, DJJ, oedema,
reflex tungkai, TD, BB, keluhan UK (minggu) dan terapi yang didapat.
2. Kebutuhan Dasar Manusia
a. Nutrisi
a) Frekuensi makan
b) Jenis makanan
c) Minum
d) Nafsu makan
b. Eliminasi
BAK
Frekwensi
Warna
Bau
Keluhan
BAB
Frekwensi
Warna
Bau
Konsistensi
Keluhan
c. Istirahat Dan Tidur
1) Tidur siang
2) Tidur malam
d. Personal Hygiene
1) Mandi
2) Keramas
3) Sikat gigi
4) Mengganti pakaian
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kepala
2) Mata
3) Leher
4) Kardiovaskuler
5) Pencernaan/abdomen
6) Ekstremitas
7) Sistem persyarafan
8) Genito urinaria
9) Pemeriksaan janin
10) Tinggi badan
11) Berat badan sebelum hamil
12) Berat badan sekarang
13) Lila
14) Tanda-tanda vital
b. Pemeriksaan penunjang
1) Hasil pemeriksaan laboratorium selama hamil khususnya
hematokrik (menggambarkan anemia).
2) Waktu masuk ruang bersalin ulangi lagi pemeriksaan Ht, Urinalis
untuk protein, glukosa dan keton. Contoh darah perlu diambil
untuk crossmatching untuk persiapan bila ada transfusi.
3) Pengkajian khusus fetal
c. DJJ, air ketuban dan penyusupan kepala janin.
d. DJJ : hasil periksa setiap 30 menit atau lebih sering jika ada tanda-tanda
gawat janin.
e. Warna dan adanya air ketuban : penilaian air ketuban setiap kali
melakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selaput
ketuban pecah.
f. Molase atau Penyusupan tulang kepala janin. Penyusupan adalah indicator
penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri
terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu.
2. Diagnosa
a. Ansietas b/d lingkungan yang tidak familier, nyeri, atau kurang pengetahuan
tentang proses persalinan.
b. Nyeri akut b/d agen cedera
c. Konstipasi berhubungan dengan kehamilan
d. Keletihan berhubungan dengan kehamilan
3. Intervensi
a) Tidak gelisah
b) Tidak mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup.
c) Ada kontak mata
d) Tidak ketakuatan
e) Wajah tidak tegang, tangan tidak tremor
f) Tidak ada peningkatan ketegangan
g) Tidak ada peningkatan keringat
h) Tekanan darah nadi dan frekuensi pernapasan dalam batas normalBerkonsentrasi
i) Tidak ada blocking pikiran.
Intervensi dan rasional
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Di harapkan setelah membaca makalah ini, pembaca dapat paham dan mengerti apa
yang dimaksud dengan kegawatdaruratan obstetri.
DAFTAR PUSTAKA